Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

STUDI ISLAM ASIA TENGGARA

“DINAMIKA ISLAM DI SINGAPURA”

Dosen Pengampu :
Anggita, S.Hum., M.Pd

OLEH:

FERIYADI
NIM. 301.2020.007
Semester : V
Kelompok : 7

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN
SAMBAS
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah Subhana Wa Ta’ala, atas rahmat, berkah, dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Studi Islam
Asia Tenggara yang membahas tentang “Dinamika Islam Di Singapura” ini.
Sholawat dan salam tak lupa juga penulis haturkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.
Dalam penulisan makalah kali ini penulis jadi mengetahui tentang Islam di
Singapura. Meski hambatan dan cobaan dalam pembuatan makalah ini penulis
rasakan, tapi berkat dukungan orang tua, keluarga, semangat dari teman-teman
dan orang-orang terdekat, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikannya. Untuk
itu saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Anggita, S.Hum., M.Pd
selaku dosen SIAT.
Penulis menyadari jika makalah yang disajikan ini belumlah sempurna.
Untuk itu penulis menerima kritik dan saran demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi siapa saja yang ingin belajar tentang Studi
Islam Asia Tenggara.

Sambas, 21 Oktober 2023


Penulis

Feriyadi

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Sejarah Negara Singapura..................................................................... 2
B. Masuk dan Berkembangnya Islam di Singapura.................................. 3
C. Islam Masa Kolonial............................................................................. 5
D. Lembaga dan Aktivis Keagamaan di Singapura................................... 9
E. Perkembangan Islam di Singapura Hingga Masa Kontemporer
..............................................................................................................
12
F. Problematika dan Posisi Melayu Muslim di Singapura
..............................................................................................................
15
BAB III PENUTUP.........................................................................................20
A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Republik Singapura adalah sebuah negara kota di Asia Tenggara yang
terletak di penghujung Semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Johor
(Malaysia) dan Kepulauan Riau (Indonesia). Republik Singapura terletak 137
kilometer dari Khatulistiwa. Penduduknya terdiri dari berbagai ras dan
penganut berbagai macam agama. Penduduknya berjumlah 4.839.000 jiwa.
Mayoritas penduduk Singapura, yaitu 74.1% persen adalah China, dengan
minoritas suku Melayu, yaitu 13.4 % dari seluruh jumlah penduduk.
Berikutnya disusul oleh India 9,2%, Pakistan, Arab, dan lain-lain berjumlah
3.3.%. Muslim hanya berjumlah lebih kurang 15% dari seluruh jumlah
penduduk, yang mana sekitar 13.4% di antara yang memeluk Islam itu adalah
etnis Melayu, dan lainnya berasal dari Pakistan, India, dan Arab. 1 Sisanya
terdiri dari 61% penganut Budha, Taoism, dan Confusionism (Kong Hu Cu);
14,6% Kristen; 4% Hindu, dan lain-lain sisanya. Sebagian besar etnis Melayu
menganut mazhab Sunni. Muslim yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika
menganut mazhab Maliki, Muslim India dan Turki menganut mazhab Hanafi,
sementara Muslim Saudi Arabia menganut mazhab Hambali.2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Sejarah Negara Sinapura?
2. Bagaimana Masuk dan Berkembangnya Islam di Singapura?
3. Bagaimana Islam Masa Kolonial di Singapura?
4. Bagaimana Lembaga dan Aktivis Keagamaan di Singapura
5. Bagaimana Perkembangan Islam di Singapur hingga Masa Kontemporer?
6. Bagaimana Problematika dan Posisi Melayu Muslim di Singapura?

1
Singapore Department of Statistics. Referensi yang sama juga dapat dilihat pada
http://en.wikipedia.org/wiki/Malays_in_Singapore, diakses pada tanggal 21 Oktober 2023
2
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, cet. 1, Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2014. hlm. 188.
1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Negara Singapura
Asal-usul nama Singapura semula bernama Temasik, Tumasik (Jawa),
Tamasek (Cina), sebagai mana dijelaskan dalam kitab Tufat al-Nafis di mana
saat itu sultan Singapura di pimpin oleh Sultan Husein Syah (1819). Ada versi
lain, nama asal Singapura, ini muncul ketika pangeran dari Sumatra bernama
Sang Nila Utama singgah di pulau ini tahun 1299 dan menemukan seekor
binatang mirib singa, sehingga pulau ini di sebut Lion City (Kota Singa). Nila
Utama dan rombongan menetap dan membangun wilayah baru tersebut seta
menamai wilayah itu dengan nama “Singapura”. Ada versi lain bahwa nama
Singapura itu adalah dari kata singgah dan pura berarti (Kota), jadi Singapura
Kota Singapura, pada akhir abad ke 14 simgapura menjadi bagian wilayah
kekuasaan Malaka. Sebab Singapura ini di kuasai oleh Parameswara dan
selanjutnya di serahkan ke Majapahit. Akibatnya Parameswara tersingkir ke
Malaka dan mendirikan kerajaan Islam Malaka. Dan Singapura menjadi bagian
kekuasaan sultan Malaka. Kerajaan Malaka ini banyak bergaul dan
berhubungan dengan pedagang muslim, khususnya yang dating dari
Bandarbandar di Sumatra dan akhirnya Pameswara pun memeluk islam dan
bergelar Sultan Iskandar Shah. para pedagang dari penjuru manapun suka
singgah di sana.3
Pada tahun 1819, SirThomas Stamford Raffles berhasil mendarat di
sebuah pulau yang di sana terdapat orang-orang melayu islam dan sekumpulan
orang-orang laut yang berdiam di semenanjung tanah melayu. Sebagai wakil
syariat India timur Inggris, Raffles mengadakan perjanjian dengan tokoh
masyarakat setempat, Temanggung Daing Abdul Rahman, untuk sebuah pusat
perdagangan di Singapura.4

3
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 198.
4
Ibid.
2
3

Dalam kurun waktu sekejab, pulau ini di singgahi banyak kapal yang
ingin berdagang, bahkan banyak kapal-kapal dari bangsa lain yang berdatangan
seperti pedagang dari Arab, Gujarat, Parsi, Benggali, Pegu, Siam dan China
untuk mengadu nasib. Dalam kurun waktu yang cukup lama, melalui proses
dari waktu kewaktu sehingga mencapai kegemilangan dan kejayaan.5
Negara Singapura adalah Negara kota, berdiri pada tanggal 9 Agustus
1965 atau keluar dari Negara federasi Malaysia. Negara ini menganut paham
“Secular Moderen” dimana pemerintah bersikap netral terhadap semua agama
dam ras. Etnis melayu musliam berlatar belakang dari pesisir Malaiysia, Jawa,
Bugis, Bawean. Selain ada juga dari muslim India, Cina, Pakistan dan Arab.
Penduduk Mayoritas Cina 77%, Melayu 15%, (Kurang lebih 376.000 jiwa) dari
4 juta lebih; India 6% dan lain-lain. Melayu muslim kebanyakan hidup dengan
standar ekonomi lebih rendah di bandingkan dengan non- Melayu, termasuk
tertingal di bidang pendidikan sosial ekonomi dan politik. Tahun 1980 hanya
terdapat 679 orang yang lulus sarjana.
Singapura adalah sebuah Negara Republik dengan system pemerintahan
parlementer. Dalam UUD Negara ini terdiri dari Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif. Presiden adalah sebagai kepala Negara, tetapi tidak memiliki
kekuatan politik. Sedangkan perdana Menteri adalah pemimpin kabinet dan
adminitrasi pemerintahan sehingga otomatis kekuatan politik di pegang penuh
oleh perdana Mentri.6
B. Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Singapura
Saefullah menyatakan, pada awal masuknya Islam ke Singapura,
wilayah tersebut mempunyai nama Tumasik, Kedah, atau kota laut. Kota ini
terletak di bagian semenanjung Melayu dan merupakan bagian dari Nusantara.
Islam masuk ke Singapura diperkirakan sejak awal masuknya perdagangan
internasional di wilayah semenanjung Malaya, yaitu pada abad 10–14 Masehi.7

5
Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, Pekanbaru: Suska Perss UIN Suska
Riau, 2008, hlm. 172.
6
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 199.
7
Asep Saefullah. “Tumasik: Sejarah Awal Islam di Singapura (1200-1511 M).” Jurnal
Lektur Keagamaan, 14, 2 (2016): hlm. 419.
4

Islam menyebar ke Asia Tenggara sekitar abad ke-14 oleh para


pedagang Arab dan India dan sebuah komunitas Muslim dibentuk di Singapura
pada awal abad ke-19, yang terdiri dari orang-orang Asia Selatan dan Muslim
Arab.8
Islam masuk ke Singapura tidak dapat dipisahkan dari proses masuknya
Islam ke Asia Tenggara secara umum, karena secara geografis Singapura
merupakan wilayah yang terletak di Semenanjung tanah Melayu. Pada fase
awal masuknya Islam ke Singapura, islamisasi ke wilayah ini lebih kental
dengan nuansa tasawuf, sehingga dapat penulis nyatakan, bahwa masuknya
Islam ke Singapura tidak terlepas dari peran tasawuf.
Hal ini bisa dilihat dari pengajaran tasawuf yang sangat diminati oleh
ulama-ulama setempat dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi terbesar di
Singapura dan yang masih ada sampai sekarang antara lain adalah Tariqah
‘Alawiyyah yang terdapat di Masjid Ba’lawi. Tarekat ini dipimpin oleh Syed
Hasan bin Muhammad bin Salim al-Attas.9
Pada awal abad pertengahan sampai abad ke 19, penduduk Islam
bertambah banyak, hal ini tidak terlepas dari peran seorang mubaligh sufi
Hadramaut di Yaman dan dari bagian-bagian selatan India dan cina yang
berdagang ke Singapura. Pada saat itu Singapura terkenal sebagai tempat yang
maju yang di singgahi banyak kapal dari berbagai bangsa-bangsa lain yang
menjadikannya tempat perdagangan. Kemudian pada saat yang bersamaan,
Islam pun tumbuh dan berkembang yang di tandai dengan bergolaknya
berbagai kegiatan.10
Pusat kegiatan Islam lebih kurang 80% di mesjid-mesjid yang ada di
sana. 1 Juli 1968 di bentuklah MUIS (Majlis Ulama Islam Simgapura) yang
mampunyai tanggung jawab besar atas aktivitas ke Agamaan, kesehatan,
kesejahteraan, pendidikan, ekonomi, masyakat dan sejarah kebudayaan Islam.

8
Nurbaiti, Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi di Asia Tenggara, cet. I, Depok:
Rajawali Pers, 2019, hlm. 85.
9
Munzir Hitami. Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekan Baru: Alaf Riau, 2006. hlm. 32.
10
Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, Pekanbaru: Suska Perss UIN Suska
Riau, 2008, hlm. 173.
5

Islam di Singapura disyarkan oleh para ulama dari berbagai bangsa


belahan Asia Tenggara dan benua kecil India yang berdagang ke sana. Seperti
Syaikh Ahmad Haminuddun (Minamgkabau), Syaikh Tuanku Mudo (Aceh),
syaikh Ahmad Hminudin, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (mufti
Betawi), Syaikh Habib Ali Habsi (Kwitang, Jakarta), Syaikh Anwar
Sribandung (Palembang), syaikh Muhammad Jamil Jaho (Padang Panjang) dan
lain-lain.11
Masuknya Islam di Singapura boleh di katakana tidak ada hambatan,
walaupun ada, itu mugkin hanya bagian kecilnya, baik dati segi politik dan
birokrasi. muslim di Singapura mencapai lebih kurang 15% dari jumlah
penduduk yaitu, lebih kurang 476.000 orang Islam.
Orang-orang yang berdagang kesana mareka menetap dan bahkan
menikahi wanita-wanita yang ada di sana, sehingga terjadilah sebuah keluarga
yang berkembang makin waktu kewaktu terus berkembang. Ada juga dari para
pedagang Arab yang membawa istri dan anak-anaknya tinggal bermukim di
sana. Bagi yang belum membawa keluarga setelah dapat ongkos mereka baru
membawa keluarganya. Mereka terus menjadi orang Arab-Melayu dan “Jawi
Peranakan yang keturunan India Melayu yang tersendiri. Orang Arab yang
berdagang ke sana memamfaatkan keuntungngan mereka dengan berbuat amal
kebaikan, membangun masjid, membantu houspital, serta menganjurkan
pertemuan pada tanggal penting Islam.12
C. Islam Masa Kolonial
Kejatuhan Malaka oleh serbuan Portugis pada tahun 1511 yang disertai
oleh mundurnya para sultan Malaka ke Selatan Johor merupakan awal
kemunduran dan kehancuran wilayah Singapura. Selama 130 tahun
kolonialisasi portugis di Malaka yang tercatat sejak tahun 1511, kebijakan
kolonial tampak cenderung mencegah penyebaran Islam dan menghambat
perkembangan dagang Muslim. Meskipun demikian, Portugis gagal dalam
masalah ini, terutama karena Melayu Muslim terus-menerus berupaya melawan
11
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 204.
12
Ibid.
6

kolonialisasi Portugis. Agaknya, perlawanan yang gencar inilah yang


menyebabkan Belanda ketika mengalahkan Portugis pada tahun 1641
mentolerir kekuasaan para penguasa Melayu tradisional yang pada saat itu
terpecah belah akibat persaingan antar negeri.13
Selanjutnya, Singapura berada di bawah kekuasaan Inggris.
Pendudukan Inggris di Singapura tidak terlepas dari usaha Stamford Raffles,
yang kemudian diangkat sebagai bapak pendiri Singapura. Raffles berhasil
menjadikan Singapura sebagai pelabuhan bebas dan pasar internasional di Asia
Tenggara. Kota ini juga menjelma sebagai kota transit jalur perdagangan antara
India dengan Cina, serta menjadi pintu masuk bagi kawasan Asia Tenggara.
Berbagai barang perniagaan seperti sutera, keramik, candu (opium), kerajinan,
emas berlian, dan sebagainya dengan mudah bisa didapatkan di sana.14
Dalam merebut Singapura dan merawat daerah jajahan yang masih
muda ini, Raffles banyak dibantu oleh Kolonel William Farquhar, yang
menjabat sebagai Residen Malaka sejak 1803-1818. Pada tanggal 29 Januari
1819, misalnya Raffles dan Farquhar mendarat di Mauara Sungai Singapura
dan bertemu dengan Tumenggung Abdurrahman, pemimpin Melayu saat itu,
untuk menandatangani sebuah perundingan. Pada tanggal 6 Pebruari 1819,
Tumenggung dan Sultan Husein dari Johor telah pula menandatangani sebuah
persetujuan pendirian basis dagang bagi East India Company. Perjanjian
berikutnya ditandatangani pada tahun 1824, yang berisi pernyataan bahwa East
India Company dan pewarisnya memiliki hak yang kekal atas Singapura dan
semua pulau-pulau dalam jarak 10 mil dari pantai Singapura.15
Demikianlah pendudukan Inggris dimulai, suatu pendudukan yang
berdampak sangat besar bagi perkembangan Singapura selanjutnya, terutama
bagi perjalanan sejarah Islam dalam masyarakat Melayu. Apa yang dimulai
tidak hanya dengan campur tangan tak langsung, akan tetapi juga mengarah
pada bentuk intervensi lebih langsung di wilayah-wilayah yang secara
13
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, cet. 1, Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2014. hlm. 191-192.
14
Ibid., hlm. 192
15
Lihat Singapura 1999, (Singapura: Ministry of Information and the Arts, 1999), hlm.
18-19
7

tradisional merupakan domain (wilayah kekuasaan) sultan-sultan Melayu,


termasuk Islam. Kendatipun kebijakan Inggris lebih simpatik bila
dibandingkan dengan kebijakan Portugis dan Belanda– namun peranan mereka
tidak hanya sekedar memberi nasehat, akan tetapi memberi perintah yang harus
dilaksanakan’.16
Sejauh menyangkut perkembangan Islam di Singapura, beberapa
kebijakan Inggris berdampak cukup besar terhadap Islam. Di antaranya adalah
kebijakan Inggris tentang masyarakat pluralis (majemuk). Karena kepentingan-
kepentingan Inggris terhadap wilayah jajahan baru tersebut, khususnya dalam
pengadaan tenaga kerja, maka dikeluarkanlah kebijakan ‘pintu terbuka’.
Artinya, demi kelancaran ekonomi Singapura, kolonial mendatangkan
sejumlah tenaga kerja dari Cina dan India. Kebijakan tersebut menyebabkan
pluralitas masyarakat yang terdiri dari bukan saja etnis Melayu, tetapi juga
etnis Cina dan India yang tidak terintegrasi ke dalam mainstrem (arus utama)
lingkungan pribumi. Sebagai akibatnya, orang Cina, India dan Melayu
membiarkan diri mereka berada di kantong-kantong etnis mereka sendiri,
seperti tempat tinggal, jenis pekerjaan, jenis pendidikan, maupun agama. Orang
Melayu dulunya lebih banyak tinggal di wilayah perkampungan yang dikenal
dengan nama Kampung Melayu, dan bekerja sebagai petani, sementara etnis
Cina lebih banyak tinggal di kota (China Town) dan bekerja di pertambangan,
atau sebagai wiraswasta dan pedagang.17
Imigrasi besar-besaran terutama keturunan Cina yang didukung oleh
Inggris telah membantu eksploitasi ekonomi di negeri itu. Satu hal yang perlu
dicatat di sini adalah bahwa selain imigrasi dari etnis Cina dan India, pihak
kolonial juga membawa para misionaris Kristen dari Inggris yang berupaya
untuk menarik kaum pribumi masuk ke dalam agama Kristen.
Imigrasi yang tidak dibatasi ini, selain membawa dampak pada aspek
ekonomi juga membawa dampak pada aspek politik. Bangsa Melayu Muslim
yang semula menjadi mayoritas di Singapura, sekitar tahun 1830-an akibat
16
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, cet. 1, Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2014. hlm. 193.
17
Ibid., hlm. 194.
8

imigrasi besar-besaran telah menjadi minoritas. Dampak lebih jauh adalah


semakin minimnya elit Muslim yang berkuasa. Ini menyebabkan posisi tawar-
menawar kaum Muslim terhadap pemerintah menjadi lemah.
Pada abad ke-19, di kalangan komunitas Muslim Singapura juga
terdapat kelompok pendatang yang berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi,
Riau, dan Bawean, serta kelompok imigran yang berasal dari luar seperti
Muslim India, dan keturunan Arab, khususnya Hadramaut. 18 Seperti dilaporkan
Weyland, komunitas Arab Hadramaut merupakan bagian yang sangat penting
dalam masyarakat Singapura pada permulaan abad ke-20. Pada sensus tahun
1901 terdapat 919 orang Arab Hadramaut di Singapura. Hampir sebagian dari
mereka berasal dari Arab, sebagian mempunyai bapak Arab dan ibu Melayu.
Mayoritas mereka adalah pedagang dan pemilik tanah, cukup kaya dan
menempati posisi penting di kalangan para pedagang Cina dan Barat.19
Kesan kekayaan dan posisi pedagang Muslim Arab di Singapura kala
itu dijelaskan secara baik oleh Wright dan Cartwright sebagai berikut: Mereka
mempunyai bisnis besar dalam ekspor berbagai jenis produksi lokal dan kayu
ke Arab dan Eropa termasuk produk-produk seperti karet, sagu, kelapa, kopi,
coklat, dan nenas dari berbagai daerah di Cocub, Johor. Perseverance Estate,
Straits Cycle, Motor Company dan Express Saw Mill Company industri
pemotongan pertama dan terbesar di Timur adalah milik perusahaan mereka,
juga impor rempah-rempah dari Banda, Maluku. Perusahaan itu juga melayani
perjalanan haji ke Mekah bagi umat Islam.20
Kedatangan imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung
telah membuat pelabuhan Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi
yang penting di Selat Malaka. Mudahnya terjadi imigrasi besar-besaran seperti
ini bisa difahami. Karena sebelum kemerdekaan, hubungan antar masyarakat
dari berbagai belahan dunia sangat cair (fluid). Secara demografis sangat

18
Sharon Shiddiqie, Posisi Islam di Singapura, dalam Taufiq Abdullah dan Sharon
Shiddiqie (ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam diAsia Tenggra, (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm. 389.
19
Petra Weyland, “International Muslim Networks and Islam in Singapore” dalam
Journal SOJOURN, Social Issues in Southeast Asia, Vol 5 Number 2, 2013.
20
Dikutip oleh Petra Weyland “International Muslim Networks and Islam in Singapore”
dari Wright dan Cartwright, 1908, hlm. 707.
9

mudah sekali terjadi perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah


lainnya, atau sekedar berkunjung dari satu kesultanan ke kesultanan lainnya.
Hal ini mudah terjadi karena seseorang tidak mesti direpotkan oleh aturan-
aturan kewarganegaraan seperti urusan visa dan paspor. Untuk konteks
Singapura pada abad ke-19, hal ini telah menjadikan kota Singapura selain
sebagai sentra ekonomi juga menjadikannya sebagai kota transit, tempat
berlabuh dan singgahnya para saudagar, terutama saudagar Muslim. Hal ini
pada gilirannya menjadikan Singapura punya peranan penting selain sebagai
pusat perdagangan juga sebagai pusat informasi dan dakwah Islam.21
D. Lembaga Dan Aktivitas Keagamaan Di Singapura
Berbicara mengenai lembaga-lembaga Islam yang mengurus aturan-
aturan dan nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara bagi komunitas
Muslim Melayu di Singapura adalah sebagai berikut:
1. Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS)
Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), adalah suatu lembaga
agama Islam Singapura yang sudah ditetapkan oleh Undang-undang
keanggotaannya pada tahun 1968 yang ketika itu penetapan hukum
pemerintahan yang berkaitan dengan umat Islam (AMLA) sedah berlaku.22
Lembaga Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS), ini merupakan
lembaga sebagai penasehat presiden Singapura dalam mempersatukan
pemerintah dengan komunitas Muslim Singapura atau dengan kata lain
merupakan kepanjangan tangán dari pemerintah Singapura dalam
menjalankan petnerintahan yang berkaitan dengan urusan kehidupan
komunitas Muslim Singapura, yang menyangkut berbagai aspek kehidupan
baik dari segi 61 administrasi zakat, aktifitas dakwah, pembangunan
masjid dan pengelolaannya (Management), masalah pendidikan dan
pendirian madrasah-madrasah, pengeluaran fatwa-fatwa, masalah santunan

21
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, cet. 1, Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2014. hlm. 196.
22
Nihayatul Masykuroh, Islam Di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, 2020.
hlm. 60.
10

keuangan bagi fakir miskin dan kebutuhan masyarakt Islam lainnya,


sampai kepada ketetapan bantuan dana pada sebuah organisasi.
Lembaga Majlis Ugama Islam Singapura rumusan-rumusan,
kebijakan dan rencana operasional dan dakwahnya diputuskan secara
menyuluh oleh anggota-angotanya yang terdiri dari Anggota MUIS, Mufti
dari Singapura, Seorang yang direkomendasikan oleh tokoh Muslim
Affairs dan seorang lagi yang direkomendasikan oleh organisasi Muslim
anggota dewan yang diangkat oleh presiden. Kesemua aturanaturan,
kebijakan dan kegiatan-kegiatan (program) tersebut bertujuan untuk
menjadikan komunitas Muslim Singapura menjadi komunitas Muslim
yang luar biasa dan cemerlang sesuai dengan tujuan negara Singapura dan
untuk meluaskan dan memperdalam komunitas Muslim Singapura menjadi
mengerti dan mempraktekkan ajaran agama Islam sehingga menjadikan
Singapura negara dan bangsa yang baik.23
2. Mahkamah Syari’ah Singapura
Mahkamah Syari’ah Singapura didirikan pada tahun 1955 hasil dari
kajian sebuah badan kuasa yang dibentuk Pemerintah Singapura. Badan
kuasa ini terdiri dari pakar Undang-undang, kadi-kadi dan para ulama
setempat, dari hasil kajiannya tercipta suatu akte yang dikenal dengan
Muslim Ordinance yang dijadikan undang-undang pada 30 Mei 1957 dan
akta ini yang digunakan Mahkamah Syari’ah sampai tahun 1966.
Kemudian pada tahun 1966 Akta Pembukuan Undang-Undang Islam
(AMIA) diperkenalkan dan menggantikan 62 Akta Muslim Ordinance,
akta ini diubah untuk dibubukan lagi sistem pembukuan Undang-undang
Islam Singapura.24
Pada tahun 1999, akta ini kemudian diperbaharui dan ditambah lagi
dengan beberapa klausul yang sesuai dengan tuntutan keadaan sekarang
(masa kini). Dengan pembaharuan ini, meningkatkan lagi kewenangan
Mahkamah Syari’ah untuk menyelesaikan kasus-kasus tuntutan cerai dan
23
Nihayatul Masykuroh, Islam Di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, 2020.
hlm. 61.
24
Ibid., hlm. 61-62.
11

issu-issu yang berkaitan dengan perceraian seperti masalah pengurusan


anak, harta gono gini, masalah lainnya.
3. Lembaga Pendidikan Alqur’an Singapura (LPQS)
Ide untuk pembentukan sebuah pusat tahfidz Alqur’an timbul pada
awal tahu 90-an, beberapa tahun kemudian terbentukan Lembaga
Pendidikan Alqur’an Singapura (LPQS). Antara tujuan 73 utamanya ialah
untuk menyediakan kemudahan bagi masyarakat Islam Singapura
mendalami dan menghafal Alqur’an. Pada tahun 1999, bangunan lama
Masjid kampung Siglap yang sudah terkenal sebagai pusat menghapal Al-
Qur’an dipilih sesuai dengan kondisi pemukimannya dan kesyahduan
masjid yang jauh dari hiruk pikuk kota, latar belakang ini amat sesuai
untuk kegiatan menghafal Al-Qur’an.25
Bangunan lama itu telah direno vasi dengan menelan biaya hampir
$30.000, Majlis Ugama Islam Singapura telah mengumumkan peluncuran
Program menghafal Aìqur’an di majlis Zikrah Hijrah 1420 H pada 16
April 1999. Dan pada tanggal 30 Mei 1999, Pusat Tahfiz Aìqur’an
Singapura mulai membuka kelas untuk kumpulan pelajar tahap I, dan pada
tanggal 18 Juli 1999 Pusat Tahfidz Alaqur’an Singapura telah dibuka
secara resmi.26
Dengan visi dan misi, untuk melahirkan generasi huffaz dan untuk
meningkatkan lagi kesadaran tentang pentingnya menghafal Aìqur’an,
maka pada akhir tahun pendidikan telah meluluskan sebanyak 52 pelajar
dalam ujian dan mendapatkan sertifikat kelulusan dari Hj Maarof Salleh,
disaksikan Presiden majlis Ugama Islam Singapura Syed Isa Mohd Bin
Semait, Mufti negara Singapura dan Hj Anis Tairan Ketua Lembaga
Pentadbir Masjid Kampung Siglap pada tanggal 27 Agustus 2000.27
4. Pertemuan Tahunan Mentri-Mentri Agama (MABIMS)

25
Nihayatul Masykuroh, Islam Di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, 2020.
hlm. 72-73
26
Ibid., hlm. 73
27
Ibid.
12

MABIMS adalah sebuah bentuk kesepakatan di tingkat kawasan


yang bergerak atas dasar keagamaan bagi memelihara dan menjaga
kebajikan masyarakat Islam dengan tidak mencapuri urusan politik negara
masingmasing. Nama lengkapnya adalah Pertemuan Tahunan Tidak Resmi
Mentri-Mentri Agama Negara Brunei Darussalam, Republik Indonesia,
Malaysia dan Republik Singapura.28
Sebetulnya kalau dimasukkan sebagai salah satu lembaga yang ada
di Singapura tidak relevan, tapi karena menyangkut umat Islam di
Singapura dan Singapura termasuk salah satu anggota MABIMS, maka
penulis masukkan ke dalam lembaga Islam yang ada di Singapura.
Sejarah awal pembentukan MABIMS dimulai dari persidangan
Mentri-mentri Wakaf dan Hal Ikhwal Agama yang ke 4 yang berlangsung
pada tanggal 12-14 syawal 1409 atau 17-19 Mei 1989 di Jedah Arab
Saudi, sebanyak 41 negara Islam dan beberapa organisasi serta badan-
badan Islam menghadiri pertemuan tersebut. Turut hadir pada persidangan
tersebut ialah mentri-mentri dari negara Brunei Darussalam Raja Dato Seri
Utama Dr.Ustz Haji Mohd Zain Bin Haji Serudin, Mentri Agama Republik
Indonesia, Haji Munawir Syadzali, MA, Mentri Agama Malaysia Dato
Dr.Mohamad Yusof bin Haji Mohamed Noor.29
E. Perkembangan Islam Di Singapura Hingga Masa Kontemporer
Pada tahun 1940-1950 orang Islam boleh kawin dan bercerai dengan
mudah melalui beberapa kodi yang bergerak dari satu tepat ke tempat yang
lain. Ketidak teraturan ini di pergunakan dengan salah guna. Ada kodi yang
kurang teliti dalam segi taraf perkawinan dengan hasrat wali mereka yang sah.
Perceraian juga diperbolehkan dengan senang.30
Dalam hal ini imam-imam atau guru-guru sangat berpengaruh terutama
dalam praktek agama, realitas upacara-upacara sosial ke agamaan dengan

28
Nihayatul Masykuroh, Islam Di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, 2020.
hlm. 78.
29
Ibid.
30
Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, Pekanbaru: Suska Perss UIN Suska
Riau, 2008, hlm. 214.
13

berbagai macam Negara yang datang ke Singapura membawa banyak agama


dan kepercayaan.31
Namun pemerintah dalam hal ini bersifat netral, untuk meyakinkan
kaum muslimin bahwa pemerintah memegang prinsip kebebasan dalam
beragama dan melindungi keyakinan mereka, maka MUIS (Majelis Ulama
Islam Singapura) didirikan di bawah perundang-undangan dan ketentuan
AMLA (Administration Of Muslim Law Act OF 1966). MUIS bertanggung
jawab dalam mengatur administrasi hukum Islam di Singapura, termasuk
mengumpulkan zakat mal, pengaturan perjanjian haji, setipikasi halal, aktifitas
dakwah, mengorganisasi sekolah-sekolah agama, mengorganisa pembangunan
masjid dan manajerialnya, pemberian bantuan biayasiswapelajar muslim,
bertugas mengeluarkan patwa agama. Keta dan MUIS di angkat dan di
berhentikan oleh Presiden, melalui usulan dari kelompok muslim.32
Dalam bidang pendidikan Singapura menganut sistem pendidikan Islam
modern dari awal hingga sekarang merujuk pada system Mesir dan barat
seperti madrasah, sekolah arab atau sekolah agama, tetapi tidak mengenal
pondok pesantren. Ada 4 madrasah terbesar di Singapura yaitu:
1. Madrasah Aljunied, didirikan pada tahun 1927 M, oleh pangeran Syarif al-
Syaid Umar bin Ali Aljuneid dari palembang.
2. Madrasah Al-Ma’arif, didirikan pada tahun 1940-an gurunya dari lulusan
Al-Azhar Mesir.
3. Madrasah Wak Tajung Al-Islamiyah, didirikan tahun 1955 M.
4. Madrasah Al-Sagoff, didirikan pada tahun 1912 di atas tanah wakaf Syed
Muhammad bin Syed al-Sagoff.33
Ada juga pengembangan dalam masyarakatnya, di antara badan-badan
yang menyediakan berbagai pelayanan MENDAKI (Majelis Perkembangan
Masyaraka Islam Singapura), muncul sebagai organisasi utama, dengan
berbagai kegiatan yang menyeluruh, dan pendidikan kepada ekonomi.
31
Asmal May dan Aripudin, Handout Mata Kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara,
Pekanbaru: UIN Suska Riau, 2006. hlm. 117.
32
Abd. Ghofur, Handout Mata Kuliah Study Islam Asia Tenggara, Pekanbaru: UIN Suska
Riau, 2006. hlm. 3
33
Ibid.
14

MENDAKI menerima dukungan dan bantuan keuangan dari pemerintah.


Badan ini di tumbuhkan pada tahun 1981 atas usaha ahli-ahli parlemen
Melayu-Islam untuk mengatasi kemerosotan orang Melayu, seperti yang di
perliatkan pada tahun 1980. dalam tujuh tahun pertama, mendaki sangat
perhatian terhadap soal pendidikan. Ia mengadakan kelas bimbingan setiap
menggu dan nasehat kepada pelajar dan kkeluaga mereka. MENDAKI tidak
perlu berjaya, kelembapannya kaadang-kadang mejadi kritikan.34
Pada tahun 1989, satu seminar diadakan di dewan persidangan
singapura, untuk memutar haluan baru bagi MENDAKI. Perlu ada komitmen
sepenuhnya dan usaha. Dengan komitmen sepenuhnya orang melayu yang kaya
atau yang punya kekayaan untuk membantu saudaranya yang kurang mampu,
komitmen dukungan masyarakat terhadap rancangan MENDAKI, komitmen
pemerintah sebagai bukti anda mau bekerja sama mencapai aspirasi masyarakat
anda.” Para peserta seminar dari berbagai masyarakat islam setuju dengan
beliau. Mereka menyokong MENDAKI agar meluaskan kegiatan serta
menyususn semula rancangan-rancangannya dengaan menawarkan lebih
banyak program pedidikan. Di sampang mengajukan kegiatan sosial dan
ekonomi. “sebagian keberhasilan orang Melayu-Islam dalam pendidikan adalah
di sebabkan oleh Mendaki. Program terkemuka adalah bimbingan pada akhir
minggu. Kelas-kelas utamanya semula pada Februari 1980 dengan 60 orang
pelajar kelas “A”, menghadiri kelas setiap hari Ahad di masjid Al-Anshar di
Chai Chee dan masjid Al-Muttaqin di Ang Mo Kio.35
Sejak menjadi negara tersendiri, Singapura tumbuh menjadi salah satu
negara maju di dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang amat pesat dengan
jaringan perdagangan yang luas. Kini, Singapura telah menjelma menjadi satu
dari segelintir kecil negeri-negeri kaya di dunai. Pendapatan perkapitanya
menyamai negara-negara kaya di Eropa Barat. Pelabuhannya menjadi
pelabuhan tersibuk di dunia. Demikian juga bandar udaranya yang mampu
melayani sekurangnya 67 maskapai penerbangan komersial. International
34
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 207.
35
Ibid.
15

Management World di akhir tahun 2000 menobatkan Singapura sebagai negara


kedua setelah AS dalam kompetisi ekonomi tertinggi. Lalu World Economic
Forum yang berkedudukan di Swiss juga menempatkan negeri ini pada urutan
pertama negeri paling kompetitif di dunia. Pujian juga datang dari Economic
Intelligence Unit yang menegaskan Singapura sebagai satu dari sepuluh negara
dunia yang memegang kendali bisnis global.36
F. Problematika Dan Posisi Melayu Muslim di Singapura
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan standarisasi penilaian secara tidak langsung
yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengkategorisasikan maju
tidaknya sebuah Negara. Singapura dilihat dari faktor pendidikan, tekanan
bagi kaum muslim dan Melayu di Singapura sungguh-sungguh nyata. Ini
terlihat dari meningkatnya pendidikan dan kemajuan ekonomi yang telah
dicapai orang-orang Singapura lainnya khususnya orang-orang China yang
mayoritas di negara itu.37
Tekanan tersebut nampak nyata dalam tulisan-tulisan dan studi-
studi yang dilakukan komunitas Muslim-Melayu sepanjang tahun 1980-
an. Dilatarbelakangi sensus penduduk 1980 yang menyatakan bahwa
orang-orang Melayu Singapura tertinggal di belakang etnis lain, dalam
status sosial ekonomi, diskursus publik kembali diaktifkan organisasi-
organisasi muslim seperti Majlis Pusat untuk menggerakkan pesan bahwa
jalan keluar bagi kaum muslim adalah meningkatkan pendidikan dan
kompetensi profesional.38
Sejalan dengan seruan itu adalah himbauan dari pemimpin-
pemimpin muslim dan aktivitas-aktivitas yang berorientasi islam agar
menanggulangi status sosial ekonomi mereka dalam kerangka dan prinsip-
prinsip islam
2. Ekonomi
36
Rizki Ridyasmara, Singapura Basis Israel Asia Tenggara, Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2005, hlm. 37
37
Nurbaiti, Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi di Asia Tenggara, cet. I, Depok:
Rajawali Pers, 2019, hlm. 89.
38
Ibid., hlm. 90.
16

Dibanding dengan Negara-negara minoritas muslim lainnya di


kawasan Asia-Tenggara, Singapura merupakan sebuah Negara yang relatif
kaya. Hal ini secara teoritis tentunya berdampak pula pada kondisi umat
Islamnya.39
Sejarah Melayu Singapura menunjukkan pada awalnya kondisi
ekonomi masyarakat Melayu-Muslim sangat berbeda dengan kondisi hari
ini. Mereka bekerja pada sektor-sektor strategis dan 70% bekerja
dikawasan kota, hanya 30% saja yang bekerja di kawasan kampung. Hal
ini sebagai bukti bahwa sejak awal orang Melayu-muslim telah menjadi
etnis yang memiliki tingkat ekonomi yang memuaskan. Dengan demikian,
orang Melayu identik dengan nuansa hidup kota.40
Kondisi ini amat berbeda yang terjadi saat ini. Secara umum
tingkat perekonomian Melayu-muslim berada jauh di bawah etnis lain.
Bahkan, mereka selalu disebutkan kelompok marjinal secara ekonomi. Ini
disebabkan arus imigran Cina terus meningkat dan leluasa memasuki
kawasan Singapura.41
3. Seni dan Budaya
Sebuah tesis Ph.d oleh Betts, seorang ahli sains politik Amerika,
mengklaim bahwa masyarakat melayu gagal untuk merubah dirinya
sebelum tahun 1959. Ia menuliskan bahwa banyak perkara tentang cara
hidup orang melayu diakui umumnya tidak selaras dengan keadaan dan
kemajuan yang pesat di Singapura. Disisi lain, faktor-faktor intrinsik
dalam masyarakat Melayu menghalangi penerimaan ataupun internalisasi
secara pesat akan perubahan. Dia menganggap bahwa kampung-kampung
dipinggiran Singapura pada Hakikatnya bersifat perdesaan. Faktanya
Banyak orang melayu yang merasa puas hanya dengan bermata pencarian

39
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 200.
40
Ibid.
41
Ibid.
17

menangkap ikan, bertani, dan aktivitas lain yang bercorak tradisional tanpa
mempedulikan perkembangan zaman.42
Hal senada diungkapkan oleh Badlington dalam disertasinya
(1974) bahwa masyarakat Melayu belum dapat merubah dirinya sebelum
tahun 1959. Masyarakat melayu selalu dihalangi oleh kekangan-kekangan
budaya yang mendefinisikan menurut garis etnis. Orang bukan Melayu
telah bejaya memutuskan diri sama sekali dari pada kokongan tradisi yang
menghalang pembangunan ekonomi, akan tetapi masyarakat Melayu terus
terpengaruh oleh gerak budaya yang bertentangan. Badlington juga
menjelaskan bahwa pandangan orang Melayu tentang rezeki
mengakibatkan fatalisme (menyerah pada takdir) dan tidak ada usaha
untuk meraihnya.
Bagi Badlington, kaum-kaum lain di Singapura telah berubah
sedangkan orang melayu tinggal beku dan tinggal sejarah, dikekang oleh
nilai-nilai budaya mereka. Nilai-nilai yang dibincangkan oleh Badlington
terdiri hanya dari pada yang dianggapnya sebagai negative bagi kemajuan
orang Melayu. Nilai-nilai ini digambarkan sebagai cirri-ciri budaya yang
kekal dan diretifikasi secara abstrak dari pada konteks sosial dan
materialnya.43
Menanggapi isi dari pada desertasi Badlington, yang secara umum
memarginalkan kertepurukan ekonomi orang Melayu dilatarbelakangi oleh
adanya budata yang kaku dan katalis yang nota bene bersumber dari
syariat Islam berupa Al-Qur’an dan Hadist, perlu disanggah keabsahannya.
Justru sebenarnya penjelasan-penjelasan kemunduran Melayu bukan
semata-mata berasal dari sumber budaya Melayu yang juga melibatkan
tafsiran Al-Qur’an.44
Akan tetapi juga berasal dari diskriminasi dan perbedaan
kesempatan yang diberikan kepada orang Melayu dan etnis Cina pada awal

42
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 200.
43
Ibid., hlm. 201.
44
Ibid.
18

1970-an. Memang harus diakui bahwa mundurnya social budaya orang


Melayu dan minimnya semangat untuk bekerja, khususnya menyoroti
kaum wanitanya disebabkan masih dangkalnya pemikiran dan interfretasi
umat dalam memahami syariat. Khususnya tafsiran yang salah kaprah
terhadap Islam, dimana pada masa ini banyak sikap pasif terhadap agama
yang dilihat orang Melayu sebagai menjamin masa depan tanpa perlu
berusaha, cukup menyerah pada takdir dan usaha untuk mengembangkan
karir hidupnya, hanya dengan mencukupi biaya hidup dalam jangka
pendek.45
Bila diteliti pula tentang budaya Melayu yang ingin menjalin antara
etnis, biasanya perkawinan yang dianggap paling selaras adalah pekawinan
antara dua komponen yang berbeda suku namun masih dalam satu agama.
Perkawinan semacam ini dianggap selaras atau sekupu, karena antara dua
belah pihak masih memiliki satu visi dan misi, seiman dan seagama dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari.46
4. Politik
Mencermati akar persoalan yang sering muncul dikalangan
minoritas muslim, mengingat serangkaian konflik antara pihak minoritas
dengan mayoritas biasanya terletak pada tarik-menarik kepentingan di
tingkat politik. Umat Islam pada umumnya menyakini bahwa agama
mereka diturunkan oleh tuhan untuk mengatur kehidupan umat manusia
baik di tingkat individu maupun kolektif.47
Oleh sebab itu, umat Islam Singapura menginginkan agar pendirian
sebuah partai disesuaikan dengan kepentingan-kepetingan berdasarkan
keyakinan dan keimanan yang dipegangi bersama, yang di yakinin
memancarkan identitas, kesatuan, dan solidaritas kepada sesame muslim.
Ada dua partai politik yang berdasarkan etnis melayu yaitu
Persatuan Melayu Singapura dan Pertumbuhan Kebangsaan Melayu-

45
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 201.
46
Ibid.
47
Ibid., hlm. 202
19

Singapura. Namun dalam perjalanannya, kedua partai ini tidak


mendapatkan tempat dihati pemilih, temasuk dimayoritas Melayu-Muslim
sendiri. Partai yang berbasis agama dan etnis di Singapura tidak dapat
berkembang dengan baik, apalagi berharap menjadi pemenang. Selama ini,
hanya PAP lah partai politik utama masyarakat melayu Muslim
Singapura.48
Dalam konteks politik yang lebih luas, melayu Muslim belum
mendapatkan refresentasi politik sesuai dengan keinginan mereka. Sampai
saat ini, hanya satu anggota kabinet yang berasal dari kelompok Islam dan
amat minim yang bisa duduk di parlemen, akibat dari pemerataan
penduduk Melayu-Muslim dengan Cina sehingga sulit bagi muslim untuk
menjadi calon anggota legeslatif.49
Secara umum dapat dikatakan bahwa, dari sisi politik, Muslim
Singapura masih menyisakan persoalan. Namun demikian, dilihat dari
realitas yang terjadi di tengah masyarakat, isu politik boleh dikatakan tidak
terlalu menarik bagi mereka, karena mereka berada pada posisi minoritas.
Strategi perjuangan politis masih dianggap belum dapat membawa banyak
keuntungan bagi masa depan mereka.50

48
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 202-203.
49
Ibid., hlm 203
50
Ibid.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses Islamisasi terjadi terutama setelah Singapura menjadi pilihan
Raffles sebagai basis perdagangan Inggris di belahan timur. Singapura
kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan yang menarik minat
Muslim Melayu di sekitarnya dan juga pedagang-pedagang Muslim Arab dan
India untuk bermigran ke Singapura. Sejak itulah, awal abad 19, proses
pembentukan peradaban Islam di Singapura berlangsung sampai sekarang.
Dengan dimotori oleh migran Arab dan India, juga dukungan Muslim
Melayu, Islam berkembang di Singapura membangun citra dirinya. Seiring
dengan perjalan sejarahnya, komunitas Muslim memainkan peran dalam
perkembangan pembaharuan Islam di kawasan Asia Tenggara. Tercatat
penerbitan majalah dan buku yang memiliki muatan refomis dipublikasikan
dari Singapura.
Bersamaan dengan itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam
melaksanakan ajaran Islam, Muslim Singapura telah mendapatkan perhatian
dari pemerintah dengan sejumlah kelembagaan Muslimnya, yang dewasa ini
kita kenal seperti AMLA dan MUIS. Di bawah MUIS itulah dikoordinasikan
berbagai kelembagaan yang menunjang kelangsungan kehidupan umat Islam
Singapura.
Sebagai kelompok minoritas, tentu ada pilihan-pilihan nyata yang
dihadapi Muslim Singapura. Dalam hal ini nampaknya umat Islam Singapura
lebih mengambil sikap dan pilihan yang adaptasionis dan kerjasama ketimbang
melepaskan diri dari ikatan nasional Singapura.
B. Saran
Demikian pembahasan makalah yang kami susun, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

20
21

membangun sangat kami harapkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar


menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ghofur, Abd. Handout Mata Kuliah Study Islam Asia Tenggara. Pekanbaru: UIN
Suska Riau, 2006.
Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara. cet. 1, Pekanbaru: Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2014.
Hitami, Munzir. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekan Baru: Alaf Riau, 2006.
Masykuroh, Nihayatul. Islam Di Singapura. Banten: Media Karya Publishing,
2020.
May, Asmal dan Aripudin. Handout Mata Kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara.
Pekanbaru: UIN Suska Riau, 2006.
Nurbaiti. Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi di Asia Tenggara. cet. I, Depok:
Rajawali Pers, 2019.
Ridyasmara, Rizki. Singapura Basis Israel Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2005.
Saefullah, Asep. “Tumasik: Sejarah Awal Islam di Singapura (1200-1511 M).”
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016.
Shiddiqie, Sharon. Posisi Islam di Singapura. dalam Taufiq Abdullah dan Sharon
Shiddiqie (ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam diAsia Tenggra. Jakarta:
LP3ES, 1988.
Singapore Department of Statistics. Referensi yang sama juga dapat dilihat pada
http://en.wikipedia.org/wiki/Malays_in_Singapore, diakses pada tanggal
21 Oktober 2023.
Singapura 1999. Singapura: Ministry of Information and the Arts, 1999.
Suhaimi. Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara. Pekanbaru: Suska Perss UIN
Suska Riau, 2008.
Wahidin dan Arisman. Sosiohistoris Islam Asia Tenggara. Yogyakarta:
Kalimedia, 2021.
Weyland, Petra. “International Muslim Networks and Islam in Singapore” dalam
Journal SOJOURN, Social Issues in Southeast Asia, Vol 5 Number 2,
2013.

21

Anda mungkin juga menyukai