Anda di halaman 1dari 2

Manajemen hama terpadu atau pengendalian hama terpadu adalah sebuah pendekatan yang

mengintegrasikan berbagai jenis metode pengendalian hama. Manajemen hama terpadu bertujuan
untuk menekan populasi hama hingga di bawah tingkat kerusakan ekonomis (economic injury level).
FAO mendefinisikan manajemen hama terpadu sebagai pendekatan secara hati-hati terhadap
metode pengendalian hama yang tersedia dan integrasinya yang mampu menekan perkembangan
populasi hama dan menjauhkan pestisida ke tingkat yang dapat diterima secara ekonomi demi
mengurangi risiko terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Manajemen hama terpadu
menekankan pada pertumbuhan tanaman yang sehat dengan intervensi yang minimum terhadap
ekosistem pertanian dan menekankan pengendalian hama secara alami.
[1]
Pakar entomologi dan ekologi telah menekankan manajemen hama terpadu sejak beberapa tahun
yang lalu.[2]
Spesies invasif, termasuk hama, saat ini semakin mudah tersebar dengan meningkatnya
pergerakan manusia dan hasil pertanian dari satu tempat ke tempat lainnya.[3][4] Hal ini memerlukan
tanggapan serius mengenai integrasi dan penerapan seluruh jenis pengendalian hama.[5]
Dalam sejarahnya, manajemen hama terpadu dibangun untuk mengendalikan hama pada usaha
pertanian[6]meski sesungguhnya dapat diterapkan pada keberadaan hama secara umum seperti
pada habitat manusia dan struktur bangunan komersial.

Prinsip
Sistem manajemen hama terpadu dibuat berdasarkan enam komponen dasar yaitu jumlah hama
yang dapat diterima, pendekatan prinsip pencegahan, pemantauan, pengendalian mekanis dan
pengendalian hama biologis serta pestisida.[7]
Jumlah hama yang dapat diterima
Manajemen hama terpadu menekankan pada pengendalian, bukan pemusnahan. Karena
memusnahkan seratus persen populasi hama adalah tidak mungkin dan dapat
membahayakan secara lingkungan dan finansial. Manajemen hama terpadu menetapkan
batasan jumlah hama pada level yang tidak merugikan secara ekonomi. Batasan ini spesifik
berdasarkan jenis hama dan lokasinya. Misal hama belalang diizinkan berada di
lahan tembakau karena belalang memakan gulma yang tumbuh di antara tanaman
tembakau tetapi tidak banyak memakan daun tembakau.[butuh rujukan]
Pemusnahan secara besar-besaran berarti melakukan seleksi terhadap hama yang tahan
terhadap pestisida dan yang tidak. Hama yang tahan terhadap pestisida akan berkembang
biak dengan cepat karena tidak harus berkompetisi dengan hama lainnya (yang sudah mati
karena tidak tahan dengan pestisida). Populasi hama berikutnya akan lebih tahan terhadap
pestisida.[butuh rujukan]
Pendekatan prinsip pencegahan
Memilih varietas yang tahan hama dan mempertahankan kesehatan tanaman adalah
pendekatan yang harus dilakukan pertama kali dalam mencegah kedatangan hama, diikuti
dengan karantina dan sanitasi (misal membuang tanaman yang sakit). Mikrob tanah yang
bermanfaat harus tersedia sehingga dapat mencegah pertumbuhan penyakit akar dan
penyakit yang bersumber dari tanah, dan mengurangi penggunaan fungisida.[butuh rujukan]
Pemantauan
Pemantauan berkala diperlukan pada manajemen hama terpadu. Pemantauan dilakukan
dengan dua tahap, yaitu inspeksi dan identifikasi.[8]Pemantauan secara visual, jebakan spora
dan serangga, dan metode pengukuran lainnya dilakukan untuk memantau jumlah hama.
Pencatatan diperlukan untuk memantau perilaku perkembangan populasi hama. Berbagai
serangga telah memiliki dokumentasi permodelan siklus hidupnya.[butuh rujukan]
Pengendalian mekanis
Ketika hama telah mencapai level yang melebihi batas, metode pengendalian secara
mekanis adalah pilihan utama yang harus dilakukan. Pengendalian mekanis mencakup
pemungutan hama dengan tangan, menggunakan pelindung, jebakan, vakum,
dan pembajakan tanah.[butuh rujukan]
Pengendalian hama biologis
Secara alami hama memiliki predator dan parasit yang dapat digunakan untuk
mengendalikan hama dengan dampak lingkungan yang minimum. Insektisida biologis yang
berasal dari mikroorganisme (misal Bacillus thuringiensis) juga dapat digunakan.[butuh rujukan]
Pestisida
Pestisida merupakan cara terakhir yang dapat digunakan pada waktu
tertentu pada siklus hidup hama. Berbagai pestisida yang berasal dari
senyawa tumbuhan alami seprti nikotin dan piretrum telah tersedia dan
dinilai tidak membahayakan lingkungan. Penerapan pestisida harus spesifik
pada lokasi di mana hama berada sehingga penerapan pestisida dapat
lebih efisien dan tidak mengganggu ekologi.[butuh ruj

Anda mungkin juga menyukai