Anda di halaman 1dari 16

KASUS

PERSELISIHAN
PERUSAHAAN KFC
Kelompok 1
ANGGOTA KELOMPOK :
Ria Khansa 141190026
Satriyo Hemastyo 141200331
Imelda Stevani 141210006
Antonius Bagus P 141210007
M Cahya Yudin 141210012
Luthfia Dwi Listyaningrum 141210013
1. LATAR BELAKANG

Pada april 2020 50 pekerja KFC mendatangi


kantor Kementrian Ketenagakerjaan Jakarta
Selatan dan melakukan protes mengenai
pemotongan upah sebesar 30 persen yang
dilakukan sejak April 2020.
2. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana kasus yang terjadi antara


perusahaan KFC dengan pekerja?
Bagaimana analisis hubungan industrial secara
tripartite?
Bagaimana solusi yang dapat diberikan untuk
mengatasi permasalahan ini?
3. TEORI
Istilah – istilah umum berdasarkan UU Ketenagakerjaan
No.
13 tahun 2003 (“UU 13/2003”)

1. Pemberi Kerja
Adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum,
atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
kerja dengan membayarupah atau imbalan dalam bentuk
lain
3. TEORI

2. Pengusaha
Adalah Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri Orang perseorangan,
persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri
menjalankan perusahaan bukan miiknya; Orang perseorangan,
persekutuan, atau badan hukum yang berada diIndonesia mewakili
perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf (i dan (ii) yang
berkedudukan di luar wilayah Indonesia. Pada kasus kami, pengusaha
adalah pemilik KFC.
3. Perusahaan
Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta
maupun milik negarayang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
upah atau imbalam dalam bentuk lain; Usaha-usaha social dan usaha-usaha
lain yang mempunyai pengurus danmempekerjakan orang lain dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. pada kasus kami,
Perusahaan adalah Kfc.
Hukum yang membahas tentang pemotongan gaji karyawan.

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal


96-97.
UU tersebut mengatur tentang pemotongan gaji karyawan untuk
kepentingan tertentu seperti pembayaran pajak, iuran asuransi, dan
pembayaran utang kepada perusahaan. Pemotongan gaji harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam undang-undang dan
peraturan perusahaan yang berlaku.
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal
96 ayat (2).
UU tersebut menyatakan bahwa pemotongan gaji karyawan hanya
dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara pengusaha dan pekerja atau
serikat pekerja yang sah. Jadi, setiap pemotongan gaji harus didasarkan
pada persetujuan kedua belah pihak, kecuali jika diatur dalam peraturan
perUndang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
mengatur syarat-syarat untuk pengusaha dalam melakukan pemotongan gaji
karyawan
Beberapa syarat yang diatur antara lain:

1.Pemotongan gaji harus didasarkan pada kesepakatan antara pengusaha dan pekerja atau serikat
pekerja yang sah.
2.Pemotongan gaji harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.Pemotongan gaji tidak boleh dilakukan lebih dari 50% dari gaji yang seharusnya diterima oleh
pekerja.
4.Pemotongan gaji harus dilakukan dengan pemberitahuan tertulis kepada pekerja atau serikat
pekerja yang sah setidaknya 7 hari sebelumnya, kecuali dalam keadaan darurat.
5. Pemotongan gaji harus dilakukan secara proporsional dengan kebutuhan dan kemampuan
ekonomi pekerja.
Jadi, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 memberikan ketentuan yang jelas mengenai syarat-
syarat yang harus dipenuhi oleh pengusaha dalam melakukan pemotongan gaji karyawan.
Upaya Hukum
Jika terjadi perselisihan hak antara pengusaha dengan pekerja, keduanya harus terlebih dahulu
menempuh upaya hukum berupa perundingan bipartit, yaitu perundingan antara pekerja atau serikat
pekerja dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, secara musyawarah
untuk mencapai mufakat.

Kemudian, jika tidak mencapai kesepakatan, salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan
perselisihannya kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan, dengan
melampirkan bukti bahwa upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit telah dilakukan.

Setelah itu, kedua belah pihak menempuh penyelesaian melalui mediasi. Dalam hal penyelesaian
melalui mediasi tidak mencapai kesepakatan, maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan kepada
Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan negeri setempat.
4. PEMBAHASAN

Kasus yang kami pilih adalah “Konflik KFC dan Pegawai


Akibat 30 Persen Upah Dipangkas, Begini Duduk Perkaranya”
mencerminkan situasi yang melibatkan konflik antara
perusahaan Kentucky Fried Chicken (KFC) dan sebagian
pegawainya yang tergabung dalam Solidaritas Perjuangan
Buruh Indonesia (SPBI) terkait pemotongan upah sebesar 30
persen yang dilakukan oleh perusahaan sejak April 2020.
4. PEMBAHASAN

Analisis tripartit hubungan industrial :


Pemerintah : melakukan audiensi untuk memediasi konflik
antara perusahaan dan serikat pekerja.
KFC : Perusahaan menyatakan bahwa kebijakan
pemotongan upah sebesar 30 persen telah disepakati
dengan serikat pekerja (SPFFI)
Serikat Pekerja : mengajukan tuntutan kepada
perusahaan, termasuk pembayaran upah
4. PEMBAHASAN

Mediasi pemerintah diperlukan untuk menyelesaikan konflik tersebut


secara adil dan sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku.
Analisis tripartit hubungan industrial dalam kasus ini menunjukkan
perlunya dialog dan negosiasi antara ketiga pihak untuk mencapai
solusi yang adil dan berkelanjutan. Perusahaan perlu memperhatikan
aspirasi dan hak-hak pekerja yang diwakili oleh serikat pekerja,
sementara pemerintah memiliki peran untuk mengawasi agar ketentuan
ketenagakerjaan dipatuhi dan menengahi konflik ketika terjadi.
5. REKOMENDASI

Dari kasus KFC yang telah disampaikan oleh kelompok


kami, kami mempunyai rekomendasi langkah yang
sebaiknya diambil oleh KFC yaitu :
Komunikasi Terbuka
Membangun Hubungan Jangka Panjang
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai