LAPORAN PRAKTIKUM Herbi
LAPORAN PRAKTIKUM Herbi
PENGELOLAAN GULMA
ACARA 4. PENGENALAN HERBISIDA
Disusun Oleh :
HERI KUSWORO
202141047
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya mampu menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul
“Pengenalan Herbisida” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Laporan praktikum ini saya susun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pengelolaan Gulma pada program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Muria Kudus. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Nindya Arini S.P., M.Sc dan
ibu Dr. Ir. Endang Dewi Murrinie MP selaku dosen dari pengampu mata kuliah ini
yang telah memberikan pemahaman materi bagi saya sehingga menambah wawasan
dan pengetahuan sesuai dengan bidang yang saya tekuni ini.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya memohon maaf
jika dalam penulisan laporan ini ada luput dan kekurangannya. Saya selaku
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan yang ada dalam penulisan
laporan ini.
Akhir kata, saya berharap semoga laporan ini dapat berguna dengan baik
bagi para pembaca dan semua pihak yang memiliki kepentingan terkait hal ini.
Wassalamualaikum wr.wb.
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
termasuk diantaranya pengendalian secara manual (tenaga manusia dilengkapi
dengan peralatan kecil), memanfaatkan tanaman penutup tanah (leguminous cover
crop), mekanis, ekologis, solarisasi, biologis, menggunakan bahan kimia
(herbisida) dan teknik budidaya lainnya. Masing-masing teknik pengendalian
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari masing-masing
teknik pengendalian dapat diperkecil dengan menerapkan konsep pengendalian
gulma secara terpadu (integrated weed management) yaitu memadukan cara-cara
pengendalian yang kompatibel satu sama lain. Pengendalian kimiawi, dengan
menggunakan herbisida, merupakan metode yang paling banyak digunakan karena
tingkat efisiensidan efektivitas yang tinggi (Hayata et. al., 2016).
Penggunaan herbisida harus sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan agar
konsekuensi yang ditimbulkan dari pemakaian herbisida secara terus-terusan dalam
periode waktu yang lama pada area lahan pertanian tidak menimbulkan dampak
negative, seperti, terjadi dominansi populasi gulma resisten terhadap herbisida atau
dominansi gulma toleran terhadap herbisida dan residu bahan kima pada tanah
(Sumiahadi, 2022). Untuk itu efektivitas pemberian herbisida ini ditentukan oleh
penggunaan dosis dan waktu aplikasian yang tepat. Setiap herbisida memiliki daya
eketivitas terhadap gulma spesifik, dan beberapa memiliki kandungan yang sangat
berbahaya bila salah penggunanan karena herbisida non selektif selain merusak
gulma juga dapat merusak tanaman utama. Dengan manajemen yang baik dan
kondisi lingkungan yang menguntungkan, maka dapat mengurangi penggunaan
herbisida dan tetap dapat mengendalikan gulma sehingga tetap dapat meningkatkan
keuntungan dan mengurangi penggunaan herbisida.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gulma
2.2. Herbisida
6
dengan menggunakan herbisida. Dalam mengaplikasikan herbisida pada tanaman
budidaya diperlukan pengetahuan tentang klasifikasi herbisida, respon morpologi
dan biokimia terhadap herbisida (Ambarwati et. al., 2020). Setiap bahan aktif yang
terkandung dalam jenis herbisida memiliki jenis formulasi, cara kerja, dan
spesifikasi jenis gulma yang berbeda (Widayat et. al., 2021). Pengendalian gulma
harus mempertimbangkan jenis tanaman, dampak lingkungan dan kondisi tanah.
Penggunaan secara terus menerus membuat gulma menjadi resisten terhadap
pemberian herbisida sehingga akan menjadi sulit menanganinya. Beberapa dampak
lainnya adalah herbisida merupakan bahan kimia berbahaya (racun) yang dapat
merusak/mematikan tanaman yang bukan sasaran dan dapat menyebabkan
keracunan pada tanaman, dapat memengaruhi proses fisiologis bagi hewan,
keracunan pada hewan peliharaan. Gangguan kesehatan, keracunan bagi tenaga
penyemprot (aplikator) dan tercemamya lingkungan atau munculnya dampak
negatif akibat penggunaan herbisida dalam jangka panjang serta menyebabkan
timbulnya resistensi jenis gulma terhadap herbisida (Priyatno et. al., 2019).
7
BAB III
METODOLOGI
Praktikum pengelolaan gulma dengan tema pengenalan herbisida
dilaksanakan pada 13 Desember 2023 di Laboratorium Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Muria Kudus.
8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
N Nama Kandungan Warna Waktu Aplikasi Cara Kerja Jenis Tanaman Gulma
Bahan Aktif Herbisi
o Dagang da Sasaran
ET- Isopropila berwar dimulai saat gulma herbisida gulma
1 na kelapa sawit berdaun
UPSTAR mina tumbuh subur dan sistemik
kunin (TBM) lebar dan
480 SL glifosfat tidak turun hujan purna
480 g/l g tumbuh gulma
keemas golongan
an rumput
dilakukan saat
2 OKEXON Parakuat biru gulma tumbuh herbisida kelapa sawit gulma
E 138 SL diklorida kehita aktif dan kontak (TBM) berdaun
138 g/l man pemberian purna lebar dan
dilakukan pada tumbuh sempit
pagi hari
gulma
Parakuat 2 minggu herbisida kelapa sawit, anakan sawit
3 GRAMOX hijau tua sebelum masa
diklorida kontak karet, kopi, liar, gulma
ONE tanam,
276 g/l purna jagung, dll daun lebar,
pemberian tumbuh sempit, dan
dilakukan pada
teki-tekian.
pagi hari
ZERAM Oksifluorfen penyemprotan 3-4 herbisida gulma
4 kuning hari sebelum tanam, kontak pra bawang merah
250 EC 250 g/l berdaun
dilakukan tumbuh dan lebar dan
pada pagi dan siang purna
hari tumbuh sempit
CENTRAM 2,4 D cokl 14-21 HST, pada herbisida padi sawah
5 saat gulma daun
INE 870 SL dimetil at gulma sedang sistemik tanam
lebar
amina : 870 mud tumbuh subur purna pindah
SL a tumbuh (tapin)
IPA glifosfat kuning 1 minggu herbisida kelapa sawit, teh, gulma
6 ROUNDUP cengkeh, rerumputan
386 g/l keemas sebelum sistemik jagung, dan dan gulma
an pengolahan purna kakao berdaun
tanah tumbuh lebar
9
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa setiap jenis herbisida
memiliki kandungan, cara kerja, waktu aplikasi dan target gulma yang berbeda.
Perbedaan pemilihan penggunaan herbisida bervariasi tergantung pada beberapa
factor. Pemilihan dan penggunaan dosis yang tepat memiliki keuntungan dengan
menekan dam membasmi target gulma secara selektif. Jadi perlu diperhatikan
bahan dan sasaran jenis herbisida agar tidak menimbulkan keracunan pada tanaman
budidaya karena beberapa herbisida memiliki sifat selektif pada tanaman tertentu.
Hal ini sesuai dengan Riadi (2011) bahwa herbisida berasal dari senyawa kimia
organik maupun anorganik atau berasal dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu
organisme, herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu,
juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan
mematikan seluruh bagian tumbuhan. Namun pada dosis yang lebih rendah,
herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang
lainnya. Seperti yang diutarakan Adnan et. al., (2012) menyatakan bahwa aplikasi
dosis herbisida meningkatkan persentase pengendalian gulma dan menurunkan
bobot kering gulma serta meningkatkan komponen hasil dan hasil tanaman.
Menurut Ambarwati et. al., (2020) mengatakan bahwa selain berpengaruh pada
gulma, ternyata perlakuan herbisida berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Sehingga dalam mengaplikasikan herbisida pada tanaman budidaya diperlukan
pengetahuan tentang klasifikasi herbisida, respon morpologi dan biokimia terhadap
herbisida agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Hal ini sesuai
dengan Widayat et. al., (2021) bahwa setiap bahan aktif yang terkandung dalam
jenis herbisida memiliki jenis formulasi, cara kerja, dan spesifikasi jenis gulma
yang berbeda. Pengendalian gulma harus mempertimbangkan jenis tanaman,
dampak lingkungan dan kondisi tanah. Penggunaan secara terus menerus membuat
gulma menjadi resisten terhadap pemberian herbisida sehingga akan menjadi sulit
menanganinya. Beberapa dampak lainnya adalah herbisida merupakan bahan kimia
berbahaya (racun) yang dapat merusak/mematikan tanaman yang bukan sasaran dan
dapat menyebabkan keracunan pada tanaman, dapat memengaruhi proses fisiologis
bagi hewan.
10
BAB V
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12
Dokumentasi
13