Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN GULMA
ACARA 4. PENGENALAN HERBISIDA

Disusun Oleh :
HERI KUSWORO
202141047

PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
TAHUN AJARAN 2023/2024

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga saya mampu menyelesaikan laporan praktikum yang berjudul
“Pengenalan Herbisida” tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Laporan praktikum ini saya susun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pengelolaan Gulma pada program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Muria Kudus. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Nindya Arini S.P., M.Sc dan
ibu Dr. Ir. Endang Dewi Murrinie MP selaku dosen dari pengampu mata kuliah ini
yang telah memberikan pemahaman materi bagi saya sehingga menambah wawasan
dan pengetahuan sesuai dengan bidang yang saya tekuni ini.
Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya memohon maaf
jika dalam penulisan laporan ini ada luput dan kekurangannya. Saya selaku
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan yang ada dalam penulisan
laporan ini.
Akhir kata, saya berharap semoga laporan ini dapat berguna dengan baik
bagi para pembaca dan semua pihak yang memiliki kepentingan terkait hal ini.
Wassalamualaikum wr.wb.

Kudus, 19 Desember 2023

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Gulma merupakan tanaman yang tidak dikehendaki pertumbuhannya oleh


petani karena akan merugikan petani baik langsung maupun tidak langsung. Gulma
adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai
dari tempat yang miskin usur hara sampai tempat yang kaya unsur hara dapat
menimbulkan banyak kerugian antara lain yaitu menurunkan hasil, menurunkan
mutu, sebagai tanaman inang hama dan penyakit, menimbulkan keracunan bagi
tanaman pokok seperti allelopati (Ambarwati et. al., 2020). Persaingan antara
gulma dengan tanaman pokok terjadi karena gulma dan tanaman pokok tumbuh
saling berdekatan pada tempat yang sama. Tumbuhnya gulma menimbulkan banyak
kerugian bagi petani. Kerugian adanya gulma pada lahan produksi selain terjadinya
kompetisi dengan tanaman pokok, adanya gulma akan menghambat pekerjaan
petani, mengganggu kesehatan petani (menimbulkan alergi/gatal-gatal, menjadi
tempat berlindung atau menjadi inang bagi hama dan penyakit tanaman, menguras
unsur hara, mengurangi ketersediaan air bagi tanaman pokok, tercampurnya atau
pengotoran biji gulma pada hasil budidaya pertanian, terbentuknya alelopati yang
meracuni tanaman budidaya, penurunan pembentukan fotosintat dan asimilat
karena penaungan gulma, menurunkan kualitas dan kuantitas hasil tanaman
budidaya (Ramadani et. al., 2021). Oleh karena banyak kerugian yang ditimbulkan
oleh gulma maka gulma harus dikendalikan atau diberantas keberadaannya.
Sebuah usaha untuk menghilangkan gulma disebut dengan pengendalian
gulma. Pengendalian gulma dapat didefenisikan sebagai proses membatasi infestasi
gulma sedemikian rupa sehingga tanaman bisa dibudidayakan secara produktif dan
efisien. Dalam pengendalian gulma tidak ada keharusan untuk mengendalikan
seluruh gulma, melainkan cukup menekan pertumbuhan atau mengurangi
populasinya. Dengan kata lain pengendalian hanya bertujuan untuk menekan
populasi gulma sampai tingkat yang tidak merugikan secara ekonomi. Pengendalian
gulma pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai teknik pengendalian

4
termasuk diantaranya pengendalian secara manual (tenaga manusia dilengkapi
dengan peralatan kecil), memanfaatkan tanaman penutup tanah (leguminous cover
crop), mekanis, ekologis, solarisasi, biologis, menggunakan bahan kimia
(herbisida) dan teknik budidaya lainnya. Masing-masing teknik pengendalian
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari masing-masing
teknik pengendalian dapat diperkecil dengan menerapkan konsep pengendalian
gulma secara terpadu (integrated weed management) yaitu memadukan cara-cara
pengendalian yang kompatibel satu sama lain. Pengendalian kimiawi, dengan
menggunakan herbisida, merupakan metode yang paling banyak digunakan karena
tingkat efisiensidan efektivitas yang tinggi (Hayata et. al., 2016).
Penggunaan herbisida harus sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan agar
konsekuensi yang ditimbulkan dari pemakaian herbisida secara terus-terusan dalam
periode waktu yang lama pada area lahan pertanian tidak menimbulkan dampak
negative, seperti, terjadi dominansi populasi gulma resisten terhadap herbisida atau
dominansi gulma toleran terhadap herbisida dan residu bahan kima pada tanah
(Sumiahadi, 2022). Untuk itu efektivitas pemberian herbisida ini ditentukan oleh
penggunaan dosis dan waktu aplikasian yang tepat. Setiap herbisida memiliki daya
eketivitas terhadap gulma spesifik, dan beberapa memiliki kandungan yang sangat
berbahaya bila salah penggunanan karena herbisida non selektif selain merusak
gulma juga dapat merusak tanaman utama. Dengan manajemen yang baik dan
kondisi lingkungan yang menguntungkan, maka dapat mengurangi penggunaan
herbisida dan tetap dapat mengendalikan gulma sehingga tetap dapat meningkatkan
keuntungan dan mengurangi penggunaan herbisida.

1.2. Tujuan praktikum


Praktikum pengelolaan gulma dengan tema pengenalan herbisida bertujuan
untuk Mengidentifikasi jenis-jenis herbisida, nama umum, nama dagang dan nama
kimia, kandungan bahan aktif,formulasi, cara kerja, jenis jenis gulma sasaran dan
lain-lain.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak


dikehendaki oleh petani, karena akan merugikan petani baik langsung maupun tidak
langsung, dalam sistem pertanian gulma tidak dikehendaki karena dapat
menimbulkan banyak kerugian antara lain yaitu menurunkan hasil, menurunkan
mutu, sebagai tanaman inang hama dan penyakit, menimbulkan keracunan bagi
tanaman pokok seperti allelopati (Ambarwati et. al., 2020). Gulma menjadi
tumbuhan pengganggu yang menjadi pesaing bagi tanaman budidaya, baik dalam
hal pemanfaatan ruang, cahaya maupun dalam hal penyerapan air dan nutrisi.
Kehadiran gulma pada pertanaman kedelai tidak dapat dihindarkan, sehingga
terjadi kompetisi dan kandungan alelopati. Alelopati adalah interaksi
antarorganisme yang mana keberadaan satu organisme dapat menghambat
pertumbuhan atau perkembangan organisme lainnya melalui pelepasan toksin atau
racun. Penurunan hasil akibat gulma pada tanaman kedelai dapat mencapai 30 -
50%. Banyak faktor yang mempengaruhi keragaman gulma pada tiap lokasi seperti
pengamatan, cahaya, unsur hara, serta jarak tanam atau kerapatan tanaman yang
digunakan berbeda serta umur tanaman kedelai tersebut. Spesies gulma juga
dipengaruhi oleh kerapatan tanaman, kesuburan tanah, pola budidaya dan
pengolahan tanah (Ramadani et. al., 2021).

2.2. Herbisida

Sebuah usaha untuk menghilangkan gulma disebut dengan pengendalian


gulma. Pengendalian gulma pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai teknik
pengendalian termasuk diantaranya pengendalian secara manual (tenaga manusia
dilengkapi dengan peralatan kecil), memanfaatkan tanaman penutup tanah
(leguminous cover crop), mekanis, ekologis, solarisasi, biologis, menggunakan
bahan kimia (herbisida) dan teknik budidaya lainnya. Pengendalian gulma dapat
dilakukan secara preventif, manual, kultur teknis, biologi, hayati, terpadu dan kimia

6
dengan menggunakan herbisida. Dalam mengaplikasikan herbisida pada tanaman
budidaya diperlukan pengetahuan tentang klasifikasi herbisida, respon morpologi
dan biokimia terhadap herbisida (Ambarwati et. al., 2020). Setiap bahan aktif yang
terkandung dalam jenis herbisida memiliki jenis formulasi, cara kerja, dan
spesifikasi jenis gulma yang berbeda (Widayat et. al., 2021). Pengendalian gulma
harus mempertimbangkan jenis tanaman, dampak lingkungan dan kondisi tanah.
Penggunaan secara terus menerus membuat gulma menjadi resisten terhadap
pemberian herbisida sehingga akan menjadi sulit menanganinya. Beberapa dampak
lainnya adalah herbisida merupakan bahan kimia berbahaya (racun) yang dapat
merusak/mematikan tanaman yang bukan sasaran dan dapat menyebabkan
keracunan pada tanaman, dapat memengaruhi proses fisiologis bagi hewan,
keracunan pada hewan peliharaan. Gangguan kesehatan, keracunan bagi tenaga
penyemprot (aplikator) dan tercemamya lingkungan atau munculnya dampak
negatif akibat penggunaan herbisida dalam jangka panjang serta menyebabkan
timbulnya resistensi jenis gulma terhadap herbisida (Priyatno et. al., 2019).

7
BAB III
METODOLOGI
Praktikum pengelolaan gulma dengan tema pengenalan herbisida
dilaksanakan pada 13 Desember 2023 di Laboratorium Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Muria Kudus.

3.1. Alat Dan Bahan

• Alat : Alat tulis dan kamera.


• Bahan : Beberapa jenis herbisida seperti Et-Upstar 480 Sl, Okexone 138 Sl,
Gramoxone 276 Sl, Zeram 250 Ec, Centramine 870 Sl, Roundup 486 Sl.

3.2. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan praktikum.


2. Perhatikan label pada setiap jenis herbisida tersebut dan kemudian catat
nama umu (dagang), nama kimia, kandungan bahan aktif, formulasi, cara
kerja, jenis-jenis gulma sasaran dan informasi lain dapat ditambahkan.
3. Buatlah dalam bentuk tabel.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa beberapa herbisida


untuk pengendalian gulma yang diamati adalah Et-Upstar, Okexone, Gramoxone,
Zeram, Centramine, dan Roundup.

N Nama Kandungan Warna Waktu Aplikasi Cara Kerja Jenis Tanaman Gulma
Bahan Aktif Herbisi
o Dagang da Sasaran
ET- Isopropila berwar dimulai saat gulma herbisida gulma
1 na kelapa sawit berdaun
UPSTAR mina tumbuh subur dan sistemik
kunin (TBM) lebar dan
480 SL glifosfat tidak turun hujan purna
480 g/l g tumbuh gulma
keemas golongan
an rumput
dilakukan saat
2 OKEXON Parakuat biru gulma tumbuh herbisida kelapa sawit gulma
E 138 SL diklorida kehita aktif dan kontak (TBM) berdaun
138 g/l man pemberian purna lebar dan
dilakukan pada tumbuh sempit
pagi hari
gulma
Parakuat 2 minggu herbisida kelapa sawit, anakan sawit
3 GRAMOX hijau tua sebelum masa
diklorida kontak karet, kopi, liar, gulma
ONE tanam,
276 g/l purna jagung, dll daun lebar,
pemberian tumbuh sempit, dan
dilakukan pada
teki-tekian.
pagi hari
ZERAM Oksifluorfen penyemprotan 3-4 herbisida gulma
4 kuning hari sebelum tanam, kontak pra bawang merah
250 EC 250 g/l berdaun
dilakukan tumbuh dan lebar dan
pada pagi dan siang purna
hari tumbuh sempit
CENTRAM 2,4 D cokl 14-21 HST, pada herbisida padi sawah
5 saat gulma daun
INE 870 SL dimetil at gulma sedang sistemik tanam
lebar
amina : 870 mud tumbuh subur purna pindah
SL a tumbuh (tapin)
IPA glifosfat kuning 1 minggu herbisida kelapa sawit, teh, gulma
6 ROUNDUP cengkeh, rerumputan
386 g/l keemas sebelum sistemik jagung, dan dan gulma
an pengolahan purna kakao berdaun
tanah tumbuh lebar

9
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa setiap jenis herbisida
memiliki kandungan, cara kerja, waktu aplikasi dan target gulma yang berbeda.
Perbedaan pemilihan penggunaan herbisida bervariasi tergantung pada beberapa
factor. Pemilihan dan penggunaan dosis yang tepat memiliki keuntungan dengan
menekan dam membasmi target gulma secara selektif. Jadi perlu diperhatikan
bahan dan sasaran jenis herbisida agar tidak menimbulkan keracunan pada tanaman
budidaya karena beberapa herbisida memiliki sifat selektif pada tanaman tertentu.
Hal ini sesuai dengan Riadi (2011) bahwa herbisida berasal dari senyawa kimia
organik maupun anorganik atau berasal dari metabolit hasil ekstraksi dari suatu
organisme, herbisida bersifat racun terhadap gulma atau tumbuhan pengganggu,
juga terhadap tanaman. Herbisida yang diaplikasikan dengan dosis tinggi akan
mematikan seluruh bagian tumbuhan. Namun pada dosis yang lebih rendah,
herbisida akan membunuh tumbuhan tertentu dan tidak merusak tumbuhan yang
lainnya. Seperti yang diutarakan Adnan et. al., (2012) menyatakan bahwa aplikasi
dosis herbisida meningkatkan persentase pengendalian gulma dan menurunkan
bobot kering gulma serta meningkatkan komponen hasil dan hasil tanaman.
Menurut Ambarwati et. al., (2020) mengatakan bahwa selain berpengaruh pada
gulma, ternyata perlakuan herbisida berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
Sehingga dalam mengaplikasikan herbisida pada tanaman budidaya diperlukan
pengetahuan tentang klasifikasi herbisida, respon morpologi dan biokimia terhadap
herbisida agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Hal ini sesuai
dengan Widayat et. al., (2021) bahwa setiap bahan aktif yang terkandung dalam
jenis herbisida memiliki jenis formulasi, cara kerja, dan spesifikasi jenis gulma
yang berbeda. Pengendalian gulma harus mempertimbangkan jenis tanaman,
dampak lingkungan dan kondisi tanah. Penggunaan secara terus menerus membuat
gulma menjadi resisten terhadap pemberian herbisida sehingga akan menjadi sulit
menanganinya. Beberapa dampak lainnya adalah herbisida merupakan bahan kimia
berbahaya (racun) yang dapat merusak/mematikan tanaman yang bukan sasaran dan
dapat menyebabkan keracunan pada tanaman, dapat memengaruhi proses fisiologis
bagi hewan.

10
BAB V
KESIMPULAN

Pemilihan herbisida harus didasarkan pada kandungan bahan aktif, waktu


pengaplikasian, cara kerja, jenis tanaman yang dibudidayakan, dan jenis gulma
sasaran. Untuk meningkatkan efektivitas dan mengurangi dampak lingkungan perlu
pemilihan kesesuaian jenis herbisida terhadap jenis tanaman, target gulma sasaran
dan kondisi lingkungan. Penggunaan herbisida secara terus menerus akan
berdampak menjadikan gulma resisten sehingga akan sulit dibasmi, begitupun
dampak residu dari kandungan kimia sisa pemberian yang lama kelamaan dapat
mengganggu kesuburan tanah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Hasanuddin, dan Manfarizah. 2012. Aplikasi beberapa dosis herbisida


glifosat dan paraquat pada sistem tanpa olah tanah (TOT) serta pengaruhnya
terhadap sifat kimia tanah, karakteristik gulma dan hasil kedelai. Jurnal
Agrista. 16(3):135-145.
Hayata, A. Meilin dan T. Rahayu. 2016. Uji Efektifitas Pengendalian Gulma Secara
Kimiawi dan Manual pada Lahan Replanting Karet (Havea brasiliensis
Muell.Arg.) di Dusun Suka Damai Desa Pondok Meja Kabupaten Muaro
Jambi. Jurnal Media Pertanian 1(1): 36-44.
Priyatno, A. D., Saputra, D., Rachman, F. A., & Sitorus, R. J. 2019. Bahan Aktif
Herbisida Glifosat pada Air dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan
Masyarakat. Prosiding Seminar Nasional , 82-88.
Riadi, M., R. Sjahril, dan E. Syam’un. 2011. Pengertian dan Klasifikasi Herbisida.
Bahan Ajar Mata Kuliah Herbisida dan Aplikasinya. Fakultas Pertanian.
Universitas Hasanudin. 11 hlm.
Sumiahadi, A. 2022. Potensi Arachis pintoi Sebagai Biomulsa Dalam Menekan
Gulma pada Lahan Budidaya Tanaman. Jurnal Agrosains dan Teknologi, 7
(1): 51-64.
Widayat, D., U. Umiyati, dan Y. Sumekar. 2021. Campuran herbisida IPA glifosat,
imazetafir, dan karfentrazon-etil dalam mengendalikan gulma daun lebar,
gulma daun sempit, dan teki. Jurnal Kultivasi, 20(1), 47-52.

12
Dokumentasi

13

Anda mungkin juga menyukai