Allah Maka dari itu, kita mesti menyadari bahwa hal yang pertama dan utama sekali kita lakukan tatkala futur melanda adalah berdoa memohon pertolongan kepada Allah agar diberikan hidayah. Inilah makna bahwa hidayah memang harus dijemput dengan doa. Karena semestinya segala urusan yang kita ikhtiarkan sepatutnya kita gantungkan pada pertolongan dari Allah Ta’ala sebagaimana doa zikir pagi yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Fatimah radhiyallahu ‘anha berikut, َو َأْص ِلْح ِلْي َش ْأِنْي ُك َّلُه َو َال َت ِك ْلِنْي، َي ا َح ُّي َي ا َقُّيْو ُم ِبَر ْح َم ِتَك َأْس َت ِغ ْي ُث ِإَلى َن ْف ِس ْي َط ْر َفَة َع ْي ٍن َأَب ًد ا “Wahai Rabb Yang Mahahidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dari-Mu).” (HR. Ibnu As-Sunni no. 46) Sungguh paripurna syariat yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam ini. Kita pun diajarkan bagaimana berdoa memohon pertolongan kepada Allah agar diberikan petunjuk dan hidayah sebagaimana doa yang tersurat dalam Al-Qur’an. Allah Ta’ala berfirman, َر َّب َن ا آِتَن ا ِم ْن َلُد ْن َك َر ْح َم ًة َو َه ِّيْئ َلَن ا ِم ْن َأْم ِر َن ا َر َش ًد ا “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami.” (QS. Al Kahfi: 10) Kedua: Berupaya semaksimal mungkin istikamah dalam kebaikan Setelah berdoa dan memantapkan niat, kita pun berikhtiar untuk selalu istikamah dalam mempertahankan keimanan dan ketakwaan kita. Meski futur melanda, setidaknya untuk amalan (ibadah) wajib, kita tidak tinggalkan seberat apapun itu. Begitu pula terhadap kemaksiatan, kita tidak lakukan semenarik apapun itu. Sungguh berarti nasihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, وخالِق الَّن اَس، وأتبِع الَّسِّيئَة الحسنَة تمُحها، اَّت ِق َهَّللا حيُث ما كنَت بخلٍق حسٍن ”Bertakwalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di mana pun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.” (HR. Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar Al- Ghifari radhiyallahu ‘anhu) Ketiga: Merutinkan dzikrullah di setiap waktu Melakukan amalan ringan, tetapi timbangannya berat, yaitu zikrullah. Saat futur melanda, amalan sunah yang paling mudah dilakukan adalah zikrullah. Karena berzikir tidak membutuhkan energi fisik, kecuali gerakan mulut yang melantunkan kalimat- kalimat Allah. Allah Ta’ala berfirman, َفٱْذ ُك ُروِنٓى َأْذ ُك ْر ُك ْم َو ٱْشُك ُرو۟ا ِلى َو اَل َت ْك ُفُروِن “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada- Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)- Ku”. (QS. Al-Baqarah: 152) Saudaraku, saat futur melanda, tidak ada yang kita butuhkan selain Allah Ta’ala. Oleh karena itu, yang kita butuhkan adalah bagaimana agar Allah Ta’ala ingat dengan kita lagi. Tidak ada cara lain agar mendapatkan perhatian Allah selain zikrullah. Maka, biasakanlah untuk berzikir sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Berzikir dalam setiap aktivitas, mulai dari bangun pagi dengan membaca zikir dan doa, salat fajr dengan rawatib-nya, zikir pagi, dan berbagai amalan zikir sesuai sunah dalam setiap kegiatan yang kita lakukan.