Feriyadi Revisi Siat 2
Feriyadi Revisi Siat 2
Dosen Pengampu :
Anggita, S.Hum., M.Pd
OLEH:
FERIYADI
NIM. 301.2020.007
Semester : V
Kelompok : 7
Feriyadi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Sejarah Negara Singapura..................................................................... 2
B. Masuk dan Berkembangnya Islam di Singapura.................................. 3
C. Islam Masa Kolonial............................................................................. 5
D. Lembaga dan Aktivis Keagamaan di Singapura................................... 9
E. Perkembangan Islam di Singapura Hingga Masa Kontemporer
..............................................................................................................
12
F. Problematika dan Posisi Melayu Muslim di Singapura
..............................................................................................................
15
BAB III PENUTUP.........................................................................................20
A. Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran.....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Republik Singapura adalah sebuah negara kota di Asia Tenggara yang
terletak di penghujung Semenanjung Malaysia, berbatasan dengan Johor
(Malaysia) dan Kepulauan Riau (Indonesia). Republik Singapura terletak 137
kilometer dari Khatulistiwa. Penduduknya terdiri dari berbagai ras dan
penganut berbagai macam agama. Penduduknya berjumlah 4.839.000 jiwa.
Mayoritas penduduk Singapura, yaitu 74.1% persen adalah China, dengan
minoritas suku Melayu, yaitu 13.4 % dari seluruh jumlah penduduk.
Berikutnya disusul oleh India 9,2%, Pakistan, Arab, dan lain-lain berjumlah
3.3.%. Muslim hanya berjumlah lebih kurang 15% dari seluruh jumlah
penduduk, yang mana sekitar 13.4% di antara yang memeluk Islam itu adalah
etnis Melayu, dan lainnya berasal dari Pakistan, India, dan Arab. 1 Sisanya
terdiri dari 61% penganut Budha, Taoism, dan Confusionism (Kong Hu Cu);
14,6% Kristen; 4% Hindu, dan lain-lain sisanya. Sebagian besar etnis Melayu
menganut mazhab Sunni. Muslim yang berasal dari Timur Tengah dan Afrika
menganut mazhab Maliki, Muslim India dan Turki menganut mazhab Hanafi,
sementara Muslim Saudi Arabia menganut mazhab Hambali.2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana Sejarah Negara Sinapura?
2. Bagaimana Masuk dan Berkembangnya Islam di Singapura?
3. Bagaimana Islam Masa Kolonial di Singapura?
4. Bagaimana Lembaga dan Aktivis Keagamaan di Singapura
5. Bagaimana Perkembangan Islam di Singapur hingga Masa Kontemporer?
6. Bagaimana Problematika dan Posisi Melayu Muslim di Singapura?
1
Singapore Department of Statistics. Referensi yang sama juga dapat dilihat pada
http://en.wikipedia.org/wiki/Malays_in_Singapore, diakses pada tanggal 21 Oktober 2023
2
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, cet. 1, Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2014. hlm. 188.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Negara Singapura
Asal-usul nama Singapura semula bernama Temasik, Tumasik (Jawa),
Tamasek (Cina), sebagai mana dijelaskan dalam kitab Tufat al-Nafis di mana
saat itu sultan Singapura di pimpin oleh Sultan Husein Syah (1819). Ada versi
lain, nama asal Singapura, ini muncul ketika pangeran dari Sumatra bernama
Sang Nila Utama singgah di pulau ini tahun 1299 dan menemukan seekor
binatang mirib singa, sehingga pulau ini di sebut Lion City (Kota Singa). Nila
Utama dan rombongan menetap dan membangun wilayah baru tersebut seta
menamai wilayah itu dengan nama “Singapura”. Ada versi lain bahwa nama
Singapura itu adalah dari kata singgah dan pura berarti (Kota), jadi Singapura
Kota Singapura, pada akhir abad ke 14 simgapura menjadi bagian wilayah
kekuasaan Malaka. Sebab Singapura ini di kuasai oleh Parameswara dan
selanjutnya di serahkan ke Majapahit. Akibatnya Parameswara tersingkir ke
Malaka dan mendirikan kerajaan Islam Malaka. Dan Singapura menjadi bagian
kekuasaan sultan Malaka. Kerajaan Malaka ini banyak bergaul dan
berhubungan dengan pedagang muslim, khususnya yang dating dari
Bandarbandar di Sumatra dan akhirnya Pameswara pun memeluk islam dan
bergelar Sultan Iskandar Shah. para pedagang dari penjuru manapun suka
singgah di sana.3
Pada tahun 1819, SirThomas Stamford Raffles berhasil mendarat di
sebuah pulau yang di sana terdapat orang-orang melayu islam dan sekumpulan
orang-orang laut yang berdiam di semenanjung tanah melayu. Sebagai wakil
syariat India timur Inggris, Raffles mengadakan perjanjian dengan tokoh
masyarakat setempat, Temanggung Daing Abdul Rahman, untuk sebuah pusat
perdagangan di Singapura.4
3
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 198.
4
Ibid.
2
3
Dalam kurun waktu sekejab, pulau ini di singgahi banyak kapal yang
ingin berdagang, bahkan banyak kapal-kapal dari bangsa lain yang berdatangan
seperti pedagang dari Arab, Gujarat, Parsi, Benggali, Pegu, Siam dan China
untuk mengadu nasib. Dalam kurun waktu yang cukup lama, melalui proses
dari waktu kewaktu sehingga mencapai kegemilangan dan kejayaan.5
Negara Singapura adalah Negara kota, berdiri pada tanggal 9 Agustus
1965 atau keluar dari Negara federasi Malaysia. Negara ini menganut paham
“Secular Moderen” dimana pemerintah bersikap netral terhadap semua agama
dam ras. Etnis melayu musliam berlatar belakang dari pesisir Malaiysia, Jawa,
Bugis, Bawean. Selain ada juga dari muslim India, Cina, Pakistan dan Arab.
Penduduk Mayoritas Cina 77%, Melayu 15%, (Kurang lebih 376.000 jiwa) dari
4 juta lebih; India 6% dan lain-lain. Melayu muslim kebanyakan hidup dengan
standar ekonomi lebih rendah di bandingkan dengan non- Melayu, termasuk
tertingal di bidang pendidikan sosial ekonomi dan politik. Tahun 1980 hanya
terdapat 679 orang yang lulus sarjana.
Singapura adalah sebuah Negara Republik dengan system pemerintahan
parlementer. Dalam UUD Negara ini terdiri dari Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif. Presiden adalah sebagai kepala Negara, tetapi tidak memiliki
kekuatan politik. Sedangkan perdana Menteri adalah pemimpin kabinet dan
adminitrasi pemerintahan sehingga otomatis kekuatan politik di pegang penuh
oleh perdana Mentri.6
B. Masuk Dan Berkembangnya Islam Di Singapura
Saefullah menyatakan, pada awal masuknya Islam ke Singapura,
wilayah tersebut mempunyai nama Tumasik, Kedah, atau kota laut. Kota ini
terletak di bagian semenanjung Melayu dan merupakan bagian dari Nusantara.
Islam masuk ke Singapura diperkirakan sejak awal masuknya perdagangan
internasional di wilayah semenanjung Malaya, yaitu pada abad 10–14 Masehi.7
5
Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, Pekanbaru: Suska Perss UIN Suska
Riau, 2008, hlm. 172.
6
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 199.
7
Asep Saefullah. “Tumasik: Sejarah Awal Islam di Singapura (1200-1511 M).” Jurnal
Lektur Keagamaan, 14, 2 (2016): hlm. 419.
4
8
Nurbaiti, Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi di Asia Tenggara, cet. I, Depok:
Rajawali Pers, 2019, hlm. 85.
9
Munzir Hitami. Sejarah Islam Asia Tenggara, Pekan Baru: Alaf Riau, 2006. hlm. 32.
10
Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, Pekanbaru: Suska Perss UIN Suska
Riau, 2008, hlm. 173.
5
18
Sharon Shiddiqie, Posisi Islam di Singapura, dalam Taufiq Abdullah dan Sharon
Shiddiqie (ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam diAsia Tenggra, (Jakarta: LP3ES, 1988), hlm. 389.
19
Petra Weyland, “International Muslim Networks and Islam in Singapore” dalam
Journal SOJOURN, Social Issues in Southeast Asia, Vol 5 Number 2, 2013.
20
Dikutip oleh Petra Weyland “International Muslim Networks and Islam in Singapore”
dari Wright dan Cartwright, 1908, hlm. 707.
9
21
Helmiati, Sejarah Islam Asia Tenggara, cet. 1, Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 2014. hlm. 196.
22
Nihayatul Masykuroh, Islam Di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, 2020.
hlm. 60.
10
25
Nihayatul Masykuroh, Islam Di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, 2020.
hlm. 72-73
26
Ibid., hlm. 73
27
Ibid.
12
28
Nihayatul Masykuroh, Islam Di Singapura, Banten: Media Karya Publishing, 2020.
hlm. 78.
29
Ibid.
30
Suhaimi, Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara, Pekanbaru: Suska Perss UIN Suska
Riau, 2008, hlm. 214.
13
39
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 200.
40
Ibid.
41
Ibid.
17
menangkap ikan, bertani, dan aktivitas lain yang bercorak tradisional tanpa
mempedulikan perkembangan zaman.42
Hal senada diungkapkan oleh Badlington dalam disertasinya
(1974) bahwa masyarakat Melayu belum dapat merubah dirinya sebelum
tahun 1959. Masyarakat melayu selalu dihalangi oleh kekangan-kekangan
budaya yang mendefinisikan menurut garis etnis. Orang bukan Melayu
telah bejaya memutuskan diri sama sekali dari pada kokongan tradisi yang
menghalang pembangunan ekonomi, akan tetapi masyarakat Melayu terus
terpengaruh oleh gerak budaya yang bertentangan. Badlington juga
menjelaskan bahwa pandangan orang Melayu tentang rezeki
mengakibatkan fatalisme (menyerah pada takdir) dan tidak ada usaha
untuk meraihnya.
Bagi Badlington, kaum-kaum lain di Singapura telah berubah
sedangkan orang melayu tinggal beku dan tinggal sejarah, dikekang oleh
nilai-nilai budaya mereka. Nilai-nilai yang dibincangkan oleh Badlington
terdiri hanya dari pada yang dianggapnya sebagai negative bagi kemajuan
orang Melayu. Nilai-nilai ini digambarkan sebagai cirri-ciri budaya yang
kekal dan diretifikasi secara abstrak dari pada konteks sosial dan
materialnya.43
Menanggapi isi dari pada desertasi Badlington, yang secara umum
memarginalkan kertepurukan ekonomi orang Melayu dilatarbelakangi oleh
adanya budata yang kaku dan katalis yang nota bene bersumber dari
syariat Islam berupa Al-Qur’an dan Hadist, perlu disanggah keabsahannya.
Justru sebenarnya penjelasan-penjelasan kemunduran Melayu bukan
semata-mata berasal dari sumber budaya Melayu yang juga melibatkan
tafsiran Al-Qur’an.44
Akan tetapi juga berasal dari diskriminasi dan perbedaan
kesempatan yang diberikan kepada orang Melayu dan etnis Cina pada awal
42
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 200.
43
Ibid., hlm. 201.
44
Ibid.
18
45
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 201.
46
Ibid.
47
Ibid., hlm. 202
19
48
Wahidin dan Arisman, Sosiohistoris Islam Asia Tenggara, Yogyakarta: Kalimedia,
2021. hlm. 202-203.
49
Ibid., hlm 203
50
Ibid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses Islamisasi terjadi terutama setelah Singapura menjadi pilihan
Raffles sebagai basis perdagangan Inggris di belahan timur. Singapura
kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan yang menarik minat
Muslim Melayu di sekitarnya dan juga pedagang-pedagang Muslim Arab dan
India untuk bermigran ke Singapura. Sejak itulah, awal abad 19, proses
pembentukan peradaban Islam di Singapura berlangsung sampai sekarang.
Dengan dimotori oleh migran Arab dan India, juga dukungan Muslim
Melayu, Islam berkembang di Singapura membangun citra dirinya. Seiring
dengan perjalan sejarahnya, komunitas Muslim memainkan peran dalam
perkembangan pembaharuan Islam di kawasan Asia Tenggara. Tercatat
penerbitan majalah dan buku yang memiliki muatan refomis dipublikasikan
dari Singapura.
Bersamaan dengan itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam
melaksanakan ajaran Islam, Muslim Singapura telah mendapatkan perhatian
dari pemerintah dengan sejumlah kelembagaan Muslimnya, yang dewasa ini
kita kenal seperti AMLA dan MUIS. Di bawah MUIS itulah dikoordinasikan
berbagai kelembagaan yang menunjang kelangsungan kehidupan umat Islam
Singapura.
Sebagai kelompok minoritas, tentu ada pilihan-pilihan nyata yang
dihadapi Muslim Singapura. Dalam hal ini nampaknya umat Islam Singapura
lebih mengambil sikap dan pilihan yang adaptasionis dan kerjasama ketimbang
melepaskan diri dari ikatan nasional Singapura.
B. Saran
Demikian pembahasan makalah yang kami susun, semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
20
21
Ghofur, Abd. Handout Mata Kuliah Study Islam Asia Tenggara. Pekanbaru: UIN
Suska Riau, 2006.
Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara. cet. 1, Pekanbaru: Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2014.
Hitami, Munzir. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekan Baru: Alaf Riau, 2006.
Masykuroh, Nihayatul. Islam Di Singapura. Banten: Media Karya Publishing,
2020.
May, Asmal dan Aripudin. Handout Mata Kuliah Sejarah Islam Asia Tenggara.
Pekanbaru: UIN Suska Riau, 2006.
Nurbaiti. Pendidikan Islam Pada Awal Islamisasi di Asia Tenggara. cet. I, Depok:
Rajawali Pers, 2019.
Ridyasmara, Rizki. Singapura Basis Israel Asia Tenggara. Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2005.
Saefullah, Asep. “Tumasik: Sejarah Awal Islam di Singapura (1200-1511 M).”
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 2, 2016.
Shiddiqie, Sharon. Posisi Islam di Singapura. dalam Taufiq Abdullah dan Sharon
Shiddiqie (ed.), Tradisi dan Kebangkitan Islam diAsia Tenggra. Jakarta:
LP3ES, 1988.
Singapore Department of Statistics. Referensi yang sama juga dapat dilihat pada
http://en.wikipedia.org/wiki/Malays_in_Singapore, diakses pada tanggal
21 Oktober 2023.
Singapura 1999. Singapura: Ministry of Information and the Arts, 1999.
Suhaimi. Cahaya Islam di Ufuk Asia Tenggara. Pekanbaru: Suska Perss UIN
Suska Riau, 2008.
Wahidin dan Arisman. Sosiohistoris Islam Asia Tenggara. Yogyakarta:
Kalimedia, 2021.
Weyland, Petra. “International Muslim Networks and Islam in Singapore” dalam
Journal SOJOURN, Social Issues in Southeast Asia, Vol 5 Number 2,
2013.
21