Anda di halaman 1dari 13

Laporan Percobaan Kedua

“Hukum Hooke”
Disusun dalam rangka memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Fisika Gelombang

Oleh :

Kelompok 1

1. Sartika Ari Veronika Simbolon (1814150020)


2. Etiwa Safitri Saleleubaja (1814150017)
3. Puji Hamdani Berisigep (1814150019)
4. Wiwit Laraswati Lase (1814150010)
5. Nurlaila Hasanudin (1814150021)

Dosen Pengampu : Nya Daniaty, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2020
PERCOBAAN KEDUA

HUKUM HOOKE

TUJUAN PERCOBAAN

1. Untuk membuktikan Hukum Hooke

2. Untuk menentukan hubungan antara gaya (F) yang meregangkan pegas dan
pertambahan panjang (X),

3. Untuk mencari konstanta pegas.

ALAT BAHAN PERCOBAAN

1. Komputer/Laptop
2. Jaringan internet
3. Aplikasi PhET, Situs : https://phet.colorado.edu/in/
4. Microsoft Word

TEORI PERCOBAAN

Setiap benda akan mengalami perubahan bilamana gaya dikerjakan padanya. Jika
gaya-gaya tersebut cukup besar, benda yang bersangkutan dapat patah, atau mengalami
fraktur (fracture). Ruas pada kurva yang dimulai dari titik awal hingga ke titik batas
elastis disebut daerah elastis (elastic region). Apabila sebuah benda diregangkan melewati
batas elastis, maka benda terebut akan memasuki daerah plastis (plastic region): benda tak
lagi akan kembali ke Panjang aslinya bilamana gaya eksternal dihilangkan dari benda,
melainkan akan mengalami deformasi secara permanen. Perubahan Panjang maksimum
akan dicapai pada titik batas patah (breaking point). (Giancoli, 2014 : 302-303)

Hukum Hooke adalah ketentuan mengenai gaya yang terjadi karena sifat elastis dan
sebuah pegas besarnya gaya hooke ini biasanya akan berbanding lurus dengan jarak
penggerakan pegas dan posisi normalnya. Gaya yang dikerjakan oleh pegas jika ia ditekan
atau diregangkan adalah hasil gaya intermolekul gaya rumit didalam pegas, tetapi
gambaran empiris tentang pelaku makroskopis pegas adalah cukup untuk kebanyakan
terapan. Jika pegas ditekan atau diregangkan kemudian dilepaskan kembali kepanjang
asal atau alamiahnya, jika perpindahannya tidak terlalu besar. Ada suatu batas untuk
perpindahan itu. Diatas nilai itu pegas tidak kembali kepanjang semulanya tetapi tinggal
secara permanen dalam keadaan yang telah berubah. Jika kita hanya membolehkan
perpindahan dibawah batas ini, kita dapat mengkalibrasi peregangan atau penekanan ∆𝑥
melalui gaya yang diperlukan untuk menghasilkan peregangan itu. Secara ekperiment
ditemukan bahwa untuk ∆𝑥 yang kecil, gaya dikerjakan oleh pegas mendekati sebanding
dengan ∆𝑥 dan dalam arah berlawanan. Hubungan ini dikenal dengan Hukum Hooke,
yang dapat ditulis: 𝐹

𝑥 = −𝑘 (𝑋1 − 𝑋0) = −𝑘∆𝑥.


(Tipler, 1998: 102)

Hukum Hooke adalah hubungan antar pegas dan elastis lain, asalkan dapat hasilnya
tidak terlalu besar jika sebuah benda dapat di deformasikan sampai melalui titik tertentu,
ia tidak akan kembali kebentuk asalnya jika gaya yang dikenakan padanya ditiadakan,
titik tersebut dinamakan titik elastik. Untuk bahan pada umumnya, Hukum Hooke berlaku
untuk daerah dibawah titik batas elastiknya. Daerah gaya yang memenuhi Hukum Hooke
disebut sebagai “daerah proporsional”. Diluar batas elastik. Gaya tidak lagi dinyatakan
dengan fungsi tenaga potential, jika bahan padat yang terdeformasi kita lepaskan, ia akan
bergertar sama seperti osilator harmonik sederhana. Jadi, selama aplitundo getarannya
cukup kecil, atau selama deformasinya tetap dalam daerah proporsional. (Haliday, 1978:
445).

Masih ingat untuk pernyataan pegas ideal yang ditekan atau diregangkan sejauh X,
dalam bagian ini pegas ideal di definisikan sebagai pegas yang bila ditekan atau
direntangkan memberikan gaya 𝐹 = −𝑘∆𝑥, disebut sebagai konstanta gaya jadi, sebuah
benda bersama m yang diikatkkan pada pegas ideal dengan konstanta gaya R dan bebas
bergerak diatas permukaan tanpa gesekan merupakan salah satu contoh isolator harmonik
sederhana. Jika benda menyimpang ke kanan, gaya ynag dilakukan oleh pegas berarah ke
kiri dan diberikan oleh 𝐹 = −𝑘∆𝑥, gaya ini adalah gaya pemulih OHS.
(Halliday, 1978: 447)

F= k. x Dengan :
F = Gaya yang diberikan (N)
k = konstanta pegas (N/m)
Δx = pertambahan panjang pegas (m)
Fenomena pegas yang dikenai gaya luar kemudian gaya tersebut dihilangkan, dan
pegas tersebut akan kembali pada keadaan semula, diamati oleh Robert Hooke. Robert
Hooke (1635-1703) adalah ilmuawan berkebangsaan inggris. Hooke mengemukakan
hukumnya yang dikenal dengan hokum Hooke dengan bunyi sebagai berikut :

“Pada daerah elastisitas benda, besarnya perubahan panjang sebanding dengan


gaya yang bekerja pada benda”

Pada intinya hukum hooke menggambarkan bahwa jika sebuah pegas diberikan gaya
(F), maka gaya tersebut akan berbanding lurus dengan perubahan Panjang (Δx) pada
pegas tersebut. 𝐹= −𝑘∙Δ𝑥, Tanda minus menunjukkan bahwa pegas akan cenderung
melawan perubahan. Dalam artian arahnya berlawanan dengan simpangannya. (Ishaq,
Mohammad.2007:142)

Pernyataan mengenai Hukum Hooke dikemukakan oleh Robert Hooke. Robert Hooke
merupakan seorang arsitek. (Kanginan, 2013: 235). Pertambahan panjang pegas
bergantung pada besar gaya berat beban yang digantungkan, selain itu juga karena
kelakuan pegas, untuk gaya beban yang sama, pertambahan panjang pegas yang lebih
kaku akan lebih kecil dari pada pertambahan panjang pegas yang kekakuannya lebih
kecil. Kekakuan sebuah pegas ditunjukkan dengan suatu nilai. Kekakuan sebuah pegas
ditunjukkan dengan suatu nilai. Karakteristik yang disebut konstanta gaya pegas atau
disingkat konstanta pegas (k), semakin besar nilai k maka semakin kaku pegas itu.
(Raharja, 2013: 128)

Pada rangkaian seri, gaya yang bekerja pada setiap pegas adalah sama dan
pertambahan panjangnya adalah total dari semua gabungan pegasnya. Susunan seri
bertujuan untuk memperkecil konstanta pegas sehingga pertambahan panjang yang
dialami sistem pegas akan lebih. Secara matematis penurunan rumus konstanta pengganti
pegas pada rangkaian seri yaitu :
Gbr. Pegas seri dan pararel

Sumber : (https://www.google.co.id/2014/08/30/search?q=gambar+pegas+seri+d
an+paralel /)

Adapun penurunan rumusnya adalah sebagai berikut :

W = F1 = F2 = F

Pada rangkaian paralel, pegas dihubungkan dengan cara pararel dengan jarak antara
pegas adalah sama, namun resultan gaya yang bekerja pada pegas adalah total dari setiap
gaya yang bekerja pada tiap-tiap pegasnya. Maka dari itu, masing-masing pegas
mengalami per- tambahan panjang yang sama besar yaitu sama dengan pertambahan
panjang sistem pegasnya. Susunan paralel bertujuan untuk mem- perbesar konstanta
pegas sehingga pertambahan panjang sistem pegas lebih kecil dibandingkan dengan
susunan seri. Secara matematis penurunan rumus konstanta pengganti pegas pada
rangkaian paralel yaitu :

Gbr. Pegas seri dan pararel

Sumber :(https://www.google.co.id/2014/08/30/search?q=gambar+pegas+seri+d
an+paralel /)

F = F1 + F2 +F3

Kp, = (k1 + k2 + k3)

Kp = k1 + k2 + k3

Dimana:

kp adalah Konstanta Pengganti (N/m),

adalah Pertambahan Panjang(m),

F adalah Gaya(N), dan

W adalah Berat (N).


Catatan:

Pada rangkaian seri apabila pada ujung susunan pegas bekerja gaya (F), maka
masing-masing pegas mendapat gaya yang sama esar yaitu F. Pada rangkaian pararel
konstanta pegas total untuk rangkaian pegas pararel menurut Hukum Hooke adalah
selama gaya (F) bekerja pertambahan panjang masing-masing pegas besarnya.

(Mikrajuddin,2016:499-500)

PROSEDUR PRAKTIKUM

1. Nyalakan laptop/komputer yang sudah tersambung pada jaringan internet.

2. Kemudian buka situs phet yaitu : https://phet.colorado.edu/in/

3. Klik “Simulasi” dan pilih “Fisika”


4. Cari percobaan Praktikum yang berjudul : “Hukum Hooke”

5. Buka dan lanjutkan percobaan Hukum Hooke.

6. Klik bagian pengantar, kemudian centang semua pilihan yang ada pada kolom diatas.
7. Atur Konstanta pegas dan Gaya yang dikenakan sesuai pada data percobaan yang
digunakan.

8. Setelah itu, akan muncul pertambahan panjang pada pegas yang dilakukan.

9. Lakukan percobaan ini hingga mendapatkan data.

DATA PRAKTIKUM

No. Konstanta Pegas Gaya yang dikenakan Pertambahan panjang pada


(N/m) (N) pegas (m)

1. 100 -83 0,830 kekiri

2. 120 -50 0,417 kekiri

3. 130 -30 0,231 kekiri

4. 150 -25 0,167 kekiri

5. 170 -20 0,118 kekiri

6. 200 8 0,040 kekanan

7. 210 22 0,105 kekanan

8. 230 30 0,130 kekanan

9. 240 50 0,208 kekanan

10. 250 58 0,232 kekanan


PEMBAHASAN PRAKTIKUM
1. Dik : Konstanta pegas = 100 N/m
Gaya yang dikenakan = -83 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = - 0,830 m kekiri
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah - 0,830 m

2. Dik : Konstanta pegas = 120 N/m


Gaya yang dikenakan = -50 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = - 0,417 m kekiri
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah - 0,830 m

3. Dik : Konstanta pegas = 130 N/m


Gaya yang dikenakan = -30 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = -0,231 m kekiri
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah - 0,231 m

4. Dik : Konstanta pegas = 150 N/m


Gaya yang dikenakan = -25 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = - 0,167 m kekiri
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah - 0,167 m
5. Dik : Konstanta pegas = 170 N/m
Gaya yang dikenakan = -20 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = - 0,118 m kekiri
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah - 0,118 m

6. Dik : Konstanta pegas = 200 N/m


Gaya yang dikenakan = 8 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = 0,040 m kekanan
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah 0,040 m

7. Dik : Konstanta pegas = 210 N/m


Gaya yang dikenakan = 22 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = 0,105 m kekanan
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah 0,105 m

8. Dik : Konstanta pegas = 230 N/m


Gaya yang dikenakan = 30 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = 0,130 m kekanan
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah 0,130 m
9. Dik : Konstanta pegas = 240 N/m
Gaya yang dikenakan = 50 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = 0,208 m kekanan
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah 0,208 m

10. Dik : Konstanta pegas = 150 N/m


Gaya yang dikenakan = 25 N
Dit : Pertambahan panjang pada pegas (m) ?
Jawab : F= k. x

= = 0,167 m kekanan
Jadi, Pertambahan panjang pada pegas adalah 0,167 m

Terbukti bahwa pertambahan panjang sesuai dengan nilai pada praktikum yang dilakukan.
Semakin besar pertambahan panjang pegas, maka semakin besar pula gaya yang dikerjakan
pada pegas.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil praktikum mengenai Hukum Hooke ini
adalah

sebagai berikut :

 Semakin berat massa beban yang digantung pada pegas, maka semakin besar gaya
yang diperlukan untuk menarik beban ke bawah.

 Dari percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya (F) yang bekerja pada pegas
berbanding lurus dengan pertambahan panjang pegas.

 Setiap kali ditambahkan beban pada pegas, maka panjang pegas semakin bertambah
panjang sebanding dengan gaya berat yang bekerja pada benda.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar II. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Giancoli, Douglas C. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Halliday. (1978). Fisika Dasar I Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Ishaq, Mohammad.2007.Fisika Dasar Edisi 2.Graha Ilmu.Yogyakarta.

Tipler, Paul.1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta : Erlangga

Aplikasi pHET , 2020. Hukum Hooke. (Online) : diakses pada tanggal 5 Juni 2020 pukul
14:25 WIB https://phet.colorado.edu/sims/html/Hukum-Hooke

Anda mungkin juga menyukai