ANALOG
DAN DIGITAL
Disusun Oleh
:
BATNIAR
2
KATA PENGANTAR
Modul ini berjudul Elektronika Analog dan Digital yang disusun ini
digunakan sebagai panduan kegiatan belajar mahasiswa berdasarkan Rancangan
Pembelajaran per Semester (RPS) mata kuliah Elektronika Analog dan Digital
pada program studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Jurusan
Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.
Dalam modul ini terdiri dari 12 materi pokok, yaitu: a).Ruang lingkup
mata kuliah elektronika digital dan analog, b).Dasar-dasar elektronika, c).
Sistem elektronika digital dan analog, d). Klasifikasi komponen elektronika
analog, e). Rangkaian penyearah dan power suplai dc, f). Rangkaian penguat, g).
Rangakain komparator dan logika biner, h). Mengkonversi sistem bilangan
desimal ke sistem bilangan biner, i). Gerbang dasar digital, j). Merangkai
gerbang dasar dalam berbagai keperluan pengendalian keluaran akhir gerbang,
k). Rangkaian flip-flop, mutivibrator,register, timer, sinkronous, dan
memori,l).Aplikasi rangkaian elektronika digital dan analog.
Disamping materi pokok, dilengkapi pula dengan latihan sebagai
evaluasi pembelajaran.Semoga dengan mempelajari modul ini mahasiswa dapat
memahami dan menguasai 12 materi pokok yang dibahas pada modul ini.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
modul ini, sehingga saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan.
Semoga modul ini banyak memberikan manfaat bagi para mahasiswa
khususnya.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul..................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
Daftar Gambar....................................................................................................iv
Pendahuluan........................................................................................................v
Rangkuman............................................................................................................
Rangkaian Setara-h................................................................................................
Penguat Awal........................................................................................................
Rangkuman............................................................................................................
Rangkaian Komparator..........................................................................................
Rangkuman............................................................................................................
Logika Biner..........................................................................................................
AND......................................................................................................................
OR..........................................................................................................................
NOT.......................................................................................................................
Rangkuman............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
5
mundur) resistansinya besar sekali atau dalam pembahasan ini dianggap tidak
terhingga, sehingga arus dioda tidak mengalir atau i = 0 .
Resistansi dioda pada saat ON (mendapat bias maju) adalah RF, yang
umumnya nilainyalebih kecil dari RL. Pada saat dioda OFF (mendapatbias
mundur) resistansinya besar sekali atau dalam pembahasan ini dianggap tidak
terhingga, sehingga arus dioda tidak mengalir atau i = 0 .
Arus yang mengalir ke beban (i) terlihat pada Gambar 5.1 (c) bentuknya
sudah searah(satu arah) yaitu positip semua.Apabila arah dioda dibalik, maka arus
yang mengalir adalah negatip. Frekuensi sinyal keluaran dari penyearah setengah
gelombang ini adalah sama dengan frekuensi input (dari jalajala listrik) yaitu 50
Hz. Karena jarak dari puncak satu ke puncak berikutnya adalah sama.
Terlihat dengan jelas bahwa rangkaian penyearah gelombang penuh ini
merupakan gabungan dua buah penyearah setengah gelombang yang hidupnya
bergantian setiap setengah siklus. Sehingga arus maupun tegangan rata-ratanya
adalah dua kali dari penyearah setengah gelombang. Dengan cara penurunan yang
sama, maka diperoleh.
Prinsip kerja rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan
dapat dijelaskan melalui Gambar 5.8 Pada saat rangkaian jembatan mendapatkan
bagian positip dari siklus sinyalac, maka (Gambar 5.8b) : ü D1 dan D3 hidup
(ON), karena mendapat bias maju D2 dan D4 mati (OFF), karena mendapat bias.
Prinsip kerja penyearah setengahgelombang adalah bahwa pada saat sinyal
input berupa siklus positip maka dioda mendapat bias maju sehingga arus (i)
mengalir ke beban (RL), dan sebaliknya bila sinyal input berupa siklus negatip
maka dioda mendapat bias mundur sehingga tidak mengalir arus. Rangkaian
8
penyearah gelombang penuh ada dua macam, yaitu dengan menggunakan power
suplai CT (center-tap = tap tengah)dan dengan sistem jembatan.
Dalam perencanaan rangkaian penyearah yang juga penting untuk diketahui
adalah berapa tegangan maksimum yang boleh diberikan pada dioda. Tegangan
maksimum yang harus ditahan oleh dioda ini sering disebut dengan istilah PIV
(peak-inverse voltage) atau tegangan puncak balik. Hal ini karena pada saat dioda
mendapat bias mundur (balik) maka tidak arus yang mengalir dan semua tegangan
dari skunder power suplai berada pada dioda. Bentuk gelombang dari sinyal pada
dioda dapat dilihat pada Gambar 5.6. PIV untuk penyearah setengah gelombang
ini adalah :
Bentuk gelombang sinyal pada dioda seperti Gambar 5.6 dengan anggapan
bahwa Rf dioda diabaikan, karena nilainya kecil sekali dibanding RL. Sehingga
pada saat siklus positip dimana dioda sedang ON (mendapat bias maju), terlihat
turun tegangannya adalah nol. Sedangkan saat siklus negatip, dioda sedang OFF
(mendapat bias mundur) sehingga tegangan puncak dari skunder power suplai
(Vm) semuanya berada pada dioda
9
b. Sinyal Input
memperoleh hasil yang lebih teliti, maka tegangan cut-in dioda (Vγ) perlu
dipertimbangkan, yaitu:
Vdc = 0.636 (Vm – Vγ)
Tegangan puncak inverse yang dirasakan oleh dioda adalah sebesar 2Vm.
Misalnya pada saat siklus positip, dimana D1 sedang hidup (ON) dan D2 sedang
mati (OFF), maka jumlah tegangan yang berada pada dioda D2 yang sedang OFF
tersebut adalah dua kali dari tegangan sekunder power suplai. Sehingga PIV untuk
masing-masing dioda dalam rangkaian penyearah dengan power suplai CT adalah:
PIV = 2Vm
yang cukupbesar. Oleh karena itu kita ingat bahwa penguattransistor dalam
hubungankolektor bersamamemiliki keunggulan; yaitu impedansi masukan yang
besar dan impedansi keluarankecil.
Penggandengan Dua Sistem
Terlihat bahwa nilai vi sangat tergantung dari nisbah z0/zi. Jika z0 > zi
maka bilangan pembagi menjadi besar dan vi > v0, jika z0 < zi maka bilangan
pembagi mendekati satu dan vi ~ v0 dan jika z0 = zi maka vi = (½) v0. Untuk
yang terakhir ini merupakan hal yang paling ideal. Hal tersebut dikarenakan daya
yang dilesapkan dari rangkaian di depan ke rangkaian berikut maksimal, atau
dalam keadaan ini terjadi penyesuaian impedansi (matching impedance).
Dengan demikian masalah impedansi merupakan sangat penting untuk
menggandengkan antara dua sistem tersebut di atas. Oleh karena itu di dalam
pemilihan konfigurasi transistor haruslah tepat agar penguatan dapat berkerja
dengan baik.
Dengan demikian masalah impedansi merupakan sangat penting untuk
menggandengkan antara dua sistem tersebut di atas. Oleh karena itu di dalam
pemilihan konfigurasi transistor haruslah tepat agar penguatan dapat berkerja
dengan baik.
a. Analisis Penguat Awal Emitor Bersama
Ciri dari penguat emitor bersama adalah memiliki hambatan masukan dan
hambatan keluaran yang bernilai sedang yaitu pada orde 1 kilo-ohm sampai 3
kilo- ohm, atau tergantung dari harga hie-nya, demikian pula nilai hambatan input
tergantung dari RC atau hambatan beban RL yang biasanya juga berorde 5 kilo-
7
2
ohm. Jika suatu isyarat masukan memiliki impedansi yang cukup rendah maka
penguat
(a)
21
(b)
Rangkaian Setara Penguat Kolektor Bersama
Dari rangkaian gambar 6.7 tersebut kita dapat membuat rangkaian setara
parameter-h, lihat gambar 6.8 a atau 6.8 b. Untuk mencari penguatannya, yaitu
Av
=v’0 /vi, dicari dahulu v'0 dan vi. Pada gambar 6.8 b, 1/h0e digambar
sejajar dengan RE agar mudah menganalisisnya. Pada RE mengalir arus ib dari
jalur masukan dan arus hfe ib dari jalur keluaran, sehingga tegangan keluaran
dapat dinyatakan sebagai
Faktor arus basis ib lenyap dalam persamaan tersebut dan dilihat dari
bentuk persamaannya pastilah bahwa nilai Av selalu lebih kecil atau mendekati
satu. Parameter hie dapat ditentukan dengan persamaan hie = rb + (1 + hfe )re.
1
Besarnya Rit ditentukan oleh nilai (1 + hfe ) RE untuk RE << .
Dengan
22
ℎ𝑜𝑒
demikian nilai zi ditentukan oleh nilai RB jika RB << Rit.
Sedang untuk menghitung impedansi keluaran kita dapat menganggap v'0
sebagai sumber tegangan dengan arus masuk ke arah transistor sebagai i0, pada
gambar 6.8 (b). Impedansi keluarannya adalah
𝑣 ′0
z =
𝑖0
Apabila diisikan nilai-nilai tertentu akan diperoleh bahwa nilai impedansi
keluaran dari penguat kolektor bersama ini yang berperan adalah z0 ~
(ℎ𝑖𝑒 + 𝑅𝐵 // 𝑅𝑠 )
( 1+ ℎ𝑓𝑒 )
𝑅𝑠
atau lebih sederhana lagi hanya ditentukan oleh z0 = re + .
1+ ℎ𝑓𝑒
Dari pembicaraan di atas, penguat kolektor bersama ini dapat digunakan
sebagai penguat awal terutama penyesuai impedansi, sehingga penguat berikutnya
tidak akan menarik arus terlalu banyak karena impedansi keluaran kolektor
bersama sangat kecil. Juga penguat ini karena penguatannya mendekati satu
disebut sebagai penguat penyangga. Namun demikian dari rumus (15) terlihat
bahwa impedansi masukan zi = RB // Rit, dengan demikian nilai zi masih
ditentukan oleh besarnya RB. Untuk mengatasi pengaruh RB ini digunakan teknik
pengangkat impedansi (bootstrap), yaitu dengan memasang kapasitor CB
23
Semua konfigurasi transistor dwi kutub dapat digunakan sebagai penguat awal.
Pemilihan rangkaian tergantung pada impedansi keluaran sumber isyarat
yang akan diperkuat, dengan patokan impedansi yang saling berhubungan
diharapkan sama.
Apabila antara sumber isyarat dan penguat impedansi tidak sesuai dapat
digunakan transformator penyesuai impedansi.
Peningkatan impedansi masukan pada penguat kolektor bersama dapat
digunakan teknik pengangkat impedansi atau bootstrap.
Penguat kolektor bersama dapat berfungsi sebagai penyesuai impedansi
dan disebut juga sebagai penguat penyangga karena penguatannya mendekati satu.
Untuk impedansi masukan yang sangat tinggi dapat digunakan rangkaian
penguat terintegrasi yang intinya adalah penguat diferensial atau disebut juga
penguat operasi (0pamp).
Rangkaian jembatan wheatstone dapat digunakan sebagai rangkaian
perantara untuk menciptakan masukan diferensial.
29
RANGKAIAN KOMPARATOR
adalah angka 3 (‘11’), maka harus dirancang satu komparator lain untuk fungsi
pembandingan tersebut.
Komparator 6 bit
Perhatikan bahwa ketiga cascading input dari LSW-nya harus diberikan
nilai konstan seperti anda dapat lihat pada Gambar 8, yaitu IA>B = 0, IA=B = 1,
dan IA<B = 0. Tujuannya ialah untuk menetralkan komparator tersebut sehingga
nilai perbandingan pada LSW itu hanya bergantung pada inputnya (A1, A0, B1,
dan B0) saja. Sebagai contoh, output A>B dari LSW itu akan bernilai ‘1’ apabila
A lebih besar dari B, output A<B = 1, apabila A lebih kecil dari B, dan A=B = 1
apabila A sama dengan B. Tetapi apa yang terjadi kalau cascading input ini tidak
diberikan nilai konstan seperti itu. Misalnya apabila nilai konstan dari cascading
inputnya adalah IA>B = 1, IA<B = 0, dan IA=B = 0, maka LSW ini akan
mengeluarkan output A>B = 1 apabila A sama dengan B. Hal ini karena LSW itu
menganggap bahwa nilai dari A yang sebelumnya adalah lebih besar dari B.
c. Merancang Komparator dengan Komponen Baku
Marilah kita desain komparator ini yang tentunya kita tahu bahva tabel
kebenarannya harus diperoleh terlebih dahulu. Tabel kebenaran untuk komparator
36
ini yang ditunjukkan pada Gambar 7.7 adalah agak berbeda dengan tabel
kebenaran yang sebelumnya, karena tabel ini tidak menggunakan nilai-nilai biner
untuk input- input A dan B-nya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah
penganaliaaan operasi dari komparator tersebut sama seperti penggunaan angka
desimal dalam teknik Quine-McClusky.
Baiklah, sekarang kita bahas bagaimana tabel kebenaran itu diperoleh.
Baris pertamanya diperoleh dengan mengingat bahwa apabila A1>B1 maka tidak
perduli apa saja nilai dari input-input lainnya; output A>B akan bernilai ‘1’ karena
Al dan B1 merupakan MSBnya. Baris-baris yang lainnya dapat mudah dimengerti
dengan mengingat apabila dituliskan A1>B1 berarti A1 = 1 dan B1 = 0, A1=B1
berarti A1 sama dengan B1, dan apabila A1<B1 berarti A1 = 0 dan B1 = 1.
Perhatikan bahwa tiga baris terakhirnya mempunyai kondisi yang sama, yaitu,
A1=B1 dan A0=B0, sehingga outputnya akan tergantung pada nilai dari cascading
inputnya.
Seperti kita lihat persamaan-persamaan tersebut di atas masih
menggunakan kondisi-kondisi seperti A1>B1 dan lain-lainnya yang harus
diimplementasikan dengan menggunakan operator-operator baku atau dasar. I
1. [A>B] = [A1.B1’] + [(A1ΘB1)•(A0)•(B0’)] + [(A1ΘB1)•(A0ΘB0)•
(IA>B)•(IA<B)’•(IA=B)’]
2. [A<B] = [A1’.B1] + [(A1ΘB1)•(A0’)•(B0)] + [(A1ΘB1)•(A0ΘB0)•
(IA>B)’•(IA<B)•(IA=B)’]
3. [A=B] = [(A1ΘB1)•(A0ΘB0)• (IA>B)’•(IA<B)’•(IA=B)]
37
(a)
(b)
LOGIKA BINER
Logika Biner
Logika biner mempelajari variabel-variabel yang memuat dua diskrit nilai
dan mempelajari operasi-operasi yang mengasumsikan arti logika. Dua nilai pada
variabel terbut mungkin di sebut dengan nama yang berbeda-beda (sebagai contoh
: betul dan salah, ya dan tidak, dsb), tetapi untuk tujuan kita, adalah lebih sesuai
untuk berpikir pada istilah bits dan memberi nilai 1 dan 0.
Logika biner mempelajari variabel-variabel yang memuat dua diskrit nilai
dan mempelajari operasi-operasi yang mengasumsikan arti logika. Dua nilai pada
variabel tersebut mungkin di sebut dengan nama yang berbeda-beda (sebagai
contoh : betul dan salah, ya dan tidak, dsb), tetapi untuk tujuan kita, adalah lebih
sesuai untuk berpikir pada istilah bits dan memberi nilai 1 dan 0.
40
Logika biner terdiri dari variabel biner dan operasi logika. Variabel-
variabel itu ditandai dengan huruf-huruf alphabet seperti A, B, C, x, y, z dan
sebagainya, dengan tiap variabel hanya mempunyai dua kemungkinan perbedaan
nilai : 1 dan 0. Ada tiga operasi logika dasar : AND, OR, dan NOT
AND : Operasi ini dilambangkan dengan sebuah titik atau dengan sebuah
operator. Sebagai contoh, x, y = z atau xy = z dibaca : “x AND y sama dengan z”.
Operasi logika AND diartikan bahwa z = 1 bila dan hanya bila x = 1 dan y = 1;
jika tidak z = 0. (Ingat bahwa x, y, dan z adalah variabel-variabel biner dan dapat
mempunyai nilai 1 atau 0, dan tidak yang lain).
OR : Operasi ini dilambangkan dengan tanda plus, sebagai contoh, x + y =
z dibaca “x OR y sama dengan z”. Artinya bahwa z = 1 jika x = 1 atau jika y = 1
atau jika keduanya x = 1 dan y = 1. Jika kedua x = 0 dan y = 0 maka z = 0.