Anda di halaman 1dari 27

Laporan Praktikum

MEKANIKA

PERCOBAAN II
HUKUM HOOKE

NAMA : NILUH EKA PUSPAYNTI


STAMBUK : A 241 15 026
KELOMPOK : 7(TUJUH)
ASISTEN : EDWI AGUSSTIAWAN

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO, 2016
LEMBAR KOREKSI

PERCOBAAN III

HUKUM HOOKE

Nama : Niluh Eka Puspayanti

Stambuk : A 24115026

Kelompok : 7(tujuh)

Asisten : Edwi Agusstiawan

No Hari, Tanggal Keterangan Paraf


PERCOBAAN III
HUKUM HOOKE

I. Tujuan

1. Menentukam konstanta pegas (k)

2. Menganalisis grafik hubungan antara gaya (N) dan jarak (m)

3. Menganalisis grafik hubungan antara kecepatan (v) dan waktu (s)

4. Menganalisis grafik hubungan antara jarak (m) dan waktu (s)

5. Menentukan energy dalam (U) dan energy kineti (K)

II. Alat dan Bahan

1. Pascar Dynamic System (1,2 m) 1 Buah


2. Motion Sensor 1 Buah
3. Force Sensor 1 Buah
4. 850 Computer Interface 1 Buah
5. PASCO Capstone 1 Buah
6. Pascar 1 Buah
7. Strong Spring 1 Buah
8. Low Spring 1 Buah
9. Spring Cart Launcher 1 Buah
10. Komputer 1 Buah
III. Dasar Teori
Ketika dirimu menarik karet mainan sampai batas tertentu, karet tersebut
bertambah panjang. silahkan dicoba kalau tidak percaya. Jika tarikanmu
dilepaskan, maka karet akan kembali ke panjang semula. Demikian juga ketika
dirimu merentangkan pegas, pegas tersebut akan bertambah panjang. tetapi ketika
dilepaskan, panjang pegas akan kembali seperti semula. Hal itu disebabkan karena
benda-benda tersebut memiliki sifat elastis. Elastis atau elastsisitas adalah
kemampuan sebuah benda untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar
yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada
sebuah benda yang elastis, maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan
karet, yang dimaksudkan dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang.
Hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas dengan pertambahan
panjang pegas x pada daerah elastisitas pertama kali dikemukakan oleh Robert
Hooke (1635 - 1703), yang kemudian dikenal dengan Hukum Hooke. Misalnya
ditinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung pegas tersebut
dikaitkan sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan, demikian juga
dengan gaya gesekan, sehingga benda meluncur pada permukaan horisontal tanpa
hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan dan arah negatif ke
kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan
gaya. Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam
posisi setimbang. Apabila benda ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan),
pegas akan memberikan gaya pemulih pada benda tersebut yang arahnya ke kiri
sehingga benda kembali ke posisi setimbangnya. Sebaliknya, jika benda ditarik ke
kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya pemulih untuk mengembalikan benda
tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi setimbang
Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari
pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (posisi setimbang
ketika x = 0). Secara matematis ditulis :
F = k Δx
dengan:
F = gaya yang dikerjakan pada pegas (N)
Δx = pertambahan panjang (m)
k = konstanta pegas (N/m)
Pada saat ditarik, pegas mengadakan gaya yang besarnya sama dengan gaya
tarikan tetapi arahnya berlawanan (Faksi = -Freaksi). Jika gaya ini disebut gaya
pegas FP maka gaya ini pun sebanding dengan pertambahan panjang pegas.
Fp = -F
Fp = -k.x
Persamaan diatas sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan
hukum hooke, dengan Fp = gaya pegas dan x = simpangan, dengan Tanda negatif
menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan
simpangan x. Ketika kita menarik pegas ke kanan maka x bernilai positif, tetapi
arah F ke kiri (berlawanan arah dengan simpangan x). Sebaliknya jika pegas
ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi gaya
F selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah konstanta
pegas. Konstanta pegas berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas. Semakin besar
konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang
diperlukan untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis
sebuah pegas (semakin kecil konstanta pegas), semakin kecil gaya yang
diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x, kita
akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan
pada benda. Hukum hooke berlaku juga untuk semua benda padat, dari besi
sampai tulang tetapi hanya sampai pada batas-batas tertentu. Misalnya sebuah
batang logam yang digantung vertikal
Berdasarkan persamaan tersebut Hukum Hooke dapat dinyatakan: Pada
daerah elastisitas benda, besarnya pertambahan panjang sebanding dengan gaya
yang bekerja pada benda. Sifat pegas seperti ini banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya pada neraca pegas dan pada kendaraan bermotor
(pegas sebagai
peredam kejut). Dua buah pegas atau lebih yang dirangkaikan dapat diganti
dengan sebuah pegas pengganti. 2 pegas atau lebih yang dirangkai secara seri
akan memiliki nilai konstanta pegas total sebesar :
Sedangkan untuk tetapan pegas pengganti parale: Jika sebuah benda
diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah elastis
sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Gaya yang diberikan
juga memiliki batas-batas tertentu.. Jika gaya yang terlalu besar, maka benda akan
melewati batas elastisitasnya dan akan memasuki daerah plastis yang berarti
bahwa benda tersebut tidak akan kembali ke bentuk asalnya. Jika gaya lebih besar
dari pada kekuatan maksimumnya maka materi tersebut akan patah atau tidak
kembali ke bentuk asalnya. Hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas
hukum hooke dan batas elastisitas. Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda
akan memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang
sama, misalnya tulang dan besi. Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat
dari materi yang sama (besi, misalnya), tetapi memiliki panjang dan luas
penampang yang berbeda maka benda tersebut akan mengalami pertambahan
panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika kita
membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki
panjang dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama,
besar pertambahan panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan
berbanding terbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu benda, makin
besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin
kecil pertambahan panjangnya.
IV. Prosedur Kerja

Prosedur A (strong spring)


1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menghubungkan pegas pada pascar dan force sensor dan
meletakkan motion sensor berada di ujung rel belakang.
3. Merangkai alat seperti pada gambar di bawah ini:

4. Perlakuan pertama untuk jarak 1,6X10-1 m.


 Menekan tombol (zero) pada force sensor
 Klik tombol record pada aplikasi pasco pada layar monitor
bersamaan dengan mendorong pascar sejauh 1,6X10-1 m.
 Ketika pascar mencapai jarak 1,6X10-1 m klik tombol stop pada
aplikasi pasco di monitor.
 Mengamati grafik yang di hasilkan dan mengatur tingkat kehalusan
gambar grafik pada aplikasi pasco.
 Menyimpan hasil pengamatan pada komputer dalam bentuk file.
5. Mengulangi langkah 4 untuk jarak 2,6X10-1 m dan 3,6X10-1 m.
6. Memasukkan hasil pengamatan kedalam tabel hasil pengamatan.

Prosedur A (Law Spring)


1. Mengulangi perosedur A (Strong Spting) untuk Law Spring

Prosedur B
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menghubungkan Motion sensor pada universal interface

3. Menghubungkan Force sensor pada universal interface


4. Merangkai alat seperti pada gambar di bawah ini

5. Perlakuan pertama untuk jarak 7X10-2 m


 Menekan tombol (zero) pada force sensor
 Klik tombol record pada aplikasi pasco pada layar monitor
bersamaan dengan menarik pascar sejauh 7X10-2 m
 Ketika pascar mencapai jarak 7X10-2 m klik tombol stop pada
aplikasi pasco di monitor
 Mengamati grafik yang di hasilkan dan mengatur tingkat
kehalusan gambar grafik pada aplikasi pasco
 Menyimpan hasil pengamatan pada komputer dalam bentuk file
6. Mengulangi langkah 5 untuk jarak 5X10-2 m dan 3x10-2 m.
7. Memasukkan hasil pengamatan kedalam tabel hasil pengamatan.
V. Hasil Pengamatan
 Prosedur A
 Tabel Perlakuan A1 (Strong Spring)

No. Jarak (m) F (N) ∆𝑥 (m)

1. 1,6 x 10-1 m - 0,325 N 0,103 m

2. 2,6 x 10-1 m - 0,795 N 0,195 m

3. 3,6 x 10-1 m - 1,165 N 0,279 m

 Tabel Perlakuan A1 (Law Spring)

No. Jarak (m) F (N) ∆𝑥 (m)

1. 1,6 x 10-1 m - 0,595N 0,103 m

2. 2,6 x 10-1 m - 1,015N 0,195 m

3. 3,6 x 10-1 m - 1,47N 0,279 m

 Perlakuan B

No. Jarak (m) F (N) ∆𝑥 (m)

1. 7 x 10-2 m - 1,08 N 0,021 m

2. 5 x 10-2 m - 1,605 N 0,045 m

3. 3 x 10-2 m - 2,885 N 0,066 m


 Grafik gaya (F) dan jarak (x)
 Perlakuan A1
 Untuk Jarak 1,6 x 10-1 m

Untuk Jarak 2,6 x 10-2 m


 Untuk Jarak 3,6 x 10-1 m

 Perlakuan A2
 Untuk Jarak 1,6 x 10-1 m

 Untuk Jarak 2,6 x 10-1 m


 Untuk Jarak 3,6 x 10-1 m
 Perlakuan B
 Untuk Jarak 7 x 10-2 m

 Untuk Jarak 5 x 10-2 m


 Untuk Jarak 3 x 10-2m

VI. Analisa Data


Prosedur A
 Perlakuan A1 (Strong Spring)

a. Menentukan besarnya nilai konstanta pegas (k)

F = -k.∆𝑥
 Perlakuan pertama untuk jarak 1,6 x 10-1 m

𝐹 (−0,325) 𝑁
𝑘 = − ∆𝑥 = - = 3,155 𝑁/𝑚
0,103 𝑚

 Perlakuan kedua untuk jarak 2,6 x 10-1 m

𝐹 (−0,795) 𝑁
𝑘 = − ∆𝑥 = - = 4,076 𝑁/𝑚
0,195 𝑚

 Perlakuan ketiga untuk jarak 3,6 x 10-1 m

𝐹 (−1,165) 𝑁
𝑘 = − ∆𝑥 = - = 4,175 𝑁/𝑚
0,279 𝑚
b. Menentukan besarnya energy (U)

1 ∆𝐹
U = 2 k∆𝑥2 dengan k = ∆𝑥

1 1
 U = 2 . 3,155. (0,103)2 = 2. . 3,155 .0,0106= 1,65x 10-2 J
1 1
 U = 2 . 4,076 (0,195)2 = 2 . . 4,076 . 0,038= 7,7x 10-2 J
1 1
 U = 2 . 4,175. (0,279)2 = 2 . 4,17. 0,077= 1,6x 10-1 J

 Perlakuan A2 (Law Spring)


a. Menentukan besarnya nilai konstanta pegas (k)

F = -k.∆𝑥
 Perlakuan pertama untuk jarak 1,6 x 10-1 m

𝐹 (−0,595)𝑁
𝑘 = − ∆𝑥 = - = 5,56𝑁/𝑚
0,107𝑚

 Perlakuan kedua untuk jarak 2,6 x 10-1 m

𝐹 (−1,015)𝑁
𝑘 = − ∆𝑥 = - = 5,18𝑁/𝑚
0,196 𝑚

 Perlakuan ketiga untuk jarak 3,6 x 10-1 m

𝐹 (−1,47)𝑁
𝑘 = − ∆𝑥 = - = 4,9 𝑁/𝑚
0,3 𝑚

b. Menentukan besarnya energy (U)

1 ∆𝐹
U = 2 k∆𝑥2 dengan k = ∆𝑥
1 1
 U = 2 . 5,56. (0,107)2 = 2 . 5,56. 0,011 = 3,05x 10-2 J
1 1
 U = 2 . 5,18. (0,196)2 = 2 . 5,18. 0,038 = 9,8x 10-2 J
1 1
 U = 2 . 4,9. (0,3)2 = 2 . 4,9. 0,09 = 2,2x 10-1 J
Prosedur B
a. Menentukan besarnya nilai konstanta pegas (k)
F = -k.∆𝑥
 Perlakuan pertama untuk jarak 7 x 10-2 m

𝐹 (−1,08)𝑁
𝑘 = − ∆𝑥 = - = 51,43 𝑁/𝑚
0,021𝑚

 Perlakuan kedua untuk jarak 5 x 10-2 m

𝐹 (−1,605)𝑁
𝑘 = − ∆𝑥𝑥 = - 0,045 𝑚
= 35,66 𝑁/𝑚

 Perlakuan ketiga untuk jarak 3 x 10-2 m

𝐹 (−2,885)𝑁
𝑘 = − ∆𝑥 = - = 43,71 𝑁/𝑚
0,066𝑚

b. Menentukan besarnya energy (U)

1 ∆𝐹
U = 2 k∆𝑥2 dengan k = ∆𝑥

1 1
 U = 2 . 51,43 . (0,021)2 = 2 . 51,43 .4,41x10-4 = 1,15 x 10-2 J
1 1
 U = 2 . 35,66. (0,045)2 = 2 . 35,66. 2,025x10-3= 3,6x 10-2 J
1 1
U = 2 . 43,71. (0,066)2 = 2 . . 43,71. 4,356x10-3= 9,5x 10-2 J
VII. Pembahasan
Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan
berubah. Semakin besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pertambahan
panjang pegas tersebut. Ketika gaya tarik dihilangkan, pegas akan kembali
keadaan semula. Jika beberapa pegas ditarik dengan gaya yang sama,
pertambahan panjang setiap pegas akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh
setiap karasteristik suatu pegas. Karakteristik suatu pegas dinyatakan dengan
konstanta pegas (k). Elastis atau elastsisitas adalah kemampuan sebuah benda
untuk kembali ke bentuk awalnya ketika gaya luar yang diberikan pada benda
tersebut dihilangkan. Jika sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis,
maka bentuk benda tersebut berubah. Untuk pegas dan karet, yang dimaksudkan
dengan perubahan bentuk adalah pertambahan panjang. Hubungan antara gaya F
yang meregangkan pegas dengan pertambahan panjang pegas x pada daerah
elastisitas pertama kali dikemukakan oleh Robert Hooke (1635 - 1703), yang
kemudian dikenal dengan Hukum Hooke. Hukum Hooke menyatakan bahwa jika
pada sebuah pegas bekerja pada sebuah gaya, maka pegas tersebut akan
bertambah panjang sebanding dengan besar gaya yang bekerja padanya.Secara
matematis, hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan pertambahan
panjang pegas.
Pada percobaan ini alat dan bahan yang digunakan antara lain yaitu : Pascar
Dynamic System (1,2 m), Motion sensor,Force Sensor,850 Computer
Interface,Pascar, PASCO Capstone, Strong Spring, Low Spring, Spring Cart
Launcher dan komputer. Fungsi dari alat-alat yaitu sensor gaya untuk mendeteksi
seberapa besar gaya yang bekerja pada Pascar; pascar berfungsi sebagai objek
yang diamati. Pasco Capstone berfungsi adalah software dalam komputer untuk
menampilkan grafik hubungan antara fungsi gaya dan waktu; 850 Computer
Interface yaitu alat yang berhubungan dengan software pasco yang terhubung ke
komputer untuk menghasilkan output grafik dengan inputnya terhubung pada
sensor gerak ataupun sensor gaya; Motion sensor atau sensor gerak untuk
mendeteksi pergerakan atau jarak yang di tempuh oleh Pascar; komputerberfungsi
untuk mengambil data dan menyimpan data padaan saat kita sedang
melaksanakan suatu praktikan.
Percobaan ini dilakukan dengan 2 jenis perlakuan yaitu dengan
menggunakan Pascar yang dihubungkan dengan sebuah strong spring untuk
perlakuan pertama A1 dan law spring untuk perlakuan A2 dan menggunakan Spring
Cart Launcher untuk perlakuan kedua.
Dalam percobaan ini grafik yang muncul merupakan grafik gaya terhadap
perubahan jarak. Bentuk grafik dari perlakuan pertama dan perlakuan kedua
berbeda. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan pertama arah dari PasCar
mendekati sensor gerak sedangkan pada perlakuan ke dua arah dari PasCar
menjauhi sensor gerak. Berdasarkan grafik yang ada dapat ditentukan konstanta
pegas dari setiap perlakuan.
Dari hasil pengamatan pada praktikum ini didapatkan grafik pada perlakuan
A1 dengan jarak 1,6 x 10-1 m didapatakan nilai gaya (F) awal sebesar 0,03 N dan
nilai gaya (F) akhir sebesar -0,68 N serta nilai jarak (x) awal sebesar 0,767 m dan
nilai jarak (x) akhir sebesar 0,664 m. Pada jarak 2,6 x 10-1 m didapatkan nilai gaya
(F) awal sebesar -0,16 N dan nilai gaya (F) akhir sebesar -1,43 N serta nilai jarak
(x) awal sebesar 0,765 m dan nilai jarak (x) akhir sebesar 0,570 m. Dan pada jarak
3,6 x 10-1 m didapatkan nilai gaya (F) awal sebesar -0,23 N dan nilai gaya (F)
akhir sebesar -2,10 N dan nilai jarak (x) awal sebesar 0,760 dan nilai jarak (x)
akhir sebesar 0,481. Untuk perlakuan A2 dengan jarak 1,6 x 10-1 m didapatkan
nilai gaya (F) awal sebesar -0,16 N dan nilai gaya (F) akhir sebesar -1,03 N serta
nilai jarak (x) awal sebesar 0,783 m dan nilai jarak (x) akhir sebesar 0,676 m.
untuk jarak 2,6 x 10-1 m didapatkan nilai gaya (F) awal sebesar -0,22 N dan nilai
gaya (F) akhir sebesar -1,81 N serta nilai jarak (x) awal sebesar 0,778 m dan nilai
jarak (x) akhir sebesar 0,582 m. Untuk jarak 3,6 x 10-1 m didapatkan nilai gaya (F)
awal sebesar -0,19 N dan nilai gaya (F) akhir sebesar -2,63 N serta niali jarak (x)
awal sebesar 0,779 m dan nilai jarak (x) akhir sebesar 0,479 m. Untuk perlakuan
B Untuk jarak 3 x 10-2 m didapatkan nilai gaya (F) awal sebesar -0,16 N dan nilai
gaya (F) akhir sebesar -5,61 N serta nilai jarak (x) awal 0,895 m dan nilai jarak (x)
akhir sebesar 0,961 m.Untuk jarak 5 x 10-2 m didapatkan nilai gaya (F) awal
sebesar 0,18 N dan nilai gaya (F) akhir sebesar -3,39 N serta niali jarak (x) awal
sebesar 0,895 m dan nilai jarak (x) akhir sebesar 0,940 m. Dengan jarak 7 x 10-2
m didapatkan nilai gaya (F) awal sebesar -0,23 N dan nilai gaya (F) akhir sebesar
-1,93 N serta nilai jarak (x) awal sebesar 0,899 m dan nilai jarak (x) akhir sebesar
0,920 m.
Pada hasil pengamatan, dapat dilihat grafik gaya F terhadap perubahan jarak
x. Grafik ini menunjukkan besar dari konstanta pegas. Salah satu tujuan dari
percobaan ini adalah mencari nilai dari konstanta pegas. Adapun nilai dari
konstanta pegas (k) dari prusedur A, yaitu diperoleh dengan menggunakan pegas
(strong spring) yaitu. Perlakuan pertama untuk jarak 1,6 x 10-1 = 3,155𝑁/𝑚.
Perlakuan kedua untuk jarak 2,6 x 10-1 m =4,076 𝑁/𝑚.Perlakuan ketiga untuk
jarak 3,6 x 10-1 m =4,175 𝑁/𝑚. Untuk nilai dari konstanta pegas (k) yang
diperoleh dengan menggunakan pegas (Law spring) yaitu. Perlakuan pertama
untuk jarak 1,6 x 10-1 m =5,56 𝑁/𝑚. Perlakuan kedua untuk jarak 2,6 x 10-1 m =
5,18𝑁/𝑚. Perlakuan ketiga untuk jarak 3,6 x 10-1 m =4,9 𝑁/𝑚. Nilai dari
konstanta pegas (k) dari prosedur B, yaitu. Perlakuan pertama untuk jarak 7 x 10-2
m = 51,43 𝑁/𝑚. Perlakuan kedua untuk jarak 5 x 10-2 m = 35,66 𝑁/𝑚.
Perlakuan ketiga untuk jarak 3 x 10-2 m = 43,71 𝑁/𝑚.
Dari hasil tersebut, Untuk perlakuan A1 dapat dilihat bahwa konstanta
pegas pada perlakuan A2 jauh lebih besar dari pada konstanta pada perlakuan A1.
Dan dapat dilihat bahwa konstanta pegas pada perlakuan B jauh lebih besar
dibanding pada perlakuan A2. Adapun faktor yang mempengaruhi perbedaan
besar konstanta tersebut adalah sifat elastis dari pegas yang digunakan. Pegas
pertama untuk perlakuan A1 (strong spring) lebih elastis dari pada pegas yang
digunakan pada perlakuan A2 (law spring),untuk perlakuan A2 (law spring) lebih
elastis dari pada pegas yang digunakan pada perlakuan B (spring cart launcher).
Dimana, semakin kaku sebuah pegas semakin tidak elastis pegas tersebut maka
semakin besar gaya yang diperlukan untuk menekan ataupun meregangkan pegas
sehingga konstanta pegas juga akan semakin besar karena gaya berbanding lurus
dengan konstanta pegas. Begitupun sebaliknya. Sehingga pada perlakuan kedua,
konstanta pegasnya sangat besar.
Tujuan lain dari percobaan ini adalah untuk menghitung nilai energi pada
pegas. Energi dalam pegas dipengaruhi oleh besarnya nilai konstanta pegas dan
besarnya perubahan posisi Pascar (∆𝑥), dimana konstanta pegas dan perubahan
posisi berbanding lurus dengan energi dalam pegas. Sehingga, semakin besar nilai
konstanta pegas (k) dan perubahan posisi Pascar (∆𝑥) maka akan semakin besar
energi dalam pegas tersebut. Adapun nilai energy dalam (U) pada prosedur A,
yaitu diperoleh dengan menggunakan pegas (Strong Spring) berturut-turut yaitu.
U = 1,65x 10-2 J. U = 7,7x 10-2 J. U =1,6x 10-1 J. Untuk nilai energy dalam (U)
diperoleh dengan menggunakan pegas (Law Spring) berturut-turut yaitu. U =
3,05x 10-2 J. U = 9,8x 10-2 J. U =2,2x 10-1 J. Nilai energy dalam (U) pada
prosedur B, yaitu. U =1,15 x 10-2 J. U =3,6x 10-2 J. U =9,5x 10-2 J.
Dari hasil perhitungan, dapat dikatakan bahwa semakin besar jaraknya
maka energi dalamnya semakin besar dan sebaliknya. Semakin pendek jaraknya,
maka energi dalam pegas juga semakin kecil. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
hasil percobaan sesuai dengan literatur. Ada beberapa gesekan dalam sistem juga
akan menurunkan nilai diukur dari energi pegas.
Pada percobaan ini, kesalahan kesalahan yang terjadi pada saat praktikum
antara lain yaitu kurangnya ketelitian dan keterampilan praktikan saat
menggunakan alat sehingga data yang diperoleh tidak terlalu akurat.
VII. Kesimpulan
1. Besar konstanta pegas yang diperoleh pada percobaan ini adalah:
 Prosedur A
 Untuk perlakuan A1
Jarak 1,6 x 10-1 = 3,155 N/m
Jarak 2,6 x 10-1 = 4,076 N/m
Jarak 3,6 x 10-1 = 4,175 N/m

 Untuk perlakuan A2
Jarak 1,6 x 10-1 = 5,56 N/m
Jarak 2,6 x 10-1 = 5,18 N/m
Jarak 3,6 x 10-1 = 4,9 N/m

 Prosedur B
Jarak 7 x 10-2 = 51,43 N/m
Jarak 5 x 10-2 = 35,66 N/m
Jarak 6 x 10-2 = 43,71 N/m

2. Grafik antara fungsi gaya (F) terhadap fungsi jarak (m)


 Perlakuan A1
 Untuk Jarak 1,6 x 10-1 m
Untuk Jarak 2,6 x 10-2 m
 Untuk Jarak 3,6 x 10-1 m

 Perlakuan A2
 Untuk Jarak 1,6 x 10-1 m

 Untuk Jarak 2,6 x 10-1 m


 Untuk Jarak 3,6 x 10-1 m
 Perlakuan B
 Untuk Jarak 7 x 10-2 m

 Untuk Jarak 5 x 10-2 m


 Untuk Jarak 3 x 10-2m

3. Besar energy dalam pegas (U) yang diperoleh pada percobaan ini adalah.
 Prosedur A
 Untuk perlakuan A1

Jarak 1,6 x 10-1, U = 1,65x 10-2 J


Jarak 2,6 x 10-1, U = 7,7x 10-2 J
Jarak 3,6 x 10-1, U = 1,6x 10-1 J

 Untuk perlakuan A2

Jarak 1,6 x 10-1, U = 3,05x 10-2 J


Jarak 2,6 x 10-1, U = 9,8x 10-2 J
Jarak 3,6 x 10-1, U = 2,2x 10-1 J

 Prosedur B
Jarak 7 x 10-2 = 1,15x 10-2 J
Jarak 5 x 10-2 = 3,6x 10-2 J
Jarak 6 x 10-2 = 9,5x 10-2 J
Daftar Pustaka

Apriyazid. (2010). Hukum Hooke dan Elastisitas. [Online]. Tersedia :


http://yangberani.blogspot.co.id/2010/11/hukum-hooke-dan-
elastisitas.html. (Diakses 14 oktober 2016).

Kanginan,Marthen . (2008). Seribupena fisika kelas XI jilid 2. jakarta : Erlangga

Tim Penyusun. (2016). Modul Praktikum Mekanika. Palu : Universitas Tadulako

Anda mungkin juga menyukai