Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PROBLEM BASIC LEARNING (PBL)

KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS DAN TERMINAL

GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI “LEUKIMIA”


Dosen Pengampu: Ns. Rini Wahyuni Mohamad, S.Kep., M.Kep.

Disusun Oleh: KELOMPOK 2


KELAS A Non Reguler X

Wiky Handayani Tomutu 841423170


Dewi Carlina Parawouw 841423182
Svetlanikova 841423153
Rahmiyanti Tangahu 841423175
I Komang Dedi widiana 841423156
Oktaviani Djafar 841423148
Abdul Rahman Wange 841423146
Yayun A. Hulopi 841423143
Iwan Usman 841423177
Nurlatifah Zakaria 841423151

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS

OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS NEGERI

GORONTALO

2024
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, serta kepada keluarga,
sahabat, kerabat beliau sekalian.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan dan kelancaran dalam menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Anak sakit Kronis dan Terminal yang berjudul “PBL Leukimia“ dapat
selesai sesuai waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tidak lepas
dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan secara materil dan moril, baik
secara langsung maupun tidak langsung.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi penulis tentunya bertujuan
untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan
pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber-sumber yang lain.
Semoga semuanya memberikan manfaat bagi kita. Bila ada kesalahan tulisan atau kata-
kata di dalam makalah ini, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Gorontalo, Februari 2024

Penyusun

i
Daftar Isi
Kata Pengantar………...........................................................................................................ii
Daftar Isi ............................................................................................................................... iii
Seven Jump (Skenario Kasus) ............................................................................................. 1
A. Step 1: Clarifying Unfamiliar Terms (Identifikasi Istilah atau Konsep) ............. 1
B. Step 2: Problem Definiton (Identifikasi Masalah) .................................................. 2
C. Step 3: Brainstorming (Analisa Masalah) ............................................................... 2
D. Step 4: Analyzing the Problem (Strukturisasi/Mindmap) ..................................... 4
E. Step 5: Formulating Learning Issues (Merumuskan Tujuan Belajar) ................. 5
F. Step 6: Self Study (Belajar Mandiri/Informasi Tambahan)................................... 5
G. Step 7: Reporting (Laporan Hasil Belajar Mandiri) ............................................. 6
DAFTARPUSTAKA…………………………………………………………………...…..39

ii
SEVEN JUMP
SKENARIO II

Mulut mengeluarkan darah

An.Z, perempuan, 11 tahun, dibawa ibunya ke Rumah sakit karena dari dari mulutnya
sering keluar darah. Ibu klien mengatakan anaknya sering merasa capek dan lemah. Ibu
An.Z mengatakan anak sering mengeluh nyeri dibagian perutnya. Dari hasil pengkajian
didapatkan gusi anaknya berdarah, P= nyeri saat di bagian perutnya Q= seperti di ditusuk,
R= nyeri dirasakan di bagian perut, S= 4 dari 1-10 T= hilang timbul. Pasien tampak
meringis, pasien tampak sering memegang daerah perut yang nyeri. TD: 95/54 mmHg
Nadi: 90x/ menit. Ibu mengatakan pola tidur anak berubah saat sebelum sakit dan saat
sakit. Ibu mengatakan anak tidur malam ± 5 jam/ hari Ibu mengatakan anak tidur pada
pukul 22.00 WIB dan Sering terbangun pada pukul 02.00 WIB. Ibu mengatakan anak
mengeluh kakinya sakit karena capek. kantung mata An.Z terlihat hitam. An.Z mengeluh
lelah, merasa tidak bugar walaupun sudah tidur merasa kurang tenaga. Pasien tampak lesu,
tidak bisa beraktivitas berlebih, kebutuhan istirahat meningkat.

A. Step 1: Clarifying Unfamiliar Terms (Identifikasi Istilah atau Konsep)


1. Nyeri merupakan suatu bentuk ketidaknyamanan secara individual. Nyeri adalah
alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Menurut
internasional association for the study of pain (asosiasi internasional untuk penelitian
nyeri), nyeri adalah sensor tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang potensial atau aktual. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan penyakit manapun.
2. PQRST adalah skala yang digunakan untuk menilai karakteristik nyeri, dimana :
P (Pemicu) : Faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (Quality) : Seperti apa nyeri tersebut dirasakan ( apakah tajam, tumpul, atau seperti
tersayat )
R (Region) : daerah perjalanan nyeri / area nyeri.
S (Severity / skala nyeri) : tingkat keperahan / intensitas nyeri.

1
T (Time) : Lama / waktu serangan atau frekuensi nyeri.
B. Step 2 : Problem Definition ( identifikasi Masalah)
1. Mengapa pada kasus diatas mulutnya sering keluar darah ?
2. Mengapa pada kasus diatas pasien mengalami capek dan lelah ?
3. Mengapa pada kasus diatas pasien mengalami nyeri perut ?
4. Mengapa pada kasus diatas klien mengalami gangguan pola tidur ?
C. Step 3 : Brainstorming (Analisa Masalah)
1. Manifestasi klinis leukemia dapat terjadi akibat penekanan garis sel hematopoietik,
infiltrasi langsung sel leukemia ke dalam jaringan, atau hilangnya fungsi normal
leukosit . Oleh karena itu, tanda dan gejala utama mungkin termasuk pendarahan,
purpura, kelelahan, anemia, limfadenopati, dan infeksi. Manifestasi oral sering terjadi
pada pasien leukemia dan mungkin muncul sebagai bukti awal penyakit ini. Gejala
tersebut termasuk perdarahan petekie pada lidah, bibir, palatum keras dan lunak
posterior, hiperplasia gingiva, perdarahan gingiva spontan, ulserasi mulut, dan pucat
mukosa.
2. Fatigue pada pasien kanker dianalisis berdasarkan perspektif fisiologis, anatomi dan
psikologis. Fatigue terjadi karena adanya perubahan pada otak dan tulang belakang
(fatigue sentral dengan fatigue perifer) yang berada pada sambungan neuromuskular
dan jaringan otot. Fatigue sentral digambarkan sebagai kesulitan untuk
mempertahankan aktivitas volunter yang dimanifestasikan dengan kegagalan untuk
melaksanakan fungsi fisik dan mental yang membutuhkan motivasi diri dan perilaku
internal, atau kegagalan fungsi kognitif dan kelemahan pergerakan.
3. Pada penderita leukemia anak, nyeri merupakan masalah utama yang paling sering
dijumpai. Gejala nyeri pada leukemia adalah nyeri pada tulang dan perut. Insidens
nyeri kanker pada anak berkisar antara 25-50%. Nyeri ini lebih dari separuhnya bisa
disebabkan oleh pemberian terapidan seperempatnya bisa disebabkan oleh proses
penyakit kankernya
4. Gangguan tidur pada anak dengan kanker berkaitan dengan faktor yang
mempengaruhinya antara lain, proses penyakit, pengobatan modalitas, lingkungan,
intervensi pada malam hari, kualitas tidur yang buruk dan kelelahan. Penelitian lain
yang melihat keterkaitan salah satu faktor yaitu kelelahan dengan gangguan tidur

2
didapatkan terjadinya peningkatan gangguan tidur karena meningkatnya keluhan
kelelahan pada anak.

3
D. Step 4 : Analyzing the Problem (Strukturisasi / Mind Mapping)

LEUKIMIA

Definisi Etiologi Klasifikasi prognosis

Penyakit leukemia merupakan produksi Faktor genetik, Radiasi, Obat- Acute Myeloid Leukemia (AML) Prognosis leukimia tergantung pada
sel darah putih yang berlebihan, jumlah obatan, Faktor herediter, Merupakan leukemia yang faktor usia, penyakit komorbid,
leukosit dalam bentuk akut sering kali misalnya kembar monozigot, mengenai sel stem hematopoetik subtipe leukimia, dan karakteristik.
rendah (sehingga dinamakan leukemia). Kelainan kromosom (Aspiani, yang berdiferensiasi ke semua sel. sitogenik dan molekuler leukimia.
(Apriany, 2016). 2015 Aspiani (2015) Khosravi, M. (2018)

Manifestasi klinis Patofisiologi Komplikasi

Demam atau mengigil, keletihan terus- terganggunya maturasi sel darah putih dalam sumsum tulang, sangat mudah mengalami memar dan
menerus, lemas, Sering terkena infeksi, maka akan terbentuk sel darah putih yang imatur, sel tersebut berdarah, sering mengalami mimisan,
Kehilangan berat badan serius, Kelenjar tidak berespon terhadap mekanisme umpan balik tubuh sehingga atau berdarah untuk waktu yang sangat
getah bening membengkak, pembesaran lama. (Mendri, Ni Ketut & Prayogi,
sel bereplikasi secara cepat dan dalam jumlah yang banyak.
hati atau limpa. (Jitowiyono (2018) 2017)
(Hockenberry et al, 2017; James et al., 2012).

Pemeriksaan penunjang Penatalaksanaan Pencegahan

Pemeriksaan Diagnostik Leukemia Terapi biologis, terapi yang di Untuk mencegah terkena penyakit leukemia dengan memberikan
Limfoblastik Akut, Pemeriksaan targetkan menggunakan obat, pengetahuan tentang kebutuhan gizi yang dapat mencegah terjadinya
diagnostik pada kronik leukemia transplantasi sel, operasi, penyakit leukimia seperti penjelasan mengenai nutrisi, fungsi nutrisi
myeloblast, Pemeriksaan diagnostic pada kemoterapi. (Jitowiyono, 2018). dalam tubuh.
multiple myeloma.. Jitowiyono (2018),
Pengkajian keperawatan Diagnosa keperawatan Intervensi keperawatran Implementasi dan evaluasi
keperawatan
Identitas pasien, keluhan utama, riwayat keperawatan, Nyeri akut, keletihan, Manajemen nyeri,
pola kebutuhan dasar, pemeriksaan umum, pola persepsi gangguan pola tidur, manajemen energi, Tingkat nyeri, tingkat keletihan,
dan konsep diri, pola tidur dan istrirahat, pemeriksaan risiko pendarahan dukungan tidur dan pola tidur dan tingkat pendarahan
penunjang. pencegahan pendarahan

4
E. Step 5 : Formulating Learning Issues (Merumuskan Tujuan Belajar )
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:
1. Konsep medis :
a. Definisi
b. Etiologi
c. Prognosis
d. Klasifikasi
e. Manifestasi Klinis
f. Patofisiologi
g. Komplikasi
h. Pemeriksaan Penunjang
i. Penatalaksaan
j. Pencegahan
2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian keperawatan
b. Diagnosa Keperawatan (Pathway dan Analisa Data)
c. Intervensi Keperawatan
d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
F. Step 6 : Self Study (Belajar Mandiri / Informasi Tambahan)
1. Dalam Jurnal Ners Muda oleh siti rahmah, dan Dera Alfiyanti tahun 2021 yang
berjudul “ Penurunan Mual Muntah Pasien Acute Limfoblastik Leuimia Yang
Menjalani Kemoterapi Dengan Terapi Akupresur Pada Titik P6 (Neiguan) Dan Titik
ST36 (Zusanli)” (Rahmah & Alfiyanti, 2021).
2. Dalam Jurnal Mitrasehat Oleh Andi Arniyanti, dan Nahwaria tahun 2020 yang
berjudul “Efektivitas Terapi Slow Deep Breathimg Terhadap Kecemasan Anak
Leukimia Yang Menjalani Kemoterapi” (Andi Arniyanti & Nahwaria, 2021).

Dalam jurnal MEDULA (Medical Profession Journal of Lampung) oleh Alfina Indah
Nabila, Nabila Rayhan ,Yasmin, Rani Himayani, dan Ramadhan Triyandi tahun 2023
yang berjudul “Potensi Astragalus Sebagai Terapi Adjuvan Pada Pasien
Glomerulonefritis”(Nabila et al., 2023)

5
1.
G. Step 7 : Reporting (Laporan Hasil Belajar Mandiri)
1. Konsep Medis Leukimia
a. Definisi
Penyakit leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan,
jumlah leukosit dalam bentuk akut sering kali rendah (sehingga dinamakan
leukemia). Sel-sel imatur ini tidak dengan sengaja menyerang dan
menghancurkan sel darah normal atau jaringan vaskuler. Penghacuran sel terjadi
melalui infiltrasi dan kompresi yang terjadi kemudian pada unsur metabolik
(Apriany, 2016).
Menurut data union for international center control (UICC), setiap tahun
terdapat 176.000 anak yang didiagnosis terkena kanker. Anak-anak tersebut
mayoritas berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah. Meskipun
kejadian kanker pada anak di seluruh dunia masih cukup jarang, namun kanker
merupakan salah satu penyebab utama kematian 90.000 anak setiap tahunnya,
setelah cedera dan kecelakaan. Sementara itu, di Indonesia terdapat sekitar
11.000 kasus kanker anak setiap tahunnya. Secara umum, sepertiga dari kanker
anak adalah leukemia (Mendri, Ni Ketut & Prayogi, 2017).
Penyakit leukemia yang menyerang sel-sel darah putih. Pada leukemia, sel
darah yang abnormal diproduksi di sumsum tulang Biasanya, leukemia
melibatkan produksi sel darah putih yang abnormal sel yang bertanggung jawab
untuk melawan infeksi (Jitowiyono, 2018).
b. Etiologi
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat factor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia adalah sebagai berikut:
1) Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur
gen (T cell leukemia lymphoma virus, HTLV)
2) Radiasi
3) Obat-obat imunosupresif dan obat-obat karsinogenik seperti dietilstilbestrol.
4) Faktor herediter, misalnya kembar monozigot.
5) Kelainan kromosom (Aspiani, 2015).

6
Meskipun para ahli tidak tahu persis apa yang menyebabkan leukemia,
tampaknya bahwa beberapa jenis leukemia mungkin berhu- bungan dengan
faktor genetik atau lingkungan. Anak-anak memiliki kesempatan lebih besar
untuk mengembangkan ALL atau AML jika mereka memiliki saudara kembar
identik yang didiagnosis dengan penyakit ini pada masa bayi. Kembar tidak
identik dan saudara lain dari anak-anak dengan leukemia memiliki resiko lebih
tinggi dari rata-rata untuk menderita penyakit ini (Apriany, 2016). Penyebab
pasti leukemia tidak diketahui, namun diperkirakan melibatkan kombinasi faktor
genetik dan lingkungan. Sel leukemia telah mendapatkan mutasi pada DNA
mereka yang menyebabkan tumbuh secara tidak normal dan kehilangan fungsi
sel darah putih khas. Tidak jelas apa penyebab mutasi ini terjadi. Salah satu jenis
perubahan DNA sel yang umum terjadi pada leukemia dikenal sebagai
translokasi kromosom. Dalam proses ini, Sebagian dari satu kromosom terputus
dan melekat pada kromosom yang berbeda (itowiyono, 2018).
c. Prognosis
Prognosis leukimia tergantung pada faktor usia, penyakit komorbid, subtipe
leukimia, dan karakteristik sitogenik dan molekuler leukimia pada masing-
masing orang. Prognosis 5-year relative survival rate
1) Acute lymphoctic leukimia: <50 tahun sebesar 75%, usia ≥50 tahun
sebesar 25%
2) Acute myleoid leukimia: <50 tahun sebesar 55%, usia ≥50 tahun sebesar
14%
3) Chronic lymphocytic leukimia: usia <50 tahun sebesar 94% usia ≥50
tahun sebesar 83%
4) Chronic myeloid leukimia: usia <50 tahun sebesar 84% usia ≥50 tahun
48%

7
d. Klasifikasi
Klasifikasi Leukemia menurut Aspiani (2015):
1) Acute Myeloid Leukemia (AML)
Merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang
berdiferensiasi ke semua sel myeloid, monosit, granulosit (basofil,
neutrofil, eritrosit, dan trombosit. Mengenai semua kelompok usia dan
insiden meningkat sesuai bertambahnya usia Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2) Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL)
Merupakan suatu proliferasi ganas limfoblast, paling sering terjadi
pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Limfosit berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer dan mengganggu
perkembangan sel normal, mengakibatkan hemopoesis normal terhambat,
mengakibatkan penurunan sel darah merah dan trombosit. Manifestasi
infiltrasi leukemia ke organ lain mengakibatkan nyeri karena pembesaran
hati atau limpa, sakit kepala atau muntah karena keterlibatan meningeal
dan nyeri tulang
3) Chronic Myeloid Leukemia (CML)
Merupakan leukemia yang mengenai sel stem myeloid namun
lebih banyak terdapat sel normal dibandingkan bentuk akut. Penyakit ini
lebih ringan, pasien tidak menunjukan gejala hingga bertahun-tahun.
Terdapat peningkatan leukosit yang sangat tinggi dan pembesaran limpa.
Transplantasi sumsum tulang dan kemoterapi juga merupakan terapi
untuk CML
4) Chronic Lymphoblastic Leukemia (CLL)
Merupakan kelainan ringan yang terutama mengenai pasien antara
usia 50-70 tahun. Kebanyakan tidak menunjukan gejala dan baru
terdiagnosis pada saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
Manifestasi lain sehubungan dengan adanya anemia, infeksi atau
pembesaran nodus limfa dan organ abdominal, dan terjadi penurunan
jumlah limfosit.

8
Ada berbagai jenis leukemia, berdasarkan seberapa cepat penyakit
berkembang dan jenis sel abnormal yang dihasilkan, Leukemia disebut
leukemia akut jika berkembang dengan cepat. Sejumlah besar sel leukemia
terakumulasi sangat cepat di darah dan sumsum tulang, menyebabkan gejala
seperti kelelahan, mudah memar, dan rentan terhadap infeksi. Leukemia akut
membutuhkan perawatan yang cepat dan angresif (Jitowiyono, 2018).
Sedangkan leukemia kronis berkembang perlahan seiring berjalannya
waktu. Leukemia ini tidak menyebabkan gejala spesifik pada awalnya.
Namun akan meningkat, seperti pada leukemia akut yang menyebabkan
gejala serupa
Leukemia diklasifikasikan lebih lanjut sebagai myeloid atau limfoid,
tergantung pada jenis sel darah putih yang membentuk sel leukemia. Sel
darah putih berkembang dari sel induk yang berpotensi menjadi banyak jenis
sel. Sel induk myeloid matang di sumsum tulang dan menjadi sel darah putih.
Sel puncak limfoid matang di sumsum tulang menjadi ledakan lymphoid
(Jitowiyono, 2018).
Dalam istilah yang paling luas leukemia pada anak dapat diklasifikasikan
sebagai leukemia akut, kronik atau kongenital. Leukemia akut menunjukan
proliferasi maligna sel imatur (blastik). Jika proliferasi itu Sebagian
melibatkan jenis sel yang lebih matur, leukemia itu diklasifikasikan sebagai
kronik. Tidak seperrti leukemia pada orang dewasa, pada anak biasanya
adalah jenis akut dan limfomablastik (Apriany, 2016).
Leukemia diklasifikasikan menjadi bentuk akut (berkembang pesat) dan
kronis (berkembang lambat). Pada anak-anak sebagian besar leukemia yang
dialami adalah leukemia jenis akut. Leukemia akut pada anak-anak juga
dibagi menjadi leukemia limfomablastik akut dan leukemia myeloid akut.
Kondisi ini tergantung pada sel-sel darah putih yang terlibat (Mendri, Ni
Ketut & Prayogi, 2017)
e. Manifestasi klinis
Menurut Jitowiyono (2018), ada beberapa manifestasi klinis pasien
dengan leukemia, yaitu:

9
1) Demam atau mengigil
2) Keletihan terus-menerus, lemas
3) Sering terkena infeksi
4) Kehilangan berat badan serius
5) Kelenjar getah bening membengkak, pembesaran hati atau limpa
6) Mudah berdarah atau memar
7) Milliard berulang
8) Bintik-bintik merah kecil di kulit
9) Keringat berlebihan, terutama di malam hari
10) Nyeri tulang atau nyeri tekan
f. Patofisiologi
Beberapa faktor penyebab leukemia (faktor genetik, paparan radiasi dan
racun kimia) akan menyebabkan terganggunya maturasi sel darah putih dalam
sumsum tulang. Akibat gangguan tersebut, maka akan terbentuk sel darah putih
yang imatur (yang disebut sel blast), dimana sel tersebut tidak berespon terhadap
mekanisme umpan balik tubuh sehingga sel bereplikasi secara cepat dan dalam
jumlah yang banyak. Sel tersebut berkompetisi dengan sel darah putih yang
normal di dalam sumsum tulang, danjika sel blast dalam jumlah yang banyak, sel
tersebut akan menggantikan sel darah putih, sel darah merah dan trombosit yang
ada didalam sumsum tulang. Hal ini menyebabkan anak dengan leukemia
mengalami /leukopenia, anemia dan trombositopenia (Hockenberry et al, 2017;
James et al., 2012).
Selain di dalam sumsum tulang, sel blast akan masuk ke dalam sir- kulasi
perifer, dan organ ekstra medular seperti limpa, hepar, ataupun kelenjarlimfe
yang menyebabkan terjadinya pembesaran dan fibrosis. Jika sel blast masuk ke
dalam sistem syaraf pusat, maka akan terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Organ lain yang terinvasi oleh sel blast antara lain testikel, prostat, ovarium,
saluran pencernaan, paru- paru maupun ginjal (Hockenberry et al., 2017; James
et al., 2012).
Leukemia merupakan produksi sel darah putih yang berlebihan, jumlah
leukosit dalam bentuk akut sering kali rendah (sehingga dinamakan leukemia).

10
Pada semua tipe leukemia, sel-sel yang berpoliferasi menekan produksi unsur-
unsur darah yang terbentuk dalam sumsum tulang melalui kompetisi dengan sel-
sel normal dan perampasan hak-haknya dalam mendapatkan gizi yang esensial
bagi metabolisme,
Invasi sel-sel leukemia ke dalam sumsum tulang secara perlahan- lahan
akan melemahkan tulang dan cenderung mengakibatkan fraktur. Karena sel-sel
leukemia menginvasi periosteum, peningkatan tekanan menyebabkan rasa nyeri
yang hebat.
g. Komplikasi
Leukemia berkaitan dengan penipisan sel darah normal serta efek samping
perawatan, misalnya sering terkena infeksi, pendarahan, dan kehilangan berat
badan, serta anemia merupakan komplikasi yang membutuhkan pengobatan
lebih lanjut. Komplikasi dari setiap leukemia juga mencakup perkembangan
penyakit setelah remisi dicapai dengan pengobatan (Jitowiyono, 2018).
Walaupun 70-85 % pasien mencapai remisi, rata-rata lamanya remisi
adalah 18 bulan, dan hanya 30-45 % anak tetap dalam keadaan bebas penyakit
setelah 3 tahun. Hitung leukosit yang tinggi, ukuran limpa yang besar, indeks
penanda mieloblas yang tinggi, adanya koagulopati, umur kurang dari 2 tahun
atau lebih dari 4 tahun, leukemia monoblastik, tidak adanya batang auer, induksi
remisi yang lambat dan kelainan sitogenik (Apriany, 2016).
Anak-anak dengan leukemia sangat mudah mengalami memar dan
berdarah, sering mengalami mimisan, atau berdarah untuk waktu yang sangat
lama bahkan karena luka kecil. Hal ini terjadi karena leukemia menghancurkan
kemampuan sumsum tulang belakang untuk menghasilkan platelet pembeku
darah (Mendri, Ni Ketut & Prayogi, 2017)
Komplikasi lain dari leukemia berhubungan dengan jenis spesifik
leukemia. Misalnya, pada 3% sampai 5% kasus leukemia limfoblastik kronis, sel
mengubah karakteristik dan berubah menjadi limfoma agresif (dikenal sebagai
transformasi Richter). Anemia hemolitik autoimun, dalam tubuh menyerang dan
menghancurkan sel darah merah, merupakan komplikasi-komplikasi lainnya.
Orang dengan leukemia juga cenderung mengembangkan kanker kedua,

11
kelainan darah, selanjutnya menyebabkan kelainan metabolik dan dapat
menyebabkan gagal ginjal (Jitowiyono, 2018).
h. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Jitowiyono (2018), Ada beberapa pemeriksaan diagnostik pada
pasien dengan leukemia, yaitu:
1) Pemeriksaan Diagnostik Leukemia Limfoblastik Akut (ALL)
Hitung darah lengkap dan diferensiasinya adalah indikasi utama bahwa
leukemia tersebut didiagnosis dengan aspirasi dan biopsi sumsum tulang. Ini
biasanya didapat dari tulang iliaka dengan pemberian anetesi lokal dan dapat
juga diambil dari tulang sternum
a) Darah tepi
Dijumpai anemia normokromik-normositer, anemia sering berat dan
timbul cepat. Trombositopenia, sering sangat berat di bawah 10 x
106/L. Leukosit meningkat, tetapi dapat juga normal atau menurun.
Menunjukan adanya sel muda (myeloblast, promielosit, limfoblast,
monoblast, erythroblast atau megakariosit) yang melebih 5% dari sel
berinti pada darah tepi.
b) Sumsum tulang
Pemeriksaan ini bersifat diagnostik. Ditemukan banyak sekali sel
primitive. Sumsum tulang kadang-kadang mengaloblastik, dapat sukar
untuk membedakannya dengan anemia aplastik.
c) Pemeriksaan sitogenik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat
diperlukan dalam diagnosis leukemia karena kelainan kromosom dapat
dihubungkan dengan prognosis
d) Pemeriksaan immunophenetyping
Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi
imunologik leukemia akut.
2) Pemeriksaan diagnostik pada kronik leukemia myeloblast (CML)
a) Darah tepi

12
Leukositosis biasanya berjumlah >50 x 109/L dan kadang- kadang >500
x 109/L. Meningkatnya jumlah basophil dalam darah. Apusan darah
tepi menunjukan spektrum lengkap seri granulosit mulai dari mieloblast
sampai netrofil, dengan komponen paling menonjol ialah segmen
netrofil dan mielosit. Trombosit bisa meningkat, normal, atau menunrun
Fosfatase alkali netrofil selalu rendah.
b) Sumsum tulang
Hiperseluler dengan system granulosit dominan. Gambaranya mirip
dengan apusan darah tepi. la menunjukan spectrum lengkap seri
myeloid, dengan komponen paling banyak ialah netrofil dan mielosit.
c) Sitogenik
Yang dijumpai adanya philadeplphia choromosome pada kasus 95 %
kasus
 Vitamin B12 serum dan B12 Binding Capacity meningkat
 Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dapat mendeteksi
adanya Chimeric protein bcr-abl pada 99% kasus.
 Kadar asam urat serum meningkat.
3) Pemeriksaan diagnostic pada multiple myeloma
a) Laboratorium
Anemia normostik normokrom ditemukan pada hamper 70% kasus.
Jumlah leukosit umumnya normal. Trombositopenia ditemukan pada
sekitar 15% pasien yang terdiagnosis Adanya sel plasma pada apusan
darah tepi jarang mencapai 5 %, kecuali pada pasien dengan leukemia
sel plasma
b) Radiologi
Gambaran foto X-ray dari multiple myeloma berupa lesi multiple,
berbatas tegas, litik, punch out, dan bulat pada tengkorak, tulang
belakang, dan pelvis. Lesi terdapat dalam ukuran yang hampir sama.
Lesi local ini umumnya berawal di rongga medulla, mengikis tulang
cancellous, dan secara progresif menghancurkan tulang kortikal.
c) CT-SCAN

13
Ct-scan menggambarkan keterlibatan tulang pada myeloma. Namun,
kegunaan modalitas ini belum banyak diteliti, dan umumnya CT-scan
tidak dibutuhkan lagi karena gambaran pada foto tulang komvesional.
d) MRI
MRI potensial digunakan pada multiple myeloma karena modalitas ini
baik untuk resolusi jaringan lunak
e) Angiografi
Gambaran angiografi tidak spesifik. Tumor dapat memiliki zona perifer
dari peningkatan vaskularisasi. Secara umum, Teknik ini tidak
digunakan untuk mendiagnosis multiple myeloma
i. Penatalaksanaan
Pengobatan tergantung pada jenis leukemia yang dimiliki, seberapa jauh
penyebarannya, dan seberapa sehat kondisi klien. Pilihan pengobatannya antara
lain: (Jitowiyono, 2018).
1) Terapi biologis juga disebut imunoterapi, membantu system kekebalan
tubuh menemukan dan menyerang sel kanker. Obat-obatan seperti
interleukin dan interferon dapat membantu meningkatkan pertahanan alami
tubuh melawan leukemia
2) Terapi yang ditargetkan menggunakan obat untuk memblokir gen atau
protein tertentu yang dibutuhkan sel kanker untuk tumbuh. Perawatan ini
bisa menghentikan sinyal yang digunakan sel leukemia untuk tumbuh dan
membelah, memotong suplai darah sel leukemia, atau membunuh sel
tersebut secara langsung
3) Transplantasi sel induk menggantikan sel leukemia di sumsum tulang
dengan yang baru yang menghasilkan darah. Sel induk baru bisa didapatkan
dari tubuh klien sendiri atau dari donor.
4) Operasi, dilakukan untuk menghilangkan limpa jika di isi dengan sel kanker
dan menekan organ terdekat. Prosedur ini disebut splenektotomi
5) Kemoterapi, menggunakan obat untuk membunuh sel kanker dalam darah
dan sumsum tulang. Obat kemoterapi bisa diberikan melalui suntikan ke
pembuluh darah atau otot, sebagai pil, atau disuntikan ke dalam cairan di

14
sekitar sumsum tulang belakang Selain itu kemoterapi juga bisa dilakukan
dengan memanfaatkan radiasi sinar-X ber-energi tinggi untuk membunuh
sel leukemia atau mencegahnya tumbuh (Jitowiyono, 2018).
j. Pencegahan
Untuk mencegah terkena penyakit leukemia dengan memberikan
pengetahuan tentang kebutuhan gizi yang dapat mencegah terjadinya penyakit
leukimia seperti penjelasan mengenai nutrisi, fungsi nutrisi dalam tubuh,
jenis-jenis nutrisi serta kebutuhan nutrisi bagi penderita leukimia dengan ini
dapat mengurangi anak- anak terkena leukemia dan mengurangi angka
penderita leukemia

15
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

a. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama : An. Z

Umur : 11 tahun

Agama : Tidak dikaji

Jenis kelamin : perempuan

Status : Tidak dikaji

Pendidikan : Tidak dikaji

Pekerjaan : Tidak dikaji

Suku bangsa : Tidak dikaji

Alamat : Tidak dikaji

Tanggal masuk : Tidak dikaji

Tanggal pengkajian : Tidak dikaji

No. register : Tidak dikaji

2) Indetitas penanggung jawab

Nama : Tidak dikaji

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Tidak dikaji

Agama : Tidak dikaji

Pekerjaan : Tidak dikaji


Hubungan dengan pasien : Ibu pasien

No. hp : Tidak dikaji


16
3) Keluhan utama : Anak sering merasa capek

4) Riwayat keperawatan

a) Riwayat Kesehatan sekarang :


An.Z, perempuan, 11 tahun, dibawa ibunya ke Rumah sakit karena dari dari
mulutnya sering keluar darah. Ibu klien mengatakan anaknya sering merasa
capek dan lemah. Ibu An.Z mengatakan anak sering mengeluh nyeri
dibagian perutnya. Dari hasil pengkajian didapatkan gusi anaknya berdarah,
P= nyeri saat di bagian perutnya Q= seperti di ditusuk, R= nyeri dirasakan di
bagian perut, S= 4 dari 1-10 T= hilang timbul. Pasien tampak meringis,
pasien tampak sering memegang daerah perut yang nyeri. TD: 95/54 mmHg
Nadi: 90x/ menit. Ibu mengatakan pola tidur anak berubah saat sebelum
sakit dan saat sakit. Ibu mengatakan anak tidur malam ± 5 jam/ hari Ibu
mengatakan anak tidur pada pukul 22.00 WIB dan Sering terbangun pada
pukul 02.00 WIB. Ibu mengatakan anak mengeluh kakinya sakit karena
capek. kantung mata An.Z terlihat hitam. An.Z mengeluh lelah, merasa tidak
bugar walaupun sudah tidur merasa kurang tenaga. Pasien tampak lesu, tidak
bisa beraktivitas berlebih, kebutuhan istirahat meningkat.

b) Riwayat kesehatan dahulu : Tidak dikaji

c) Riwayat keluarga : Tidak dikaji

5) Pola kebutuhan dasar

a) Pola persepsi dan manejemen kesehatan: Tidak dikaji

b) Pola nutrisi metabolik

Sebelum sakit : Tidak dikaji

Sesudah sakit : Tidak dikaji

c) Pola eliminasi
BAB
Sebelum sakit : Tidak dikaji

17
Sesudah sakit : Tidak dikaji
BAK

Sebelum sakit : Tidak dikaji

Sesudah sakit : Tidak dikaji

d) Pola aktivitas dan latihan : Ibu mengatakan anak mengeluh


kakinya sakit karena capek

6) Pemeriksaan umum

1. Keadaan umum : Tidak dikaji

2. Kesadaran : Tidak dikaji

3. Tanda-tanda vital

Suhu : Tidak dikaji

Nadi : 90x/menit

RR : Tidak dikaji

TD : 95/54

4. Keadaan fisik

Kepala : Tidak dikaji

Leher : Tidak dikaji

Dada : Tidak dikaji

Pemeriksaan paru

Inspeksi : Tidak dikaji

Palpasi : Tidak dikaji

Perkusi : Tidak dikaji

Auskultasi : Tidak dikaji


Pemeriksaan jantung

18
Inspeksi : Tidak dikaji

Palpasi : Tidak dikaji

Perkusi : Tidak dikaji

Auskultasi : Tidak dikaji

Pemeriksaan Integument : Tidak dikaji

Pemeriksaan Genetalia : Tidak dikaji

Pemeriksaan Ekstremitas : Tidak dikaji

7) Pola persepsi dan konsep diri : Tidak dikaji


8) Pola tidur dan istirahat

Sebelum sakit : Tidak dikaji

Sesudah sakit : Ibu mengatakan anak tidur malam ± 5


jam/hari Ibu mengatakan anak tidur pada
pukul 22.00 WIB dan Sering terbangun pada
pukul 02.00 WIB

9) Pemeriksaan penunjang : Tidak dikaji

19
b. Pathway

Faktor Pencetus

- Genetik - Kelainan kromosom


- Radiasi - Infeksi Virus
- Obat- obatan - Paparan bahan kimia

Sel neoplasma berproliferasi didalam sumsum tulang

Infiltrasi sumsum tulang Penyebaran ekstramedular

Sel normal digantikan oleh sel


Melalui sirkulasi darah
kanker

Depresi produksi sumsum tulang Pembesaran hati dan limfe

Penurunan eritrosit Hepatosplenomegali

Penurunan trombosit Penekanan ruang abdomen

trombositopenia Peningkatan tekanan intra abdomen

Kecenderungan perdarahan Nyeri Akut

Risiko perdarahan Gangguan Pola Tidur

Suplai Oksigen ke Metabolisme


Anemia ATP menurun
jaringan inadekuat menurun

Keletihan 20
c. Analisia Data
No
Symptom Etiologi Problem
.
1. Ds: Sel neoplasma berproliferasi Nyeri Akut
didalam sumsum tulang
- Ibu An.Z mengatakan
anak sering mengeluh
nyeri dibagian
Penyebaran ekstramedular
perutnya
- P= nyeri saat di
bagian perutnya
- Q= seperti di ditusuk,
Melalui sirkulasi darah
- R= nyeri dirasakan di
bagian perut,
- S= 4 dari 1-10
- T= hilang timbul.
Pembesaran hati dan limfe
Do :

- Pasien tampak
meringis,
- pasien tampak sering
Hepatosplenomegali
memegang daerah
perut yang nyeri

Penekanan ruang abdomen

Peningkatan tekanan intra


abdomen

Nyeri Akut

21
2. Ds : Sel neoplasma berproliferasi keletihan
- Ibu klien mengatakan didalam sumsum tulang
anaknya sering
merasa capek dan
lemah Infiltrasi sumsum tulang
- Ibu mengatakan anak
mengeluh kakinya
sakit karena capek
- An.Z mengeluh lelah, Sel normal digantikan oleh sel
merasa tidak bugar kanker
walaupun sudah tidur
merasa kurang tenaga
Do :
- Pasien tampak lesu,
tidak bisa beraktivitas Depresi produksi sumsum tulang
berlebih

Penurunan eritrosit

Anemia

Suplai Oksigen ke jaringan


inadekuat

Metabolisme menurun

22
ATP menurun

Keletihan
3. Ds : Sel neoplasma berproliferasi Ganguan pola
- Ibu mengatakan pola didalam sumsum tulang tidur
tidur anak berubah
saat sebelum sakit
dan saat sakit Penyebaran ekstramedular
- Ibu mengatakan anak
tidur malam ± 5 jam/
hari Ibu mengatakan
anak tidur pada pukul Melalui sirkulasi darah
22.00 WIB dan
Sering terbangun
pada pukul 02.00
WIB Pembesaran hati dan limfe
Ds :
- kantung mata An.Z
terlihat hitam.
- kebutuhan istirahat Hepatosplenomegali
pasien meningkat

Penekanan ruang abdomen

Peningkatan tekanan intra


abdomen

23
Nyeri Akut

Gangguan Pola Tidur


4. Faktor risiko: Sel neoplasma berproliferasi Resiko
- gangguan koagulasi didalam sumsum tulang perdarahan
(trombositopenia)

Infiltrasi sumsum tulang

Sel normal digantikan oleh sel


kanker

Depresi produksi sumsum tulang

Penurunan eritrosit

Penurunan trombosit

trombositopenia

24
Kecenderungan perdarahan

Risiko perdarahan

d. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi yang ditandai dengan Ibu
An.Z mengatakan anak sering mengeluh nyeri dibagian perutnya, P= nyeri saat di
bagian perutnya, Q= seperti di ditusuk, R= nyeri dirasakan di bagian perut, S= 4 dari
1-10, T= hilang timbul, Pasien tampak meringis, pasien tampak sering memegang
daerah perut yang nyeri

2. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis yang ditandai dengan Ibu klien
mengatakan anaknya sering merasa capek dan lemah, Ibu mengatakan anak
mengeluh kakinya sakit karena capek, An.Z mengeluh lelah, merasa tidak bugar
walaupun sudah tidur merasa kurang tenaga, Pasien tampak lesu, tidak bisa
beraktivitas berlebih

3. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan Ibu
mengatakan pola tidur anak berubah saat sebelum sakit dan saat sakit, Ibu
mengatakan anak tidur malam ± 5 jam/ hari Ibu mengatakan anak tidur pada pukul
22.00 WIB dan Sering terbangun pada pukul 02.00 WIB, kantung mata An.Z terlihat
hitam, kebutuhan istirahat pasien meningkat

4. Resiko perdarahan dibuktikan dengan gangguan koagulasi (trombositopenia)

25
e. Intervensi Keperawatan
N SDKI SLKI SIKI Rasional
o
1. Nyeri akut Tingkat Nyeri Manejemen Nyeri Observasi :
(D.0077) (L.08066) (I08238) 1. Untuk
berhubungan mengetahui
dengan agen Setelah dilakukan Observasi : lokasi,
pencedraan intervensi 1. Identifikasi karakteristik,
kimiawi yang keperawatan lokasi, durasi,
ditandai dengan : selama 3 x 24 Jam karakteristik, frekuensi,
Ds: diharapkan tingkat durasi, kualitas,
nyeri menurun frekuensi, intensitas
- Ibu An.Z
mengataka dengan kriteria kualitas, nyeri
hasil: intensitas 2. Untuk
n anak
1. Keluhan nyeri. mengetahui
sering
nyeri 2. Identifikasi seberapa berat
mengeluh
menurun skala nyeri nyeri yang
nyeri
2. Meringis 3. Identifikasi dirasakan
dibagian
menurun pengaruh 3. Untuk
perutnya
3. Kesulitan nyeri pada mengetahui
- P= nyeri
tidur kualitas hidup pengaruh
saat di
menurun nyeri pada
bagian
4. Pola tidur Terapeutik : kualitas hidup
perutnya
membaik 4. Berikan teknik
- Q= seperti
5. Nafsu non Terapuetik :
di ditusuk,
makan farmakologis 4. Untuk
- R= nyeri
membaik. untuk mengurangi
dirasakan
mengurangi rasa neri yang
di bagian
rasa nyeri dirasakan
perut,
(mis. TENS, pasien
- S= 4 dari
hipnosis, 5. Untuk

26
1-10 akupresur, menigkatkan
- T= hilang terapi musik, waktu istirahat
timbul. biofeedback, dan tidur
Do : terapi pasien
pijat,aromater
- Pasien
api, kompres Edukasi :
tampak
hangat/dingin. 6. Agar pasien
meringis,
5. Fasilitasi mengetahui
- pasien
israhat dan penyebab,
tampak
tidur periode, dan
sering
pemicu
memegang
Edukasi: 7. Agar pasien
daerah
6. Jelaskan dapat
perut yang
penyeba, memonitor
nyeri
periode, dan nyeri secara
pemicu mandiri
7. Jelaskan 8. Agar dapat
strategi megurangi
meredakan rasa nyeri
nyeri kepada pasien
8. Anjurkan 9. Agar
menggunakan mengatasi
analgeantik timbulnya rasa
secara tepat nyeri
9. Ajarkan
teknik Kolabirasi :
nonfarmakolo 10. Untuk
gis untuk menurunkan
mengurangi tingkat nyeri
rasa nyeri

27
Kolaborasi:
10. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu
2. Keletihan Tingkat Keletihan Manajemen Energi Observasi :
(D.0057) (L.05046) (I.05178) 1. Untuk
berhubungan mengetahui
dengan kondisi Setelah dilakukan Observasi : kelelahan fisik
fisiologis yang intervensi 1. Monitor dan emosional
ditandai dengan : keperawatan kelelahan fisik 2. Untuk
Ds : selama 3 x 24 Jam dan emosional mengetahui
- Ibu klien diharapkan tingkat 2. Monitor pola pola dan jam
mengataka keletihan menurun dan jam tidur tidur
n anaknya dengan kriteria 3. Monitor lokasi 3. Untuk
sering hasil: dan mengetahui
merasa 1. Tenaga ketidknyaman lokasi dan
capek dan meningkat an selama ketidknyaman
lemah 2. Kemampua melakukan an selama
- Ibu n aktivitas melakukan
mengataka melakukan aktivitas
n anak aktivitas Terapuetik :
mengeluh rutin 4. Sediakan Terapuetik :
kakinya meningkat lingkungan 4. Untuk
sakit 3. Lesuh nyaman dan memberikan
karena menurun rendah lingkungan
capek 4. Nafsu stimulus (mis. nyaman dan
- An.Z makan Cahaya , rendah
mengeluh membaik suara, stimulus (mis.
lelah, 5. Pola kunjungan) Cahaya ,
merasa istirahat 5. Lakukan suara,

28
tidak membaik latihan kunjungan)
bugar rentang gerak 5. Untuk
walaupun pasif dan/atau memberikan
sudah aktif latihan
tidur 6. Berikan rentang gerak
merasa aktivitas pasif dan/atau
kurang distraksi yang aktif
tenaga menyenangka 6. Untuk
Do : n memberikan
- Pasien ktivitas
tampak Edukasi : distraksi yang
lesu, tidak 7. Anjurkan tirah menyenangka
bisa baring n
beraktivitas 8. Anjurkan
berlebih melakukan Edukasi :
aktivitas 7. Agar pasien
secara mengetahui
perlahan tirah baring
9. Ajarkan 8. Agar pasien
strategi dapat
koping untuk melakukan
mengurangi aktivitas
kelelahan secara
perlahan
Kolabborasi : 9. Agar pasien
10. Kolaborasi dapat
dengan ahli melakukan
gizi tentang strategi
meningkatkan koping untuk
asupan mengurangi
makanan. kelelahan

29
Kolaborasi :
10. Agar asupun
gizi pasien
terpenuhi
3. Gangguan pola Pola Tidur Dukungan Tidur Observasi:
tidur (D.0055) (L.05045) (I.05174) 1. Untuk
berhubungan dengan mengetahui
kurang kontrol tidur Setelah dilakukan Observasi: pola aktivitas
ditandai dengan intervensi 1. Identifikasi pola dan tidur
Ds : keperawatan pola aktivitas 2. Untuk
- Ibu selama 3 x 24 Jam pola dan tidur mengetahui
mengataka diharapkan pola 2. Identifikasi Identifikasi
n pola tidur membaik faktor faktor
tidur anak dengan kriteria pengganggu pengganggu
berubah hasil: tidur tidur
saat 1. Keluhan
sebelum sulit tidur Terapuetik: Terapuetik :
sakit dan menurun 3. Fasiliatasi 3. Untuk
saat sakit 2. Keluhan menghilangka memfasilitasi
- . Ibu sering n stres menghilangka
mengataka terjaga sebelum tidur n stres
n anak menurun 4. Modifikasi sebelum tidur
tidur 3. Keluhan lingkungan 4. Untuk
malam ± 5 tidak puas (mis. memfasilitasi
jam/ hari tidur Pencahayaan, lingkungan
Ibu menurun kebeisingan, (mis.
mengataka 4. Keluhan suhu, tempat Pencahayaan,
n anak pola tidur tidur) kebeisingan,
tidur pada berubah 5. Lakukan suhu, tempat
pukul menurun prosedur tidur)

30
22.00 5. Keluhan untuk 5. Untuk
WIB dan istirhat meningkatkan memfasilitasi
Sering tidak cukup kenyamanan prosedur
terbangun menurun untuk
pada meningkatkan
pukul Edukasi : kenyamanan
02.00 6. Jelaskan Edukasi :
WIB pentingnya 6. Agar pasien
Ds : tidur cukup mengetahui
- kantung selama sakit pentingnya
mata An.Z 7. Anjurkan tidur cukup
terlihat penggunaan selama sakit
hitam. obat tidur 7. Agar pasien
- kebutuhan yang tidak mengetahui
istirahat mengandung penggunaan
pasien supresor obat tidur
meningkat terhadap tidur yang tidak
REM mengandung
8. Ajarkan supresor
relaksasi otot terhadap tidur
autogenik dan REM
cara 8. Agar pasien
farmanonkolo mengetahui
gi lainnya. relaksasi otot
autogenik dan
cara
farmanonkolo
gi lainnya.
4. Risiko Tingkat Pencegahan Observasi :
pendarahan Pendarahan Pendarahan 1. Untuk melihat
(D.0012) (L.02017) (I.02067) tanda dan

31
gejala
Dibuktikan dengan Setelah dilakukan Observasi : pendarahan
gangguan koagulasi intervensi 1. Monitor tanda 2. Untuk melihat
(trombositopenia) keperawatan dan gejala nilai
selama 3 x 24 Jam pendarahan hematokrit/He
diharapkan tingkat 2. Monitor nilai mogoblin
pendarahan hematokrit/He sebelum dan
menurun dengan mogoblin sesudah
kriteria hasil: sebelum dan kehilangan
1. Kognitif sesudah darah
meningkat kehilangan
2. Hematemes darah Terapuetik :
is menurun Terapuetik : 3. Agar
3. Tekanan 3. Gunakan pasientidak
darah kasur mengalami
membaik pencegah luka dekubitus
dekugitus
Edukasi :
Edukasi : 4. Agar pasien
4. Jelaskan tanda mengetahui
dan gejala tanda dan
perdarahan gejala
5. Anjurkan perdarahan
meningkatkan 5. Agar pasien
asupan mengetahui
makanan dan meningkatkan
vitamin K asupan
makanan dan
Kolaborasi : vitamin K
6. Kolaborasi
pemberian Kolaborasi :

32
obat 6. Untuk
pengontrol mengontrol
perdarahan perdarahan
7. Kolaborasi 7. Untuk
pemberian mengatasi
produk darah kurangnya
darah akibat
perdarahan.

33
f. Implementasi dan evaluasi
No. Kode Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. NYERI AKUT Manejemen Nyeri (I08238) S:
(D.0077) O:
Observasi : A:
1. Mengidentifikasi lokasi, P:
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri.
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup

Terapeutik :
4. Memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat,aromaterapi, kompres
hangat/dingin.
5. Memfasilitasi israhat dan tidur

Edukasi:
6. Menjelaskan penyeba, periode, dan
pemicu
7. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
8. Menganjurkan menggunakan
analgeantik secara tepat
9. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi

34
rasa nyeri
Kolaborasi:
10. Mengkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. GANGGUAN POLA Dukungan Tidur (I.05174) S:
TIDUR (D.0055) Observasi: O:
1. Mengidentifikasi pola aktivitas pola A:
dan tidur P:
2. Mengidentifikasi faktor
pengganggu tidur
Terapuetik:
3. Memfasiliatasi menghilangkan
stres sebelum tidur
4. Memodifikasi lingkungan (mis.
Pencahayaan, kebeisingan, suhu,
tempat tidur)
5. Memberikan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
Edukasi :
6. Menjelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
7. Menganjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
8. Mengajarkan relaksasi otot
autogenik dan cara farmanonkologi
lainnya.
3. KELETIHAN Manajemen Energi (I.05178) S:
(D.0057) Observasi : O:
1. Memonitor kelelahan fisik dan A:
emosional P:

35
2. Memonitor pola dan jam tidur
3. Memonitor lokasi dan
ketidknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapuetik :
4. Menciptakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis. Cahaya ,
suara, kunjungan)
5. Melatih latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
6. Melatih aktivitas distraksi yang
menyenangkan
Edukasi :
7. Menganjurkan tirah baring
8. Menganjurkan melakukan aktivitas
secara perlahan
9. Mengajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
10. Melakukan Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang meningkatkan asupan
makanan.
4. RISIKO Pencegahan Pendarahan (I.02067) S:
PERDAARAHAN Observasi : O:
(D.0012) 1. Memonitor tanda dan gejala A:
pendarahan P:
2. Memonitor nilai
hematokrit/Hemogoblin sebelum
dan sesudah kehilangan darah
Terapuetik :
3. Mengunakan kasur pencegah

36
dekugitus
Edukasi :
4. Menjelaskan tanda dan gejala
perdarahan
5. Menganjurkan meningkatkan
asupan makanan dan vitamin K
Kolaborasi :
6. Melakukan kolaborasi pemberian
obat pengontrol perdarahan
7. Melakukan kolaborasi pemberian
produk darah.

37
DAFTAR PUSTAKA

Alfira, N. (2020). Efek Akupresur Pada Titik P6 Dan St36 Vomiting, Mencegah Post Operative
Nausea and Anastesi, Pada Pasien Laparatomi Dengan Spinal. Jurnal Ilmiah Keperawatan
Sai Betik, Volume 16, No.1, 16(1), 30–33.

AZZA A. ATTIA, D.N.Sc., H. G. M. M. S. ., & WAEL Z. KHALED, M.D., H. A. H. D. N. S. .


(2018). Effect of Acupressure on Frequency and Severity of Nausea and Vomiting among
Leukemic Children Undergoing Chemotherapy. The Medical Journal of Cairo University,
86(6), 1465–1473. https://doi.org/10.21608/mjcu.2018.56348

Ghezelbash, S., & Khosravi, M. (2018). Acupressure for nausea-vomiting and fatigue
management in Acute Lymphoblastic Leukemia Children. Journal of Nursing and
Midwifery Sciences, 6(3), 149–155. https://doi.org/10.4103/JNMS.JNMS

Ghozali, M. F., & Eviyanti, A. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Dini Penyakit Leukimia Dengan
Metode “Certainty Factor.” Kinetik, 1(3), 135. https://doi.org/10.22219/kinetik.v1i3.122

Girsang, N. (2018). Efektivitas Hipnoterapi Terhadap Penurunan Intensitas Mual Muntah Post
Kemoterapi Pada Pasien Anak Leukemia Di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi.

Iriani, R., & Vestabilivy, E. (2017). Pengaruh Hipnoterapi dan Akupresur terhadap Mual Muntah
Akut Akibat Kemoterapi Pada Anak dengan Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) di
Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang Tahun 2017. Jurnal PersadaHusada Indonesia,
4(14), 53–66. http://jurnal.stikesphi.ac.id/index.php/Kesehatan/article/view/116

Kusumawardani, Isnaeni, W. Y., & Kirnantoro. (2017). PENGARUH TERAPI AKUPRESUR


TERHADAP KUALITAS TIDUR LANSIA DI BALAI PSTW UNIT BUDI LUHUR
KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA.

Putri, P. A., Kadek, C. U., & Juniartha, I. G. N. (2020). Gambaran Tingkat Kecemasan Pada
Anak Kanker Sebelum Menjalani Kemoterapi Di Rumah Singgah Yayasan Peduli Kanker
Anak Bali. Coping: Community of Publishing in Nursing, 8(3), 243.
https://doi.org/10.24843/coping.2020.v08.i03.p04

38
Rahmah, S., & Alfiyanti, D. (2021). Penurunan Mual Muntah Pasien Acute Limfoblastik
Leukimia yang Menjalani Kemoterapi dengan Terapi Akupresur Pada Titik P6 (Neiguan)
dan Titik ST36 (Zusanli). Ners Muda, 2(2), 37. https://doi.org/10.26714/nm.v2i2.6262

Sri, R., Cahyaningsih, H., & Rukman. (2020). Penerapan Intervensi Bermain , Makanan ,
Spiritual Dan Akupresur Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Anak Penderita Leukemia.
Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 12(2), 324–334.
https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v12i2.1799

Yousef, Y. E.-S., Zaki, N. A.-E., & Sayed, A. (2018). Efficacy of acupressure on nausea and
vomiting among children with leukemia following chemotherapy. Journal of Nursing
Education and Practice, 9(1), 89. https://doi.org/10.5430/jnep.v9n1p89

Yuliar, T. P., Susanah, S., & Ikeu, N. (2019). Effect of Nei Guan Acupressure Point as Adjuvant
Therapy on Highly Emetogenic Chemotherapy-Induced Nausea-Vomiting in School-Age
Children with Cancer. Keperawatan Padjajaran, 7(1), 67–74

39

Anda mungkin juga menyukai