Anda di halaman 1dari 4

khtiar bangkit dari futur

Pertama: Memohon pertolongan dan petunjuk dari


Allah
Maka dari itu, kita mesti menyadari bahwa hal
yang pertama dan utama sekali kita lakukan
tatkala futur melanda adalah berdoa memohon
pertolongan kepada Allah agar diberikan
hidayah. Inilah makna bahwa hidayah memang
harus dijemput dengan doa.
Karena semestinya segala urusan yang kita
ikhtiarkan sepatutnya kita gantungkan pada
pertolongan dari Allah Ta’ala sebagaimana doa
zikir pagi yang diajarkan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam kepada Fatimah radhiyallahu
‘anha berikut,
‫ َو َأْص ِلْح ِلْي َش ْأِنْي ُك َّلُه َو َال َت ِك ْلِنْي‬، ‫َي ا َح ُّي َي ا َقُّيْو ُم ِبَر ْح َم ِتَك َأْس َت ِغ ْي ُث‬
‫ِإَلى َن ْف ِس ْي َط ْر َفَة َع ْي ٍن َأَب ًد ا‬
“Wahai Rabb Yang Mahahidup, wahai Rabb Yang
Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu),
dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan,
perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan
kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat
pertolongan dari-Mu).” (HR. Ibnu As-Sunni no.
46)
Sungguh paripurna syariat yang dibawa oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam ini. Kita
pun diajarkan bagaimana berdoa memohon
pertolongan kepada Allah agar diberikan
petunjuk dan hidayah sebagaimana doa yang
tersurat dalam Al-Qur’an.
Allah Ta’ala berfirman,
‫َر َّب َن ا آِتَن ا ِم ْن َلُد ْن َك َر ْح َم ًة َو َه ِّيْئ َلَن ا ِم ْن َأْم ِر َن ا َر َش ًد ا‬
“Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada
kami dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah bagi kami
petunjuk yang lurus dalam urusan kami.” (QS. Al
Kahfi: 10)
Kedua: Berupaya semaksimal mungkin istikamah dalam
kebaikan
Setelah berdoa dan memantapkan niat, kita
pun berikhtiar untuk selalu istikamah dalam
mempertahankan keimanan dan ketakwaan
kita. Meski futur melanda, setidaknya untuk
amalan (ibadah) wajib, kita tidak tinggalkan
seberat apapun itu. Begitu pula terhadap
kemaksiatan, kita tidak lakukan semenarik
apapun itu.
Sungguh berarti nasihat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam,
‫ وخالِق الَّن اَس‬، ‫ وأتبِع الَّسِّيئَة الحسنَة تمُحها‬، ‫اَّت ِق َهَّللا حيُث ما كنَت‬
‫بخلٍق حسٍن‬
”Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
di mana pun engkau berada. Iringilah kejelekan itu
dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan
menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah
manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR.
Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar Al-
Ghifari radhiyallahu ‘anhu)
Ketiga: Merutinkan dzikrullah di setiap waktu
Melakukan amalan ringan, tetapi
timbangannya berat, yaitu zikrullah. Saat futur
melanda, amalan sunah yang paling mudah
dilakukan adalah zikrullah. Karena berzikir
tidak membutuhkan energi fisik, kecuali
gerakan mulut yang melantunkan kalimat-
kalimat Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
‫َفٱْذ ُك ُروِنٓى َأْذ ُك ْر ُك ْم َو ٱْشُك ُرو۟ا ِلى َو اَل َت ْك ُفُروِن‬
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-
Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-
Ku”. (QS. Al-Baqarah: 152)
Saudaraku, saat futur melanda, tidak ada yang
kita butuhkan selain Allah Ta’ala. Oleh karena
itu, yang kita butuhkan adalah bagaimana agar
Allah Ta’ala ingat dengan kita lagi. Tidak ada
cara lain agar mendapatkan perhatian Allah
selain zikrullah.
Maka, biasakanlah untuk berzikir sebagaimana
yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam. Berzikir dalam setiap aktivitas, mulai
dari bangun pagi dengan membaca zikir dan
doa, salat fajr dengan rawatib-nya, zikir pagi,
dan berbagai amalan zikir sesuai sunah dalam
setiap kegiatan yang kita lakukan.

Anda mungkin juga menyukai