Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH “

DI SUSUN OLEH :
NAMA : WIDYA DAPA WOLE
NIM : PO5303212210378
KELAS : C/II
MATA KULIAH : KEPERAWATAN JIWA

POLTEKKES KEMENKES KUPANG


PRODI KEPERAWATAN WAIKABUBAK
TAHUN AJARAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan jiwa yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu
dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makala ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

PENULIS

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL 1
…………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. 2
………...
DAFTAR 3
ISI…………………………………...............................................................
BAB I PENDAHULUAN …………………………….. 4
…….......................................
Latar Belakang 4
……………………………....................................................................
Rumusan Masalah 4
…………………………………......................................................
Tujuan …………………………….. 4
……......................................................................
BAB II PEMBAHASAN 5
……………………………………………………………...
Konsep harga diri 5
rendah……............................ ..........................................................
Asuhan keperawatan pasien dengan harga diri 10
rendah....................................................
BAB III 15
PENUTUP………………………………………………………………….....
Kesimpulan 15
…………………………………................................................................
Saran …………………………….. 15
…….........................................................................
DAFTARPUSTAKA………………………………………………………………… 13
...

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah kondisi seseorang yang menilai keberadaan dirinya lebih
rendah dibandingkan orang lain yang berpikir tentang hal negatif diri sendiri sebagai individu
yang gagal, tidak mampu dan tidak berprestasi (Keliat, 2010). Fitria (2009) juga
menyebutkan, harga diri rendah merupakan kondisi seseorang dimana ia merasa bahwa
dirinya tidak diterima dilingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya.
Harga diri rendah dapat dibagi menjadi dua yaitu, harga diri rendah situasional dan harga
diri rendah kronik. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon terhadap suatu kejadian. Apabila dari harga diri rendah situasional tidak ditangani
segera, maka lama kelamaan dapat menjadi harga diri rendah kronik. Semakin rendah harga
diri seseorang akan lebih berisiko terkena gangguan kepribadian. Pada beberapa penelitian
mengaitkan rendahnya harga diri dengan adanya kecemasan sosial. Sebuah penelitian

4
menyatakan jika orang yang memiliki harga diri yang rendah akan memiliki perasaan takut
gagal ketika terlibat dalam hubungan sosial ( Fitria, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep harga diri rendah?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep harga diri rendah.
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan harga diri rendah.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Harga Diri Rendah
1. Konsep Diri
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Konsep diri tidak tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman
unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (Stuart,
2006).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini:
a. Citra Tubuh (Body Image)
Citra tubuh (body image) adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak
disadari terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang
tentang ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Citra tubuh dimodifikasi secara
berkesinambungan dengan persepsi dan pengalaman baru.

5
b. Ideal Diri (Self Ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu. Sering juga disebut
bahwa ideal diri sama dengan cita-cita, keinginan, harapan tentang diri sendiri.
c. Identitas Diri (Self Identifity)
Identitas pribadi adalah prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan tapi merupakan tugas utama pada masa remaja). Menurut Sunaryo (2004)
Identitas diri merupakan kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan
dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan
yang utuh.
d. Peran Diri (Self Role)
Menurut Stuart (2006), peran diri merupakan serangkaian pola perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok sosial. Peran yang diterapkan adalah peran yang dijalani dan seseorang
tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang terpilih atau dipilih
oleh individu.
Menurut Sunaryo (2004), peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi
yang diharapkan individu berdasarkan posisinya di masyarakat. Setiap individu
disibukkan oleh berbagai macam peran yang terkait dengan posisinya.
e. Harga Diri (Self Esteem)
Harga diri merupakan penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga (Stuart, 2006).
Menurut Sunaryo (2004) aspek utama harga diri adalah dicintai, disayangi,
dikasihi orang lain dan mendapat penghargaan dari orang lain.
2. Rentang Respon

6
Konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu
dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari
kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Konsep
diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.
Rentang respon individu terhadap konsep dirinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. Konsep diri positif
merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada dirinya meliputi citra
dirinya, ideal dirinya, harga dirinya, penampilan peran serta identitas dirinya secara
positif. Hal ini akan menunjukkan bahwa individu itu akan menjadi individu yang sukses.
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan
putus asa. Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah yaitu
mengkritik diri sendiri dan/atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan kepada orang lain, gangguan dalam berhubungan, perasaan tidak mampu, rasa
bersalah, perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri, keluhan fisik, menarik diri secara
sosial, khawatir, serta menarik diri dari realitas.
Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengin- tegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa yang
7
harmonis. Adapun perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas yaitu tidak ada
kode moral, sifat kepribadian yang berten- tangan, hubungan interpersonal eksploitatif,
perasaan hampa. Perasaan mengam bang tentang diri sendiri, tingkat ansietas yang tinggi,
ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain.
Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis di mana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya. Individu menga- lami kesulitan
untuk membedakan dirinya sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri merasa tidak
nyata dan asing baginya.
3. Konsep Dasar Harga Diri Rendah
a. Pengertian
Harga diri rendah adalalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009). Gangguan harga diri
yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
 Situational, yaitu terjadi terutama yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kece-
lakaan, dicerai suami/isteri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
 Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berpikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respon mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien
gangguan fisik yang kronik atau pada klien gangguan jiwa.
b. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep-diri seseorang.
Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah
pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilan- nya. Saat
individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi
kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah,
pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya (Yosep, 2009). Menurut Stuart

8
(2006), faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor
predisposisi dan faktor presipitasi sebagai berikut:
a) Faktor Predisposisi
 Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orangtua, harapan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang
tidak realistis.
 Faktor yang mempengaruhi performa peran adalah stereotipe peran gender,
tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya.
 Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi meliputi ketidakpercayaan
orangtua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan struktur sosial.
b) Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2009), faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah
biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh,
kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum, gangguan konsep diri
harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara
situasional karena trauma yang muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat di rumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik atau
pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman. Harga diri rendah
kronik, biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat.
c) Perilaku Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang
objektif dan dapat diamati serta perasaan subjektif dan dunia dalam diri klien
sendiri. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah salah satunya
mengkritik diri sendiri, sedangkan kerancuan identitas seperti sifat kepribadian
yang bertentangan serta depersonalisasi (Stuart, 2006).
c. Tanda dan Gejala Harga Diri Rendah Kronik
Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik adalah
sebagai berikut:
 Mengkritik diri sendiri.

9
 Perasaan tidak mampu.
 Pandangan hidup yang pesimis.
 Penurunan produktivitas.
 Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain data di atas, dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga
diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
bicara lambat dengan suara nada lemah.
d. Batasan Karakteristik Harga Diri Rendah Kronik
Batasan karakteristik menurut Nanda - 1 (2012), yaitu:
1) Bergantung pada pendapat orang lain.
2) Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa.
3) Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri.
4) Secara berlebihan mencari penguatan.
5) Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup.
6) Enggan mencoba situasi baru.
7) Enggan mencoba hal baru.
8) Perilaku bimbang.
9) Kontak mata kurang.
10) Perilaku tidak asertif.
11) Sering kali mencari penegasan.
12) Pasif.
13) Menolak umpan balik positif tentang diri sendiri.
14) Ekspresi rasa bersalah.
15) Ekspresi rasa malu.
B. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
Tahap pertama pengkajian meliputi faktor predisposisi seperti: psikologis, tanda
dan tingkah laku klien dan mekanisme koping klien. Pengkajian meliputi beberapa faktor,
yaitu:
a. Faktor Predisposisi

10
Menurut Yosep (2009), faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Sunaryo (2004) faktor presipitasi meliputi:
1) Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang diduduki
individu lain.
2) Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur, sesuai
perilaku yang diharapkan.
3) Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses peralihan mengubah
nilai dan sikap.
4) Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran dalam
kehidupannya.
Menurut Stuart (2006) stressor pencetus juga dapat berasal dari sumber internal
atau eksternal seperti:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa
yang mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan
individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:

 Transisi peran perkembangan


 Transisi peran situasi
 Transisi peran sehat - sakit.
c. Perilaku
Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah
kronik sebagai berikut:
1) Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2) Penurunan produktivitas
3) Gangguan dalam berhubungan
4) Perasaan tidak mampu

11
5) Rasa bersalah
6) Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
7) Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri
8) Ketegangan peran yang dirasakan
9) Pandangan hidup yang pesimis
10) Keluhan fisik
11) Pandangan hidup yang bertentangan
12) Penolakan terhadap kemampuan personal
13) Destruktif terhadap diri sendiri
14) Pengurangan diri
15) Menarik diri secara sosial
16) Menarik diri dari realitas
17) Khawatir.
d. Sumber koping
Menurut Stuart (2006) semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya,
mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:
 Aktivitas olahraga dan aktivitas di luar rumah
 Hobi dan kerajinan tangan
 Seni yang ekspresif
 Kesehatan dan perawatan diri
 Pendidikan atau pelatihan
 Pekerjaan, vokasi, atau posisi
 Bakat tertentu
 Kecerdasan, Imajinasi dan kreativitas;
 Hubungan interpersonal.
e. Mekanisme Koping
Menurut Stuart (2006) mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan tersebut mencakup berikut ini:
1) Jangka Pendek:

12
 Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri
(misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton televisi secara obsesin).
 Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misalnya, ikut
serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok, gerakan, atau geng).
 Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan diri yang
tidak menentu (misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes
untuk mendapatkan popularitas).
2) Jangka panjang
 Penutupan identitas: adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memerhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
 Identitas negatif: asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat.
2. Masalah keperawatan
 Isolasi sosial
 Harga diri rendah kronik
 Koping individu tidak efektif

Pohon Masalah

13
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang diangkat berdasarkan pohon masalah adalah:
 Harga Diri Rendah Kronik
 Koping individu Tidak Efektif
 Isolasi Sosial.
4. Intervensi Keperawatan
 Diagnosis keperawatan : Harga Diri Rendah
 Tujuan : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
 Kriteria Evaluasi : Eksperi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
 Intervensi keperawatan :
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan Prinsip Komunkasi
Terapeutik.
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.
 Perkenalkan diri dengan sopan.
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang di sukai klien.
 Jelaskan tujuan pertemuan.
 Jujur dan menempati janji.
 Tunjukkan sifat empati dari menerima klien apa adanya.
 Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

14
 Rasional :Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang merupakan
pengetahuan individu tentang dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain.
Konsep diri tidak tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman unik
seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan realitas dunia (Stuart, 2006).
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut ini : Citra Tubuh (Body Image),
Ideal Diri (Self Ideal), Identitas Diri (Self Identifity), Peran Diri (Self Role) dan Harga Diri
(Self Esteem).
Harga diri rendah adalalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri.
Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Yosep, 2009). Harga diri rendah situasional dan harga diri rendah
kronik.
Faktor-faktor yang mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi
dan faktor presipitasi. Menurut Damaiyanti (2008), tanda dan gejala harga diri rendah kronik
adalah sebagai berikut: Mengkritik diri sendiri, Perasaan tidak mampu, Pandangan hidup
yang pesimis, Penurunan produktivitas dan Penolakan terhadap kemampuan diri. Asuhan
keperawatan pasien dengan harga diri rendah rendah meliputi pengkajian, diagnosis dan
intervensi keperawatan.
B. Saran
Hendaknya mahasiswa ataupun mahasiswi dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai
dengan tahapan-tahapan dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa Pendidikan baik
di akademik maupun dilapangan praktek.

16
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M dkk. (2006). Buku Pedoman Kerja Mahasiswa Pengalaman Belajar


Praktik
Jiwa 1 dan Pengalaman Belajar Klinik Jiwa 2. Samarinda. Tidak dipublikasikan
Marylin E, dkk. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Hamid, Achir Yani. (2000). Buku Pedoman Askep Jiwa-1 Keperawatan Jiwa Teori dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Edisi 3. Jakarta: EGC Keliat, BA. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
EGC
Keliat, BA. (2006). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Keliat, BA & Akemat. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Nanda I. (2012). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:
EGC

17

Anda mungkin juga menyukai