Gst.

Ayu Maharatih
“Bidang yang meneliti interaksi
antara sistem saraf pusat,
sistem endokrin dan sistem
imun, akibat dari perilaku/stres
terhadap interaksi ini;
implikasinya pada kesehatan
dari interaksi ini.
• Pada tahun 1919, tercatat bahwa stres mempengaruhi
progresifitas tuberkolosis paru.

• Pada 1974, Robert Ader melakukan penelitian pertama

yang menunjukkan bahwa otak mempengaruhi secara
langsung sistem imun dengan menggunakan clasical
conditioning pada tikus.
• Ader memisahkan zat yang tidak berbahaya seperti
sacharin (condition stimulus) dengan zat imunosuprosif
yang menurunkan limfosit T, cyclophosphamid ( uncondition
stimulus) dan menunjukkan bahwa zat tidak berbahaya
menyebabkan imunosupresif dan tikus mati.
• Istilah ini pertama kali disebut 1964 oleh George F Solomon (menyatakan bahwa
faktor kepribadian dan emosi berperan pada penyakit autoimun).

• Sebelum tahun 80an hanya sedikit penelitian pada manusia.

• Fokus utama penelitian PNI pada manusia untuk melihat jika faktor psikologis
mempengaruhi status imunitas dan psikologis menginduksi perubahan imun untuk
kemungkinan penyakit sistem imun yang dimediasi.

• Pada 1981 buku oleh Ader, Felten dan Cohen diberi judul Psychoneuroimmunology
meninjau peran dari CNS pada hubungan antara perilaku dan sistem imun.

• Pada 2001 edisi ketiga buku menggunakan dua volume untuk melingkupi
bertumbuhnya jumlah kontribusi penelitian.
 Stres & Distres

https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fnbeh.2018.00127/f Aldwin C M. 2007: Stress, Coping, and Development. The

ull Guilford Press New York.

6
(Godbout dan Glasser, 2006)
 Everly GS, Lating GM, 2002: A Clinical Guide to the Treatment of the
https://sanescohealth.com/blog/general-adaptation-syndrome- Human Stress Response, Kluwers Academic Publihers, New York
stages/

9
Everly GS, Lating GM, 2002: A Clinical Guide to the Treatment of the
Human Stress Response, Kluwers Academic Publihers, New York Inhttps://www.Hprc-online.Org/mental-fitness/sleep-stress/make-stress-good-you

10
https://www.shutterstock.com/image-vector/stress-response-system-
vector-illustration-diagram-1031802469

11
NORMAL AUTONOMIC FUNCTIONING VS STRESS

https://www.potstreatmentcenter.com/root-of-the-
problem/
12
DAMPAK FISIK
STRES

https://au.reachout.com/articles/what-stress-does-
to-the-body
14
NEUROBIOLOGICAL MECHANISMS OF BIPOLAR
DISORDER

15
Payne et al. Somatic experiencing: interoceptive trauma therapwww.frontiersin.org February 2015 | Volume 6 | Article 93 | 1y

16
• Sistem saraf mempengaruhi sistem endokrin melalui
kelenjar pituitari, mengendalikan sekresi hormon.
• Sistem endokrin memodulasi sistem imun melalui hormon
yang disekresi kelenjar pituitari dan adrenal. Aksis
hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA) memainkan peran
sentral, sebagaimana sel imun mempunyai reseptor untuk
molekul HPA, dan mengubah jumlah, fungsi, dan distribusi
sebagai hasil dari hormon yang disekresi.
• Melalui sistem saraf autonomik, sistem saraf juga
mempunyai efek langsung pada sistem imun melalui
kelenjar timus, limfa, dan sumsum tulang.
 20
Hypothalamus Certain stressors can activate
the HPA (more selective
activation than ANS)-causing
CRH increased release of cortisol
in blood, saliva an urine

Anterior Pituitary
Stressors
ACTH  immediate-acute phase
 Short-term-days/weeks
 Chronic-months/years

Adrenal Cortex HPA appears to be an important

mediator of effects of short-term and
Cortisol chronic stressors on the immune
system
 22
Hypothalamus But stress-> INCREASES pro-
inflammatory cytokine production
CRH One mechanism: Glucocorticoid
Resistance: stress induced
downregulation of GCR; cortisol
cannot restrain pro-inflammatory
cytokine production so cytokine
production increases (animal/human
Anterior Pituitary studies)

ACTH

Adrenal Cortex

Cortisol GCR
Immune Cell
Sternberg Nature Reviews Immunology 6, 318–328 (April 2006) | doi:10.1038/nri1810
• Sitokin (molekul komunikasi dari sistem imun), disekresi sel
sistem imun dan komponennya melawan penyusup asing,
mengatur produksi sel imun dan juga dampak sistem saraf
pusat dan aksis HPA.
• Sitokin juga menghasilkan “respon sakit” fisiologis,
mempengaruhi emosi kita, demam, makan, dan pola tidur,
sesuai dengan perilaku yang terkait.
• Respon ini terhadap penyakit dibuktikan pada tingkat
neuronal, menunjukkan perubahan tingkat hubungan
neuronal dan perubahan neurotransmiter saat muncul
tantangan imun; ini memberikan bukti untuk sirkuit dua
arah.
Ian A Clark, Alison C Budd and Lisa M Alleva, Sickness behaviour pushed too far – the basis of the syndrome seen
in severe protozoal, bacterial and viral diseases and post-trauma Malaria Journal 2008, 7:208
http://www.malariajournal.com/content/7/1/208
Robert Dantzer, Jason C. O'Connor, Gregory G. Freund, Rodney W. Johnson & Keith W. Kelley, From inflammation to sickness and depression:
when the immune system subjugates the brain Nature Reviews Neuroscience 9, 46-56 (January 2008)
Robert Dantzer, Jason C. O'Connor, Gregory G. Freund, Rodney W. Johnson & Keith W. Kelley, From inflammation to sickness and depression:
when the immune system subjugates the brain Nature Reviews Neuroscience 9, 46-56 (January 2008)
Sternberg Nature Reviews Immunology 6, 318–328 (April 2006) | doi:10.1038/nri1810
• Jadi suatu kompleks :
CNS

Psychologic Immune
System
 Dotted
lines:
negative
regulatory
Solid
llines:
positive
Andrea H Marques, Giovanni Cizza, Esther Sternberg. Brain-immune interactions and implications in psychiatric regulatory
disorders. Rev
Sternberg Nature Reviews Immunology 6, 318–328 (April 2006) | doi:10.1038/nri1810
Bras Psiquiatr. 2007;29(Supl I):S27-32
• Tanyakan tentang stresor kehidupan (jangka
pendek dan kronis), berdampak pada fungsi.
• Tanyakan tentang koping pasien, dukungan social
 “Apakah membantu?”
• Kenali bahwa hasil test selama waktu stres kronis
dapat tidak reliabel (perlu mengulang test?)
• Kenali bahwa vaksinasi dapat kurang melindungi
selama waktu stres (pertimbangan perlindungan
lain)
• Kenali bahwa penyembuhan luka dapat
dipengaruhi stres.
31