Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN AGREGAT KOMUNITAS

DISCOVERY LEARNING

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan


Agregat Komunitas

Dosen: Dr. Herawati, S. Kep., Ns., M. Kep.

Disusun Oleh:Kelompok 3

Aditya Restu Prayoga 2110913210001


Ahmad Miftahurrizky 2110913210027
Aji Aryat Rahmatullah 2110913210020
Hayatul Mufidah 2110913120021
Lia Safitri 2110913120024
Muhammad Nur Arif 2110913210017
Nur Azizah 2110913120019
Rahmidawati 2110913120020
Risna Hafizah 2110913120022

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Banjarbaru, 19 Maret 2024

Mengetahui Dosen

Dr. Herawati, S. Kep., Ns., M. Kep.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan topik “Kesehatan Perempuan” ini
tepat pada waktunya. Selawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda
Rasulullah Muhammad saw. Dimana beliau adalah sosok yang membawa kita pada
zaman yang terang benderang ini.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen pengajar, anggota kelompok,


dan semua pihak yang mendukung pengerjaan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan dan terima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah yang akan kami
buat selanjutnya.
PEMBAHASAN

A. Definisi kesehatan perempuan


Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehat
juga merupakan keadaan dari kondisi fisik yang baik, mental yang baik, dan juga
kesejahteraan sosial, tidak hanya merupakan ketiadaan dari penyakit atau kelemahan
(Jayanti & Meilinda, 2023).
Kesehatan perempuan adalah kondisi fisik, mental, dan sosial yang optimal dari
perempuan, baik secara individual maupun dalam konteks masyarakat. Ini mencakup
berbagai aspek, termasuk kesehatan reproduksi, kesehatan mental, nutrisi,
pencegahan penyakit, akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, dan
pemberdayaan perempuan dalam pengambilan keputusan tentang kesehatan mereka.
Pentingnya kesehatan perempuan diakui secara luas karena dampaknya yang
signifikan terhadap kesejahteraan keluarga, komunitas, dan masyarakat secara
keseluruhan (Batmomolin et al., 2023)
B. Gambaran status kesehatan perempuan
Ketika seorang perempuan sehat, dia akan memiliki semangat dan kekuatan
untuk mengerjakan aktivitas sehari-hari, untuk memenuhi perannya dalam keluarga
dan masyarakat, dan dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain. Dengan kata
lain, kesehatan perempuan mempengaruhi setiap aspek kehidupannya (Mayasari et
al., 2021).
Perempuan lebih beresiko terkena penyakit karena tubuh perempuan berbeda
dengan laki-laki, dan karena adanya ketidaksetaraan gender antara laki-laki dan
perempuan, perempuan menghadapi resiko lebih besar menderita penyakit dan
memiliki status kesehatan yang lebih rendah (Mayasari et al., 2021). Isu gender
berkaitan erat dengan status kesehatan perempuan, seperti ketidakmampuan
perempuan dalam mengambil keputusan masalah kesehatan serta sikap dan perilaku
di lingkungan yang cenderung mengutamakan laki-laki. Stigma yang muncul di
masyarakat Indonesia terhadap penyakit reproduksi pada wanita. Penyakit yang sama
yang diderita pria dan wanita memiliki efek yang berbeda dalam masyarakat untuk
perlakuan diskriminasi secara fisik dan seksual (Farchiyah et al., 2021).
C. Kajian masalah pada Perempuan Dewasa Muda
1) Karakteristik perempuan yang lebih mengutamakan emosional daripada rasional,
lebih mudah merasa bersalah dan mudah cemas. Hal tersebut membuat
perempuan lebih rentan mengalami hal-hal yang tidak sesuai
dengan keinginannya, sehingga akan lebih berpeluang mengalami peluang stres
yang akan berujung pada depresi sebab mengalami banyak perubahan-perubahan
progresif secara fisik, kognitif, maupun psikososio- emosional (Simanjuntak et
al., 2023).
2) Pada masa ini perempuan mengalami masa dewasa muda sebagai masa
bermasalah, setiap masa dalam kehidupan manusia, pasti mengalami perubahan,
sehingga seseorang harus banyak melakukan kegiatan penyesuaian diri dengan
kehidupan perkawinan, peran sebagai orang tua dan sebagai warga negara yang
sudah dianggap dewasa secara hukum (Putri et al., 2022).
3) Pada masa ini perempuan juga mengalami masa yang penuh dengan ketegangan
emosional, ketegangan emosional seringkali ditempatkan dalam ketakutan-
ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang
timbul pada umumnya bergantung pada tercapainya penyesuaian terhadap
persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu atau sejauh mana sukses atau
kegagalan yang dialami dalam penyelesaian persoalan (Fernando, 2019).
4) Pada masa ini perempuan juga mengalami masalah ketergantungan dan
perubahan nilai, ketergantungan tersebut seperti agak ketergantungan kepada
orang tua dan suami selama jangka waktu yang berbeda-beda, sedangkan
perubahan nilai terjadi karena beberapa alasan seperti ingin diterima pada
kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa
(Putri et al., 2022).
D. Kajian masalah pada perempuan usia menengah dan perempuan tua
Kajian masalah pada perempuan usia menengah dan perempuan tua dapat
mencakup berbagai aspek yang memengaruhi kesejahteraan mereka. Beberapa
masalah umum yang sering ditemui pada kelompok ini melibatkan kesehatan fisik,
kesehatan mental, peran sosial, dan ekonomi. Berikut adalah beberapa masalah yang
sering muncul :
1) Kesehatan Fisik
a) Menopause
b) Penyakit Kronis
2) Kesehatan Mental
a) Depresi dan Kecemasan
b) Isolasi Sosial
3) Peran Sosial
a) Peran Keluarga
b) Diskriminasi dan Stereotip
4) Ekonomi:
a) Ketidaksetaraan Ekonomi
b) Keterbatasan Keuangan

5) Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas

a) Kesehatan Reproduksi
b) Kesehatan Seksualitas

6) Akses Layanan Kesehatan

a) Akses Terbatas
E. Kebijakan Pemerintah dan Masalah Kesehatan Utama pada Perempuan
Di Indonesia, ada beberapa kebijakan yang ditujukan khusus untuk meningkatkan
kesehatan perempuan. Beberapa di antaranya termasuk:
1) Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA): Program ini bertujuan untuk
meningkatkan akses perempuan terhadap layanan kesehatan reproduksi,
antenatal, persalinan yang aman, dan pelayanan pasca persalinan. KIA juga
mencakup program imunisasi bagi ibu hamil dan bayi.
2) Program Keluarga Berencana (KB): Program ini memberikan layanan
kontrasepsi kepada pasangan usia subur untuk mengatur kelahiran dan mencegah
kehamilan yang tidak direncanakan. Dengan menyediakan akses yang mudah dan
informasi yang akurat tentang kontrasepsi, program KB membantu menjaga
kesehatan reproduksi perempuan.
3) Penyuluhan Kesehatan Reproduksi: Program ini menyediakan informasi tentang
kesehatan reproduksi kepada perempuan dan keluarga mereka, termasuk
mengenai pemahaman tentang menstruasi, kehamilan, persalinan yang aman, dan
pencegahan penyakit menular seksual.
4) Pelayanan Kesehatan Maternal: Pemerintah Indonesia juga berupaya
meningkatkan akses perempuan terhadap pelayanan kesehatan maternal yang
berkualitas, termasuk fasilitas persalinan yang aman dan tenaga medis yang
terlatih.
5) Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan: Kebijakan juga ditujukan untuk
pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan,
termasuk kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual. Ini mencakup
pembentukan pusat-pusat perlindungan dan layanan bagi korban kekerasan.
6) Penyuluhan Gizi dan Kesehatan: Program-program ini memberikan informasi
tentang gizi seimbang dan pentingnya pola makan yang sehat bagi perempuan,
terutama selama masa kehamilan dan menyusui.
7) Penyediaan Layanan Kesehatan Gratis atau Terjangkau: Langkah-langkah ini
bertujuan untuk mengurangi hambatan finansial yang mungkin menghalangi
perempuan untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang diperlukan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa perempuan masih


menghadapi banyak masalah kesehatan. Dalam hal ini, WHO menyatakan bahwa ada
beberapa penyakit disebagian besar menyerang perempuan dan harus diperhatikan
secara penuh (WHO, 2015).

1) Kanker: Kanker yang paling umum yang menyerang perempuan adalah kanker
payudara dan serviks. Angka global terbaru menunjukkan bahwa sekitar setengah
juta wanita meninggal akibat kanker serviks dan setengahnya lagi akibat kanker
payudara setiap tahun. Deteksi dini merupakan kunci penting untuk menghindari
penyakit kanker tersebut.
2) Kesehatan Reproduksi: Masalah kesehatan seksual dan reproduksi bertanggung
jawab atas sepertiga dari masalah kesehatan perempuan. Seks tidak aman
merupakan faktor risiko utama.
3) Kesehatan Ibu: Banyak perempuan yang belum bisa mendapatkan perawatan
selama kehamilan dan persalinan sehingga mengakibatkan terjadinya komplikasi
hingga meninggal dunia.
4) HIV: Perempuan usia muda masih banyak yang menanggung beban infeksi HIV.
Menurut WHO masih terlalu banyak perempuan muda yang berjuang untuk
melindungi diri dan mendapatkan perawatan HIV yang memadai.
Kesehatan Mental: Perempuan lebih rentan dibandingkan pria untuk mengalami
kecemasan, depresi, dan keluhan somatik. Depresi adalah masalah kesehatan mental
yang paling umum bagi perempuan.
F. Kebutuhan Kesehatan pada Populasi Perempuan
Keperawatan agregat komunitas untuk populasi melibatkan pemahaman mendalam
terhadap kebutuhan kesehatan khusus, yang fokusnya mencakup:

1) Pencegahan penyakit reproduksi

2) Dukungan prenatal

3) Penyuluhan kesehatan reproduksi

4) Upaya meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat

5) Deteksi dini masalah kesehatan perempuan

G. Peran Perawat Komunitas pada Kesehatan Perempuan


1) Pemberi Asuhan Keperawatan (Care Provider)
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis
keperawatan agar dapat direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi
tingkat perkembangannya (Susanto et al., 2022).
2) Pendidik (Educator)
Peran sebagai pendidik menuntut perawat untuk memberikan pendidikan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik di rumah,
puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan
perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku yang optimal (Sallo et al.,
2023).
3) Konselor (Conselor)
Perawat komunitas dapat dijadikan sebagai tempat bertanya oleh individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan
dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi (Susanto et al., 2022).
4) Peneliti (Researcher)
Perawat komunitas dapat melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi
di masyarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan bahkan
mengancam kesehatan, selanjutnya penelitian dilaksanakan dalam kaitannya
menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab
terjadinya permasalahan dan hasil dari penelitian diaplikasikan dalam praktik
keperawatan (Susanto et al., 2022).
5) Pembaharu (Change Agent)
Perawat komunitas dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat terutama dalam merubah perilaku dan pola
hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan dan pemeliharaan Kesehatan
(Susanto et al., 2022).
6) Panutan (Role Model)
Peran perawat komunitas harus dapat memberi contoh yang baik dalam bidang
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang
bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat
(Sallo et al., 2023).
7) Pembela (Advocate)
Sebagai pembela (advocate) untuk kesehatan perempuan, perawat komunitas
memiliki tanggung jawab untuk memperjuangkan hak-hak dan kebutuhan
kesehatan perempuan. Misalnya membela hak-hak reproduksi perempuan,
termasuk hak untuk mendapatkan informasi dan akses terhadap layanan
kesehatan reproduksi yang aman dan layak (Sallo et al., 2023).
8) Manajer Kasus (Case Manager)
Sebagai manajer kasus dalam konteks kesehatan perempuan, perawat komunitas
memiliki peran penting dalam merencanakan, mengkoordinasikan, dan
memantau pelayanan kesehatan yang optimal bagi perempuan di komunitas.
Misalnya mengembangkan rencana pelayanan kesehatan individual yang sesuai
dengan kebutuhan dan preferensi perempuan (Sallo et al., 2023).
9) Kolaborator (Collaborator)
Peran sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan
tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain
dalam kaitannya membantu mempercepat proses penyembuhan klien. Tindakan
kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan
orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting
untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Sallo et al., 2023).
Daftar Pustaka

Batmomolin, A., Ns, S. K., Lombogia, M., Ns, S. K., Kep, M., Harahap, R. N., ... & SiT,
I. M. S. (2023). Bunga Rampai Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Media Pustaka Indo

Farchiyah, F., Sukmawan, R. F., Purba, T. S. K., Bela, A., & Imtinan, I. (2021).
Kesehatan Reproduksi Perempuan di Indonesia dalam Perspektif Gender. In
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat 2022 (Vol. 2, No. 1, pp.
73-83).

Fernando, M. L. (2019). Gambaran citra tubuh pada wanita dewasa awal yang mengalami
obesitas. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 7(1), 101-118.

Imamah, I. (2009). Perempuan dan Kesehatan Reproduksi. EGALITA.

Jayanti, W. E., & Meilinda, E. (2023). Peran Model Prototype Pada Sistem Informasi
Manajemen Layanan Kesehatan Ibu Dan Anak Berbasis Website (SILATUAN).
Jurnal Khatulistiwa Informatika, 11(1), 68-74.
https://doi.org/10.31294/jki.v11i1.16026

Mayasari, A. T., Febriyanti, H., & Primadevi, I. (2021). Kesehatan reproduksi wanita
di sepanjang daur kehidupan. Syiah Kuala University Press.

Putri, J. E., Suhaili, N., Marjohan, M., Ifdil, I., & Afdal, A. (2022). Konsep self esteem
pada wanita dewasa awal yang mengalami perceraian. Jurnal EDUCATIO: Jurnal
Pendidikan Indonesia, 8(1), 20-25.

Sallo, A. K. M., et al. (2023). Keperawatan Komunitas. Mamuju: IKBS Fatimah Press.

Simanjuntak, T. D., Noveyani, A. E., & Kinanthi, C. A. (2023). Prevalensi dan Faktor-
faktor yang Berhubungan dengan Simtom Depresi pada Penduduk di Indonesia
(Analisis Data IFLS5 Tahun 2014-2015). Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia, 6(2), 97-104.

Susanto, W. H. A., et al. (2022). Ilmu Keperawatan Komunitas dan Keluarga.


Padang: PT Global Eksekutif Teknologi.

WHO. (2015). Top 10 issues for women’s health. https://www.who.int/news-


room/commentaries/detail/ten-top-issues-for-women’s-health
Yuningsih, R. (2016). Pengembangan Kebijakan Profesi Bidan dalam Upaya
Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak. Aspirasi: Jurnal Masalah-
masalah Sosial, 7(1), 63-76.

Anda mungkin juga menyukai