Anda di halaman 1dari 44

MODUL ELEKTRONIKA

ANALOG
DAN DIGITAL

Disusun Oleh
:

BATNIAR
2

KATA PENGANTAR

Modul ini berjudul Elektronika Analog dan Digital yang disusun ini
digunakan sebagai panduan kegiatan belajar mahasiswa berdasarkan Rancangan
Pembelajaran per Semester (RPS) mata kuliah Elektronika Analog dan Digital
pada program studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.
Dalam modul ini terdiri dari 12 materi pokok, yaitu: a).Ruang lingkup
mata kuliah elektronika digital dan analog, b).Dasar-dasar elektronika, c).
Sistem elektronika digital dan analog, d). Klasifikasi komponen elektronika
analog, e). Rangkaian penyearah dan power suplai dc, f). Rangkaian penguat, g).
Rangakain komparator dan logika biner, h). Mengkonversi sistem bilangan
desimal ke sistem bilangan biner, i). Gerbang dasar digital, j). Merangkai
gerbang dasar dalam berbagai keperluan pengendalian keluaran akhir gerbang,
k). Rangkaian flip-flop, mutivibrator,register, timer, sinkronous, dan
memori,l).Aplikasi rangkaian elektronika digital dan analog.
Disamping materi pokok, dilengkapi pula dengan latihan sebagai
evaluasi pembelajaran.Semoga dengan mempelajari modul ini mahasiswa dapat
memahami dan menguasai 12 materi pokok yang dibahas pada modul ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
modul ini, sehingga saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan.
Semoga modul ini banyak memberikan manfaat bagi para mahasiswa
khususnya.

Makassar, Junli 2023


3

DAFTAR ISI
Halaman Sampul..................................................................................................i

Kata Pengantar....................................................................................................ii

Daftar Isi.............................................................................................................iii

Daftar Gambar....................................................................................................iv

Pendahuluan........................................................................................................v

KEGIATAN BELAJAR 5 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG. .1

Penyearah Setengah Gelombang.........................................................................1

Penyearah Gelombang Penuh Dengan Power suplai CT....................................1

Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan....................................................

Rangkuman............................................................................................................

KEGIATAN BELAJAR 6. RANGKAIAN PENGUAT...................................

Pengantar Penguat Awal.......................................................................................

Rangkaian Setara-h................................................................................................

Penguat Awal........................................................................................................

Penguat Penyangga (Buffer)..................................................................................

Rangkuman............................................................................................................

KEGIATAN BELAJAR 7. RANGKAIAN KOMPARATOR

Rangkaian Komparator..........................................................................................

Komporator Untuk Dua bit Data...........................................................................


4

Komparator untuk Lebih dari Dua bit Data..........................................................

Merancang Komparator dengan Komponen Baku................................................

Rangkuman............................................................................................................

KEGIATAN BELAJAR 8. LOGIKA BINER

Contoh Pengolahan Informasi Biner.....................................................................

Logika Biner..........................................................................................................

Definisi Logika Biner............................................................................................

AND......................................................................................................................

OR..........................................................................................................................

NOT.......................................................................................................................

Rangkaian Switching dan Sinyal Biner.................................................................

Rangkuman............................................................................................................

Kotak hitam Komparato yang Disempurnakan.....................................................

Gambar Komparator 6 bit.....................................................................................

Gambar Implementasi kondisi matematik pada rangkaian komparator..............

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
5

RANGKAIAN PENYEARAH DAN POWER SUPLAI DC

Dioda semikonduktor banyak digunakan sebagai penyearah. Penyearah


yang paling sederhana adalah penyearah setengah gelombang, yaitu yang terdiri
dari sebuah dioda. Melihat dari namanya, maka hanya setengah gelombang saja
yang akan disearahkan.
Rangkaian penyearah setengah gelombangmendapat masukan dari
skunder power suplai yang berupa sinyal ac berbentuk sinus, Vi = Vm Sin wt
(Gambar 5.1 b).Dari persamaan tersebut,Vm merupakan tegangan puncak atau
teganganmaksimum. Harga Vm ini hanya bisa diukur dengan CRO yakni dengan
melihat langsung pada gelombangnya. Sedangkan pada umumnya harga yang
tercantum pada skunder power suplai adalah tegangan efektif.
Tegangan (arus) efektif atau rms (rootmean-square) adalah tegangan
(arus)yang terukur oleh voltmeter (amper-meter). Karenaharga Vm pada
umumnya jauh lebih besar dari pada Vγ (tegangan cut-in dioda), maka pada
pembahasan penyearah ini Vγ diabaikan
Prinsip kerja penyearah setengahgelombang adalah bahwapada saat
sinyal input berupa siklus positip maka dioda mendapat bias maju sehingga arus
(i) mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input berupa siklus negatip
maka dioda mendapat bias mundur sehinggatidak mengalir arus. Bentuk
gelombangtegangan input (vi) ditunjukkan pada (b) dan arus beban(i) pada (c)
dari Resistansi dioda pada saat ON (mendapat bias maju) adalah RF, yang
umumnya nilainyalebih kecil dari RL. Pada saat dioda OFF (mendapatbias
6

mundur) resistansinya besar sekali atau dalam pembahasan ini dianggap tidak
terhingga, sehingga arus dioda tidak mengalir atau i = 0 .

Penyearah Setengah Gelombang

(b) Tegangan Skunder Power suplai; (c) Arus Beban


7

Resistansi dioda pada saat ON (mendapat bias maju) adalah RF, yang
umumnya nilainyalebih kecil dari RL. Pada saat dioda OFF (mendapatbias
mundur) resistansinya besar sekali atau dalam pembahasan ini dianggap tidak
terhingga, sehingga arus dioda tidak mengalir atau i = 0 .
Arus yang mengalir ke beban (i) terlihat pada Gambar 5.1 (c) bentuknya
sudah searah(satu arah) yaitu positip semua.Apabila arah dioda dibalik, maka arus
yang mengalir adalah negatip. Frekuensi sinyal keluaran dari penyearah setengah
gelombang ini adalah sama dengan frekuensi input (dari jalajala listrik) yaitu 50
Hz. Karena jarak dari puncak satu ke puncak berikutnya adalah sama.
Terlihat dengan jelas bahwa rangkaian penyearah gelombang penuh ini
merupakan gabungan dua buah penyearah setengah gelombang yang hidupnya
bergantian setiap setengah siklus. Sehingga arus maupun tegangan rata-ratanya
adalah dua kali dari penyearah setengah gelombang. Dengan cara penurunan yang
sama, maka diperoleh.
Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan
dapat dijelaskan melalui Gambar 5.8 Pada saat rangkaian jembatan mendapatkan
bagian positip dari siklus sinyalac, maka (Gambar 5.8b) : ü D1 dan D3 hidup
(ON), karena mendapat bias maju D2 dan D4 mati (OFF), karena mendapat bias.
Prinsip kerja penyearah setengahgelombang adalah bahwa pada saat sinyal
input berupa siklus positip maka dioda mendapat bias maju sehingga arus (i)
mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input berupa siklus negatip
maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak mengalir arus. Rangkaian
8

penyearah gelombang penuh ada dua macam, yaitu dengan menggunakan power
suplai CT (center-tap = tap tengah)dan dengan sistem jembatan.
Dalam perencanaan rangkaian penyearah yang juga penting untuk diketahui
adalah berapa tegangan maksimum yang boleh diberikan pada dioda. Tegangan
maksimum yang harus ditahan oleh dioda ini sering disebut dengan istilah PIV
(peak-inverse voltage) atau tegangan puncak balik. Hal ini karena pada saat dioda
mendapat bias mundur (balik) maka tidak arus yang mengalir dan semua tegangan
dari skunder power suplai berada pada dioda. Bentuk gelombang dari sinyal pada
dioda dapat dilihat pada Gambar 5.6. PIV untuk penyearah setengah gelombang
ini adalah :

Bentuk Gelombang Sinyal pada Dioda

Bentuk gelombang sinyal pada dioda seperti Gambar 5.6 dengan anggapan
bahwa Rf dioda diabaikan, karena nilainya kecil sekali dibanding RL. Sehingga
pada saat siklus positip dimana dioda sedang ON (mendapat bias maju), terlihat
turun tegangannya adalah nol. Sedangkan saat siklus negatip, dioda sedang OFF
(mendapat bias mundur) sehingga tegangan puncak dari skunder power suplai
(Vm) semuanya berada pada dioda
9

1. Penyearah Gelombang Penuh Dengan Power suplai CT


Rangkaian penyearah gelombang penuh ada dua macam, yaitu dengan
yaitu dengan menggunakan power suplai CT (center-tap = tap tengah) dan dengan
sistem jembatan. Gambar 5.7 menunjukkan rangkaian penyearah gelombang
penuh dengan menggunakan power suplai CT. Terminal skunder dari Power
suplai CT mengeluarkan dua buah tegangan keluaran yang sama tetapi fasanya
berlawanan dengan titik CT sebagai titik tengahnya. Kedua keluaran ini masing-
masing dihubungkan ke D1 dan D2, sehingga saat D1 mendapat sinyal siklus
positip maka D1 mendapat sinyal siklus negatip, dan sebaliknya. Dengan
demikian D1 dan D2 hidupnya bergantian. Namun karena arus i1 dan i2 melewati
tahanan beban (RL) dengan arah yang sama, maka iL menjadi satu arah (29 c).
menggunakan power suplai CT (center-tap = tap tengah) dan dengan
sistem

a. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh dengan Power suplai CT


10

b. Sinyal Input

c.Arus Dioda dan Arus Beban


Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh

Terlihat dengan jelas bahwa rangkaian penyearah gelombang penuh ini


merupakan gabungan dua buah penyearah setengah gelombang yang hidupnya
bergantian setiap setengah siklus. Sehingga arus maupun tegangan rata-ratanya
adalah dua kali dari penyearah setengah gelombang. Dengan cara penurunan yang
sama, maka diperoleh:
Apabila penyearah bekerja pada tegangan Vm yang kecil, untuk
11

memperoleh hasil yang lebih teliti, maka tegangan cut-in dioda (Vγ) perlu
dipertimbangkan, yaitu:
Vdc = 0.636 (Vm – Vγ)
Tegangan puncak inverse yang dirasakan oleh dioda adalah sebesar 2Vm.
Misalnya pada saat siklus positip, dimana D1 sedang hidup (ON) dan D2 sedang
mati (OFF), maka jumlah tegangan yang berada pada dioda D2 yang sedang OFF
tersebut adalah dua kali dari tegangan sekunder power suplai. Sehingga PIV untuk
masing-masing dioda dalam rangkaian penyearah dengan power suplai CT adalah:
PIV = 2Vm

3. Penyearah Gelombang Penuh Sistem Jembatan


Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem
jembatan dapat dijelaskan melalui Gambar 5.8. Pada saat rangkaian
jembatan mendapatkan bagian positip dari siklus sinyal ac, maka (Gambar
5.8 b) :

a. Rangkaian Dasar b. Saat Siklus Positip


12

c.Rangkaian Siklus Negatif d.Arus Beban

Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan


dapat dijelaskan melalui Gambar 5.8 Pada saat rangkaian jembatan mendapatkan
bagian positip dari siklus sinyal ac, maka (Gambar 5.8b) :
D1 dan D3 hidup (ON), karena mendapat bias maju
D2 dan D4 mati (OFF), karena mendapat bias mundur Sehingga arus i1
mengalir melalui D1, RL, dan D3.
Sedangkan apabila jembatan memperoleh bagian siklus negatif, maka
(Gambar 5.8c):
13

D2 dan D4 hidup (ON), karena mendapat bias maju


D1 dan D3 mati (OFF), karena mendapat bias mundur Sehingga arus i2
mengalir melalui D2, RL, dan D4.
Arah arus i1 dan i2 yang melewati RL sebagaimana terlihat pada Gambar
5.8b dan c adalah sama, yaitu dari ujung atas RL menuju ground. Dengan
demikian arus yang mengalir ke beban (iL) merupakan penjumlahan dari dua arus
i1 dan i2, dengan menempati paruh waktu masing-masing (Gambar 5.8d).
Besarnya arus rata-rata pada beban adalah sama seperti penyearah
gelombang penuh dengan power suplai CT, yaitu: Idc = 2Im/p = 0.636 Im. Untuk
harga Vdc dengan memperhitungkan harga Vγ adalah:
Vdc = 0.636 (Vm – 2Vγ)
Harga 2Vg ini diperoleh karena pada setiap siklus terdapat dua buah dioda
yang berhubungan secara seri. Disamping harga 2Vg ini, perbedaan lainnya
dibanding dengan power suplai CT adalah harga PIV. Pada penyearah gelombang
penuh dengan sistem jembatan ini PIV masing-masing dioda adalah:
PIV = Vm
Prinsip kerja penyearah setengah gelombang adalah bahwa pada saat
sinyal input berupa siklus positip maka dioda mendapat bias maju sehingga arus
(i) mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input berupa siklus negatip
maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak mengalir arus.
Rangkaian penyearah gelombang penuh ada dua macam, yaitu dengan
menggunakan power suplai CT (center-tap = tap tengah) dan dengan sistem
jembatan.
RANGKAIAN PENGUAT

PENGANTAR PENGUAT AWAL

Penguat awal merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk


memperkuat sinyal atau isyarat dari suatu sumber isyarat yang besarnya arus
maupun tegangan masih lemah. Demikian pula sering didapatkan bahwa
hambatan keluaran atau impedansi keluaran dari sumber isyarat cukup tinggi,
sehingga isyarat akan kehilangan tegangannya atau terjadi pembebanan pada
rangkaian berikutnya apabila impedansi masukan rangkaian berikut rendah. Untuk
itu diperlukan suatu penguat awal yang mampu menjembatani antara sumber
isyarat dan penguat berikutnya dengan penguat awal sehingga sumber isyarat
tidak kehilangan tegangannya. Misalkan sebagai contoh kita mengambil tegangan
dari suatu keluaran photosel, tegangan keluaran photosel sangat kecil untuk dibaca
dengan millivoltmeter demikian pula impedansi keluarannya dalam orde sepuluh
mega- ohm. Maka tegangan ini tidak akan terbaca oleh millivoltmeter yang orde
impedansi masukannya hanya puluhan kilo-ohm
Rangkaian Setara-h
Kita dapat menganggap bahwa suatu penguat atau transistor merupakan
piranti yang memiliki dua gerbang. Gerbangyang dimaksud adalah gerbang
masukandan gerbang keluaran,seperti tergambar di gambar 6.1.,yang melukiskan
atau memberikan simbol dari suatu piranti dengandua gerbang.
Sesungguhnya dari kedua gerbangtersebut kita dapat meninjau untuk
bagian masukannya, misalnya hambatan, tegangan dan arus masukannya.
Demikian pula untuk bagian keluarannya. Namun kali ini kita akan menekankan
pada rankaian setaranya. Sesungguhnya ada beberapa macam rangkaian setara,
yaitu setara -T, -z, -y dan rangkaian setara parameter-h.
Rangkaian setara didasarkan pada rangkaian setara Thevenin untuk
hambatan keluaran yang tidak terlalu besar atau rangkaian setara Norton untuk
hambatan keluaran yang besar. Untuk kesempatan kali ini kita akan membahas
rangkaian setaraparameter-h.Dalam rangkaiansetara parameter-h untuk transistor
dengan emitor bersama pada masukan digunakan rangkaian setara
Thevenin,sedangkan pada keluarannya digunakan rangkaian setara Norton.Hal ini
mengingat bahwa pada transistor dwikutub emitor bersama hambatan masukan
rendah, dan pada keluaran merupakan sumber arus tetap yang dikendalikan oleh
arus masukan.
Rangkaian Setara Parameter-h
Penguat awal pada umumnyadigunakan untuk memperkuat
teganganisyarat masukan yang lemah dan impedansi dari isyarat cukup tinggi.
Apabilai syarat tersebut kita masukan dalam penguat emitor bersama ada
kemungkinan tegangan isyarat tadi akan mengalami penurunan yang sangat besar,
atau dengan kata lain terjadi pembebanan pada rangkaian masukan karena
hambatan masukan penguat rendah.

Prinsip Penyesuai Impedansi Dengan Tranformator


Telah dirumuskan bahwa besarnya v jika antara keluaran sumb isyarat
dihubungkan atau digandengkan dengan masukan pengu awal maka,Terlihat
bahwa nilai vi sangat tergantung dari nisbah z0/zi. Jika z0 > zi maka bilangan
pembagi menjadi besar dan vi > v0, jika z0 < zi maka bilangan pembagi
mendekati satu dan vi ~ v0 dan jika z0 = zi maka vi = (½) v0. Untuk yang terakhir
ini merupakan hal yang paling ideal. Hal tersebut dikarenakan daya yang
dilesapkan dari rangkaian di depan ke rangkaian berikut maksimal, atau dalam
keadaan ini terjadi penyesuaian impedansi (matching impedance).Dengan
demikian masalah impedansi merupakan sangat penting untuk menggandengkan
antara dua sistem tersebut di atas. Oleh karena itu di dalam pemilihan konfigurasi
transistor haruslah tepat agar penguatan dapat berkerja dengan baik .
Ciri dari penguat emitor bersama adalah memiliki hambatan masukan dan
hambatan keluaran yang bernilai sedang yaitu pada orde 1 kiloohmsampai 3 kilo-
ohm, atau tergantung dari harga hie-nya, demikianpula nilai hambataninput
tergantung dari RC atau hambatan beban RL yang biasanya juga berorde 5 kilo-
ohm. Jika suatu isyarat masukan memiliki impedansi yang cukup rendah maka
penguat emitor bersama dapat digunakan langsungdengan gandengan kapasitor
saja, seperti
Pada keperluan tertentupenggunaan transformator input tidak
praktis,terutama dalam impedansi dari sumber yang cukup tinggi, misalnya dalam
orde 100 kΩ. Transformator yang memiliki impedansi tinggi memerlukan ruang

yang cukupbesar. Oleh karena itu kita ingat bahwa penguattransistor dalam
hubungankolektor bersamamemiliki keunggulan; yaitu impedansi masukan yang
besar dan impedansi keluarankecil.
Penggandengan Dua Sistem
Terlihat bahwa nilai vi sangat tergantung dari nisbah z0/zi. Jika z0 > zi
maka bilangan pembagi menjadi besar dan vi > v0, jika z0 < zi maka bilangan
pembagi mendekati satu dan vi ~ v0 dan jika z0 = zi maka vi = (½) v0. Untuk
yang terakhir ini merupakan hal yang paling ideal. Hal tersebut dikarenakan daya
yang dilesapkan dari rangkaian di depan ke rangkaian berikut maksimal, atau
dalam keadaan ini terjadi penyesuaian impedansi (matching impedance).
Dengan demikian masalah impedansi merupakan sangat penting untuk
menggandengkan antara dua sistem tersebut di atas. Oleh karena itu di dalam
pemilihan konfigurasi transistor haruslah tepat agar penguatan dapat berkerja
dengan baik.
Dengan demikian masalah impedansi merupakan sangat penting untuk
menggandengkan antara dua sistem tersebut di atas. Oleh karena itu di dalam
pemilihan konfigurasi transistor haruslah tepat agar penguatan dapat berkerja
dengan baik.
a. Analisis Penguat Awal Emitor Bersama
Ciri dari penguat emitor bersama adalah memiliki hambatan masukan dan
hambatan keluaran yang bernilai sedang yaitu pada orde 1 kilo-ohm sampai 3
kilo- ohm, atau tergantung dari harga hie-nya, demikian pula nilai hambatan input
tergantung dari RC atau hambatan beban RL yang biasanya juga berorde 5 kilo-
7
2

ohm. Jika suatu isyarat masukan memiliki impedansi yang cukup rendah maka
penguat

emitor bersama dapat digunakan langsung dengan gandengan kapasitor


saja, seperti pada gambar

Penguat Emitor Bersama Sebagai Penguat Awal

a. Rangkaian Setara Parameter-h

b. Penyederhanaan dari gambar a

Rangkaian Setara Parameter-h dan Penyederhanaannya

Kita ingat bahwa RB = R1 // R2 dan hie dihitung dengan rumus hie = rb


+ ( 1+ hfe ) re. Apabila nilai zi masih lebih besar atau sama dengan
hambatan/impedansi keluaran RS maka kita dapat menggunakan penguat tersebut
sebagai penguat awal. Dari gambar ini dapat kita peroleh bahwa hambatan atau
impedansi keluaran dari penguat adalah
Dari rumus-rumus di atas parameter yang perlu dicari terlebih dahulu
adalah hie. Apabila arus emitor IE(Q) dapat ditentukan maka rumus-rumus
selanjutnya dapat dihitung. Untuk itu analisis dc emitor bersama harus lebih
dipahami.
Apabila dalam persoalan gandengan terdapat perbedaan impedansi yang
cukup besar, misalnya sumber isyarat memiliki z0 = 25 zi, maka vi akan
mengalami penurunan sampai 1/26 kali terhadap tegangan keluaran isyarat v0.
Hal ini jelas tidak menguntungkan, apalagi jika tegangan isyarat tadi sangat
lemah. Untuk keperluan itu perlu alat yang digunakan untuk menyesuaikan atau
seolah-olah menaikkan impedansi dari rangkaian penguat awal agar tidak terjadi
penurunan tegangan. Untuk itu dapat digunakan "transformator masukan" atau
sering juga disebut "transformator input", untuk menyesuaikan impedansi dari dua
sistem yang akan digandengkan
19

Prinsip Penyesuai Impedansi Dengan Tranformator


dipilih transformator pada bagian masukan impedansinya zit dan jumlah
lilitannya N1 yang sesuai dengan impedansi keluaran sumber isyarat sehingga z0
= zit dan bagian keluaran impedansinya z0t dan jumlah lilitannya N2 sesuai
dengan impedansi masukan penguat sehingga zot = zi. Dari pengertian mengenai
transformator diperoleh adanya hubungan antara impedansi kumparan
tranformator dengan jumlah lilitan dan frekuensi yang masuk. Dalam kaitan ini
misalkan frekuensi yang digunakan adalah frekuensi antara 20 sampai dengan
20.000 Hz.
Pada beberapa jenis mikropon dinamik transformator input ini sudah
terpasang pada mikropon. Sehingga keluaran mikropon sudah tertentu, sebagai
misal mikropon dinamik yang memiliki impedansi keluaran 600 ohm. Apabila
mikropon ini dipasang pada penguat awal emitor bersama kiranya tidak akan
mengalami penurunan tegangan yang terlalu banyak.
a. Analisis Penguat Awal Kolektor Bersama
Pada keperluan tertentu penggunaan transformator input tidak praktis,
terutama dalam impedansi dari sumber yang cukup tinggi, misalnya dalam orde
100 kΩ. Transformator yang memiliki impedansi tinggi memerlukan ruang yang
cukup besar. Oleh karena itu kita ingat bahwa penguat transistor dalam hubungan
20
kolektor bersama memiliki keunggulan; yaitu impedansi masukan yang besar dan
impedansi keluaran kecil. Kita mengingat kembali rangkaian penguat terhubung
kolektor bersama atau kolektor ditanahkan

Penguat Kolektor Bersama

(a)
21

(b)
Rangkaian Setara Penguat Kolektor Bersama

Dari rangkaian gambar 6.7 tersebut kita dapat membuat rangkaian setara
parameter-h, lihat gambar 6.8 a atau 6.8 b. Untuk mencari penguatannya, yaitu
Av
=v’0 /vi, dicari dahulu v'0 dan vi. Pada gambar 6.8 b, 1/h0e digambar
sejajar dengan RE agar mudah menganalisisnya. Pada RE mengalir arus ib dari
jalur masukan dan arus hfe ib dari jalur keluaran, sehingga tegangan keluaran
dapat dinyatakan sebagai
Faktor arus basis ib lenyap dalam persamaan tersebut dan dilihat dari
bentuk persamaannya pastilah bahwa nilai Av selalu lebih kecil atau mendekati
satu. Parameter hie dapat ditentukan dengan persamaan hie = rb + (1 + hfe )re.
1
Besarnya Rit ditentukan oleh nilai (1 + hfe ) RE untuk RE << .
Dengan
22
ℎ𝑜𝑒
demikian nilai zi ditentukan oleh nilai RB jika RB << Rit.
Sedang untuk menghitung impedansi keluaran kita dapat menganggap v'0
sebagai sumber tegangan dengan arus masuk ke arah transistor sebagai i0, pada
gambar 6.8 (b). Impedansi keluarannya adalah
𝑣 ′0
z =

𝑖0
Apabila diisikan nilai-nilai tertentu akan diperoleh bahwa nilai impedansi
keluaran dari penguat kolektor bersama ini yang berperan adalah z0 ~

(ℎ𝑖𝑒 + 𝑅𝐵 // 𝑅𝑠 )

( 1+ ℎ𝑓𝑒 )
𝑅𝑠
atau lebih sederhana lagi hanya ditentukan oleh z0 = re + .
1+ ℎ𝑓𝑒
Dari pembicaraan di atas, penguat kolektor bersama ini dapat digunakan
sebagai penguat awal terutama penyesuai impedansi, sehingga penguat berikutnya
tidak akan menarik arus terlalu banyak karena impedansi keluaran kolektor
bersama sangat kecil. Juga penguat ini karena penguatannya mendekati satu
disebut sebagai penguat penyangga. Namun demikian dari rumus (15) terlihat
bahwa impedansi masukan zi = RB // Rit, dengan demikian nilai zi masih
ditentukan oleh besarnya RB. Untuk mengatasi pengaruh RB ini digunakan teknik
pengangkat impedansi (bootstrap), yaitu dengan memasang kapasitor CB
23

Penguat Kolektor Bersama Dengan Teknik Bootstrap

Nilai CB cukup besar sehingga reaktansinya pada frekuensi sinyal masuk


cukup kecil, sehingga tegangan di titik a kira-kira sama dengan di b dan
sama dengan tegangan keluaran. Dengan pemasangan teknik bootstrap ini
diharapkan besarnya

a. Penguat Awal dengan Rangkaian Terintegrasi


Penguat awal dapat juga disusun atau dirangkai menggunakan rangkaian
terintegrasi atau integrated circuit. Secara umum rangkaian tersebut disebut
penguat operasional atau Operational Amplifier disingkat op-amp. Pembicaraan
24
secara khusus mengenai op-amp akan disampaikan pada modul berikutnya. Op-
amp memiliki karakteristik impedansi masukannya sangat tinggi, yaitu berkisar
300 MΩ (dengan masukan diferensial) dan sekitar 1 GΩ (dengan masukan modus

bersama / common mode). Gambar 6.10 mengilustrasikan sebuah op-amp yang


ukuran luas permukaannya tidak lebih dari 1 cm2 dan tebalnya kira-kira 3 mm,
untuk op-amp yang dikemas dalam plastik keras. Ada pula op-amp yang
dikemas dalam logam berbentuk silinder, diameter dan tinggi silinder kira-kira 5
mm.

Bentuk IC dari op-amp dan Simbol Rangkaian

Banyak sekali jenis-jenis op-amp yang dipergunakan orang untuk


keperluan penguat awal, misalnya LF 155, LF 356, LM 110, LM 170, LM
381,LM 387 dan lain sebagainya. Pada dasarnya op-amp memiliki dua buah
masukan yaitu masukan yang fase keluarannya berbalik disebut masukan
membalik atau inverting input dan masukan yang fase keluarannya tak membalik
disebut masukan tak membalik atau non inverting input. Keluaran pada op-amp
merupakan keluaran tunggal, yaitu apabila kedua masukan tersebut digunakan
25
bersama-sama atau masukan inverting dan non inverting disambung jadi satu
(dikopel) sebagai penerima sinyal, hal ini disebut sebagai masukan modus
bersama (common mode), lihat gambar 6.11 (a). Namun dalam hal yang lain,
yaitu apabila kedua masukan menerima masukan masing-masing, maka op-amp
dikatakan dioperasikan dengan modus diferensial.

a.Op-amp Dipasang Dalam Modus Bersama

b.Op-amp Dipasang Dalam Modus Diferensial

Sebagai penguat deferensial maka masukan pembalik maupun tak


membalik dapat dihubungkan dengan suatu sumber tegangan dengan teknik-
teknik tertentu. Contoh yang paling mudah misalkan dihubungkan dengan
termistor (hambatan yang berubah terhadap suhu). Alat ini biasanya digunakan
untuk indikator perubahan suhu. Maka termistor dapat dipasang sebagai salah satu
hambatan dalam konfigurasi jembatan wheatstone
Jembatan Wheatstone Sebagai Piranti Bantu Masukan Diferensial op-
26
amp
Dari rangkaian jembatan tersebut misalkan diambil suatu suhu acuan
adalah 0o Celcius hambatan termistor adalah R0 , maka tiga hambatan yang lain
R1 , R2 dan R3 juga harus sama dengan R0 , dan nilai hambatan R1 , R2 dan R3
tidak berubah karena perubahan suhu. Saat suhu acuan akan berlaku hubungan
R0 R3 = R1 R2
jika hal itu dipenuhi, maka VB = VD . Namun jika R0 berubah dengan
perubahan suhu maka potensial titik B atau VB tidak sama dengan potensial titik
D atau VD . Dengan demikian terjadi perbedaan potensial di antaranya, perbedaan
ini justru digunakan sebagai masukan penguat diferensial pada op-amp.
b. Penguat Penyangga (Buffer)
Penguat penyangga digunakan sebagai suatu tahap penyesuaian impedansi
tanpa mengurangi besarnya tegangan isyarat. Sesungguhnya terdapat
pengurangan tegangan namun tidak terlalu berarti. Karena penguat kolektor
bersama ini bukan penguat tegangan melainkan merupakan penguat arus.
Dengan memperhatikan penjelasan bahwa arus masukan pada umumnya kecil
sedangkan arus pada keluaran besar, maka penguat ini disebut penguat arus.
Jika diingat bahwa konfigurasi kolektor bersama, di mana keluaran
diambil dari terminal emitor dari transistor yang digunakan. Tegangan sinyal
keluaran selalu sedikit lebih rendah dari pada tegangan sinyal masukan yang
diakibatkan adanya jatuh tegangan pada persambungan emitor-basis. Tidak seperti
tegangan kolektor, tegangan emitor adalah sefase dengan sinyal masukan. Berikut
adalah gambar konfigurasi kolektor bersama (pengikut emitor
27

Konfigurasi Kolektor Bersama (Pengikut Emitor

Konfigurasi pengikut emitor sering digunakan untuk tujuan penjodoh


impedansi (impedance matching). Konfigurasi tersebut akan memberikan
impedansi masukan tinggi dan impedansi keluaran rendah. Selanjutnya, rangkaian
ekivalen untuk konfigurasi pengikut emitor di atas adalah tampak seperti gambar
berikut
28
Rangkaian Ekivalen Dari Pengikut Emitor

Semua konfigurasi transistor dwi kutub dapat digunakan sebagai penguat awal.
Pemilihan rangkaian tergantung pada impedansi keluaran sumber isyarat
yang akan diperkuat, dengan patokan impedansi yang saling berhubungan
diharapkan sama.
Apabila antara sumber isyarat dan penguat impedansi tidak sesuai dapat
digunakan transformator penyesuai impedansi.
Peningkatan impedansi masukan pada penguat kolektor bersama dapat
digunakan teknik pengangkat impedansi atau bootstrap.
Penguat kolektor bersama dapat berfungsi sebagai penyesuai impedansi
dan disebut juga sebagai penguat penyangga karena penguatannya mendekati satu.
Untuk impedansi masukan yang sangat tinggi dapat digunakan rangkaian
penguat terintegrasi yang intinya adalah penguat diferensial atau disebut juga
penguat operasi (0pamp).
Rangkaian jembatan wheatstone dapat digunakan sebagai rangkaian
perantara untuk menciptakan masukan diferensial.
29

RANGKAIAN KOMPARATOR

Rangkaian komparator adalah satu jenis penerapan rangkaian


kombinasional yang mempunyai fungsi utama membandingkan dua data digital.
Hasil pembandingan itu adalah, sama, lebih kecil, atau lebih besar. Dari dua data
digital yang hanya terdiri dari 1 bit yang dibandingkan, kemudian dapat diperluas
menjadi dua data digital yang terdiri dari lebih dari 1 bit seperti dua bit, tiga bit,
dst. Komparator banyak digunakan misalnya pada mesin penyeleksi surat, baik
ukuran dimensinya, berat surat, kode area (berdasarkan bar-code), dsb.Berikut
contoh Gambaran rangkaian komparator

a. Rangkaian Jadi b. Rangkaian Digital dari Gerbang Logika


30
c.Rangkaian Analog
Rangkaian Komparator
Data angka umumnya paling sedikit terdiri dari dua bit. Namun di dalam
bilangan desimal, angka yang terbesar yang dapat diwakili oleh dua bit ini ialah
angka 3 (‘11’ dalam sistem biner). Apabila kita ingin membandingkan angka-
angka yang lebih besar tentunya sistem pembanding itu tidak dapat digunakan lagi
sehingga kita perlu rnerancang sistem yang baru yang sesuai dengan kebutuhan.
Jadi setiap ada perubahan untuk membandingkan angka yang lebih besar yang
diluar kemampuan sistem pembanding tersebut, kita harus merancangnya lagi. Hal
sepertinya tidaklah menguntungkan.
Oleh karena itulah kita harus rancang suatu sistem pembanding
sedemikian rupa sehingga setiap sistem ini dapat saling dihubungkan satu sama
lain untuk membentuk sistem pembanding yang lebih besar. Dengan kata lain,
untuk kepentingan pembandingan yang dapat mengakomodasi semua bilangan,
maka harus dirancang satu sistem praktis untuk itu.

a. Komparator untuk Dua bit data


Misalkan kita ingin merancang suatu alat pembanding (comparator) yang
akan membandingkan dua angka dan memberkan hasilnya, yaitu angka yang satu
lebih kecil, lebih besar, atau sama dengan angka yang satunya. Sistem
pembanding ini digambarkan secara garis besar sebagai sebuah kotak hitam yang
hanya diketahui fungsinya saja
Sistem pembanding ini mempunyai 2 Input A dan B yang masing-masing
terdiri dan 2 bit dan 3 output yang masing-masing terdiri dari 1 bit untuk
menunjukkan hasil perbandingan tersebut yaitu, A>B, A<B, dan A=B. Cara ke
31
rja sistem ini sangatlah sederhana. Setiap waktu hanya ada satu output
yang bernilai BENAR. Output A>B akan bernilai ‘1’ apabila nilai A lebih besar
dari B. Demikian juga halnya dengan output A<B dan A=B yang bernilai ‘1’
apabila nilai A lebih kecil dari B dan apabila nilai A sama dengan B. Tabel 7.1
menggambarkan tabel kebenaran dari sistem ini

Diagram Blok Komparator

Sistem ini akan mempunyai 3 persamaan logika karena adanya 3 output.


Oleh karena itu kita akan sederhanakan dan peroleh persamaan logikanya satu
persatu. Gambar 7.3, 7.4, dan 7.5 menunjukkan penyederhanaan dan persamaan
logika yang di peroleh untuk output-output A > B, A < B, dan A = B
32

Persamaan logika untuk A > B

Persamaan logika untuk A < B

Persamaan logika untuk A < B


90
33

Persamaan logika untuk A = B


Jika diperhatikan, persamaan logika dari ketiga output tersebut dinyatakan
dalam 4 variabel inputnya yaitu A1, A0, B1, dan B0. Hal ini menunjukkan bahwa
setiap outputnya tergantung pada input-inputnya. Di dalam mendesain sistem
pembanding yang sebenarnya dengan menggunakan komponen-komponen digital,
kita ingin berusaha untuk mengurangi jumlah ICs/komponen yang digunakan.
Suatu penghematan yang jelas dan mudah di peroleh dengan mengamati
persamaan-persamaan logika yang di peroleh adalah dengan adanya kanonical
term yang sama di antara persamaan-persamaan logika tersebut. Sebagai
contohnya dalam desain sistem pembanding ini ialah kanonikal term A0.A1.B0
yang terdapat pada persamaan logika untuk output A > B dan A < B. Hal ini
berarti bahwa hanya satu rangkaian yang perlu dibangun untuk kanonikal term ini
sehingga output A > B dan A < B akan menggunakannya bersama.
Perlu diingat juga bahwa pada sistem ini hanya akan ada satu output yang
akan bernilai BENAR=1 untuk setiap kombinasi inputnya; sebagai contohnya
untuk input 01 (A1 & A0) dan 11 (B1 & B0) hanya output A < B yang akan
bernilai BENAR=1. Dengan menyadari hal semacam ini, maka akan menolong
kita untuk mengetahui apabila sistem tersebut tidak bekerja dengan semestinya
34
misalnya jika output A < B dan A = B memberikan nilai BENAR untuk contoh
input di atas tadi.
b. Komparator untuk Lebih dari Dua bit data
Satu sistem pembanding sederhana (hanya 2 bit) telah dibahas pada
Bagian A di atas. Tetapi untuk keperluan pembandingan yang lebih dari 2 bit,
karena memang kenyataan angka desimal terbesar yang dinyatakan dalam biner

adalah angka 3 (‘11’), maka harus dirancang satu komparator lain untuk fungsi
pembandingan tersebut.

Kotak hitam Komparator yang disempurnakan

Komparator yang ditunjukkan pada Gambar 7.5 itu adalah untuk


membandingkan angka-angka yang besarnya 2 bit saja. Tetapi komparator ini
dapat digabungkan untuk membentuk alat pembanding gang lebih besar yang
tentunya berukuran kelipatan dari 2. Sebagai contoh, sistem pembanding untuk 6
bit dapat dibentuk dengan menggunakan 3 buah komparator tersebut seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 8. Sistem pembanding yang paling kanan disebut
sebagai LSW (Least Significant Word) dan sistem pembanding yang paling kiri
disebut MSW (Most Significant Word).
35

Komparator 6 bit
Perhatikan bahwa ketiga cascading input dari LSW-nya harus diberikan
nilai konstan seperti anda dapat lihat pada Gambar 8, yaitu IA>B = 0, IA=B = 1,
dan IA<B = 0. Tujuannya ialah untuk menetralkan komparator tersebut sehingga
nilai perbandingan pada LSW itu hanya bergantung pada inputnya (A1, A0, B1,
dan B0) saja. Sebagai contoh, output A>B dari LSW itu akan bernilai ‘1’ apabila
A lebih besar dari B, output A<B = 1, apabila A lebih kecil dari B, dan A=B = 1
apabila A sama dengan B. Tetapi apa yang terjadi kalau cascading input ini tidak
diberikan nilai konstan seperti itu. Misalnya apabila nilai konstan dari cascading
inputnya adalah IA>B = 1, IA<B = 0, dan IA=B = 0, maka LSW ini akan
mengeluarkan output A>B = 1 apabila A sama dengan B. Hal ini karena LSW itu
menganggap bahwa nilai dari A yang sebelumnya adalah lebih besar dari B.
c. Merancang Komparator dengan Komponen Baku
Marilah kita desain komparator ini yang tentunya kita tahu bahva tabel
kebenarannya harus diperoleh terlebih dahulu. Tabel kebenaran untuk komparator
36
ini yang ditunjukkan pada Gambar 7.7 adalah agak berbeda dengan tabel
kebenaran yang sebelumnya, karena tabel ini tidak menggunakan nilai-nilai biner
untuk input- input A dan B-nya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
penganaliaaan operasi dari komparator tersebut sama seperti penggunaan angka
desimal dalam teknik Quine-McClusky.
Baiklah, sekarang kita bahas bagaimana tabel kebenaran itu diperoleh.
Baris pertamanya diperoleh dengan mengingat bahwa apabila A1>B1 maka tidak
perduli apa saja nilai dari input-input lainnya; output A>B akan bernilai ‘1’ karena
Al dan B1 merupakan MSBnya. Baris-baris yang lainnya dapat mudah dimengerti
dengan mengingat apabila dituliskan A1>B1 berarti A1 = 1 dan B1 = 0, A1=B1
berarti A1 sama dengan B1, dan apabila A1<B1 berarti A1 = 0 dan B1 = 1.
Perhatikan bahwa tiga baris terakhirnya mempunyai kondisi yang sama, yaitu,
A1=B1 dan A0=B0, sehingga outputnya akan tergantung pada nilai dari cascading
inputnya.
Seperti kita lihat persamaan-persamaan tersebut di atas masih
menggunakan kondisi-kondisi seperti A1>B1 dan lain-lainnya yang harus
diimplementasikan dengan menggunakan operator-operator baku atau dasar. I
1. [A>B] = [A1.B1’] + [(A1ΘB1)•(A0)•(B0’)] + [(A1ΘB1)•(A0ΘB0)•
(IA>B)•(IA<B)’•(IA=B)’]
2. [A<B] = [A1’.B1] + [(A1ΘB1)•(A0’)•(B0)] + [(A1ΘB1)•(A0ΘB0)•
(IA>B)’•(IA<B)•(IA=B)’]
3. [A=B] = [(A1ΘB1)•(A0ΘB0)• (IA>B)’•(IA<B)’•(IA=B)]
37
(a)

(b)

Implementasi kondisi matematik pada rangkaian komparator.


adalah untuk fungsi Gerbang EXOR dengan tabel kebenaran
disampingnya. IC gerbang EXOR sendiri telah ada tetapi jarang. Hanya satu
vendor yang membuat gerbang EXOR, yaitu National Semiconductor dengan tipe
DM74S135 dari tipe TTL yang dapat juga berfungsi sebagai gerbang EXNOR.
Komparator yang sama tetapi dengan 4 bit dapat diperoleh dengan ICs seri
7485 yang biasa disebut 4-bit Magnitude Comparator. Komparator yang terakhir
ini juga dapat dihubungkan satu sama lain sama seperti Komparator 2 bit yang
38
ditunjukkan pada Gambar 7.7 untuk
membentuk komparator yang lebih besar. Skematik dan rangkaian digital
serta tabel operasinya dapat dilihat dalam TTL Data Book.
Rangkaian komparator adalah satu jenis penerapan rangkaian
kombinasional yang mempunyai fungsi utama membandingkan dua data digital.
Hasil pembandingan itu adalah, sama, lebih kecil, atau lebih besar.
Komparator di bagi menjadi 3 yaitu:
1. Komparator untuk Dua bit data
2. Komparator untuk Lebih dari Dua bit data
3. Merancang Komparator dengan Komponen Baku
39

LOGIKA BINER

Logika Biner
Logika biner mempelajari variabel-variabel yang memuat dua diskrit nilai
dan mempelajari operasi-operasi yang mengasumsikan arti logika. Dua nilai pada
variabel terbut mungkin di sebut dengan nama yang berbeda-beda (sebagai contoh
: betul dan salah, ya dan tidak, dsb), tetapi untuk tujuan kita, adalah lebih sesuai
untuk berpikir pada istilah bits dan memberi nilai 1 dan 0.
Logika biner mempelajari variabel-variabel yang memuat dua diskrit nilai
dan mempelajari operasi-operasi yang mengasumsikan arti logika. Dua nilai pada
variabel tersebut mungkin di sebut dengan nama yang berbeda-beda (sebagai
contoh : betul dan salah, ya dan tidak, dsb), tetapi untuk tujuan kita, adalah lebih
sesuai untuk berpikir pada istilah bits dan memberi nilai 1 dan 0.
40

Contoh Pengolahan Informasi Bine


41

1. Definisi Logika Biner

Logika biner terdiri dari variabel biner dan operasi logika. Variabel-
variabel itu ditandai dengan huruf-huruf alphabet seperti A, B, C, x, y, z dan
sebagainya, dengan tiap variabel hanya mempunyai dua kemungkinan perbedaan
nilai : 1 dan 0. Ada tiga operasi logika dasar : AND, OR, dan NOT

AND : Operasi ini dilambangkan dengan sebuah titik atau dengan sebuah
operator. Sebagai contoh, x, y = z atau xy = z dibaca : “x AND y sama dengan z”.
Operasi logika AND diartikan bahwa z = 1 bila dan hanya bila x = 1 dan y = 1;
jika tidak z = 0. (Ingat bahwa x, y, dan z adalah variabel-variabel biner dan dapat
mempunyai nilai 1 atau 0, dan tidak yang lain).
OR : Operasi ini dilambangkan dengan tanda plus, sebagai contoh, x + y =
z dibaca “x OR y sama dengan z”. Artinya bahwa z = 1 jika x = 1 atau jika y = 1
atau jika keduanya x = 1 dan y = 1. Jika kedua x = 0 dan y = 0 maka z = 0.

NOT : Operasi ini dilambangkan dengan sebuah ‘ atau kadang-kadan


dengan Sebagai contoh, x’ = z (atau x = z) dibaca : “x NOT sama dengan z”,
berarti bahwa z adalah kebalikan dari x. Dengan kata lain, jika x = 1 maka z = 0;
tetapi jika x = 0 maka z = 1.
Logika biner menyerupai arithmatika biner, dang operasi-operasi AND
dan OR mempunyai beberapa kesamaan dengan perkalian dan penambahan (AND
= perkalian dan OR penambahan). Kenyataannya, simbol-simbol yang digunakan
untuk AND dan OR adalah sama seperti yang digunakan untuk perkalian dan
42

penambahan. Jadi, logika biner tidak seharusnya dibingungkan dengan


arithmatikk biner
Untuk tiap penggabungan dari nilai x dan y, ada sebuah harga z yang
dispesifikasikan dengan definisi operasi logika. Definisi-definisi ini dapat
ditunjukkan dalam bentuk singkat dan jelas dengan menggunakan tabel kebenaran
(truth tables). Tabel kebenaran adalah tabel untuk semua kemungkinan kombinasi
dari variabel-variabel, dan menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang dibawa
variabel dan hasil operasi. Sebagai contoh, tabel kebenaran untuk operasi-operasi
AND dan OR dengan variabel x dan y diperoleh dengan mendaftar semua nilai
2. Rangkaian Switching dan Sinyal Biner
Penggunaan dari variabel-variabel biner dan aplikasi logika biner
ditunjukkan dengan rangkaian switching sederhana pada Gambar 8.2. Misalkan
switch manual A dan B menyatakan dua variabel biner dengan harga-harga sama
dengan 0 jika switch terbuka dan 1 jika switch tertutup. Juga misalkan lampu L
menyatakan variabel biner yang ketiga sama dengan 1 jika lampu menyala (on)
dan 0 jika mati (off). Untuk switch-switch (sakelar-sakelar) yang dipasang seri,
lampu menyala jika A dan B ditutup.

Untuk switch-switch yang dipasang pararel, lampu menyala jika A atau B


ditutup. Dengan jelas bahwa kedua rangkaian itu dapat diterangkan dengan
menggunakan logika biner dengan operasi-operasi AND dan OR, berturut-turut :
43

Rangkaian switching yang memperlihatkan logika biner

Rangkaian digital elektronika kadang-kadang disebut rangkaian switching


karena rangkaian tersebut bertindak seperti switch, dengan elemen aktif seperti
transistor apakah terhubung (switch tertutup) atau tidak terhubung (switch
terbuka). Sebagai ganti untuk merubah switch secara manual, rangkaian switching
elektronika menggunakan sinyal-sinyal biner untuk mengontrol/mengatur keadaan
terhubung atau terputusnya elemen aktif.
Sinyal-sinyal listrik seperti tegangan atau arus ada disetiap bagian dari
sistem digital pada satu dari dua harga yang dapat dikenal (kecuali saat transisi).
Sebagai contoh: sistem digital tertentu (untuk rangkaian-rangkaian yang
dioperasikan dengan tegangan) mungkin mendefinisikan logik-1 sebagai sinyal
dengan harga nominal 3 volt, dan logik-0 sebagai sinyal dengan harga nominal 0
volt. Seperti yang ditunjukkan pada gambar 8.3, tiap level tegangan mempunyai
penyimpangan yang dapat diterima dari harga nominalnya
Daerah yang tidak diterima hanya daerah saat transisi. Terminal
input rangkaian digital menerima sinyal-sinyal biner dalam toleransi yang
diijinkan, dan respon pada terminal output dengan sinyal-sinyal biner yang berada
dalam toleransi yang ditentukan.
Contoh Sinyal-Sinyal Biner

Sistem matematika logika biner lebih dikenal sebagai Aljabar Boolean,


atau switching. Aljabar ini digunakan untuk menjelaskan operasi jaringan yang
kompleks suatu rangkaian digital. Perancang sistem digital menggunakan Aljabar
Boolean untuk mentransformasikan diagram rangkaian ke dal

Anda mungkin juga menyukai