Anda di halaman 1dari 22

RESUME

MK : DESAIN PEMBELAJARAN

Tentang

“JURNAL TENTANG DESAIN PEMBELAJARAN BERIKUT


CONTOHNYA”

Dosen Pengampu : Muhamad Marwazi, M. Pd

Disusun oleh :
ELI SETIAWATI ( 202200426045 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)


FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
PALAPA NUSANTARA LOMBOK TIMUR – NTB
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan fatamorgana dan mahligai
yang indah dipandang mata hijau renum nya pepohonan biru putih langit dan awan tinggi
rendah nya gelombang dilautan seolah-olah mengucapkan pujian syukur sang pencipta alam
dan insan. Dan tak lupa pula shalawat berangkaikan salam marilah kita hadiahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, semoga dengan bershalawat kepadanya kita
mendapatkan syafaat nya diakhir kelak amiin.

Kami selaku penulis memahami dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu kami berharap kepada para pembaca dapat memberikan kritik yang
membangun demi kesempurnaaan pada makalah ini. Akhirnya kami ucapkan terima kasih
semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Desain Pembelajaran.................................................................... 2


2. Macam-Macam Model Desain Pembelajaran................................................ 3
3. Manfaat Menyusun Desain Pembelajaran Bagi Guru.................................. 5
4. Karakteristik Desain Pembelajaran ............................................................... 5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................... 6
B. Saran .................................................................................................................. 6

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua tentu menyadari bahwa suatu pembelajaran yang tidak didesain secara
sistematis tidak dapat memperoleh hasil yang maksimal. Sebaliknya, keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran sangat bergantung pada sejauh mana pembelajaran itu
didesain atau direncanakan. Namun, tidak semua dapat berkesempatan untuk
melakukannya, mungkin karena banyaknya pekerjaan sampingan yang dilakukan
selain menjalanakan tugas sebagai guru atau dosen, mungkin juga tidak memiliki
pengetahuan yang memadai untuk mendesain pembelajaran secara sistematis, atau
mungkin menganggap bahwa pembelajaran yang hendak dilakukan sudah dapat
dikuasai sehingga merasa tidak perlu didesain atau direncanakan.

Anggapan seperti itu berimbas pada kepercayaan diri sebagian pendidik untuk
berani melaksanakan pembelajaran tanpa bermodalkan rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP), silabus, bahkan sumber-sumber yang memadai. Akibatnya,
pembelajaran cenderung dilaksanakan dengan menggunakan metode langsung atau
ceramah yang sering tidak terkontrol, baik dengan kaitannya dengan penggunaan
waktu maupun pemberian materi yang terkada-kadang tanpa arah yang jelas. Disinilah
desain pembelajaran diperlukan sehingga pembelajaran yang dilakukan dapat
mencapai efektivitas dan efisiensi. Supaya tidak terjadi kekeliruan terhadap
pembelajaran yang dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian desain pembelajaran?
2. Apa saja macam-macam model desain pembelajaran?
3. Apa manfaat menyusun desain pembelajaran bagi guru?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian desain pembelajaran.
2. Untuk mengetahui macam-macam model desain pembelajaran.
3. Untuk mengetahui manfaat menyusun desain pembelajaran bagi guru.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Desain Pembelajaran


Sebelum kita mengkaji tentang pengertian desain pembelajaran, kita harus
mengetahui terlebih dahulu pengertian dari pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan menjadikan orang untuk belajar. Orang yang
belajar tersebut disebut pembelajar. Kemudian, belajar sendiri berarti berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, latihan, atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Jadi, pada hakikatnya pembelajaran adalah proses menjadikan orang
agar mau belajar dan mampu belajar melalui berbagi pengalamannya agar tingkah
lakunya dapat berubah menjadi lebih baik lagi. Kemudian kata desain berasal dari
bahasa Inggris, yaitu design. Dalam KBBI kata desain diartikan sebagai bentuk,
rancangan, motif, pola, serta corak. 1
Jadi desain pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis untuk
memecahkan masalah pembelajaran dengan menggunakan rancangan sehingga mudah
dalam pelaksana pembelajaran.
Desain pembelajaran juga merupakan rancangan yang di dalamnya berbentuk
rangkaian prosedur sistematis mencakup seluruh proses pembelajaran dari awal
sampai akhir dengan mengkolaborasikan teori, model, dan media pembelajaran sesuai
materi sehingga menghasilkan perangkat pembelajaran.2

Definsi desain pembelajaran dari Training and Instructional Design Applied


Research Laboratory, Penn State University mengatakan bahwa definisi desain
pembelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif.
a. Desain pembelajaran sebagai suatu proses adalah pengembangan sistematik
tentang spesifikasi pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan
pembelajaran untuk mencapai kualitas pembelajaran. Dari definisi tersebut
desain pembelajaran dipandang sebagai keseluruhan proses analisis terhadap
kebutuhan belajar, tujuan, dan pengembangan sistem penyampaian untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.

1
Novan Ardy Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 19-
22
2
Maulana Arafat Lubis dan Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik SD/MI ( Implementasi Kurrikulum
2013 Berbasis Hots), ( DI. Yogyakrta: Samudra Biru, 2019), hlm. 104

2
b. Desain pembelajaran sebagai suatu disiplin adalah cabang ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan penelitian dan teori tentang strategi
pembelajarandan proses untuk mengembangkan dan implementasi strategi-
strategi tersebut.
c. Desain pembelajaran sebagai suatu sains adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana menciptakan.
d. Desain pembelajaran sebagai suatu realitas dapat dimulai dari titik mana sja
dalam proses desain. Sering muncul suatu pandangan baru yan dikembangkan
menjadi inti dari suatu situasi pembelajaran. Pada saat seeluruh proses telah
dilakukan, perancang pembelajaran mengakaji lebih dalam dengan melihat
seluruh bagian dari ilmu pengetahuan telah diperhitungkan. 3

2. Macam-Macam Model Desain Pembelajaran


a. ADDIE
Model desain pembelajaran ini dalam tahap analisis, guru
mencari tahu apa yang harus dibutuhkan peserta didik dalam belajar,
sehingga apa yang ingin dicapai oleh peserta didik dapat terpenuhi
misalnya: bahan ajar, media, atau strategi pembelajaran. Kemudian
tahap desain, guru merancang dan membuat bahan, media, atau strategi
pembelajaran dari hasil pemecahan masalah yang sudah dianalisis pada
tahap awal. Selanjutnya pada tahap implementasi, guru menerapkan hasil
desain untuk mengetahui peningkatan hasil belajar maupun keefektifan
setelah digunakannya bahan ajar, media, dan strategi. Desain
pembelajaran model ADDIE ini bisa diterapkan dalam pembelajaran
tematik di SD/MI.

b. ASSURE ( Analyze learner, State objectives, Select methods media or


material, Utilize media and material, Require learner’s participation
and Evaluate and review)
Model ini lebih memfokuskan penggunaan media dalam
pembelajaran.
Adapun kelebihan model ini adalah
3
Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan Dengan Kurikulum 2013,
( Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 5

3
1) Model ini dapat direncanakan dan diimplementasikan dalam
waktuyang relative singkat.
2) Komponen cukup lengkap untuk mendesain pelaksanaan
pembelajaran.
3) Peserta didik dilibatkan aktif dalam proses pembelajaran.
4) Sangat sesuai bila digunakan dalam proses pembelajaran di
sekolah.

Adapun kelamahan dari model ini yaitu:


1) Untuk mengembangkan peran peserta didik perlu upaya
yang dilakukan secara khusus.
2) Adanya penambahan tugas dari guru.

c. Model Dick and Carey


Desain pembelajaran model Dick and Carey merupakan suatu
proses dalam mendesain pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan mengatasi masalah rencana pembelajaran,
metode, dan evaluasi yang tersusun secara analisis sistematik dengan
kondisi belajar yang ada.4

d. DSI-PK ( Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian


Kompetensi)
Model DSI-PK adalah model desain yang sederhana dengan
tahapan yang jelas dan bersifat praktis. Hal ini sesuia dengan
kebutuhan responden yang menginginkan suatau model yang mudah
dicerna. Dalam model ini rancangan pembelajaran bukan hanya
menyangkut rancangan kompetensi akademis sesuai dengan standar isi
kurikulum melainkan juga merancang kompetensi non-akademis yaitu
kompetensi sesuai dengan tuntutan dan kondisi daerah di mana siswa
tinggal.5

4
Maulana Arafat Lubis dan Nashran Azizan,. Op. Cit., hlm. 105-109
5
Andi Pratowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP) Tematik Terpadu, ( Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), hlm. 31

4
3. Manfaat Menyusun Desain Pembelajaran Bagi Guru
Mendesain rencana pembelajaran bagi guru amatlah penting demi tercapainya
tujuan yang diharapkan, maka dari itu ada suatu yang bermanfaat bagi guru jika
mampu nebyusun desain pembelajaran khususnya pada pembelajaran tematik SD/
MI sebagai berikut:
1) Proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara berurutan.
2) Tersusunnya rencana yang ingin dicapai.
3) Pembelajaran menjadi efektif dan efisien.
4) Proses pembelajaran akan lebih baik.

4. Karakteristik Desain Pembelajaran


Mendesain pembelajaran bukanlah suatau pekerjaan yang dilakukan secara tiba-
tiba, bukan pula suatu perencanaan tanpa prosedur sistematis, melainkan harus merujuk
pada model-model desain yang memiliki karakteristik yang jelas. Karakteristik tersebut
ada enam yaitu:
1) Student centered ( berorientasi pada peserta didik)
2) Goal oriented ( berorientasi pada tujuan)
3) Focuses on meaningful ( terfokus pada pengembangan dan peningkatan
kinerja)
4) Assumes outcomes can be measured in a reliable and valid way ( hasil belajar
dapat diukur dengan cara yang valid dan terpercaya)
5) Empirical, iteratif, and self correction ( empiris, berulang, dapat dikoreksi
sendiri)
6) A team effort ( usaha yang dilakukan secara bersama)6

6
Trianto, Desain Pengembangan pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia
Kelas Awal SD/MI, ( Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 12
5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Desain pembelajaran juga merupakan rancangan yang di dalamnya berbentuk
rangkaian prosedur sistematis mencakup seluruh proses pembelajaran dari awal
sampai akhir dengan mengkolaborasikan teori, model, dan media pembelajaran sesuai
materi sehingga menghasilkan perangkat pembelajaran
Model desain pembelajaran yaitu ADDIE, ASSURE, MODEL DICK AND
CAREY, DSI-PK.

B. Saran
Dengan adanya desain pembelajaran ini akan memudahkan seorang guru
dalam melakasanakan proses pembelajaran.

6
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Maulana Arafat dan Nashran Azizan, Pembelajaran Tematik SD/MI ( Implementasi
Kurrikulum 2013 Berbasis Hots), DI. Yogyakrta: Samudra Biru, 2019.
Pratowo, Andi, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RRP) Tematik Terpadu,
Jakarta: Prenadamedia Group, 2015.
Trianto, Desain Pengembangan pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA dan
Anak Usia Kelas Awal SD/MI, Jakarta: Kencana, 2011.
Wiyani, Novan Ardi, Desain Pembelajaran Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Yaumi, Muhammad, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan Dengan Kurikulum
2013, Jakarta: Kencana, 2017.

7
787

MODEL DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS TEMATIK


INTEGRATIF DI SEKOLAH DASAR/MADRASAH
IBTIDAIYAH (SD/MI)

Ade Suhendra
Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah IAIN Padangsidimpuan

A. Pendahuluan

H asil evaluasi Bank Dunia tahun 1995 pada 150 negara tentang faktor penentu
keunggulan suatu negara menyatakan bahwa 45% ditentukan oleh faktor inovasi
dan kreativitas, 25% faktor jaringan (networking), 20% faktor teknologi, dan 10% faktor
sumber daya alam (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2011).
Berdasarkan hasil evaluasi di atas, dapat dipahami bahwa faktor inovasi dan
kreativitas menjadi faktor yang paling menentukan berdiri tegaknya suatu negara dalam
kancah dunia internasional dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya. Karakter untuk
berinovasi dan berkreativitas harus melekat dan ditanamkan sejak dini pada generasi
suatu bangsa. Sumber daya alam berada pada posisi terbawah. Hal ini perlu menjadi
perhatian bagi kita, di mana Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki kekayaan
sumber daya alam yang melimpah, namun masih tertinggal dari negara-negara lain yang
memiliki sumber daya alam yang lebih minim.
Pembelajaran berbasis tematik integratif merupakan salah satu elemen penting
dalam Kurikulum 2013 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di SD/MI dengan berdasarkan pada kebutuhan perkembangan anak usia
sekolah dasar demi terlaksananya proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

B. Hakikat Model Desain Pembelajaran


Model secara bahasa berarti pola (contoh, acuan, ragam, dsb.) dari sesuatu yang
akan dibuat atau dihasilkan (Depdiknas, 2008: 923). Sedangkan desain secara bahasa
diartikan sebagai kerangka bentuk, rancangan, motif, pola, corak (Depdiknas, 2008:

Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016


788

319). Secara istilah, Simon dalam Sanjaya (2011: 65) mengartikan desain sebagai
proses pemecahan masalah. Tujuannya adalah untuk mencapai solusi terbaik dalam
memecahkan masalah dengan memanfaatkan sejumlah informasi yang berbeda.
Defenisi yang senada juga diungkapkan oleh Rothwell dan Kazanas dalam Yaumi
(2014: 10) bahwa desain pembelajaran berhubungan dengan konsep yang luas dalam
menganalisis permasalahan kinerja manusia secara sistematis, mengidentifikasi akar
permasalahan, menawarkan pemecahannya, dan melaksanakan solusi hasil desain
tersebut.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, desain pembelajaran dapat dimaknai
sebagai upaya yang dilakukan oleh guru secara sistematis dan terencana untuk
mengatasi masalah atau kebutuhan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal inilah
yang membedakan desain pembelajaran dengan perencanaan pembelajaran, di mana
perencanaan pembelajaran lebih mengarah pada upaya untuk menerjemahkan kurikulum
ke dalam proses pembelajaran.
Sanjaya (2011: 70-77) mengemukakan empat model desain pembelajaran yang
populer digunakan, yaitu:

1. Model Kemp
Model desain pembelajaran Kemp merupakan model yang membentuk siklus
yang terdiri atas beberapa komponen yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
tujuan dan berbagai kendala yang muncul, yaitu: a) Hasil yang ingin dicapai, b) Analisis
tes mata pelajaran, c) Tujuan khusus belajar, d) Aktivitas belajar, e) Sumber belajar, f)
Layanan pendukung, g) Evaluasi belajar, h) Tes awal, i) Karakteristik belajar.
Sembilan komponen di atas merupakan suatu siklus yang terus-menerus direvisi
setelah dievaluasi baik evaluasi sumatif maupun formatif dan diarahkan untuk
menentukan kebutuhan peserta didik, tujuan yang ingin dicapai, prioritas, dan berbagai
kendala yang muncul.

2. Model Banathy
Model desain pembelajaran dari Banathy berbeda dengan model Kemp. Model ini
memandang bahwa penyusunan sistem pembelajaran dilakukan melalui tahapan-

Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah”


789

tahapan yang jelas. Terdapat 6 tahapan dalam mendesain suatu program pembelajaran
yakni:
Pertama, menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan
sistem maupun tujuan spesifik. kedua, merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai. Item tes dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai
perumusan tujuan. Ketiga, menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni
kegiatan mengintervensi seluruh kegiatan pembelajaran, menilai kemampuan
penerapannya sesuai dengan kondisi yang ada serta menentukan kegiatan yang mungkin
dapat diterapkan.
Keempat, merancang sistem yaitu kegiatan menganalisis sistem, menganalisis
setiap komponen sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan. Kelima,
mengimplementasikan dan melakukan kontrol kualitas sistem yaitu melatih sekaligus
menilai efektivitas sistem, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi. Keenam,
mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.

3. Model Dick and Cery


Desain pembelajaran model Dick and Cery dimulai dengan mengidentifikasi
tujuan pembelajaran umum. Sebelum desainer merumuskan tujuan khusus (performance
goals), perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal peserta
didik terlebih dahulu, sebab rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari
kemampuan dasar atau kemampuan awal.
Tahap selanjutnya ialah merumuskan tes dalam bentuk Criterion Reference Test
yaitu tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Selanjutnya untuk
mencapai tujuan khusus, dikembangkanlah strategi pembelajaran yaitu skenario
pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, lalu
kemudian mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan.
Langkah terakhir dari desain model Dick and Cery ini adalah melakukan evaluasi
secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif berfungsi untuk menilai efektivitas
program dan evaluasi sumatif berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap peserta
didik dalam penguasaan materi pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi inilah
selanjutnya dilakukan umpan balik dalam merevisi program pembelajaran.

Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016


790

4. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)


Model PPSI adalah model yang dikembangkan di Indonesia untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi untuk mengefektifkan perencanaan dan
pelaksanaan program pembelajaran secara sistematis, untuk dijadikan sebagai pedoman
bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
PPSI terdiri dari 5 tahap yaitu: Pertama, merumuskan tujuan, yaitu kemampuan
yang harus dicapai oleh peserta didik. Ada 4 kriteria yang harus diperhatikan dalam
merumuskan tujuan ini, 1) tujuan harus operasional (spesifik, dapat diukur), 2)
berbentuk hasil belajar (bukan proses belajar), 3) berbentuk perubahan tingkah laku, dan
4) dalam setiap rumusan tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
Kedua, Mengembangkan alat evaluasi, yaitu menentukan jenis tes dan menyusun
item soal untuk masing-masing tujuan. Ketiga, mengembangkan kegiatan pembelajaran,
yaitu merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan
belajar yang perlu ditempuh.
Ketiga, mengembangkan program kegiatan pembelajaran, yaitu merumuskan
materi pelajaran, menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran. Keempat,
Melaksanakan program, yaitu kegiatan mengadakan pre-tes, menyampaikan materi
pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.

C. Tematik Integratif

Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif


mulai dari kelas I sampai kelas VI. Pembelajaran tematik integratif merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai
mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua
hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan
integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep
dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan
demikian, proses pembelajaran memberikan makna yang utuh kepada peserta didik
seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia (Kemendikbud, 2013).
Kurikulum 2013 menekankan pada keseimbangan antara kompetensi pengetahuan
(knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) dalam proses pendidikan. Hal ini

Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah”


791

sesuai dengan amanah UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) pada penjelasan Pasal 35 Ayat (1) bahwa kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan
sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), dalam pembelajaran tematik
perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan
pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning). (Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah pada Bab I Pendahuluan dan Bab II Karakteristik Pembelajaran).

D. Model Desain Pembelajaran Berbasis Tematik Integratif di SD/MI


Charles Dickens dalam Armastrong (2011: 149) mengungkapkan bahwa telah
terjadi perubahan besar dalam kelas yang kini menjadi pabrik muatan dan keterampilan,
yang mengingatkan pada tempat kerja buruh dengan upah rendah di zaman Revolusi
Industri. Ruang kelas tidak didesain sebagai tempat yang menyenangkan dan
melahirkan gagasan-gagasan hebat.
Guru memiliki peran penting dalam upaya menumbuhkan sikap kreatif dan
inovatif bagi anak yang dimulai dengan pelaksanaan proses pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan perkembangan anak. Untuk mencapai hal tersebut, hal pertama yang
harus diketahui terlebih dahulu ialah bagaimana kebutuhan yang sesuai dengan
perkembangan anak pada pendidikan sekolah dasar? Thomas Amstrong (2006:)
menyebutkan bahwa kebutuhan perkembangan anak usia sekolah dasar ialah fokus pada
upaya membantu anak memahami bagaimana dunia bekerja secara aktif dengan
melibatkan mereka ke dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Untuk mencapai hal tersebut, kelas harus didesain secara terbuka pada dunia
nyata baik secara harfiah maupun kiasan dan kegiatan pembelajaran yang berhubungan
dan berkaitan dengan dunia nyata. Kegiatan membaca, menulis, dan matematika yang
berhubungan dengan penemuan dunia nyata, kegiatan eksplorasi siswa pada dunia nyata

Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016


792

yang dipandu oleh guru, serta pembelajaran berdasarkan pertemuannya dengan dunia
nyata, menghasilkan gagasan, wawasan, pencerahan, renungan, pengamatan, dan
sebagainya.
Oleh karena itu, hendaknya pembelajaran dirancang dan didesain dengan
mempertimbangkan aspek-aspek yang sesuai dengan perkembangan peserta didik,
termasuk di dalamnya terkait dengan pengelolaan kelas. Berikut beberapa langkah-
langkah dalam mendesain pembelajaran berbasis tematik integratif:

1. Mengidentifikasi Kebutuhan Pembelajaran


Mengajar adalah tugas yang sulit meskipun dalam kondisi pendidikan yang
terbaik sekalipun, dan tanpa mempertimbangkan kebutuhan peserta didik atau guru, apa
yang sudah sulit dilakukan ini akan menjadi mustahil dilakukan. Metode mengajar
apapun yang mengabaikan kebutuhan guru atau peserta didik akan menjadi gagal
(Glasser dalam Jones, 2012).
Oleh karena itu, Gentry dalam Yaumi (2014: 66-72) menawarkan 7 tahapan
dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran, yaitu: Pertama, mengidentifikasi
masalah yaitu mengumpulkan data untuk menentukan masalah atau kesenjangan dalam
suatu program pembelajaran. Analisis kesenjangan dapat dipahami dari dua sisi yaitu
keadaan saat ini (kenyataan saat ini) dan keadaan yang diharapkan (keadaan ideal).
Kedua, memvalidasi masalah merujuk pada upaya untuk menentukan apakah
problem yang diidentifikasi merupakan masalah yang sebenarnya atau hanyalah suatu
gejala. Jika masalah yang sebenarnya telah teridentifikasi, maka proses merumuskan
kebutuhan dapat dilanjutkan. Sebaliknya, jika masalah tersebut hanya suatu gejala,
sebaiknya dikaji kembali agar masalah yang sebenarnya segera dapat ditemukan.
Ketiga, memformulasi kebutuhan berarti menerjemahkan masalah-masalah yang
telah teridentifikasi ke dalam pernyataan kebutuhan. Untuk memudahkan dalam
merumuskan kebutuhan, terlebih dahulu memaparkan masalah yang sebenarnya telah
diidentifikasi.
Keempat, merumuskan tujuan yaitu menerjemahkan kebutuhan dalam suatu
pernyataan tujuan yang menggambarkan ke mana arah perbaikan yang diinginkan
termasuk menentukan informasi dan keterampilan apa yang dibutuhkan oleh peserta
didik untuk dapat menyelesaikan suatu pembelajaran.

Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah”


793

Kelima, menyesuaikan tujuan yaitu menggabungkan tujuan baru dengan tujuan


pembelajaran sekarang dalam suatu daftar tunggal, dengan meninggalkan atau
mengubah tujuan yang ada sebelumnya setelah mempertimbangkan kesesuaian antara
gaya belajar, pengetahuan, atau karakteristik peserta didik dengan ketersediaan fasilitas
yang ada.
Keenam, memvalidasi tujuan yang telah disesuaikan berarti mengesahkan tujuan-
tujuan berdasarkan kesesuaiannya dengan kelompok atau individu-individu yang
belajar. Dengan menganalisis peserta didik, konteks, dan alat agar kesesuaian tujuan
dapat diperoleh. Artinya tujuan pembelajaran dapat dirumuskan dengan baik melalui
kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan pembelajaran dan didapatkan deskripsi
lengkap mengenai: 1) siapa yang belajar, 2) bagaimana konteks yang dibutuhkan untuk
membangun keterampilan, 3) peralatan apa saja yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
Ketujuh, membuat prioritas tujuan melalui pembuatan rangking atau urutan-urutan
yang mendesak untuk dilakukan dengan berdasarkan hasil analisis terhadap peserta
didik, konteks, dan peralatan sebagaimana telah dilakukan pada bagian keenam di atas.
Amstrong (2011: 154) mengidentifikasi beberapa kegiatan yang sesuai dengan
kebutuhan perkembangan pendidikan tingkat SD/MI sebagaimana dalam tabel berikut:
Tabel 1
Kegiatan yang Sesuai dan Tidak Sesuai dengan Perkembangan dalam Pendidikan
Sekolah Dasar
Kegiatan yang Tidak Sesuai Kegiatan yang Sesuai
Perkembangan Perkembangan
Usia Sekolah Dasar Usia Sekolah Dasar
Lingkungan kelas buatan Ruang kelas yang membuka dunia nyata
Penekanan terlalu besar pada Membaca, menulis, dan matematika yang
membaca, menulis, dan matematika berhubungan dengan penemuan dunia
nyata
Buku pelajaran, lembar kerja, buku Bahan pelajaran autentik yang biasanya
kerja menjadi bagian dari dunia nyata
Program pembelajaran tertulis Eksplorasi siswa pada dunia nyata yang
dipandu oleh guru
Program belajar berbasis fakta Belajar berdasarkan pertemuannya
dengan dunia nyata, menghasilkan
gagasan, wawasan, pencerahan,
renungan, pengamatan, dan sebagainya.

Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016


794

2. Menganalisis Karakteristik Peserta Didik


Peserta didik bisa dikatakan sebagai pusat (center) dan menjadi pelaku aktif dalam
proses pembelajaran. Peserta didik yang menjadi objek sekaligus subjek dalam proses
pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu peserta didik dengan
peserta didik lainnya. Tidak ada satu peserta didik pun yang persis sama dengan peserta
didik lainnya, meskipun dilahirkan dalam keadaan kembar. Oleh karena itu, sudah
seharusnyalah pada saat mendesain pembelajaran, guru perlu melakukan proses analisis
secara cermat terhadap karakteristik peserta didiknya masing-masing.
Yaumi (2014: 121) membagi karakteristik peserta didik kepada dua yaitu
karakteristik umum dan karakteristik khusus. Pertama, karakteristik umum seperti
perbedaan budaya, suku, agama, gender, dan latar belakang status sosial sangat. Kedua,
karakteristik khusus seperti perbedaan gaya belajar, kecerdasan, termasuk lingkungan
belajar.
Secara psikologis, Piaget dalam Santrock (2013: 46-47) mengungkapkan bahwa
anak secara kognitif akan mengorganisasikan pengalaman mereka sebagai upaya untuk
memahami dunianya. Organisasi menurut Piaget berarti usaha mengelompokkan
perilaku yang terpisah-pisah ke dalam urutan yang lebih teratur, ke dalam sistem fungsi
kognitif.
Misalnya, anak berumur delapan tahun diberi palu dan paku untuk menggantung
sebuah gambar di dinding. Meskipun sebelumnya belum pernah menggunakan palu,
tetapi anak akan mengamati bagaimana cara orang lain menggunakan palu tersebut. Dia
akan mengetahui bahwa palu adalah benda yang harus dipegang di bagian gagang
bawah, yang diayunkan untuk memukul paku, dan biasanya dipukulkan berkali-kali ke
pangkal paku tersebut.
Setelahnya, anak akan memasukkan pengetahuan ini ke dalam skema yang sudah
dimilikinya (asimilasi). Palu itu ternyata berat, maka dia akan memegangnya di bagian
atas. Dia memukul terlalu keras sehingga pakunya bengkok, dan karenanya dia harus
menyesuaikan tekanan pukulannya. Penyesuaian ini mencerminkan kemampuannya
untuk mengubah sedikit pemahamannya tentang dunia (akomodasi).
Anak-anak yang hanya mempunyai gagasan samar tentang cara menggunakan
palu mungkin juga mempunyai gagasan kabur tentang cara menggunakan alat lainnya.

Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah”


795

Setelah mempelajari cara menggunakan setiap alat, anak-anak harus akan menghubung-
hubungkan penggunaan ini, atau mengorganisasikan pengetahuannya, agar mereka
menguasai keahlian menggunakan alat tersebut. Dengan cara yang sama, anak-anak
terus mengintegrasikan dan mengkoordinasikan banyak cabang pengetahuan lainnya
yang sering kali berkembang secara independen.

3. Merumuskan Tujuan Pembelajaran


Setelah melaksanakan tahapan-tahapan mulai dari proses identifikasi kebutuhan
pembelajaran (need assesment) dan menganalisis karakteristik peserta didik, maka
proses selanjutnya yang harus dilakukan ialah merumuskan tujuan pembelajaran yang
berdasarkan pada kebutuhan pembelajaran dan karakteristik peserta didik tersebut.
Berikut kriteria yang digunakan dalam mengembangkan rumusan tujuan
pembelajaran sebagai salah satu tahapan pendesainan pembelajaran, disingkat dengan
SMART, yaitu: pertama, Spesifik (specific), agar tujuan yang hendak dicapai tidak
terlalu umum dan abstrak, menggambarkan hasil yang khusus. Kedua, Measurable
(dapat diukur), hendaknya tujuan yang disusun menggambarkan hasil yang diperoleh
(outcome) dan dapat diukur baik secara kuantitatif dan kualitatif. Ketiga,
Attainable/Achievable (dapat dicapai), tujuan yang ditetapkan harus diawali dengan
pengetahuan terhadap kemampuan/kekuatan dan kelemahan diri sehingga
membutuhkan usaha maksimal untuk mencapainya. Untuk mencapai tujuan ini,
dibutuhkan motivasi, kepercayaan diri (self confidence), harga diri (self esteem),
keyakinan diri untuk mampu melakukan (self eficasy). Keempat, Realistic (realistis),
hendaknya berfikir secara realistis untuk melihat posisi saat ini dengan kemungkinan
yang bisa dicapai pada masa yang akan datang atau dalam waktu tertentu. Kelima, Time
Bound (terikat waktu), hendaknya setiap pernyataan tujuan yang dirancang
dihubungkan dengan waktu, sehingga dikatahui kapan tujuan tersebut dapat
dilaksanakan. (Yaumi, 2014: 165-167)

4. Mengembangkan Strategi Pembelajaran


Langkah selanjutnya dalam mendesain pembelajaran ialah mengembangkan
strategi pembelajaran. Sanjaya (2010: 99) mendefenisikan strategi sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan tertentu.

Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016


796

Dengan demikian, komponen yang perlu digarisbawahi dalam strategi pembelajaran


ialah rangkaian kegiatan dalam bentuk perencanaan, dimaksudkan untuk mencapai
tujuan sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya.
Strategi pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam hal ini harus berlandaskan
pada tahapan-tahapan sebelumnya yaitu: 1) hasil identifikasi kebutuhan, 2) hasil
analisis karakteristik peserta didik, 3) rumusan tujuan pembelajaran.

5. Mengembangkan Bahan Pembelajaran


Mengembangkan bahan pembelajaran merupakan tahapan selanjutnya yaitu
mengumpulkan dan mengorganisir bahan pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pada hasil identifikasi kebutuhan, analisis karakteristik peserta didik,
rumusan tujuan pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang digunakan.
Bahan pembelajaran diperoleh melalui sumber-sumber yang mudah didapat dan
tidak mahal, dimana penggunaannya dimaksimalkan untuk menunjang tercapainya
tujuan pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam hal ini berbentuk materi yang
dijadikan sebagai bahan yang relevan dengan tujuan pembelajaran sebagaimana
ditetapkan sebelumnya.

6. Mengembangkan Media dan Sumber Belajar


Yang dimaksud dengan media pembelajaran ialah segala sesuatu yang dapat
menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana demi
terciptanya lingkungan belajar yang kondusif dan penerima dapat melakukan proses
belajar secara efisien dan efektif. Sedangkan sumber belajat ialah semua jenis sumber
yang ada di sekitar kita yang memungkinkan terjadinya kemudahan dalam proses
belajar (Asyhar, 2011: 8).
Media belajar dan sumber belajar memiliki makna yang sangat berdekatan,
sehingga sulit untuk dibedakan. Setiap sumber belajar merupakan media pembelajaran,
namun tidak semua media pembelajaran dapat berfungsi sebagai sumber belajar. Seperti
misalnya, sumber pembelajaran dapat berupa buku, koran, majalah, internet, proyektor,
televisi, tape recorder, alam sekitar, dsb. Akan tetapi, kertas kosong misalnya sebagai
media pembelajaran tidak dapat dikategorikan sebagai sumber belajar.

Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah”


797

Dengan demikian, pengembangan media dan sumber belajar merupakan tahapan


yang harus dilalui ketika mendesain pembelajaran setelah melaksanakan tahapan-
tahapan sebelumnya.

7. Mengembangkan Instrumen Penilaian


Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam proses desain pembelajaran ialah
mengembangkan instrumen penilaian. Instrumen penilaian dalam hal ini meliputi semua
proses dan langkah-langkah desain pembelajaran, mulai dari instrumen penilaian
terhadap analisis kebutuhan, analisis karakteristik peserta didik, rumusan tujuan
pembelajaran, pengembangan strategi, bahan, media dan sumber pembelajaran.
Pada akhirnya, pengembangan instrumen penilaian ini berfungsi untuk menilai
dan mengukut ketercapaian tujuan pembelajaran sebagaimana ditetapkan sebelumnya
yang diawali dengan analisis kebutuhan.

E. Penutup
Desain pembelajaran dapat dimaknai sebagai upaya yang dilakukan oleh guru
secara sistematis dan terencana untuk mengatasi masalah atau kebutuhan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Hal inilah yang membedakan desain pembelajaran
dengan perencanaan pembelajaran, di mana perencanaan pembelajaran lebih mengarah
pada upaya untuk menerjemahkan kurikulum ke dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang
mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai
tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap,
keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran dan integrasi berbagai
konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga
peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial. Dengan demikian
pembelajarannya memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin
pada berbagai tema yang tersedia.

Batusangkar International Conference I, 15-16 October 2016


798

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Armstrong, Thomas. The Best Schools: Mendidik Siswa Menjadi Insan Cendikia
Seutuhnya. Bandung: Kaifa. 2011.
Chatib, Munif. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di
Indonesia. Bandung: Kaifa. 2012.
Gagne, Robert M. Prinsip-Prinsip Belajar untuk Pengajaran: Essential of Learning for
Instruction (Terj. Abdillah Hanafi dan Abdul Manan). Surabaya: Usaha Nasional.
1988.
Dahar, Ratna Willis. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Depdikbud, 1988.
Jones, Louise dan Vern Jones. Manajemen Kelas Komprehensif: Edisi ke-9. Jakarta:
Kencana. 2012.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum 2013: Kompetensi Dasar Sekolah
Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyah Ibtidaiyah (MI). 2013.
Majid, Andul. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005.
Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Disain Pembelajaran: Instructional Design
Principles. Jakarta: Kencana. 2009.
Policy Brief Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar. Pendidikan Karakter untuk
Membangun Karakter Bangsa (Edisi 4 Juli). Jakarta: Kemdiknas. 2011.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2011.
Santrock, John W. Psikologi Pendidikan: Edisi Kedua (Terj. Tri Wibowo B.S.). Jakarta:
Kencana. 2013.
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan
Anak Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana, 2011.
Yaumi, Muhammad. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran: Disesuaikan dengan
Kurikulum 2013. Jakarta: Kencana. 2014.

Integration and Interconnection of Sciences “The Reflection of Islam Kaffah”

Anda mungkin juga menyukai