Anda di halaman 1dari 8

2022 Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (SNPPKM) ISSN: 2809-2767

Purwokerto, Indonesia, 06 Oktober 2022

Gambaran Tingkat Kepatuhan Perawat dalam


Melaksanakan Persiapan di Rumah Sakit GMIM
Kalooran Amurang
Jappy Roby Waladow 1*, Martyarini Budi 2, Ita Apriliyani3
123 Fakultas Kesehatan, Universitas Harapan Bangsa

Jl. Raden Patah No. 100, Ledug, kembaran, Banyumas 53182, Indonesia
1 Yappywaladow@gmail.com, 2 martyarini.bs@uhb.ac.id, 3 itaapriliyani@uhb.ac.id

ABSTRACT

The implementation of surgery and anesthesia requires proper preparation, both physical and mental
preparation. The physical preparation treatment that must be carried out before facing the action
consists of an examination of the general physical health status, nutritional status, fluid and electrolyte
balance, hygiene of the stomach and colon, hygine, wound cleaning as well as preoperative exercises.
The purpose of this study was to determine the Description of Nurse Compliance Levels in Carrying Out
Anesthesia Preparation at GMIM Kalooran Amurang Hospital. This type of research uses a descriptive
type of research with a cross-sectional study approach. The sample in this study was determined using
the total population technique with a total sample of 35 respondents. The instrument used is a checklist
sheet. Data analysis to see the frequency distribution of respondents' characteristics using a computer
program (SPSS).

Keywords: Characteristics of respondents, Compliance, preparation of operations

ABSTRAK

Pelaksanaan operasi dan anestesi membutuhkan persiapan secara benar, baik persiapan fisik maupun
mental. Perawatan persiapan fisik yang harus dilakukan sebelum menghadapi tindakan terdiri dari
pemeriksaan status kesehatan fisik secara umum, status nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit,
kebersihan lambung dan kolon, hygine, pembersihan luka serta latihan pra operasi. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kepatuhan Perawat dalam Melaksanakan Persiapan
Anestesi di RS GMIM Kalooran Amurang. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan teknik total population dengan jumlah sampel 35 responden. Instrumen yang digunakan
adalah lembar checklist. Analisa data untuk melihat frekuensi distribusi dari karakteristik responden
menggunakan program komputer (SPSS).

Kata Kunci: Karakteristik responden, Kepatuhan, persiapan operasi

PENDAHULUAN tahunnya.World Health Organization


(WHO) mengungkapkan bahwa pada
World Health Organization menunjukkan
tahun 2011 terdapat 140 juta pasien yang
bahwa jumlah pasien dengan tindakan
menjalani tindakan pembedahan di seluruh
pembedahan dan anestesi mencapai angka
rumah sakit di dunia, sedangkan pada
peningkatan yang sangat signifikan yaitu
tahun 2012 mengalami peningkatan
mencapai lebih dari 230 juta tindakan per
sebesar 148 juta jiwa (Sartika, 2013 dalam
tahunnya diseluruh dunia (WHO dalam
Hartoyo, 2015). Data Tabulasi Nasional
Suhadi, 2020). Menurut penelitian Haugen,
Kementerian Kesehatan Republik
et al (2015) secara global tindakan
Indonesia menjabarkan bahwa tindakan
pembedahan terus meningkat dan
bedah menempati urutan ke-11 dari 50
mencapai 234 juta prosedur bedah setiap

Waladow, Martyarini, & Apriliyani 285


pola penyakit di Indonesia dengan menjadi internalisasi, maksudnya yaitu
persentase 12,8% dan diperkirakan 32% kepatuhan adalah tahap awal perilaku,
diantaranya merupakan bedah mayor sehingga segala faktor yang mendukung
(Kemenkes, 2016). ataupun mempengaruhi perilaku juga
akan mempengaruhi kepatuhan.
Pelaksanaan operasi dan anestesi
Kepatuhan perawat dalam penerapan
membutuhkan persiapan secara benar,
surgical safety checklist mencerminkan
baik persiapan fisik maupun mental.
tindakan seorang perawat yang
Perawatan Persiapan pre operasi di
profesional, yang dapat dipengaruhi dari
ruangan sangat penting dilakukan untuk
faktor individu, organisasi, dan psikologis
mendukung keberhasilan tindakan-
(Kasim,2017). Menurut Setiadi (2015),
tindakan selanjutnya selama proses
faktor-faktor yang mempengaruhi
pembedahan. Persiapan operasi yang
kepatuhan perawat dibagi menjadi dua
dapat dilakukan diantaranya persiapan
yaitu faktor internal meliputi pengetahuan,
fisiologis, dimana persiapan ini merupakan
sikap, motivasi, pendidikan, masa kerja,
persiapan yang dilakukan mulai dari
usia, kemampuan, dan faktor eksternal
persiapan fisik, persiapan penunjang,
meliputi karakteristik organisasi,
pemeriksaan status anestesi sampai
karakteristik kelompok kerja, karakteristik
informed consent. Selain persiapan
pekerjaan, karakteristik lingkungan.
fisiologis, persiapan psikologis atau
persiapan mental merupakan hal yang Karakteristik perawat yang
tidak kalah pentingnya dalam proses mempengaruhi kepatuhan perawat pada
persiapan operasi karena mental pasien penelitian ini, yakni: usia, pendidikan dan
yang tidak siap dapat berpengaruh masa kerja perawat. Semakin cukup usia
terhadap kondisi fisik pasien seseorang akan semakin matang dalam
(Smeltzer,dkk.,2016). Selain itu, perawatan berpikir dan bertindak. Usia berpengaruh
persiapan fisik dan mental apabila tidak terhadap pola pikir dan perilaku persiapan
dilakukan dengan baik akan menyebabkan fisik yang harus dilakukan sebelum
pasien mengalami berbagai komplikasi menghadapi tindakan terdiri dari
pasca bedah seperti infeksi pasca operasi, pemeriksaan status kesehatan fisik secara
dehesiensi, demam, penyembuhan luka umum, status nutrisi, keseimbangan
yang lama dan kondisi mental pasien yang cairan dan elektrolit, kebersihan lambung
tidak siap atau labil dapat menimbulkan dan kolon, hygine, pembersihan luka serta
kecemasan dan ketakutan yang akan latihan pra operasi (Brunner dan
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya Suddarth, 2018). Dalam hal ini peranan
(Brunner dan Suddarth, 2018). Dalam hal perawat ruang bedah akan sangat besar
ini, kualitas pelayanan pra operasi dan dalam informasi, gambaran, penjelasan
anestesi yang baik dapat dinilai melalui tentang tindakan dan memberikan
beberapa indikator yang salah satunya kesempatan bertanya tentang prosedur
adalah kepatuhan dalam menerapkan operasi dan anestesi serta kolaborasi
checklist sign in (Haslina, 2011). dengan dokter terkait pemberian
obat pre medikasi (Ida,2019). Selain itu,
Kepatuhan merupakan perubahan
perawat ruang bedah memegang peranan
perilaku atau kepercayaan seseorang dari
terhadap safety pasien di tahapan intra
akibat adanya kelompok yang terdiri dari
dan post operasi. seseorang. Usia
pemenuhan dan penerimaan, serta
seseorang secara garis besar menjadi
mengikuti peraturan atau perintah langsung
indikator dalam setiap pengambilan
yang diberikan kepada suatu kelompok
keputusan dan mengacu pada setiap
maupun individu. Kepatuhan perawat
pengalaman. Semakin tua usia seseorang
dalam perilaku sebagai seorang
maka dalam penerimaan sebuah instruksi
profesional terhadap suatu anjuran,
dan dalam melaksanakan suatu prosedur
prosedur atau aturan yang harus dilakukan
akan semakin bertanggung jawab dan
atau ditaati (Ulum, 2013). Perubahan sikap
berpengalaman (Evin, 2009). Semakin
dan perilaku seseorang dimulai pada tahap
bertambahnya usia seseorang maka
kepatuhan, lalu identifikasi kemudian

Waladow, Martyarini, & Apriliyani 286


disertai dengan peningkatan pengalaman sejumlah 31 dari 38 responden memiliki
dan ketrampilan (Retyaningsih, 2013). kategori patuh dalam menerapkan
checklist sign in sebanyak 18,6% dan 7
Pendidikan berpengaruh terhadap pola
orang dari 38 responden tidak patuh
pikir individu dan pola pikir tersebut
dalam observasi pelaksanaan sign in
berpengaruh terhadap perilaku seseorang
sebanyak 18,4%.
dengan kata lain pola pikir seseorang yang
berpendidikan tinggi akan berbeda dengan Berdasarkan survei awal di RSU GMIM
seseorang yang berpendidikan rendah. Kalooran Amurang, ada beberapa
Pendidikan keperawatan mempunyai masalah yang ditemukan saat persiapan
pengaruh yang besar terhadap kualitas pasien pre operasi yang menyebabkan
pelayanan keperawatan (Asmadi, 2010). penerapan prosedur pre op pada pasien
Pendidikan yang tinggi dari seorang menjadi kurang maksimal. Beberapa
perawat diharapkan akan menghasilkan kasus yang dilihat oleh peneliti selama 2
pelayanan yang optimal. minggu yakni misinstruksi puasa pre op (2
kasus), misintruksi melepaskan perhiasan
Masa kerja atau lama kerja merupakan
seperti anting, kalung, jam, dan lain-lain (2
pengalaman individu yang akan
kasus), misintruksi untuk melepaskan gigi
menentukan pertumbuhan dalam
palsu (3 kasus). Adapun kasus lain yaitu
pekerjaan dan jabatan. Semakin lama
tentang pengkajian keadaan pasien
seseorang bekerja maka tingkat prestasi
secara psikologis.
akan lebih tinggi, prestasi yang tinggi
didapat dari perilaku yang baik. Seseorang Berdasarkan uraian diatas, maka
yang telah lama bekerja mempunyai peneliti tertarik untuk meneliti tentang
wawasan yang lebih luas dan mempunyai gambaran tingkat kepatuhan perawat
pengalaman yang lebih banyak dalam dalam melaksanakan persiapan operasi di
peranannya membentuk perilaku petugas RS GMIM Kalooran Amurang Kabupaten
kesehatan (Asmadi, 2010) . Minahasa Selatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Khofiyah
tentang evaluasi kepatuhan perawat
METODE
anestesi dalam penerapan surgical safety
check list pada pasien operasi bedah Jenis Penelitian
mayor di Instalasi Bedah Sentral PKU Penelitian ini menggunakan jenis
Muhammadiyah Gombong tahun 2015, penelitian deskriptif dengan pendekatan
didapatkan hasil sebanyak 87% patuh dan cross sectional untuk melihat gambaran
13% tidak patuh dalam penerapan surgical tinkat kepatuhan perawat dalam
safety check list. Tim bedah mempunyai melaksanakan persiapan operasi
persepsi yang berbeda-beda mengenai
penerapan checklist sign in, hasil Populasi
wawancara dengan 5 tim bedah (50%) Populasi pada penelitian ini adalah
mengatakan pada saat pelaksanaan seluruh perawat penanggung jawab yang
tindakan perioperatif, tim bedah belum bertugas di ruang VK, IGD, dan ruang
sepenuhnya menerapkan sign in dengan rawat inap RS GMIM Kalooran Amurang
baik.
Sampel
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Prasetyo (2017) di RSKIA Sadewa 35 Responden. Teknik non probability
Yogyakarta didapat sebagian besar tim sampling dalam melihat kepatuhan
operasi melaksanakan operasi elektif yaitu perawat melakukan persiapan pre
36 kegiatan operasi (55,4%) patuh dalam anestesi, peneliti akan melakukan
menerapkan surgical sign in dan 26 observasi dari output kegiatan persiapan
kegiatan (40%) tidak patuh dalam pre anestesi lewat checklist SOP.
menerapkan surgical sign in. Sedangkan Sehingga yang dinilai adalah kondisi
menurut Warsono (2013), penelitian di pasien yang kepadanya dilakukan
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta didapat data tindakan persiapan pre anestesi

Waladow, Martyarini, & Apriliyani 287


Waktu dan Tempat untuk melihat gambaran distribusi
frekuensi dan karakteristik dari responden
Penelitian ini telah dilaksanakan di
seperti usia, jenis kelamin, pendidikan
ruang VK, IGD, ruang rawat inap RS GMIM
terakhir, dan lama bekerja serta tingkat
Kalooran Amurang, sedangkan waktu
kepatuhan perawat. Data akan disajikan
penelitian dari bulan Desember 2021
juga dalam bentuk tabel silang antara
sampai dengan bulan Juli 2022
karakteristik dan juga tingkat kepatuhan
Kriteria inklusi dan ekslusi
Adapun variabel dalam penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
adalah variabel tunggal, yaitu tingkat
Usia
kepatuhan perawat ruangan dalam
melakukan prosedur persiapan pre Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
anestesi kepada pasien sebelum dikirim ke Usia di Ruang VK, IGD, dan Rawat Inap RSU
ruang bedah GMIM Kalooran Amurang Tahun 2022
Usia Jumlah %
Alat ukur instrument (kuesioner)
Instrument pada penelitian ini 20-25 Tahun 18 51,4
26-30 Tahun 12 34,3
menggunakan checklist yang 31-35 Tahun 5 14,3
dikembangkan dari Mangku tahun 2010
Total 35 100
dimana menyebutkan item persiapan pre
anestesi. Dalam checklist terdapat 8 item Berdasarkan hasil penelitian, diketahui
persiapan pre anestesi dengan kategori bahwa usia responden dalam penelitian ini
ya=2, dan tidak = 1. Maka skor maksimal yaitu responden yang berusia 20-25 tahun
dari checklist SOP persiapan pre anestesi sebanyak 18 responden (51,4%), usia 26-
adalah 16 dan skor terendah adalah 8. 30 tahun sebanyak 12 responden (34,3%)
Dikategorikan berdasarkan cut off point dan usia 31-35 tahun sebanyak 5
dengan rumus : responden (14,3%) dari total 35
Naturan cut off point = (Maximum responden. Semakin cukup usia
score + Minimum Score) /2 seseorang akan semakin matang dalam
= (16 + 8 ) /2 berpikir dan bertindak. Usia berpengaruh
= 12 terhadap pola pikir dan perilaku
seseorang. Usia seseorang secara garis
Jadi, responden dengan total skor X > besar menjadi indikator dalam setiap
12 dikategorikan memiliki kepatuhan yang pengambilan keputusan dan mengacu
“baik”, sedangkan skor X ≤ 12 pada setiap pengalaman. Semakin tua
dikategorikan “kurang baik”. usia seseorang maka dalam penerimaan
Cara pengambilan data sebuah instruksi dan dalam
melaksanakan suatu prosedur akan
Teknik pengumpulan data pada
semakin bertanggung jawab dan
penelitian ini menggunakan teknik
berpengalaman. Semakin bertambahnya
observasi.Teknik observasi dalam
usia seseorang maka disertai dengan
penelitian ini menggunakan checklist
peningkatan pengalaman dan
persiapan operasi dari teori
ketrampilan.
Mangku.Checklist tersebut akan diisi oleh
peneliti sendiri berdasarkan pengamatan Berdasarkan pelaksanaan SOP yang
dan pencatatan di lokasi penelitian benar, ada perawat yang berada pada
kategori usia dewasa dan patuh,
Pengisian checklist dilakukan pada saat
sebaliknya ada perawat dengan usia yang
timbang terima pasien di ruang bedah
sama tetapi tidak patuh. Hal ini
central.
menjadikan peneliti berpendapat bahwa
Analisa usia bukanlah suatu faktor penentu bagi
seseorang dalam melakukan suatu
Analisa univariat yaitu analisa dengan
tindakan yang benar dan sesuai dengan
penyajian dalam bentuk tabel frekuensi
aturan yang berlaku, walaupun secara

Waladow, Martyarini, & Apriliyani 288


usia seseorang sudah dianggap dewasa Ners 3 8,6
Total 35 100
tetapi dilapangan atau tempat ia bekerja,
ada faktor-faktor internal maupun eksternal Pendidikan berpengaruh terhadap pola
yang dapat menghambat seseorang untuk pikir individu, pola pikir berpengaruh
melaksanakan SOP dengan baik walaupun terhadap perilaku seseorang dengan kata
sebenarnya responden sadar bahwa lain pola pikir seseorang yang
semakin bertambahnya usia semakin besar berpendidikan tinggi akan berbeda
pula tugas dan tanggung jawab yang harus dengan seseorang yang berpendidikan
dilakukannya. rendah. Pendidikan mempunyai pengaruh
A”sad (2010) menyatakan bahwa yang besar terhadap kualitas pelayanan
seseorang yang berusia 20-30 tahun kesehatan. Pendidikan yang tinggi dari
mempunyai motivasi kerja relatif tinggi seorang perawat diharapkan akan
dibandingkan seseorang yang berusia menghasilkan pelayanan yang optimal.
diatas 30 tahun, berbeda dengan Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
Bramantya (2015) yang mengatakan responden berjumlah 35 orang, dengan
perawat yang berusia > 30 tahun lebih rincian 28 orang berpendidikan DIII
patuh dari pada perawat yang berusia < 30 Keperawatan, 4 orang berpendidikan S1
tahun. Keperawatan, dan 3 orang berpendidikan
S1 Keperawatan Ners.
Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil observasi di
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan lapangan, peneliti meilihat bahwa perawat
Jenis Kelamin di Ruang VK, IGD, dan Rawat yang memiliki tingkat pendidikan yang
Inap RSU GMIM Kalooran Amurang Tahun berbeda baik DIII, S1 maupun Ners
2022
memiliki kemampuan dan keterampilan
Jenis Kelamin Jumlah % yang sama dalam melaksanakan tindakan
Laki – laki 10 28,6 sesuai prosedur. Peneliti berasumsi
Perempuan 25 71,4
bahwa semakin tinggi pendidikan
Total 35 100
seseorang tidak berarti semakin patuh
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melakukan SOP persiapan pre anestesi
responden yang berjenis kelamin begitu pula sebaliknya karena di lokasi
perempuan lebih banyak (25 orang) penelitian mayoritas responden
dibandingkan dengan responden yang berpendidikan DIII tapi sudah patuh dalam
berjenis kelamin laki-laki (10 orang) dari menjalakan SOP persiapan pre anestesi.
total 35 responden. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Hasan
Jenis kelamin adalah istilah yang
(2014) yang mengatakan tidak ada
membedakan antara laki-laki dan
pengaruh antara tingkat pendidikan
perempuan secara biologis, dan dibawa
dengan kepatuhan seorang perawat
sejak lahir dengan sejumlah sifat yang
dalam melakukan SOP. Namun, Hasil
diterima orang sebagai karakteristik laki-
penelitian ini tidak sesuai dengan
laki dan perempuan. Dari hasil penelitian,
penelitian Setiawati (2010) yang
peneliti berpendapat bahwa jenis kelamin
menyebutkan bahwa perawat dengan
bukanlah suatu faktor penentu bagi
pendidikan lebih tinggi memiliki kepatuhan
seseorang dalam melakukan tindakan
yang lebih baik dalam melakukan SOP
sesuai dengan aturan yang berlaku seperti
Hand hygiene.
tindakan persiapan pre anesthesi sesuai
SOP yang berlaku. Lama Kerja
Tingkat pendidikan Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Lama Kerja di Ruang VK, IGD, dan Rawat Inap
Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan RSU GMIM Kalooran Amurang Tahun 2022
Pendidikan di Ruang VK, IGD, dan Rawat Inap
RSU GMIM Kalooran Amurang Tahun 2022 Lama Kerja Jumlah %
1- 5 Tahun 27 77,1
Pendidikan Jumlah % 6-10 Tahun 6 17,1
DIII 28 80,0 11-15 Tahun 2 5,7
S1 4 11,4 Total 35 100

Waladow, Martyarini, & Apriliyani 289


Lama kerja merupakan pengalaman perawat adalah perilaku perawat sebagai
individu yang akan menentukan seorang yang profesional terhadap suatu
pertumbuhan dalam pekerjaan dan anjuran, prosedur atau peraturan yang
jabatan. Semakin lama seseorang bekerja harus dilakukan atau ditaati. Green (1980,
maka tingkat prestasi akan lebih tinggi, dalam Notoatmojo, 2016) menjabarkan
prestasi yang tinggi didapat dari perilaku bahwa perilaku seseorang dipengaruhi
yang baik. Seseorang yang telah lama oleh tiga faktor yaitu: faktor predisposisi,
bekerja mempunyai wawasan yang lebih faktor pendukung, dan faktor pendorong.
luas dan mempunyai pengalaman yang Faktor-faktor tersebut mencakup
lebih banyak dalam peranannya karakteristik responden ini sendiri baik
membentuk perilaku petugas kesehatan. usia, jenis kelamin, lama kerja serta
motivasi kerja dari perawat.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa responden dalam Berdasarkan hasil penelitian
penelitian ini yang lama kerjanya antara 1- menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
5 tahun yaitu sebanyak 27 orang (77,1 %), perawat dalam melaksanakan SOP Pre
lama kerja 6-10 tahun sebanyak 6 Anestesi di RSU GMIM Kaloorang
responden (17,1%) dan lama kerja 11-15 Amurang pada umumnya berada pada
tahun sebanyak 2 orang (5,7%) dari total 35 kategori patuh sebanyak 32 responden
responden. (91,4%) sedangkan yang kurang patuh
sebanyak 3 responden (8,6%) dari total 35
Asumsi peneliti bahwa responden yang
responden. Hal ini menunjukkan bahwa
memiliki masa kerja di 6-10 tahun dan 11-
responden sebagian besar sudah
15 tahun akan lebih patuh dalam
mengerti dan memahami pentingnya
melaksanakan SOP persiapan pre
melakukan SOP pre anestesi dengan
anasthesi dan pembedahan di ruang
baik, lengkap dan benar. Rata-rata rasio
perawatan. Hal ini berdasarkan banyaknya
usia dan lama kerja responden masih
pengalaman yang sudah dilalui oleh
tergolong muda, karena sebagian besar
responden yang mengajarkan responden
memiliki masa kerja di 1-5 tahun (77,1%)
tentang pentingnya kepatuhan dalam
dan usia responden 51,4% berada di
melaksanakan SOP persiapan pre
rentang usia 20-25 tahun.
anasthesi dan pembedahan di ruang
perawatan yang akan membawa dampak Berdasarkan observasi peneliti melalui
yang besar bagi pasien maupun 8 item checklist SOP persiapan pre
kelangsungan pekerjaan responden itu anestesi, ada 2 item yang memungkinkan
sendiri. perawat menjadi kurang patuh dalam
melaksanakan SOP persiapan pre
Hasil penelitian ini didukung oleh
anestesi diantaranya, kurang komunikatif
penelitian yang dilakukan oleh Damanik
dalam memberikan penjelasan kepada
(2015) bahwa semakin lama seseorang
pasien dan keluarga tentang prosedur
bekerja semakin besar tanggung jawab dan
anestesi agar mereka mengerti perihal
kepedulian akan keselamatan pribadi dan
rencana anestesi dan pembedahan yang
pasien yang dirawat.
direncanakan dan lupa menganjurkan
Kepatuhan pasien untuk berpuasa selama 6-8 jam.
Tabel 5. Distribusi Berdasarkan Kepatuhan Perawat hanya menganjurkan pasien
Responden di Ruang VK, IGD, dan Rawat Inap untuk berpuasa tapi tidak menginfokan
RSU GMIM Kalooran Amurang Tahun 2022 berapa lama pasien harus berpuasa,
padahal puasa pasien tidak boleh terlalu
Kepatuhan Jumlah %
Kurang patuh 3 8,6 cepat ataupun terlalu lama, harus sesuai
Patuh 32 91,4 SOP yaitu 6-8 jam.
Total 35 100
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Kepatuhan adalah suatu perilaku oleh Sandra (2012) tentang “Analisis
manusia yang taat terhadap aturan, Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana
perintah, prosedur dan disiplin. Kepatuhan Dengan Kepatuhan Pelaksanaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Waladow, Martyarini, & Apriliyani 290


Di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman” malpraktik. Standard Operational
Hasil uji statistik bivariat chi square Prosedure (SOP) adalah standar yang
menunjukan bahwa ada hubungan yang harus di jadikan acuan dalam memberikan
bermakna antara Motivasi dengan setiap pelayanan. Standar kinerja ini
Kepatuhan pendokumentasian (p=0.004). sekaligus dapat digunakan untuk menilai
Menurut Rohman (2017) perawat dikatakan kinerja instansi secara internal maupun
mempunyai tingkat kepatuhan dalam eksternal (Rohman, 2017). Penerapan
kategori baik apabila perawat patuh Standar Operasional Prosedur (SOP)
terhadap semua aspek yang sudah keselamatan pasien pada prinsipnya
ditetapkan dari pihak rumah sakit. Misalnya adalah bagian dari kinerja dan perilaku
dalam pelaksanaan SOP persiapan pre individu dalam bekerja sesuai dengan
anestesi, perawat mengisi lembar checklist tugasnya dalam berorganisasi dan hal
berdasarkan SOP pada setiap fase. tersebut biasanya berkaitan dengan
Kemampuan perawat dalam melaksanakan kepatuhan perawat dalam melakukan
program patient safety nampaknya tindakan keperawatan sesuai dengan
mempengaruhi kepatuhan perawat untuk SOP yang telah ditetapkan. Notoatmodjo
dapat melaksanakan tindakan sesuai (2010) mengemukakan faktor yang
dengan prosedur tetap (protap) yang telah mempengaruhi kepatuhan adalah
ditentukan dari pihak rumah sakit. pendidikan, usia, dan motivasi.
Ketidakpatuhan merupakan suatu sikap KESIMPULAN
dimana perawat tidak disiplin atau tidak
Hasil penelitian menunjukkan tingkat
maksimal dalam melaksanakan pelayanan
kepatuhan perawat dalam melaksanakan
kesehatan. Teori kepatuhan salah satunya
SOP pre anestesi mencapai 91,4%. Selain
dikembangkan oleh Gibson, yang
itu ditemukan adanya hubungan yang
menyatakan bahwa ada tiga faktor yang
bermakna antara motivasi dengan
mempengaruhi perilaku patuh seseorang
kepatuhan pendokumentasian.
yaitu faktor individu, faktor organisasi, dan
faktor psikologi. pemberian instruksi atau SARAN
perintah oleh atasan terkadang menjadi Penelitian ini hanya meneliti tentang
beban bagi perawat pelaksana perintah Gambaran Tingkat Kepatuhan Perawat
tersebut. Sehingga perintah tersebut ada dalam Melaksanakan Persiapan Pre Op
yang tidak dilaksanakan. Suatu perintah Anestesi di Rumah Sakit GMIM Kalooran
atau instruksi mungkin tetap dilaksanakan Amurang tanpa meneliti pengaruh,
sekedarnya sehingga tidak sesuai dengan hubungan atau faktor lainnya, serta tidak
apa yang diperintahkan (Wulandari & Ulum, meneliti penerapan Surgical Safety
2016). Checklist pada pasien operasi di ruang
Menurut Suarli (2009) menyatakan Instalasi bedah. Sehingga diharapkan
bahwa peraturan membatasi segala bagi peneliti selanjutnya, agar ruang
kegiatan perawat. Mereka harus mematuhi lingkup penelitiannya lebih mendalam lagi
karena ada sanksi bagi yang melanggar. dengan menggunakan metode penelitian
Peraturan dapat berupa tata tertib yang study kasus mengenai penerapan SOP
mengikat perawat melaksanakan SOP Pre Op Anestesi.
sehingga tidak menyimpang dari tujuan
rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Salah satu upaya untuk menjaga
keselamatan pasien (patient safety) di Asmadi. (2010). Teknik prosedural
ruang operasi, yaitu menerapkan Standard keperawatan konsep dan aplikasi
Operational Procedure (SOP) dalam setiap kebutuhan dasar klien. Jakarta:
Salemba Medika
tindakan perawat, salah satunya dengan
menggunakan lembar checklist pre Brunner & Suddarth. 2018. Buku Ajar
anestesi. Keselamatan pasien bertujuan Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan Jakarta: EGC.
dan menghindari kesalahan bedah atau

Waladow, Martyarini, & Apriliyani 291


Evin. (2009). Penelitian Karakteristik Perawat di Suddarth’s Textbook of Medical
Rumah Sakit Ambarawa. Surgical Nursing). Edisi 12, Jakarta;
EGC
Hartoyo, E. 2015. Post Operasi Laparatomi,
(online), Suhadi, Pratiwi.A. 2020. Pengaruh Hipnosis
(http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t5363 Lima Jari Terhadap Tingkat Kecemasan
0.pdf), diakses 04 Januari 2022. Pasien Pre Operasi di Ruang
Perawatan Bedah RSUD Pakuhaji.
Haslina. 2011. Faktor yang berhubungan
Jurnal Health Sains: p–ISSN : 2723-
dengan kepatuhan perawat dalam
4339 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 1, No. 5,
menjalankan protap pemasangan kateter
November 2020.
uretra di ruang perawatan bedah dan
interna RSUD Syeh yusuf gowa
makasar. Fakultas Ilmu Keperawatan-
UMI.
Kasim Y, dkk. 2017. Hubungan Motivasi dan
Supervisi dengan Kepatuhan Perawat
dalam Penggunaan APD pada
Penanganan Pasien Ganguan
Muskuloskletal di IGD RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandao Manado. E-journal
keperawatan vol. 5 nomor 1, Februari
2017.
Kemenkes. 2016. Data Dan Informasi Profil
Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta :
114–117. Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Khofiyah. 2015. Evaluasi Pelaksanaan Surgical
Safety Checklist di Rumah Sakit
Muhamdiyah Gombong. Stikes
Muhamdiyah Gombong. Skripsi. Diakses
tanggal 04 Januari 2022.
Mangku, G. dan Senapathi, T.G.A. (2010). Buku
ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi.
Jakarta Pusat: Indeks.
Nurdiana, 2018. Hubungan Motivasi Perawat
dengan Kepatuhan Pendokumentasian
Surgical Safety Checklist di Ruang
Instalasi Bedah Rumah Sakit Wilayah
Makassar. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Skripsi dipublikasi.
Prasetyo, AB. 2017. Hubungan Pelaksanaan
Operasi dengan Kepatuhan tim operasi
dalam penerapan Surgical Surgery
Checklist Di IBS RSKIA Sadewa
Yogyakarta. Skripsi DIV Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta (tidak
dipublikasikan)
Retyaningsih, I. Y. & Warsito, B. E. (2013).
Hubungan Karakteristik Perawat,
Motivasi, Dan Supervisi Dengan Kualitas
Dokumentasi Proses Asuhan
Keperawatan. Diakses pada tanggal 20
Februari 2022.
Susan C. Smeltzer. 2016. Keperawatan
Medikal Bedah (Handbook for Brunner &

Waladow, Martyarini, & Apriliyani 292

Anda mungkin juga menyukai