Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN COLPULMONAL

Disusun oleh :

1. IMAM YUDI SANTOSO (18613231)

2. REZA MAHENDRA ( 18613225 )

3. LAILA THORIQ

4. DELLY

5. WORO ARUM

6. DITA SARANI

7. FERNANDA WIDYA

8. DEVI

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2018/2019

i
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Pulmonary heart diease atau cor pulmonal didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam
struktur dan fungsi ventrikel kanan yang disebabkan oleh gangguan utama dari sistem
pernafasan. Hipertensi paru adalah hubungan umum antara disfungsi paru-paru dan
jantung di cor pulmonal. Penyakit ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer
dari sisi kiri ventrikel kanan sisi disebabkan oleh kelainan primer dari sisi kiri jantung
atau penyakit jantung bawaan tidak dianggap pulmonale cor, tapi pulmonale cor dapat
mengembangkan sekunder untuk berbagai proses penyakit cardiopulmonary. ( handz-
superners,2015)
Cor pulmonal terjadi ketika hipertensi pulmonal menimbulkan tekanan berlebih yang
kronis pada ventrikel kanan dimana tekanan berlebih ini menyebabkan peningkatan
kerja ventrikel kanan dan hipertrofi otot jantung. Hipoksemia akut, seperti pada
pneumonia akut menimbulkan hipertensi pulmonari dan medilatasi ventrikel. Tekanan
pengisian ventrikel kanan normal sampai terjadi gagal ventrikel. Gagal ventrikel kanan
biasanya terjadi ketika tekanan arteri pulmonalis sebanding dengan tekanan darah
sistemik dengan begitu tujuan pengobatan corpulmonal adalah menurunkan tekanan
arteri pulmonalis dan keberhasilan pengobatan sangat bergantung pada keberhasilan
pengobatan paru yang mendasari (Gede & effendi,2004)
2. Definisi
Cor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang
mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak termasuk didalamnya kelainan
jantung kanan akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat penyakit jantung
bawaan.
Corpulmonal disebut juga penyakit jantung pulmonal, terdiri dari perbesaran ventrikel
kanan ( hipertrofi, jantung atau keduanya). Corpulmonal adalah sekunder akibat
hipertensi pulmonalis yang disebabkan oleh gangguan pada paru-paru atau dinding
dada.
3. Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah PPOM, dimana terjadi perubahan struktur jalan
nafas dan sekresi yang tertahan mengurangi ventilasi alveolar.penyebab lainnya adalah
kondisi yang membatasi atau mengganggu fungsi ventilasi yang mengarah pada
hipoksia atau asidosi( deformitas sangkar iga dan obesitas masif) atau kondisi yang

1
mengurangi jaring-jaring vaskuler paru (hipertensi arteri pulmonal ideopatik primer dan
embolus paru). Kelainan tertentu dalam sistem persyarafan, otot pernafasan, dinding
dada, dan percabangan arteri pulmonal juga dapat menyebabkan terjadinya
corpulmonal.
4. Klasifikasi
a. Cor pulmonal akut
Disebabkan penyakit vaskuler paru embolik. Beban embolik menyebabkan
keadaan curah keluar mendadak rendah akibat ketidak mampuan ventrikel
kanan untuk menghasilkan tekanan yang diperlukan untuk mendorong darah
melalui anyaman vaskuler paru yang secara akut terganggu.
b. Cor pulmonal cronik
Disebabkan oleh hipertensi pulmonal primer atau tiap vaskulitis luas yang cronik.
Corpumonal cronik di bagi menjadi 2 :
1. Kompensasi (tanpa DC)
Redistribusi curah jantung berfungsi sebagai mekanisme kompensasi
penting. Aliran darah diretribusikan sehingga oksigen ke organ vital,
dipertahankan pada kadar normal atau mendekati normal.
2. Dekompensasi
Sindroma klinis yang bermanifestasi sebagai tanda gagal jantung kongestif
pada penyakit paru. Biasanya dengan adanya dispneu, ortopneu, dispnea
paroksismal (nocturnal), peningkatan tekanan vena jugularis, hepatomegali,
asites maupun edema tungkai.
5. Manifestasi Klinis
Gejala klinis yang muncul pada klien dengan penyakit cor pumonal adalah :
a. Sesuai dengan penyakit yang melatar belakangi misal COPD akan menimbulkan
gejala nafas pendek dan batuk.
b. Gagal ventrikel kanan akan muncul edema, distensi vena leher, liver, palpable, efusi
pleura, asites dan murmur jantung.
c. Sakit kepala, confussion dan somnolen terjadi akibat peningkatan PCO2.
d. Adanya penyakit pernafasan yang disertai hipertensi pulmonal dan adanya hipertrofi
ventrikel kanan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrokardiogram kelainan pada elektrokardiogram yang sering ditemukan pada klien
cor pulmonal menahun antara lain P pulmonal di lead II,III, dan aVF, R atau R’ yang
tinggi pada V1 dan V3R dan T inverted pada sandaran prekordial. Elektrokardiogram
normal tidak menyingkirkan kemungkinan adanya cor pulmonal. Aritmia atrial atau
ventrikular dapat terjadi pada hipoksemia dengan atau tanpa hiperkapnea.

2
b. Radiologi dilatasi arteri pulmonalis utama dan cabang – cabangnya, meruncing ke
periver dan lapang paru periver tamoak relatif oligemia. Pada hipertensi pulmonal
diameter arteri pulmonalis kanan lebih dari 16 mm, dan diameter arteri pulmonalis kiri >
18 mm pada 93 % penderita. Hipertrofi ventrikel kanan terlihat pada rongent thoraks PA
sebagai pembesaran batas kanan jantung, pergeseran ke arah lateral batas jantung kiri,
dan pembesaran bayangan jantung ke anterior, ke daerah retrosternal pada foto dada
lateral.
c. MRI
Untuk mengukur masa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas, fraksi ejeksi.
7. Penatalaksanaan
Farmakologi:
1. Tirah baring anjurkan untuk diet rendah garam
Tirah baring mencegah memburuknya hipisekmia yang akan lebih menaikkan lagi
tekanan arteri pulmonalis. Garam perlu dibatasi tetapi tidak secara berlebihan karena
klorida serum yang rendah akan menghalangi usaha untuk menurunkan hiperkapmia.
2. Tindakan preventif, yaitu berhenti merokok, teratur olahraga serta senam pernafasan
sangat bermanfaat walaupun harus dalam jangka panjang.( handz-superners, 2015.
a. Terapi oksigen
b. Deuretik
c. Vasedilator
d. Gigitalis
e. Trakeostomi
f. Antikoagulan
g. Pengobatan lain

3
8. Pathway ( WOC )

Web of Caution (WOC) Cor Pulmonale

Penyakit paru menahun dengan hipoksia


Kelainan dinding dada
Gangguan mekanisme control pernapasan
Obstruksi saluran napas atas pada anak
Kelainan primer pembuluh darah

Perubahan anatomi pembuluh


Perubahan fungsional paru
darah paru

Pengurangan jaringan vaskular Hipoksia dan hiperkapnea


paru

Asidosis

Polisitemia
Vasokonstriksi arteri pulmonal

Peningkatan resistensi vascular paru

Hipertensi pulmonal

Hipertensi ventrikel kanan

Kor pulmonal

Akut Kronis

Waktu bagi ventrikel kanan Kegagalan kompensasi


untuk berkompensasi ↓
4
Tekanan arteri pulmonalis naik
tiba-tiba (>40-45 mmHg)

Curah jantung menurun

Gagal jantung kanan

5
Gagal jantung kanan

B1 (breathing) B2(blood) B3(brain) B4(Bladder)

Proses inflamasi akibat Curah Suplai darah Darah yang di pompa


riwayat penyakit dahulu jantung ke otak jantung menurun
menurun menurun

Hipertrofi dan hiperplasia Darah yang disaring


kelenjar mukus Suplai O2 ke glomelurus berkurang
Suplai O2 ke jaringan
jaringan turun cerebri ↓
saluran pernafasan lebih
menyempit Oliguria
Hiposekmia
Pusing
Suplai O2 ↓

Gangguan Perubahan
Gangguan pola
Hipoksia pertukaran gas
kesadaran eliminasi
urin
Ketidakefektifan Intoleransi
pola napas aktivitas

6
BAB II
Laporan kasus secara teoritis
1. Data umum
Nama : Tn A
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : jawa/indonesia
Agama : islam
Pekerjaan : buruh pabrik
Pendidikan :SLTA
Alamat : perak
No.reg : 12024
Tanggal MRS : 19 juli 2019
Diagnosis medis : cor pulmonal
Tanggal pengkajian : 19 juli 2019
2. Pengkajian
7
a. Keluhan utama

pasien mengeluh sesak nafas ketika melakukan aktifitas dan saat batuk.

b. Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke RS pada tanggal 19 juli 2019 pukul 13.00 dengan keluhan
sesak nafas, nyeri dada. TD 160/100mmHg Nadi: 110x/menit, RR: 28x/menit,
suhu: 37°C ekspresi wajah cemas dan pucat
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan jika sebelumnya pernah menderita hipertensi pulmonari.
Namun pasien mengatakan sering terpapar polusi dari pabrik tempat bekerja dan
perokok.
d. Pola aktivitas sehari-hari
 Pola tidur istirahat
Sebelum diRS waktu tidur 8 jam, saat diRS pasien mengatakan sulit tidur
karena dada terasa sesak.
 Pola eliminasi
BAB: warna ( kuning ), bau ( khas ), konsistensi ( lembek ), frekuensi 1 kali
sehari.
BAK: warna ( kuning ), bau ( khas ), frekuensi 5-6 kali sehari, jumlah saat
diRS 2000cc/Hari
 Pola makan dan minum

Makan 3xsehari, minum 4-5xsehari.

 Pola kebersihan
Sebelum masuk RS mandi 2xsehari saat diRS hanya disibin.
 Pola kegiatan/aktifitas
Pasien mengatakan sebelum sakit setiap hari pergi keladang untuk mencari
rumput untuk pakan ternak, saat sakit pasien tidak bisa mencari makan
ternak dan digantikan anaknya.
e. Pemeriksaan fisik
TD: 160/100mmHg
RR: 28x/menit
Suhu: 37°C
Nadi: 110x/menit
Sistem pernafasan
 Hidung
Inspeksi: ada nafas cuping hidung
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
8
 Mulut
Inspeksi: mukosa bibir kering
 Area dada
Inspeksi: dada simetris
Palpasi: adanya nyeri tekan
Perkusi: suara sonor
Auskultasi: suara nafas wheezing

Sistem kardiovaskular

 Wajah
Inspeksi: sembab, konjungtifa pucat
 Leher
Inspeksi: ada bendungan vena jugularis
 Dada
Inspeksi: simetris
Palpasi: iktus kordis di ICS 5
Perkusi: pekak
Auskultasi: BJ1,BJ2 Normal

Sistem ekstermitas atas

 Inspeksi : tidak ada sianosis


Palpasi: tidak ada CRT, suhu akral panas.

Ekstremitas bawah

 Inspeksi: tidak sianosis


Palpasi: tidak ada CRT,suhu akral panas, tidak adanya odem

Paru-paru

 Inspeksi : simetris
 Palpasi: fremitus kiri = kanan
 Perkusi: sonor
 Auskultasi: vesikuler

Pesyarafan

Anamnesa : tidak ada pusing

1. Uji nervus 1 olfaktorius : tidak ada pembedaan bau


2. Uji N II Optikus: tidak ada rabun
9
3. Uji N III Oculomotorius : tidak ada odem pada kelopak mata
4. Uji N IV Toklearis : ukuran pupil normal 4-5 mm
5. Uji N V trigeminus : dapat menutup mulut secara tiba-tiba
6. Uji N VI Abdusen : gerakan bola mata simetris
7. Uji N VII Facialis : dapat menggembungkan pipi dan dapat menaik turunkan alis
mata
8. Uji N VIII aditorius/ akustikus : dapat mendengar dengan normal
9. Uji N IX glosoparingeal : tidak ada reflek muntah
10. Uji N X vagus : dapat menelan, menggerakkan lidah dengan benar
11. Uji N XI aksesorius : dapat menggerakkan bahu dan kepala
12. Uji N XII hypoglossal : dapat menjulurkan lidah

Musculusceletal dan integument

Anamnesa: tidak ada nyeri

Kekuatan otot 3 3

5 5

Persepsisensori
Anamnesa : tidak ada nyeri pada mata tidak ada masalah pada penglihatan
 Mata
Inspeksi : simetris
Kornea : normal berkilau
Iris dan pupil : warna iris dan ukuran pupil normal
Lensa : normal jernih dan transparan
Sklera : warna putih

Diagnos keperawatan

NS. 00032
DIAGNOSIS : Ketidakefektifan pola
(NANDA-1) nafas

Domain : 4 aktivitas /
istirahat
Kelas : 4 respon
10
kardiovaskuler /
pilmonal

DEFINITION Inspirasi dan / atau


ekpeirasi yang tidak
memberi fentilasi
adikuat

DEFINING CHARACTERI STiCS


 Bradipea
 Dispnia
 Fase ekspirasi
memanjang
 Ortopnea
 Penggunaan otot bantu
pernafasan
 Penggunaan posisi 3 titik
 Penigkatan diameter
anterior-posterior
 Penurunan kapasitas
vital
 Penurunan tekanan
ekspirasi
 Penurunan tekanan
inspirasi
 Penurunan ventilasi
semenit
 Pernafasan cuping
hidung
 Perubahan ekskursi
dada
 Pola nafas abnormal
(mis, irama, frekuensi,
kedalaman)
11
 Takipnea
RELATED  Ansietas
FACTORS :  Cidera medula spinalis
 Difornitas dinding dada
 Difornitas tulang
 Disfungsi neoromuskular
 Gangguan
muskuloskenetal
 Gangguan neurologis
(mis, elektroesefalogram
{EEG} positif, trauma
kepala, gangguan
kejang)
 Hiperventilasi
 Imaturasi neurologis
 Keletihan
 Keletihan otot
pernafasan
 Nyeri
 Obesitas
 Posisi tubuh yang
menghambat ekspansi
paru
 Sindrom hipofentilasi

A Subjective data entry Objective data entry


S  Pasien mengeluh sesak nafas ketika  TD : 180/110 mmHg
melakukan aktivitas dan pada saat  N : 100 kali/menit
batuk.  RR : 28 kali/menit
 Pasien mengatakan keadaannya lemah  Suhu : 37o C
dan merasa pusing  Eksperi wajah tampak
cemas dan pucat
 Hasil pemeriksaan
ekokardiografi tampak
adanya pembesaran
(dilatasi) ventrikel kanan,
tanpa adanya kelainan
struktur pada jantung

12
kiri.

S Client Ns.Diagnosis(spesify) :
E Diagnostic 00032
D Stetement : Ketidakefektifan pola nafas
I
A Related to :
G Sindrom hipoventilasi
N
O
S
I
S

NIC NIC

Intervensi Aktifitas outcome indikator

Manajemen jalan 1. Buka jalan nafas Perfusi 1. (040814)


nafas dengan teknik jaringan : irama
Definisi : fasilitas chin lift atau pulmunari pernafasan (
kepatenan jalan jawthrus, Definsi : 4)
nafas sebagaimana kecukupan 2. ( 040805 )
mestinya aliran darah nyeri pada

13
2. Posisikan pasien melalui dada ( 4 )
untuk pembuluh 3. ( 040806 )
memaksimalkan darah suara nafas
ventilasi pulmunari abnormal
3. Motivasi pasien untuk perfusi pada pleura (
untuk bernafas unit alveolar 4)
pelan dalam atau kapiler 4. ( 040823 )
berputar dan sesak nafas (
batuk 4)
4. Instruksikan 5. ( 040824 )
bagaimana agar gangguan
bisa melakukan pertukaran
batuk efektif gas ( 4 )
5. Auskultasi suara
nafas, catat area
yang ventilsinya
menurun atau
tidak ada dan
adanya suara
tambahan
6. Posisikan untuk
meringankan
sesak nafas
7. Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi ,
sebagaimana
mestinya

IMPLEMENTASI
NO NO HARI TINDAK PARAF
DIAGNO Tgl/Jam AN
SA
1. 00032 Jumat 19 1. Memb
ketidak Juli uka jalan

14
efektifan 2016/13. nafas
pola 00 jam dengan
nafas b.d teknik
sindrom chin
hipoventi lift/jawthr
lasi us
sebagai
mana
mestinya
2. Memp
osisikan
pasien
untuk
memaksi
malkan
ventilasi
3. Obser
vasi TTV
a. TD :
160/100
mmHg
b. Nadi :
100x/me
nit
c. Suhu :
37℃
d. RR :
28x/meni
t

2. 00032 Sabtu, 1. Memo


Ketidak 20 juli nitor
efektifan 2019/ status
pola 09.00 pernafas
nafas b.d jam an dan
sindrom oksigena
hipoventi si,

15
lasi sebagai
mana
mestinya
.
2. Auskul
tasi
suara
nafas,
catat
area
yang
ventilasin
ya
menurun
atau
tidak ada
dan
adanya
suara
tambaha
n.
3. Memot
ifasi
pasien
untuk
bernafas
pelan
dalam
berputar
dan
batuk.
4. Obser
vasi TTV
a. TD :
140/90
mmHg
b. Nadi :
90x/meni
16
t Suhu :
37 ℃
c. RR :
24x/meni
t
3. 00032 Minggu,2 1. Posisi
Ketidak 1 juli kan
efektifan 2019/ untuk
pola 10.00 meringan
nafas b.d Jam kan
sindrom sesak
hipoventi nafas
lasi 2. Intruks
ikan
bagaima
na agar
bisa
melakuk
an batuk
efektrif
3. Obser
vasi TTV
a. TD :
130/90
mmHg
b. Nadi
90x/meni
t
c. Suhu
37℃
d. RR
23x/meni
t

EVALUASI

17
NO Masalah Hari/tang Catatan paraf
keperaw gal/jam perkemb
atan/kola angan
borasi
1. 00032 Jumat, S: pasien
ketidak 19 juli mengelu
efektifan 2019 h sesak
pola nafas
nafas b.d O:
sindrom observas
hipoventi i TTV
lasi a. TD
160/100
mmHg
b. Nadi
100x/me
nit
c. Suhu
37℃
d. RR
25x/meni
t
A. Masalah
belum teratas.
P. Lanjutkan
intervensi
2. 00032 Sabtu, S: sesak
ketidakef 20 juli sudah
ektifan 2019 lumayan
pola teratasi
nafas b.d O:
sindrom observas
hipoventi i TTV
lasi a. TD:
140/90m
mHg
b. Nadi:

18
90x/meni
t
c. Suhu:
37℃
d. RR:
24x/meni
t
A. Masalah
teratasi
sebagian
P. Lanjutkan
intervensi
3 00032 Minggu S: pasien
ketidakef 21 juli sudah
ektifan 2019 tidak
pola merasa
nafas b.d sesak
sindrom nafas
hipoventi lagi
lasi O:
observas
i TTV
a. TD:
130/90m
mHg
b. Nadi:
90x/meni
t
c. Suhu:
37℃
d. RR:
23x/meni
t
A. Masalah
sudah teratasi
P. Hentikan
observasi

19
I. Pasien sudah
boleh pulang

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Cor pulmonal didefinisikan sebagai perubahan dalam struktur dan fungsi dari ventrikel
kanan yang disebabkan oleh gangguan primer dari sistem pernapasan. Hipertensi
pulmonal merupakan faktor penghubung tersering antara disfungsi paru-paru dan jantung
dalam cor pulmonal.
Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan ilmu pengetahuan.

20

Anda mungkin juga menyukai