Anda di halaman 1dari 37

FARMAKOLOGI

TUGAS RESUME BU SETIANTI

Disusun oleh :

Kaaffadina Jihan Kurniawan (P17120123021)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 1

2024
VITAMIN DAN MINERAL

1. Vitamin merupakan senyawa organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk
mempertahankan kesehatan dan sebagai metabolisme.
2. Mineral merupakan senyawa organik yang mengatur berbagai fungsi fisiologis dan
untuk pertumbuhan serta pemeliharaan jaringan termasuk tulang.
3. Sumber vitamin dan mineral adalah makanan
4. Vitamin dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Vitamin larut air : Vitamin B kompleks dan Vitamin C
b. Vitamin larut lemak : Vitamin A, D, E dan K
5. Vitamin larut air disimpan dalam tubuh hanya dalam jumlah yang sedikit, lalu sisanya
dibuang. Pemberian dalam jumlah banyak hanya pemborosan dan dapat menimbulkan
efek yang merugikan.
6. Mineral dalam tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Jumlah besar : Kalsium, fosfor, magnesium, kalium, natrium, klorida dan
sulfur.
b. Trace elements : Fluor, seng, selenium, iodium, besi, kromium, kobalt,
tembaga, mangan dan molibdenum
7. AKG merupakan angka kecukupan gizi rata rata yang dianjurkan menurut golongan
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktivitas.
8. Penggunaan vitamin dan mineral jika berlebihan dapat menimbulkan gejala
keracunan, tetapi jika kelebihan juga dapat menimbulkan gejala defisiensi.
9. Asupan vitamin yang kurang dapat terjadi dikarenakan :
a. Asupan makanan yang tidak tercukupi
b. Gangguan absorbsi vitamin
c. Meningkatnya kebutuhan tubuh

Zat gizi Sumber utama Fungsi utama Akibat dari Kebutuhan


kekurangan dan perhari dewasa
kelebihan

Vitamin A Sebagai vit a : Penglihatan Kekurangan : 900 mikrogram


Minyak ikan, normal, Rabun senja,
hati sapi, kesehatan kulit pembentukan
kuning telur, & perlindungan ulkus &
mentega dan terhadap infeksi pecahnya
krim kornea
Kelebihan :
Sebagai Sakit kepala,
Karoten : pengelupasan
Sayuran daun kulit, penebalan
hijau, tulang & nyeri
Sayuran/buah sendi
berwarna
kuning, minyak
palem merah

Vitamin D Sebagai Vit D2 Penyerapan Kekurangan : 10 mikrogram


: Ragi, susu kalsium & Pertumbuhan &
fosfat dari usus, perbaikan
Sebagai vit D3 : pertumbuhan tulang yang
minyak ikan, serta perbaikan abnormal,
kuning telur, tulang kejang otot
susu Kelebihan :
Hiperkalsemia,
anoreksia &
hipertensi

Vitamin E Minyak sayur, Antioksidan, Kekurangan : 10 mikrogram


benih gandum, melindungi Pecahnya sel
selada, bayam, kerusakan darah merah,
kuning telur, membran anemia
margarin, biologis akibat hemolitika
tanaman radikal bebas Kelebihan :
polong, susu, Gangguan
daging, buah reproduksi dan
buahan gangguan sel
cerna

Vitamin K Sayuran Pembentukan Kekurangan : 65 mikrogram


berdaun, hati, faktor, Perdarahan &
minyak sayur pembekuan Hipoprotombine
darah & mia
pembentukan Kelebihan :
bekuan darah Kemerahan
yang normal pada muka,
sianosis, sakit
pada dada

Vitamin B1 Ragi kering, Metabolisme Kekurangan : 1,2miligram


gandum, karbohidrat Beri beri pada
daging, kacang anak & dewasa
kacangan, disertai
tanaman kegagalan
polong, kentang jantung &
fungsi saraf
otak
Vitamin B2 Susu, keju, hati, Metabolisme Kekurangan : 1,5 miligram
daging, telur, karbohidrat & Bibir & sudut
gandum kesehatan mulut pecah²,
membran dermatitis
mukosa

Niasin Ragi kering, Untuk berbagai Kekurangan : 16 miligram


hati, daging, protein yang Pellagra
ikan tanaman penting dalam
polong, gandum respirasi
jaringan

Vitamin B6 Ragi kering, Metabolisme Kekurangan : 2 milligram


hati, daging, asam amino & Kejang pada
gandum, ikan, asam lemak bayi, gangguan
tanaman polong sistem
eritopoeik

Biotin Hati, ginjal, Metabolisme Kekurangan : 60 mikrogram


kuning telur, karbohidrat & Peradangan
ragi, bunga kol, asam lemak pada kulit &
kacang bibir
kacangan,
tanaman polong

Vitamin B12 Hati, daging, Pematangan sel Kekurangan : 2 mikrogram


telur, susu darah merah & Anemia
fungsi saraf pernisiosa &
sintesa DNA anemia lainnya

Asam folat Sayuran segar Pematangan sel Kekurangan : 200 mikrogram


berdaun hijau, darah merah, Berkurangnya
buah, hati, ragi sintesa DNA & jumlah semua
kering RNA jenis sel darah

Asam Hati, ragi, Metabolisme Kekurangan : 6 miligram


pantotenat sayuran karbohidrat & Penyakit saraf
lemak

Vitamin C Jeruk, tomat, Koenzim & Kekurangan : 60 miligram


kentang, kubis, reduktor, Skorbut, scurvy,
cabe hijau antioksidan, malaise
sintesa kolagen

Natrium Garam, sapi, Keseimbangan Kekurangan : 1 gram


ikan, sarden, asam basa, Kadar natrium
keju, zaitun fungsi saraf & dlm darah
hijau, roti otot rendah
jagung, keripik, Kelebihan :
kentang, acar Kadar natrium
kubis dalam darah
tinggi

Klorida Garam, sapi, Keseimbangan Kekurangan : 1,5 gram


ikan, sarden, elektrolis Gangguan
keju, zaitun keseimbangan
hijau, roti asam-basa
jagung, keripik,
kentang, acar
kubis

Kalium Susu, skim, Fungsi saraf Kekurangan : 2 gram


pisang, buah otot, Kelumpuhan,
plum kering, keseimbangan gangguan
kismis asam basa & jantung
keseimbangan Kelebihan :
air Kelumpuhan,
gangguan
jantung

Kalsium Susu, daging, Pembentukan Kekurangan : 1 gram


ikan, telur, tulang & gigi, Kejang otot
gandum, buncis pembekuan Kelebihan :
buah buahan, darah, irama Hilangnya
sayuran. jantung normal tekanan usus,
gagal ginjal

Fosfat Susu, keju, Pembentukan Kekurangan : 0,9 gram


daging, unggas, tulang & gigi, Mudah
ikan, gandum, komponen asam tersinggung,
tanaman polong nukleat kelainan sel
produksi energi darah
Kelebihan :
Kadar fosfat
dalam darah
tinggi

Magnesium Sayuran hijau, Pembentukan Kelebihan : 0,3 gram


kacang tulang & gigi, Fungsi saraf
kacangan, pengaktifan abnormal
gandum, enzim Kekurangan :
makanan laut Tekanan darah
rendah,
kegagalan
pernafasan

Zat besi Tepung kedelai, Pembentukan Kekurangan : 12 miligram


ginjal sapi, hati, enzim, Anemia,
buncis, kerang pembentukan kesulitan
kerangan, buah komponen menelan
peach utama sel darah Kelebihan :
merah & sel Sirosis,
otot pewarnaan kulit

Seng Daging, Komponen Kekurangan : 15 miligram


makanan laut enzim, Pertumbuhan
pembentukan yang lambat,
sel darah merah berkurangnya
& tulang sensasi rasa

Tembaga Daging, tiram, Komponen Kekurangan : 2 miligram


kacang enzim, Anemia pada
kacangan, pembentukan anak malnutrisi
tanaman polong sel darah merah Kelebihan :
kering, gandum & tulang Pengendapan
tembaga dalam
otak, sirosis hati

Mangan Gandum, buah Komponen Kekurangan : 3,5 miligram


buahan kering enzim Penurunan berat
badan,
perubahan
warna rambut
Kelebihan :
Kerusakan saraf

Molibdenum Produk olahan Pengaktifan Kekurangan : 150 mikrogram


susu, gandum enzim Asidosis, bintik
buta, rabun
senja

Selenium Daging & hasil Untuk sintesa Kekurangan : 60 mikrogram


hewanj enzim, Nyeri otot,
antioksidan kelemahan
Kelebihan :
Rambut rontok,
perdangan kulit

Yodium Makanan laut, Pembentukan Kelebihan : 150 mikrogram


garam hormon tiroid Pembesaran
beryodium, kelenjar tiroid,
produk olahan tuli-bisu
susu, air minum Kekurangan :
Kadang
menyebabkan
tingginya kadar
hormon tiroid

Fluor Teh, kopi, air Pembentukan Kekurangan : 2,5 miligram


yang tulang & gigi Resiko kavitasi
mengandung gigi meningkat,
fluor penipisan tulang
Kelebihan :
Fluorosis, gigi
berbintik &
berlubang
IMUNISASI

1. Berikut adalah sistem pertahanan tubuh, yaitu :


a. Antibodi: Imunoglobulin
b. Zat asing: Antigen
- Imunitas aktif alamiah
- Imunitas aktif didapat
- Imunitas pasif alamiah
- Imunitas pasif didapat
2. Imunitas alamiah
a. Tubuh sehat: Siap dengan pertahanan → Dimasuki bibit penyakit →
Terbentuk sistem pertahanan tubuh spesifik terhadap jenis penyakit.
3. Imunitas aktif didapat
a. Tubuh sehat: Mengontrol agar bibit penyakit yang masuk tidak sampai
menimbulkan penyakit.
b. Vaksin merangsang sistem pertahanan tubuh sehingga siap terhadap jenis
tertentu. Vaksin mengandung substansi atau antigen yang relatif tidak
berbahaya bagi tubuh manusia.
c. Substansi/antigen: Virus hidup yang dilemahkan (Polio & Campak) → Virus
atau bakteri yang mengalami inaktivasi (Hepatitis B & BCG) → Ekstrak
eksotoksin yang dihasilkan mikroorganisme atau eksotoksin yang dilemahkan
(Detoksifikasi)
4. Imunitas pasif alamiah
a. Bayi yang baru dilahirkan: membawa sistem kekebalan tubuh yang berasal
dari ibunya.
5. Imunitas pasif didapat
a. Daya imunisasi yang didapat dari luar melalui pemberian serum ditambahkan
antibodi dari luar, seperti :
1. Serum
- Serum anti tetanus
- Serum anti rabies
- Serum anti bisa ular
2. Imunoglobulin
- Imunoglobulin normal manusia (HNIG): Gammaglobulin
- Imunoglobulin hepatitis B (HBIG)
- Imunoglobulin tetanus (HTIG)
6. Vaksin
a. BCG (Bacillus Calmette-Guerin): Mycobacterium bovis yang dilemahkan
- Tuberkulosis (TBC) disebabkan kuman mycobacterium tuberculosis
yang menyerang dan merusak kelenjar getah bening, paru, selaput
otak, tulang dan ginjal.
- Ditujukan untuk anak 10-14 tahun dan mereka yang beresiko.
- Intradermal, 2-6 minggu timbul pembengkakan kecil pada tempat
injeksi
- Akan sembuh dalam 6 - 12 minggu
b. Difteri: toksin corynebacterium diphtheriae
1. Difteri
- menyebabkan pembengkakan dan pembentukan selaput tebal
yang menyumbat hidung dan saluran nafas atas.
- Dicegah dengan vaksin DPT/DT bila ada kontraindikasi dengan
pertusis.
- Imunisasi primer pada anak 2 bulan 0,5 ml IM DPT disusul
dosis kedua setelah 4 minggu berikutnya.
- untuk DT sebaiknya pada usia 4-5 tahun dengan interval 3
tahun
2. Pertusis
- Disebabkan kuman pertusis yang menyerang saluran nafas atas
sehingga menimbulkan batuk hebat terus-menerus.
- Dicegah dengan vaksin DT.
3. Tetanus
- Disebabkan kuman Clostridium tetani yang masuk melalui luka
yang kurang mendapat udara bebas.
- Dapat dicegah dengan vaksin DPT, DT dan TT
- Ditujukan kepada calon pengantin (2 x 0,5 ml) dan ibu hamil
(1 x 0,5), 5x suntikan akan memberikan pelindungan seumur
hidup.
c. Poliomielitis

- Disebabkan oleh virus yang menyerang saraf otot dan menyebabkan


kelumpuhan otot
- Vaksin poliomyelitis, hidup (oral) (sabin)
- Dilakukan 3x bersamaan dengan imunisasi rutin DPT dan
Haemophilus influenza b

d. Campak

- Disebabkan oleh virus morbili atau campak, menyerang kulit, selaput


lendir, mata serta kadang mengganggu fungsi otak.
- Dapat dicegah dengan vaksin campak/MMR (Mumps, Morbili dan
Rubella)
1. Mumps
- Disebabkan oleh virus parotitis yang menyerang
kelenjar liur di daerah pipi. Dapat dicegah dengan
vaksin MMR
2. Rubella (Campak jerman)
- Disebabkan oleh virus yang menyerang kulit dan
kelenjar getah bening. Dapat dicegah dengan vaksin
MMR. Diindikasikan untuk anak usia 12-15 bulan, usia
3-5 tahun dan untuk wanita usia produktif. Evervax :
0,5 ml

e. Yellowfever vaccine (Connaught lab): 0,5 ml SC

- Bayi dibawah 9 bulan: hanya bila resko yellowfever tak terelakan

f. Pneumokokal

- Disfungsi berat dari limpa dapat menyebabkan penyakit ginjal kronis


atau sindrom nefrotik.
1. Pneumovax 23 (Merck Sharp & Dohme)
- diberikan pada usia >2 tahun dan re-vaksinasi pada 3-5
tahun
- Diberikan 0,5 ml injeksi SC polisakarida pneumokokus
tipe kapsuler.

g. Vaksin polisakarida meningokokus

- Disebabkan oleh asplenia, Mencevax Ac (Smith Kline Bo): Dari


Neisseria meningococcus group A dan C

h. Vaksin hepatitis A

- Havrix, Havrix 1440, Havrix junior


- Injeksi IM, atau SC pada penderita hemofilia.

i. Vaksin hepatitis B

- Mengandung inactivated hepatitis B virus surface antigen (HBsAg)


- Engerix B (Smith Kline Bio)
- HB-Vax (Merck Sharp & Dohme)
- Bimmugen (The chemo-sero)

j. Vaksin influenza

- Vaksin haemophilus influenza tipe b (Hib): seri 3 dosis berselang 1


bulan bersama dengan imunisasi DPT.
- Act-Hib (Pasteur-Merieux): serbuk injeksi 10 mcg/vial
- Dapat dilarutkan dalam 0,5 ml larutan vaksin DPT

k. Tifus dan paratifus

- Disebabkan salmonella thypi dan parathypi


- Vaksin sel utuh untuk injeksi (perlindungan 3 tahun)
- Vaksin tifus polisakarida untuk injeksi IM
- Vaksin tifus (Biofarma)
- Typhim Vi (Pasteur - Merieux)
- Vaksin tifus oral
- Vivotif berna (Swis Serum)
- Vaksin kotipa (Kombinasi kolera, tifus dan paratifus)(Biofarma)
7. Pemberian vaksin hanya kepada orang yang sehat dan tidak boleh diberikan pada
mereka yang mengalami kondisi :
a. Sakit keras
b. Dalam masa tunas atau inkubasi suatu penyakit
c. Keadaan fisik lemah
d. Mendapat pengobatan dengan sediaan kortikosteroid atau imunosupresif
8. Sediaan vaksin :
a. Penyimpanan vaksin sebaiknya pada suhu 2-8C, tidak boleh beku
b. Vial terbuka yang belum habis harus dibuang dalam waktu 1 jam
c. Vaksin yang tidak terpakai harus dimusnahkan di incenerator
d. perhatian khusus pada instruksi penggunaan pelarut dan pencampuran.
e. Tidak menggunakan alat suntik berulang
9. Reaksi sampingan yang mungkin terjadi :
a. Reaksi lokal (nyeri) dengan atau tanpa demam yang berlangsung pendek
setelah penyuntikan (harus diinformasikan kepada orangtua)
b. Penyuntikan DPT, kadang dapat menimbulkan syok dan kejang, pemberiannya
harus memenuhi syarat pemberian vaksin, juga tidak diberikan kepada orang
yang mempunyai penyakit saraf dan mudah kejang.
PENGANTAR FARMAKOLOGI

1. Obat merupakan zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, penyembuhan atau
pencegahan penyakit.
2. Dalam pemberian obat perlu dipertimbangkan mengenai hal-hal berikut :
- Efek apa yang dikehendaki, lokal atau sistemik.
- “Onset” yang bagaimana yang dikehendaki, yaitu cepat atau lambat.
- “Duration” yang bagaimana yang dikehendaki, yang lama atau yang pendek.
- Apakah obatnya tidak rusak di dalam lambung dan atau di usus.
- Rute mana yang mau digunakan yang relatif aman. Melalui mulut, suntikan
atau melalui dubur.
- Melalui jalan mana yang menyenangkan bagi dokter atau pasien. Ada yang
sukar menelan dan ada yang takut disuntik atau muntah bila minum obat.
- Obat yang mana yang harganya relatif murah.
3. Rute penggunaan obat dapat melalui beberapa cara, yaitu :
- Melalui oral, yaitu masuk mulut, tenggorokan terus ke perut.
- Melalui suntikan, yaitu dengan mencoblos beberapa jaringan badan.
- Secara inhalasi, yaitu larutan obat disemprotkan ke dalam mulut atau hidung
dengan suatu alat seperti inhaler, vaporizer, nebulizer atau aerosol.
- Melalui selaput lendir seperti melalui vagina, mata, telinga, dubur, dsb.
4. Macam-macam efek obat :
a. Efek Sistemik, yaitu obat beredar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
b. Efek Lokal, yaitu efek hanya setempat dimana obat digunakan.
5. Faktor-faktor yang memodifikasi obat, yaitu :
a. Berat Badan
b. Umur
c. Jenis Kelamin
d. Kondisi Patologik Pasien
e. Idiosinkrasi.
6. Macam-macam obat berdasarkan khasiat dan penggunaan
- Adstringen, obat yang menciutkan selaput lendir, misalnya Bismuth
subcarbonas (saluran pencernaan).
- Adsorben, zat inert yang secara kimia mampu menyerap gas, toksin, bakteri,
misalnya Kaolin, Carbo adsorben.
- Analeptik, obat yang menstimulir susunan saraf pusat (SSP), misalnya
Caffein.
- Analgetik, obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran.
- Antipiretik, obat yang menurunkan suhu tubuh.
- Analgetik/narkotik, memiliki daya penghilang nyeri yang besar sekali,
termasuk golongan obat bius/narkotik, misalnya Morfin, Petidin.
- Anestetik, obat yang menghilangkan kesadaran, misalnya Halothane.
- Antasid, obat yang menaikkan pH cairan lambung atau disebut zat pengikat
asam, untuk mengikat asam lambung yang berlebihan, misalnya Aluminium
hidroksida
- Antelmintik, obat yang membasmi atau membunuh cacing misalnya Pirantel
pamoat.
- Antiamuba, obat yang digunakan untuk membunuh/membasmi amuba,
misalnya Metronidazol.
- Antibakteri, bat yang membunuh bakteri, misalnya Sulfadiazin.
- Antibiotik, obat yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan atau dapat membunuh mikroorganisme lain,
misalnya penisilin.
- Antidiabetik, obat yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah,
misalnya Insulin.
- Antidot, obat yang digunakan untuk menghilangkan adanya suatu keracunan
(penawar racun), misalnya Nalokson.
- Antifungi, obat yang digunakan untuk membunuh/menghilangkan jamur,
misalnya Nistatin.
- Antiflatulen, obat untuk menghilangkan rasa “ kembung perut”, misalnya
Simetikon dikombinasi dengan antasida.
- Antiaritmia, obat untuk menghilangkan gangguan pada irama jantung serta
frekuensinya, misalnya Diltiazem.
- Anti hemoragik, obat untuk mencegah dan menghentikan
perdarahan/haemostatic/koagulansia, misalnya Asam Traneksamat
- Anti Hipertiroid, obat untuk menekan produksi hormon tiroid pada
hiperfungsi kelenjar tiroid, misalnya PTU (propiltiourasil).
- Anti Hipotiroid, obat untuk terapi substitusi dari hipofungsi tiroid, misalnya
Natrium Levothyroxinum.
- Antihipertensi, obat untuk menurunkan tekanan darah, misalnya Captopril.
- Antihipotensi, obat untuk menaikkan tekanan darah.
- Antihistamin, obat untuk melawan atau memblokir kerja histamin, misalnya
CTM.
- Antiiritan, obat untuk menghilangkan iritasi, misalnya Metil salisilat.
- Antikoagulan, obat untuk mencegah terjadinya pembekuan darah, misalnya
Heparin.
- Antikonvulsan, obat untuk mengurangi frekuensi epilepsi, misalnya
Carbamazepine.
- Anti Lepra, obat untuk mengobati penyakit lepra/kusta, misalnya Dapson.
- Antimalaria, obat untuk mengobati penyakit malaria, misalnya Primakuin.
- Antivomiting, obat untuk mengurangi/mencegah muntah, misalnya
Promethazine.
- Antiparkinson, obat yang digunakan untuk mengobati penyakit Parkinson,
misalnya Trihexyphenidyl.
- Antirematik, obat untuk mengobati penyakit rematik, misalnya Phenylbutazon.
- Antiseptik, obat untuk meniadakan atau mencegah keadaan septis, misalnya
Kreosol.
- Antituberkulosis, obat untuk mengobati penyakit paru, misalnya Rifampisin.
- Antitusif, obat untuk mengobati penyakit batuk, misalnya MgSO4.
- Diurteik, obat yang digunakan agar dapat memperbanyak pengeluaran air
kemih, misalnya Furosemid.
- Hematinik, obat untuk menstimulasi atau memperbaiki proses pembentukan
sel-sel darah merah, misalnya Asam Folat.
- Hipnotik sedatif, obat tidur, misalnya Nitrazepam.
- Hormon, adalah zat-zat yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, misalnya
Dietilstilbestrol.
- kardiotonik, obat untuk memperkuat kerja jantung, misalnya Digoksin.
- Kontrasepsi oral, obat untuk mencegah kehamilan, misalnya Noretisteron.
- Laksatif, obat yang dapat mempercepat gerakan peristaltik di dalam usus,
misalnya Bisakodil.
- SItostatika, obat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel
maligne, misalnya Methotrexate.
- Vasodilator, obat untuk melebarkan pembuluh darah, misalnya Aminophilin.
- Vitamin, zat organik yang dalam jumlah kecil sekali esensial guna memelihara
fungsi pertukaran zat yang normal dalam tubuh, misalnya Vitamin B.
7. Berikut adalah peraturan peraturan mengenai obat :
a. SK Menkes RI No. 2380/A/SK/VI/1983 tanggal 15 Juni 1983 tentang tanda
khusus obat bebas dan obat bebas terbatas.
b. SK Menkes No. 02396/A/SK/VIII/86 tanggal 7 Agustus 1986 tentang tanda
khusus obat keras daftar G.
c. Permenkes RI No. 917/Menkes/Per/X/1993 tanggal 23 Oktober 1993 tentang
wajib daftar obat jadi.
d. Permenkes RI No. 085/Menkes/Per/I/1989 tanggal 28 Januari 1989 tentang
kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik di fasilitas
pelayanan kesehatan masyarakat.
8. Untuk mengawasi dan menjaga keamanan penggunaannya, maka pemerintah
menggolongkan obat menjadi 4 golongan, yaitu :
a. Obat bebas, adalah obat yang dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter (disebut obat OTC=Over The Counter), contoh Paracetamol,
Antasida. Tanda khusus obat bebas berupa : Lingkaran hijau dengan garis tepi
hitam.
b. Obat bebas terbatas, yaitu obat yang sebenarnya termasuk obat keras dengan
batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan/P
(daftar W=Waarschuwing), boleh dijual bebas tanpa resep dokter, contoh
CTM. Tanda khusus obat bebas terbatas berupa : Lingkaran biru dengan garis
tepi hitam.
c. Obat keras (dulu disebut daftar G/Gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter,
contoh Diazepam, berbagai antibiotik (Amoksisilin, Kloramfenikol). Tanda
khusus obat keras daftar G berupa : Lingkaran merah dengan garis tepi hitam.
d. Obat Narkotika (daftar O/Opiat), untuk memperolehnya harus dengan resep
dokter dan Apotek diwajibkan untuk melaporkan jumlah dan macamnya.
Tanda khusus obat Psikotropika dan Narkotika
berupa : Lingkaran putih dengan garis tepi berwarna merah dan tanda “plus”
berwarna merah ditengah didalam lingkaran.
9. 6 tanda P pada obat bebas terbatas
a. P No. 1, Awas! Obat Keras, bacalah aturan memakainya
b. P No. 2, Awas! Obat Keras, hanya untuk kumur, jangan ditelan
c. P No. 3, Awas! Obat Keras, hanya untuk bagian luar badan
d. P No. 4, Awas! Obat Keras, hanya untuk dibakar
e. P No. 5, Awas! Obat Keras, tidak boleh ditelan
f. P No. 6 Awas! Obat Keras, obat wasir, jangan ditelan
10. Farmakokinetik, adalah ilmu yang mempelajari absorpsi, distribusi, metabolisme
(biotransformasi) dan ekskresi obat.
11. Absorpsi, merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Faktor yang mempengaruhi absorpsi adalah :
a. Kelarutan obat
b. Kemampuan difusi melintasi membran sel epitel saluran cerna
c. Konsentrasi obat
d. Sirkulasi pada letak absorpsi
e. Luas permukaan kontak obat
f. Bentuk obat
g. Rute pemakaian obat
12. Rute pemberian obat:
a. Per-oral, cara pemberian obat yang paling umum dilakukan karena mudah,
aman dan murah. Kerugiannya adalah banyak faktor yang dapat
mempengaruhi bioavaibilitasnya Obat oral harus tahan terhadap lingkungan
asam dalam lambung dan harus menembus lapisan usus sebelum memasuki
aliran darah.
b. Sublingual, Absorbsi obat sublingual baik melalui jaringan kapiler dibawah
lidah
c. Inhalasi, pemberian obat secara inhalasi hanya dapat dilakukan untuk obat
yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap. Keuntungannya adalah
absorpsi terjadi secara cepat karena permukaan absorpsinya luas.
Kerugiannya adalah diperlukan alat dan metode khusus, dosis sulit diatur dan
terkadang obat mengiritasi epitel paru.
d. Topikal, Bermanfaat untuk pemberian obat-obat lokal. Paling banyak
digunakan untuk preparat dermatologi, mata dan telinga.
e. Rektal, sering diperlukan pada penderita muntah-muntah, tidak sadar dan
pasca bedah. Metabolisme lintas pertama di hati lebih sedikit dibandingkan
pemberian per oral karena hanya sekitar 50% obat yang diabsorbsi dari dari
rektum akan melalui sirkulasi portal.
f. Obat parenteral, keuntungannya adalah efek timbul lebih cepat dan teratur
dibandingkan pemberian per oral , kerugiannya adalah dibutuhkan tindakan
aseptis, menyebabkan rasa nyeri, tidak dapat dilakukan sendiri oleh pasien,
biaya lebih mahal.
g. Intravena, Pemberian IV tidak mengalami tahap absorbsi sehingga kadar obat
dalam darah diperoleh secara cepat, tepat dan dapat disesuaikan langsung
dengan respon pasien. Kekurangannya adalah efek toksik mudah terjadi
karena kadar obat yang tinggi segera mencapai darah dan jaringan.
h. Subkutan, pemberian obat secara subkutan hanya dapat digunakan untuk obat
yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Absorbsi biasanya terjadi secara
lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama.
i. Intramuskular, pemberian obat secara IM kelarutan obat dalam air menentukan
kecepatan dan kelengkapan absorbsi. Obat dalam larutan minyak atau bentuk
suspensi akan diabsorbsi dengan sangat lambat dan konstan.
j. Intratekal, Yaitu suntikan langsung ke dalam subarakhnoid spinal, dilakukan
bila menginginkan efek obat yang cepat dan setempat pada selaput otak seperti
pada anestesi spinal atau pengobatan infeksi SSP yang akut.
13. Distribusi
- Agar obat dapat mencapai letak dari aksinya/reseptornya maka harus
mengalami :
a. Distribusi di dalam SSP (diikat oleh protein plasma dibawa oleh darah
keseluruh tubuh)
b. Rintangan Sawar Darah Otak (hanya obat larut baik dalam lemak yang
dapat melintasi sawar darah otak).
14. Metabolisme
- Metabolisme obat terutama terjadi di hati, tempat metabolisme obat lainnya
adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, kulit, dan lumen kolon (oleh
flora usus). konsep penting metabolisme obat metabolisme obat terbagi atas 2
fase, yaitu:
a. Reaksi fase I : oksidasi, reduksi dan hidrolisis yang mengubah obat
menjadi lebih polar, dengan akibat menjadi inaktif, lebih aktif atau
kurang aktif.
b. Reaksi fase II : glukoronidasi oleh enzim UDP-Glukoronil transferase
yang terutama terdapat di mikrosom hati dan juga terdapat di jaringan
ekstrahepatik (usus halus, ginjal, paru dan kulit).
- Interaksi dalam metabolisme obat :
a. Induksi enzim metabolisme: peningkatan sintesis enzim metabolisme.
Hal ini menyebabkan kecepatan metabolisme obat meningkat sehingga
diperlukan peningkatan dosis obat.
b. Inhibisi enzim metabolisme: hambatan terhadap enzim metabolisme
sehingga menyebabkan kadar obat yang menjadi substrat obat
meningkat (jumlah enzim sedikit sehingga banyak obat yang tidak
dapat dimetabolisme).
- Contoh penerapan klinis, yaitu:
a. Obat-obatan A: Terfenadin, Astemizol, Cisapride
b. Obat-obatan an B: Ketokonazol, Itrakonazol, Eritromisin,
Klaritromisin
c. Obat A dikontraindikasikan penggunaannya bersama obat B karena
obat A merupakan substrat dari enzim CYP3A4/5 dan obat B adalah
penghambat kuat dari enzim yang sama.
d. Metabolisme obat akan terganggu pada pasien penyakit hati seperti
sirosis, perlemakan hati, dan kanker hati.
15. Ekskresi, organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui
ginjal dalam bentuk utuh maupun metabolitnya. Ekskresi melalui ginjal akan
berkurang bila terdapat gangguan fungsi ginjal. Ekskresi obat yang kedua terpenting
adalah melalui empedu, dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi obat lainnya
dapat melalui ASI, saliva, keringat, air mata, kuku dan rambut. Fungsi ginjal
mengalami kematangan pada usia 6-12 bulan dan setelah dewasa menurun 1%
pertahun
16. Farmakodinamik, Merupakan cabang ilmu yang mempelajari efek biokimiawi dan
fisiologi obat serta mekanisme kerjanya seperti :
a. Mekanisme Kerja Obat, efek obat pada umumnya timbul karena interaksi obat
dengan reseptor pada sel suatu organisme.
b. Reseptor Obat, adalah makromolekul seluler tempat obat terikat untuk
menimbulkan efeknya. Komponen paling penting yang merupakan reseptor
obat adalah protein.
17. Obat esensial, merupakan obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan, mencakup : Upaya diagnosis, profilaksis, terapi dan rehabilitasi. yang
terdiri dari :
- DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional)
- DOEN Rumah Sakit
- DOEN Puskesmas
- DOEN Pos Obat Desa
18. Kriteria pemilihan obat esensial, yaitu :
a. Memiliki rasio manfaat-resiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan
penderita.
b. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas
c. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
d. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga,
sarana dan fasilitas kesehatan
e. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita
f. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung
19. Penerapan konsep obat esensial dilakukan melalui :
a. DOEN (Daftar Obat Esensial Nasional)
b. Pedoman Pengobatan 🡪 PPK (Panduan Praktik Klinik)
c. Formularium Rumah Sakit
20. Ketentuan redaksional, yaitu :
a. Isi format DOEN
- DOEN untuk seluruh unit pelayanan kesehatan: putih
- DOEN untuk masing-masing unit pelayanan kesehatan, yaitu :
1. DOEN untuk Rumah Sakit kelas A-B/Rumah Sakit Swasta
setara merah muda
2. DOEN untuk Rumah Sakit kelas C-D/Rumah Sakit Swasta
setara: Merah muda
3. DOEN untuk Puskesmas biru muda
4. DOEN untuk POD biru muda
b. Pengertian istilah dalam DOEN
- Bentuk sediaan, adalah bentuk obat sesuai proses pembuatan obat
tersebut dalam bentuk seperti yang akan digunakan, misalnya : tablet,
injeksi, dll.
- Kekuatan sediaan , adalah kadar zat berkhasiat dalam sediaan obat jadi.
- Kemasan, adalah wadah terkecil yang berhubungan langsung dengan
obat.
- Besar kemasan, adalah jumlah satuan sediaan atau kemasan terkecil
dalam satu kemasan standar, misalnya kotak 100 vial.
21. Hal yang harus diperhatikan perawat saat pemberian obat pada pasien, yaitu :
a. sebelum pemberian obat, perlu diteliti mengenai :
- Keadaan fisik obat
- Secara farmakologis masuk golongan obat apa
- Bagaimana mekanisme kerja obat tersebut.
b. Sesudah pemberian obat kepada pasien, catat kelainan yang mungkin timbul
terutama mengenai :
- ESO (Efek Samping Obat)
- Bila perlu laporkan pada dokter
c. Beri penjelasan obat apa yang dimakan/diminum atau disuntikkan kepada
pasien.
22. Proses yang dialami obat agar menimbulkan efek secara garis besar dibagi menjadi 3
fase yaitu :
a. Fase biofarmasetik
b. Fase farmakokinetik
c. Fase farmakodinamik
23. Berbagai macam efek obat pada penggunaan yang lama, yaitu :
a. Reaksi hipersensitivitas. adalah suatu reaksi alergi, merupakan reaksi
abnormal terhadap obat atau zat
b. Kumulasi, adalah suatu efek pengumpulan obat dalam badan sebagai hasil
dari pengulangan penggunaan obat, dimana obat diekskresikan lebih lambat
dari pada absorpsinya.
c. Toleransi, Adalah suatu efek berkurangnya respon terhadap dosis yang sama
dari obat.
d. Habituasi, adalah suatu gejala ketergantungan psikologik terhadap suatu obat.
e. Adiksi, adalah suatu gejala ketergantungan psikologik dan fisis terhadap obat.
24. Efek penggunaan obat bersama sama (Concomitant) pada pasien, yaitu :
a. Adisi, terjadi bila campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama
menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek masing-masing obat
secara terpisah pada pasien.
b. Sinergis, terjadi bila campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama
menimbulkan efek yang lebih besar daripada jumlah efek masing-masing
secara terpisah pada pasien.
c. Antagonis, terjadi bila campuran obat atau obat yang diberikan bersama-sama
pada pasien menimbulkan efek yang berlawanan. Aksi dari salah satu obat
mengurangi efek obat yang lain.
d. Interaksi obat, terjadi bila efek suatu obat dimodifikasi oleh obat lain yang
tidak sama atau sama efeknya dan diberikan sebelum atau bersama-sama.
25. Istilah-istilah, yaitu :
a. Farmaceutical availability = Ketersediaan Farmasetik
b. Bioavailabilitas = Ketersediaan Hayati
26. Keamanan obat dalam kehamilan, Kategori A sampai Z disini tidak
mengimplikasikan peningkatan resiko. Obat2 dikategorikan berdasarkan resiko
terhadap sistem reproduksi dan perkembangan janin dan besarnya perbandingan
antara risiko dan manfaat obat
a. Kategori A (Safety established).
b. Kategori B (Safety likely).
c. Kategori B (Safety likely).
d. Kategori D (Teratogenicity Probable).
e. Kategori X (Teratogenicity likely-contraindicated in pregnancy).
OBAT PSIKOFARMAKA

1. Psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiran yang
biasa digunakan dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa.
2. Psikofarmakologi adalah ilmu yang mempelajari kimiawi, mekanisme kerja serta
farmakologi klinik dari psikotropik.
3. Hal2 yang perlu diperhatikan adalah :
a. Respon terhadap obat psikotropik
b. Pengaturan dosis
c. Bila sampai jangka waktu tertentu, hasil terapi sudah dinilai cukup
memuaskan, maka dosis dapat diturunkan secara bertahap hingga berhenti
pemberian obat (tapering off)
4. Berikut adalah ciri penting obat antipsikosis, yaitu :
a. Berefek antipsikosis
b. Dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam maupun anestesi
c. Dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversibel atau ireversibel
d. Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.
5. Antipsikosis
a. APG-1 (Antipsikosis Generasi-1)
- Mekanisme kerja : sebagai Dopamine Receptor Antagonist. APG-1
memblokade Dopamin pd reseptor pasca sinaptik neuron diotak,
khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal sehingga efektif
untuk gejala positif.
- Mempunyai afinitas tinggi dalam menghambat reseptor dopamin 2
dibandingkan APG-2
b. APG-1 (Antipsikosis Generasi-1)
- Disebut sbg Antipsikosis Atipikal
- Mekanisme kerja : sebagai Serotonin – Dopaminr Receptor Antagonist
(SDA). Obat ini berafinitas terhadap Dopamine D2 Receptors dan
Serotonin 5HT2 Receptors, sehingga bermanfaat untuk gejala positif
dan negatif.
- Gejala negatif berupa afek tumpul (rentang keadaan perasaan
emosional atau mood yg terbatas), penarikan diri, hipobulia, miskin
kata-kata, inisiatif menurun
- Gejala positif berupa waham*, halusinasi, bicara kacau, perilaku tidak
terkendali.
6. Klorpromazin
- I : Skizofrenia, agitasi (keresahan atau kegelisahan), cegukan (hiccup), dapat
mengurangi atau mencegah muntah yg disebabkan oleh rangsangan pd CTZ
- KI : koma karena depresan SSP, depresi sumsum tulang, gangguan hati dan
ginjal berat, feokromositoma.
- ES : gejala EPS (parkinsonisme, distonia akut, tardive dyskinesia, akatisia*),
(*rasa cemas, tidak mampu untuk santai, gugup, bolak balik, duduk berdiri
berulang-ulang), mimpi buruk, hipotermia, hipotensi ortostatik, apatis,
mengantuk.
- D : skizofrenia dan psikosis, 150-600 mg/hari, inj 50-100 mg (i.m tiap 4-6
jam), cegukan yg sulit diobati: 25-50 mg 3-4x sehari.
7. Farmakokinetik
- Metabolisme lintas pertama
- Larut lemak dan terikat kuat pd protein plasma 92-99% • Bioavailabilitas Nya
25-35%
- Metabolit di urin
8. Farmakodinamik
- SSP: menimbulkan efek sedasi yg disertai acuh tak acuh terhadap rangsang
dan lingkungan.
- Saraf: gejala EPS
- Otot rangka: relaksasi dalam keadaan spastik • Jantung: hipotensi ortostatik
dan abnormalitas EKG
9. Haloperidol
- I : Skizoprenia, psikosis bipolar, mania, sindrom Gilles de la Tourette
(gangguan perilaku perkembangan saraf kejiwaan) KI : koma karena depresan
SSP, depresi sumsum tulang, gangguan hati dan ginjal berat, feokromositoma
(tumor yg berasal dr sel kromafin kelenjar adrenal, menyebabkan
pembentukan katekolamin berlebihan)
- ES : gejala EPS (parkinsonisme, distonia akut (spasme atau kontraksi dari 1
atau lebih otot skelet), akatisia*), (*ketidakmampuan untuk tetap tenang akibat
adanya rasa gelisah.), Tardive dyskinesia (gangguan medis berupa gerakan
yang tidak terkendali pada lidah, bibir, dan wajah), mimpi buruk, hipotermi,
hipotensi ortostatik, apatis, mengantuk.
- D : skizofrenia dan psikosis, oral 5-15 mg/hari, inj 5-10 mg (i.m tiap 4-6 jam
10. Clozapine
- I : Schizoprenia yang tidak responsif atau intoleran dengan APG 1 KI :
kelainan jantung berat, kelainan sum-sum tulang, koma atau depresi SSP
berat
- ES : granulositopenia, agranulositosis, lelah, mengantuk pusing, sakit kepala,
perubahan EEG, penglihatan kabur, hipertensi, kolaps
- D : Dosis anjuran utk schizophrenia dan psikosis 25-100 mg/hari
11. Risperidone
- I : Schizophrenia akut dan kronik serta kondisi psikotik lain KI :
hipersensitivitas, menyusui
- ES : insomnia, agitasi, ansietas, sakit kepala, somnolen (kesadaran menurun),
lelah, pusing, konstipasi, mual, muntah, dispepsia
- D : Dosis anjuran utk schizophrenia dan psikosis 2-6 mg/hari
12. Antiansietas
- Berguna untuk pengobatan simtomatik penyakit psikoneurosis. Ansietas
didefinisikan sebagai perasaan khawatir atau ketakutan. yg ditandai dengan
gejala fisik seperti palpitasi. Penggunaan antiansietas dosis tinggi dan jangka
panjang dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.
- Diberikan sedatif untuk mengatasi sukar tidur, tidak tidur, tidur sering
terbangun, tidur tidak nyenyak atau insomnia. Golongan benzodiazepine :
diazepam, alprazolam, klordiaz epoksid, clobazam, bromazepam, lorazepam.
golongan lain : buspiron, sulpiride.
a. Pemilihan obat
- Golongan Benzodiazepin merupakan drug of choice dari semua obat
yang mempunyai efek antiansietas disebabkan spesifitas, potensi dan
keamanannya.
- Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek antiansietas,
antikonvulsan, antiinsomnia, premedikasi tindakan operatif
13. Diazepam
- I : pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, status epileptikus,
kejang demam, spasme otot
- KI : glaukoma, myasthenia gravis, penyakit hati atau ginjal kronik, depresi
pernapasan, serangan asma akut
- ES : mengantuk, kelemahan otot, ataksia, ketergantungan, depresi pernapasan
- D : Dosis sebagai anti ansietas 2-3 x 2-5 mg/hari po, injeksi 5-10 mg IV/IM
14. Buspiron
- I : gangguan ansietas umum dan gejala ansietas non spesifik dengan atau tanpa
depresi
- KI : epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat, hamil dan menyusui
- ES : pusing, sakit kepala, gugup, eksitasi, nyeri dada, mengantuk, bingung,
mulut kering
- D : Dosis sebagai anti ansietas 2-3 x 10 mg/hari po
15. Antidepresi
- Obat untuk mengatasi atau mencegah depresi mental. Gangguan ini dapat
menjadi kronik atau kambuh dan mengganggu aktivitas pasien, Pada keadaan
terburuk dapat mencetuskan bunuh diri.
- Antidepresi merupakan obat untuk mengatasi/mencegah depresi mental
a. Golongan trisiklik : Imipramin, amitriptilin
b. Golongan heterosiklik (generasi kedua dan ketiga) : Amoksapin,
maprotilin, trazodone, bupropion, venlafaksiini,
mirtazapin,nefazodone
c. Golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) :
Fluoksetin, paroksetin, sertralin, fluvoksamin, citalopram
a. Pemberian obat
- Pemilihan obat antidepresan tergantung pada toleransi pasien terhadap
efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien.
pemilihan obat anti depresi sebaiknya mengikuti urutan, yaitu :
1. 1. Gol. SSRI 🡪 2. Gol Trisiklik 🡪 Gol. heterosiklik
16. Amitriptilin
- I : depresi terutama bila diperlukan sedasi; nocturnal enuresis/bedwetting
(mengompol) pada anak
- KI : infarks miokard yg baru, aritmia, mania, penyakit hati berat.
- ES : mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, tremor,
gangguan fungsi seksual, perubahan gula darah. D : 75-150 mg/hari
17. Fluoxetin
- I : depresi, bulimia nervosa (gangguan pola makan) , gangguan obsesif
kompulsif /OCD (gangguan kecemasan dimana didominasi oleh reparatif
pikiran2 yg ditindaklanjuti dg perbuatan berulang2)
- KI : hipersensitif, mania, gagal ginjal berat
- ES : diare, mual, muntah, dispepsia, sakit kepala, insomnia, anoreksia, pusing,
tremor, gangguan cemas.
- D : 20-40 mg/hari
18. Antimania
- Mood stabilizer diberikan pada serangan akut dan untuk mencegah
kekambuhan. Litium Karbonat (mencegah naik turunnya mood), merupakan
obat pilihan utama untuk manuia dan profilaksis mania. Antimania lain :
karbamazepin, asam. Sindrom mania disebabkan oleh tingginya kadar
serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pd sistem limbik yg
berdampak terhadap Dopamine receptor supersensitivity.
a. Pemilihan obat
- Pada mania akut diberikan Haloperidol IM + Tablet Litium Karbonat.
Haloperidol IM diberikan untuk mengatasi hiperaktivitas, impulsivitas,
iritabilitas, dengan onset kerja yang cepat. Sedangkan Litium Karbonat
memiliki efek anti mania yang baru timbul setelah penggunaan 7-10
hari.
- Litium digunakan sebagai profilaksis terhadap serangan sindrom
mania/depresi. Bila penggunaan Lithium Carbonate tidak
memungkinkan (terdapat kontraindikasi, efek samping tidak dapat
ditolerir dengan baik), maka dapat digunakan obat alternatif berupa
Karbamazepin, Asam Valproat dan ivalproex.
19. Lithium carbonate
- I : terapi pd psikosis kasus mania, depresi mania dan depresi kambuhan,
agresif atau sifat yg merugikan /merusak diri sendiri
- KI : hamil atau berencana hamil, laktasi, gagal ginjal, gangguan hati, jantung
- ES : mulut kering, haus, gangguan GIT, hipotiroidisme, peningkatan BB,
gangguan daya ingat dan konsentrasi D : 250-500 mg/hari
20. Psikotogenik
- obat yg digunakan untuk menimbulkan efek psikosis
- Meskalin, dietilamid asam lisergat/LSD dan marijuana (ganja)
ANALGESIK

1. Merupakan obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit, meringankan atau
mengurangi rasa nyeri tanpa memiliki kerja anestesi umum.
2. Analgesik dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
a. Analgesik kuat, bekerja pada SSP & kelompok analgesik opiat/narkotik
b. Analgesik lemah, bekerja pada sistem saraf perifer, biasanya disertai sifat
antipiretik, antiinflamasi dan antireumatik dan kelompok non steroid
antiinflamasi.
3. Analgesik kuat :
- Opium
- Fentanil
- Sufentanil
- Morfin HCl
- Kodein
- Petidin dan Metadon
- Tramadol
4. Analgesik lemah-sedang :
- Derivat Asam Salisilat : Aspirin
- Derivat P-Aminofenol : Parasetamol
- Derivat Pirazolon : Fenilbutazon
- Derivat Asam Fenamat : Asam Mefenamat
- Derivat Asam Propionat : Ibuprofen
- Derivat Oksikam : Piroksikam
- Derivat Asetat : Diklofenak
5. Analgesik opiat/opium/narkotik
- Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat sebagai morfin/opium.
Golongan obat ini terutama digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa nyeri.
6. Kerja pada pusat yaitu :
a. Menurunkan rasa nyeri dengan cara stimulasi reseptor opiat (kerjaanalgetik)
b. Tidak mempengaruhi kualitas indera lain pada dosis terapi
c. Mengurangi aktivitas kejiwaan (kerja sedasi)
d. Meniadakan rasa takut atau rasa bermasalah
e. Menghambat pusat pernapasan dan pusat batuk
f. Menyebabkan mual dan muntah
g. Pada pemakaian berulang kebanyakan menyebabkan toleransi dan sering juga
ketergantungan
7. Kerja perifer :
a. Memperlambat pengosongan lambung dengan mengkontruksi pilorus
b. Mengurangi motilitas dan meningkatkan tonus saluran cerna
c. Meningkatkan tonus otot saluran kemih
d. Mengurangi tonus pembuluh darah (hipotensif)
e. Menimbulkan kemerahan kulit
8. Indikasi :
a. Nyeri yang sangat kuat, mis : nyeri akibat kecelakaan, nyeri post op, nyeri
tumor
b. Batuk dan sesak
9. Efek samping
a. Yang tidak diinginkan adalah ketergantungan psikis dan fisik serta
perkembangan toleransi pada pemakaian jangka panjang. Karena itu pada
kasus yang penyembuhannya sudah tidak dapat diperhitungkan lagi, opiat
harus diberikan dg dosis serendah mungkin.
b. Yang paling sering, mual, muntah, konstipasi dan rasa mengantuk
c. Pada dosis tinggi menyebabkan depresi napas, hipotensi
10. Kontraindikasi
a. Hipotiroidisme
b. Pankreatitis
11. Interaksi
- Pemberian bersama dengan alkohol dapat memperbesar efek samping
12. Cara mengatasi keracunan opioid
a. Nalokson
b. Levalorfan
13. GARAM MORFIN=MORPHIN HCL, MST CONTINUS, MST TAB®
- I : pengobatan nyeri berat pada perawatan terminal atau nyeri pada serangan
jantung.
- ES : mual, muntah (khususnya pd permulaan), konstipasi dan rasa mengantuk,
pd dosis besar memberikan depresi napas dan hipotensi, halusinasi,
ketergantungan
- KI : pada depresi akut, alkoholisme berat, akut abdomen
14. FENTANIL=DUROGESIC TRANSDERMAL/PATCH®
- I : nyeri kronik yg sukar ditangani pd kanker atau nyeri pada serangan jantung.
- ES dan KI : MORPHIN
- CARA PAKAI TRANSDERMAL : Tempelkan pd permukaan kulit kering,
tidak terkena sinar matahari, dan tidak berambut didaerah pinggang atau
lengan atas, dilepaskan setelah 72 jam dan tempelkan tapel baru di tempat lain
15. ANALGESIK ANTIINFLAMASI NON STEROID
- Prototipe obat golongan ini adalah aspirin, efek terapi dan efek samping
obat-obat ini sebagian besar didasari oleh hambatan pada sistem biosintesa
Prostaglandin. Gol. Obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga
konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
- Obat mirip aspirin bersifat analgetik, antipiretik dan antiinflamasi :
a. Efek analgetik : efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah-sedang
misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia dan efektif jg untuk nyeri yg
berkaitan dg inflamasi.
b. Efek antipiretik : akan menurunkan suhu tubuh hanya pada keadaan
demam, tapi tidak semuanya bersifat antipiretik
c. Efek anti-inflamasi : terutama obat yang baru, lebih dimanfaatkan
sebagai anti-inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal
d. seperti artritis reumatoid, osteoartritis dan spondilitis ankilosa.
- Efek samping yang sering dijumpai :
a. tukak lambung yang kadang disertai dengan anemia sekunder akibat
perdarahan saluran cerna
b. gangguan fungsi trombosit dengan akibat perpanjangan waktu
perdarahan → efek ini dimanfaatkan untuk th/ profilaksis
tromboemboli
c. reaksi hipersensitivitas berupa rinitis, urtikaria, asma bronchial,
hipotensi
16. DERIVAT ASAM SALISILAT : ASETOSAL=ASAM ASETIL
SALISILAT=ASPIRIN ® (Aspilet®, Ascardia®)
- I : penurun demam, sakit kepala,nyeri sendi, nyeri haid, mialgia, neuralgia,
profilaksis angina pektoris dan MI (antiplatelet)
- ES : gangguan GIT pada dosis besar → berikan pc (post coenam) Efek
terhadap darah → pemakaian jangka lama menyebabkan perdarahan mukosa
lambung → dosis kecil untuk profilaksis trombosis koroner atau serebral
- Efek terhadap hati berkaitan dengan dosis dapat meningkatkan SGOT dan
SGPT → hepatomegali, anoreksia, mual, ikterus Sindrom Reye → tjd
kerusakan hati dan ensefalopati. Reaksi ; hipersensitivitas : kemerahan pd
kulit.
- KI : tukak lambung, hemofilia atau def. Vit K dan kerusakan hati kronik →
kerusakan hati yg fatal.
17. DERIVAT PARA- AMINOFENOL PARASETAMOL=ASETAMINOFEN
- Antipiretik, sangat lemah efek anti inflamasinya
- I : penurun panas dan penghilang rasa nyeri ringan – sedang
- ES : jarang terjadi : kemerahan atau urtikaria keracunan akut PCT → nekrosis
hati (hepatotoksisitas terjadi pada pemberian dosis 10-15 g) Gejala keracunan
berupa anoreksia, mual, muntah, sakit perut selanjutnya gangguan hati, mis.
peningkatan kadar bilirubin. Dosis Max 4 g/hari
18. DERIVAT PIRAZOLON DIPIRON=ANTALGIN, FENILBUTASON
ANTIPIRIN=FENAZON®
- Saat ini dipiron hanya digunakan sebagai analgesik-antipiretik, anti inflamasi
nya lemah.
- Antipirin tidak digunakan lagi karena lebih toksik daripada dipiron.
- I : Dipiron hanya diberikan jika dibutuhkan analgesik-antipiretik dalam bentuk
suntikan (Novalgin®) atau jika pasien tdk tahan analgetik-antipiretik yang
lebih aman.
- ES : Semua derivat Pirazolon menyebabkan agranulositosis, anemia aplastik
dan trombositopenia.
19. DERIVAT ASAM FENAMAT ASAM MEFENAMAT=PONSTAN®
- I : sebagai analgesik, antiinflamasinya kurang efektif dari Aspirin
- ES : dispepsia, iritasi lambung → pc, hati-hati pada penderita tukak lambung.
Usia lanjut → diare(terganggunya flora usus) Hipersensitivitas → eritema
kulit, bronkokonstriksi
- Anemia hemolitik pernah dilaporkan di AS karena efek toksiknya tidak untuk
anak < 14 th dan wanita hamil, dan pemberiannya tidak lebih dari 7 hari.
20. DERIVAT ASAM PROPIONAT IBUPROFEN=PRORIS®
- I : bersifat analgesik sekuat Aspirin dengan antiinflamasi yang tidak terlalu
kuat
- ES : Terhadap sal. Cerna lebih ringan daripada Aspirin Eritema kulit, sakit
kepala, trombositopenia jarang terjadi.
- KI : wanita hamil dan menyusui. Waspada pada pemberian dg Warfarin →
memperpanjang masa perdarahan, mengurangi efek Furosemid dan HCT,
Beta Bloker, Prazosin dan Kaptopril.
21. DERIVAT OKSIKAMPIROKSIKAM=FELDENE®,MELOKSIKAM=MOVI-COK®
- Waktu paruh lebih dari 45 jam sehingga dapat diberikan hanya sekali sehari
- I : penyakit inflamasi sendi misalnya arthritis rematoid, osteo arthritis,
spondilitis ankilosa
- ES: tukak lambung, pusing, nyeri kepala, eritema kulit
- KI : hamil, penderita tukak lambung dan sedang mengkonsumsi antikoagulan
22. Obat pirai
- Ada 2 kelompok obat penyakit pirai yaitu :
a. Obat yang menghentikan proses inflamasi akut, mis : Kolkisin,
Fenilbutazon, Oksifenbutazon dan Indometasin
b. Obat yang mempengaruhi kadar asam urat mis : Probenesid,
Allopurinol dan Sulfinpirazon
23. KOLKISIN=COLCHICINE
- I : Anti Inflamasi spesifik terhadap penyakit pirai. Gejala penyakit umumnya
hilang 24-48 jam setelah pemberian obat.
- ES : mual, muntah dan kadang diare, depresi sumsum tulang, gangguan hati
dan alopesia.
24. ALLOPURINOL=ZYLORIC®
- I : pengobatan penyakit pirai kronik dengan gagal ginjal
- ES : reaksi kulit, bila terjadi kemerahan obat harus segera dihentikan Dosis
untuk penyakit pirai ringan 200-400 mg sehari, 400-600 mg untuk penyakit
yang lebih berat.
25. PROBENESID=PROBENID®
- I : mencegah dan mengurangi kerusakan sendi pada penyakit pirai tidak efektif
untuk mengatasi serangan akut
- ES : gangguan sal. Cerna, nyeri kepala dan reaksi alergi
- KI : tukak lambung
26. DERIVAT ASETAT NATRIUM DIKLOFENAK=VOLTADEX®, KALIUM
DIKLOFENAK=CATAFLAM®
- I : nyeri ringan-sedang,
- ES : mual, tukak lambung, gastritis, eritema kulit dan sakit kepala
- KI : kehamilan
UJI PRA KLINIK

1. Yang dimaksud dengan uji praklinik dalam bidang farmakologi adalah suatu uji coba
yang dilakukan pada hewan coba atau pada bahan biologi lainnya. Bertujuan untuk
membuktikan kebenaran khasiat dan keamanan secara ilmiah terhadap suatu zat yang
diduga berkhasiat obat.
2. Kajian dalam ilmu farmakologi menyebutkan bahwa untuk menemukan obat sekurang
kurangnya dilakukan melalui 1 dari 4 metode pendekatan ilmiah, yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan penggunaan obat secara “empirik” yakni penggunaan
metode pengobatan yang dilakukan secara turun menurun, sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.
b. Pendekatan berdasarkan ‘terjadinya respons obat”. Berbagai respons obat yang
timbul dapat diprediksi berdasarkan perubahan konformasi reseptor setelah
terikat oleh obat. Sebagai contoh aspirin yang diisolasi pertama kali pada
tahun 1828 dari kulit batang tanaman spinura kemudian disintesis sebagai aam
asetilsalisilat pada tahun 1897.
c. Penemuan obat “secara kebetulan”, seperti penemuan penicillin pertama kali
oleh Alfred Flemming (1926) yakni secara kebetulan dalam biakan kuman
yang dikultur ditemukan beberapa koloni kuman dalam sau biakan ada yang
tubuh dan ada pula yang tidak tumbuh.
d. Pendekatan melalui proses “screening” yakni melalui proses pemisahan secara
bertahap terhadap bahan yang diduga berkhasiat obat.
3. Uji praklinik dilakukan pada hewan sedangkan uji klinik dilakukan pada manusia
4. Uji praklinik, adalah tahapan penelitian yang terjadi sebelum uji klinik atau pengujian
pada manusia, memiliki tujuan utama untuk mengevaluasi keamanan suatu produk
baru, biasanya untuk obat-obatan alat medis dan kosmetik. Pada uji ini diperoleh
informasi tentang efek farmakologis, profil farmakokinetik dan toksisitas calon obat.
Hewan yang digunakan adalah mencit, tikus, kelinci, marmut, hamster, anjir dan
bahkan primata. Penelitian dengan hewan dapat diketahui apakah obat aman atau
menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan. Selain memakai hewan telah
dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk menentukan khasiat obat.
5. Uji klinik adalah pengujian khasiat obat baru pada manusia, yang sebelumnya sudah
diawali dengan pengujian praklinik. uji ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas,
keamanan dan gambaran efek samping obat. Uji klinik terdiri dari 4 fase, yaitu uji
klinik fase I.Uji klinik fase II, uji klinik fase III dan uji klinik fase IV. Uji klinik fase I
dilakukan pada manusia sehat, bertujuan untuk menentukan dosis tunggal yang dapat
diterima, Uji klinik fase II, dilakukan pada 100-200 orang penderita untuk melihat
apakah efek farmakologi yang tampak pada fase I berguna atau tidak untuk
pengobatan. Uji klinik fase III dilakukan pada sekitar 500 penderita yang bertujuan
untuk memastikan bahwa suatu obat baru benar-benar berkhasiat. Uji klinik fase IV
merupakan pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Fase ini bertujuan
menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektifitas dan
keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya.
6. Uji klinik fase I
- Hal yang diteliti disini ialah keamanan obat, bukan efektifitasnya dan
dilakukan pada sukarelawan sehat. Tujuan fase ini adalah menentukan
besarnya dosis tunggal yang dapat diterima. Dosis oral (lewat mulut) yang
diberikan pertama kali pada manusia biasanya 1/50 x dosis minimal yang
menimbulkan efek pada hewan. Pada fase ini diteliti juga sifat
farmakodinamika dan farmakokinetika nya pada manusia.
7. Uji Klinik fase II
- Pada fase ini obat dicobakan untuk pertama kalinya pada sekelompok kecil
penderita yang kelak akan diobati dengan calon obat. Tujuannya adalah
melihat apakah efek farmakologi yang tampak pada fase I berguna atau tidak
untuk pengobatan.
8. Uji klinis fase III
- Uji klinik fase III dilakukan untuk memastikan bahwa suatu obat baru
benar-benar berkhasiat (sama dengan penelitian pada akhir fase II) dan untuk
mengetahui kedudukannya dibandingkan dengan obat standar. Penelitian ini
sekaligus akan menjawab pertanyaan- pertanyaan tentang (1)efeknya bila
digunakan secara luas dan diberikan oleh para dokter yang kurang ahli (2)efek
samping lain yang belum terlihat pada fase II; (3)dan dampak penggunaannya
pada penderita yang tidak diseleksi secara ketat. Bila hasil uji klnik fase III
menunjukkan bahwa obat baru ii cukup aman dan efektif, maka obat dapat
diizinkan untuk dipasarkan.
9. Uji klinis fase IV
- Fase ini sering disebut post marketing drug surveillance karena merupakan
pengamatan terhadap obat yang telah dipasarkan. Fase ini bertujuan
menentukan pola penggunaan obat di masyarakat serta pola efektifitas dan
keamanannya pada penggunaan yang sebenarnya. Setelah suatu obat
dipasarkan dan digunakan secara luas, dapat ditemukan kemungkinan manfaat
lain yang mulanya muncul sebagai efek samping. Obat demikian kemudian
diteliti kembali di klinik untuk indikasi yang lain, tanpa melalui uji fase I. Hal
seperti ini terjadi pada golongan salisilat yang semula ditemukan sebagai
antireumatik dan antipiretik. Efek urikosurik dan antiplateletnya ditemukan
belakangan.

Anda mungkin juga menyukai