TUGAS 1
1. Berikut adalah lima sistem tata kehidupan bermasyarakat dalam masyarakat demokratis:
2. Pembelajaran PKn berbasis portofolio merupakan salah satu metode pembelajaran yang fokus
pada pengembangan kemampuan kewarganegaraan partisipatif. Dalam model ini, siswa diberi
kesempatan untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran, merefleksikan pemahaman
mereka tentang isu-isu kewarganegaraan, dan menunjukkan kemampuan mereka melalui
portofolio. Berikut adalah penjelasan tentang model pembelajaran PKn berbasis portofolio
dan langkah-langkah pembelajarannya:
Model Pembelajaran PKn Berbasis Portofolio
1) Penyusunan Portofolio
Siswa menyusun portofolio yang berisi berbagai macam bukti kinerja, termasuk tugas,
proyek, jurnal reflektif, catatan diskusi, dan lain-lain, yang relevan dengan tujuan
pembelajaran PKn.
2) Refleksi dan Pemantauan Proses Pembelajaran
Siswa secara berkala merefleksikan dan memantau proses pembelajaran mereka,
mengevaluasi pemahaman dan kemampuan mereka dalam konteks kewarganegaraan.
3) Pendampingan dan Bimbingan
Guru atau fasilitator memberikan bimbingan dan dukungan kepada siswa dalam
penyusunan portofolio, proses refleksi, serta dalam pemahaman konsep-konsep
kewarganegaraan.
4) Penilaian Formatif dan Sumatif
Penilaian dilakukan secara formatif (berkelanjutan) dan sumatif (akhir periode) untuk
menilai kemajuan belajar siswa berdasarkan portofolio mereka.
Langkah-langkah Pembelajarannya
3. Mari kita jelaskan maksud dari lima atribut warga negara yang baik menurut sistem politik
Indonesia, dengan mengacu pada prinsip-prinsip politik yang diterapkan dalam negara ini:
4. Jawaban :
1) Tiga Program Politik Etis
a. Pendidikan: Mendorong pendidikan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan
masyarakat Indonesia.
b. Kesehatan: Membangun infrastruktur kesehatan dan program kesehatan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
c. Pembangunan Infrastruktur: Mengembangkan infrastruktur seperti jalan, pelabuhan,
dan sarana transportasi lainnya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan
komunikasi di Indonesia.
2) Bentuk Penyimpangan yang Dilakukan Pemerintah Hindia Belanda terhadap Politik
Etis
a. Eksploitasi Ekonomi: Meskipun Politik Etis dirancang sebagai upaya untuk membalas
budi kepada rakyat Indonesia, Hindia Belanda sebenarnya terus melakukan eksploitasi
sumber daya alam Indonesia, termasuk ekspor hasil pertanian dan mineral tanpa
memberikan kompensasi yang adil kepada masyarakat lokal.
b. Ketidakadilan Sosial: Meskipun ada upaya dalam bidang pendidikan dan kesehatan,
masih ada ketidakadilan sosial yang signifikan, termasuk diskriminasi rasial dan
ekonomi serta ketidaksetaraan akses terhadap layanan publik.
c. Pengabaian Hak Asasi Manusia: Terdapat pelanggaran terhadap hak asasi manusia,
seperti pemaksaan kerja dan penindasan terhadap perlawanan terhadap kebijakan
kolonial.
3) Dampak Positif Politik Etis bagi Bangsa Indonesia
a. Peningkatan Kesadaran dan Pendidikan: Program pendidikan yang diperkenalkan oleh
Politik Etis membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat Indonesia,
yang pada akhirnya mendukung perkembangan nasionalisme dan perjuangan
kemerdekaan.
b. Pembangunan Infrastruktur: Meskipun dengan kepentingan kolonial, pembangunan
infrastruktur oleh Politik Etis memberikan dasar bagi pertumbuhan ekonomi dan
komunikasi di Indonesia.
4) Pelembagaan Pemerintahan
Pengenalan sistem administrasi pemerintahan modern oleh Belanda membantu membentuk
struktur pemerintahan dan administrasi yang lebih efisien, meskipun tujuannya utamanya
untuk mengontrol dan memanipulasi pemerintahan lokal.
5. Validitas eksternal dalam konteks penelitian sejarah mengacu pada keabsahan dan keotentikan
sumber atau bukti yang digunakan oleh sejarawan untuk menilai dan menginterpretasi suatu
peristiwa sejarah. Validitas eksternal berkaitan dengan apakah sumber atau bukti tersebut
dapat diandalkan untuk memberikan gambaran yang akurat tentang peristiwa yang sedang
diteliti.
Misalkan seorang sejarawan ingin mengkaji sebuah peristiwa sejarah yang terjadi pada
abad ke-19 di Indonesia, yaitu Pemberontakan Petani Banten. Untuk menilai kebenaran
peristiwa ini, sejarawan tersebut dapat menggunakan berbagai sumber sebagai bukti, seperti
laporan resmi, surat kabar zaman itu, dokumen pemerintah kolonial, dan catatan pribadi.
Validitas eksternal akan terkait dengan keotentikan dan keandalan sumber-sumber
tersebut. Sejarawan perlu memastikan bahwa laporan resmi yang digunakan berasal dari
sumber yang dapat dipercaya, seperti dokumen resmi pemerintah atau catatan mata-mata.
Surat kabar zaman itu juga harus berasal dari media yang kredibel pada saat itu, bukan hanya
berita isu atau rumor. Selain itu, catatan pribadi yang digunakan harus dapat diverifikasi
keotentikannya.
Sebagai contoh, sejarawan menemukan sebuah laporan resmi pemerintah kolonial yang
mencatat detail tentang kronologi Pemberontakan Petani Banten, yang kemudian
dibandingkan dengan berita yang terdapat dalam surat kabar dan catatan pribadi. Jika ketiga
sumber ini sejalan dalam memberikan informasi yang sama mengenai peristiwa, maka
validitas eksternalnya dianggap tinggi.