Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL : ARTHRITIS GOUT

Disusun Oleh:

Nama : Sari Susanty

Nim : 21231296

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
PERTAMEDIKA JAKARTA
TAHUN 2024
LAPORAN PENDAHULUAN ARTHRITIS

I. Lansia

1. Pengertian lansia

Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Menua bukanlah penyakit, tetapi merupakan Proses yang berangsur-angsur

mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya

tahun tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh

(Kholifah, 2016).

Menurut Nugroho (dalam Kholifah 2016) menua atau menjadi tua

adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan, yaitu anak, dewasa,

dan tua.

Lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan

fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai

mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai

kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,

seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya,

yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya,

tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan

mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004

dalam Psychologymania, 2013).

Batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO dalam Psychologymania, 2013

batasan lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-54 tahun.


b. Lansia (elderly), yaitu kelompok usia 55-65 tahun.

c. Lansia muda (young old), yaitu kelompok usia 66-74 tahun.

d. Lansia tua (old), yaitu kelompok usia 75-90 tahun.

e. Lansia sangat tua (very old), yaitu kelompok usia lebih dari 90 tahun

Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seorang dapat dinyatakan sebagai

seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55

tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk

keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari oarng lain. UU No.

13 tahun 1998 entang kesejahteraan lansia bahwa adalah yang mencapai usia

60 tahun ke atas.

2. Perubahan yang terjadi pada lansia

Perubahan – perubahan yang terjadi pada lansia yaitu :

a) Perubahan Fisiologis

- Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh

menurun, dan cairan intraseluler menurun

- Sistem muskuloskeletal : cairan tulang menurun hingga mudah

rapuh, bungkuk, persendiran membesar dan menjadi kaku,

tremor.

- Sistem Pernafasan : saraf panca indra mengecil, sehingga

fungsinnya menurunkan serta lambat dalam merespon dan

waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres.


- Sistem pendengaran : gangguan pendengaran karena membran

timpani menjadi atrofi. Tulang – tulang pendengaran

mengalami kekakuan

- Sistem penglihatan : respon terhadap sinar menurun, adaptasi

terhadap gelar menurun, akomodasi menurun dan katarak.

- Sistem kardiovaskuler : katup jaringan menebal dan kaku,

kemampuan memompa darah menurun, elastisitas pembuluh

darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah

parifer sehingga tekanan darah meningkat.

- Sistem pengaturan suhu : hipotalamus dianggap sebagai suatu

termostat yaitu menetapkan suhu tertentu, kemunduran terjadi

berbagai faktor yang sering ditemui antara lain temperatur

tuhuh menurun secara fisiologik akibat metabolisme menurun,

keterbatasan refleks mengigil dan tidak dapst memproduksi

panas.

- Sistem respirasi : otot – otot pernafasan kehilangan kekuatan

dan menjadi kaku, menuruannya aktivitas dari silia paru – paru

kehilangan elastisitas.

- Sistem gastrointestinal : esofaugs melebar, asam lambung

menurun, lapar menurun, dan peristaltik menurun. Kuran

lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun,

sehingga menyebabakan berkurangnnya produksi hormon dan

enzim pencernaan
- Sistem genitourinaria : ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal

menurun, penyaringan diglomerulus menurun dan fungsi

tubulus menurun.

- Sistem kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis,

rambut dalam hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun,

vaskularisasi menurun, rambut memutih, kelenjar keringat

menurun.

b) Perubahan Mental

Didalam perubahan mental pada usia lanjut, perubahan dapat

berupa sikap yang semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit

atau tamak akan sesuatu. Faktor yang mempengaruhi perubahan

mental antara lain

⮚ Pertama-tama perubahan fisik, khsusnya organ perasa.

⮚ Kesehatan umum

⮚ Tingkat pendidikan

⮚ Keturunan (hereditas)

⮚ Lingkungan

⮚ Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

⮚ Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.


⮚ Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan famili.

⮚ Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri

c) Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial meliputi pensiun yang merupakan

produktivitas dan identitas yang dikatikan dengan peranan dalam

pekerjaan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara

hidup, ekonomi akibat dari pemberhentian dari jabatan dan penyakit

kronis.

d) Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.

Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya , hal ini terlihat

dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari

II. Anatomi fisiologi

1. Pengertian anfis Sistem Muskuloskeletal


Muskulo adalah jaringan otot-otot tubuh, yang dipelajari secara khusus melalui
ilmu Myologi. Sedangkan yang dimaksud dengan skeletal atau osteo adalah tulang
kerangka tubuh, yang dipelajari dalam ilmu Osteologi (Tarwoto, dkk. Hal. 53.
2009).
Sistem muskuloskeletal terdiri dari tulang, sendi, otot, dan struktur pendukung
lainnya (tendon, ligamen, fasia dan bursae) (Suratun, Hal. 3. 2008).
2. Sistem Skeletal
Tubuh manusia tersusun atas tulang-tulang dengan berbagai bentuk dan jenisnya
yang membentuk suatu rangkaian menjadi rangka.
Fungsi umum rangka/tulang adalah :
a. Memberi bentuk pada tubuh.
b. Melindungi organ atau jaringan vital yang ada di dalamnya.
c. Menyangga berat badan.
d. Tempat melekatnya otot.
e. Membantu pergerakan.
f. Hemopoiesis, misalnya pada sumsum tulang belakang orang dewasa dapat
menghasilkan sel-sel darah putih, sel darah merah dan platelet.
g. Menyimpan mineral, terutama kalsium dan fosfat.
h. Tempat menyimpan energi, yaitu simpanan lemak yang ada di sumsum
kuning.
2.1. Organisasi Sistem Skeletal
Meskipun banyak teori yang menyatakan bahwa jumlah total tulang
manusia adalah sebanyak 206 buah, sebenarnya tiap orang memiliki
jumlah yang berbeda-beda, tergantung dari usia dan variasi genetiknya.
Pada saat lahir, manusia mempunyai sekitar 270 tulang. Jumlah tersebut
terus bertambah seiring dengan pembentukan tulang (Ossifikasi) dan akan
cenderung menurun pada usia dewasa. Pada gambar di bawah ini
merupakan sistem rangka manusia dilihat dari sisi anterior dan posterior.
2.2. Tulang-tulang pada orang dewasa diklasifikasikan menjadi dua bagian
besar, yaitu :
a. Tulang aksial (80 buah) terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher,
tengkorak, kolumna vertebrae, tulang iga, tulang hioid sternum.
b. Tulang apendikular (126 buah) terdiri dari :
1) Kerangka tulang lengan dan kaki.
2) Ekstremitas atas (skapula, klavikula, humerus, ulna, radial) dan
tangan (karpal, metakarpal, falang).
3) Ekstremitas bawah (tulang pelvix, femur, patella, tibia, fibula) dan
kaki (tarsal, metatarsal, falang).
2.3. Struktur Tulang
Tulang tersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortika) dan konselus
(trabekular/spongiosa). Tulang kompakta secara makroskopis terlihat
padat. Akan tetapi, jika diperiksa dengan mikroskop terdiri dari sistem
Havers. Sistem Havers terdiri dari Kanal Havers. Sebuah kanal havers
mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limve, lamela
(lempengan tulang yang mengelilingi kanal sentral), kaluna ( ruang di
antara lamela yang mengandung sel-sel tulang atau osteosit dan saluran
limfe), dan kanalikuli (saluran kecil yang menghubungkan lakuna dan
kanal sentral). Saluran ini mengandung pembuluh limfe yang membawa
nutrien dan oksigen ke osteosit.
Tulang kanselus juga keras seperti tulang kompakta, tetapi secara
makroskopis terlihat berlubang-lubang (spons). Jika dilihat dengan
mikroskop kanal havers, tulang kanselus terlihat lebih besar dan
mengandung lebih sedikit lamela. Sel-sel penyusun tulang terdiri dari :
a. Osteoblas, berfungsi menghasilkan jaringan osteosit dan menyekresi
sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam
pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
b. Osteosit, adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan
untuk pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.
c. Osteoklas, adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral
dan matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim
proteolitik yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan
mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke dalam darah.

3. Sendi
Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan.
Fungsi utama sendi adalah memberi pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh.
Bentuk persendian ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakannya,
sedangkan klasifikasi sendi berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
Menurut klasifikasinya, sendi terdiri dari :
a. Sendi Sinartrosis (sendi tak bergerak sama sekali). Contohnya sutura tulang
tengkorak.
b. Sendi Amfiartrosis (sendi bergerak terbatas). Contohnya pelviks, simfisis dan
tibia.
c. Sendi Diartrosis/Sinovial (sendi bergerak bebas). Contohnya siku, lutut dan
pergelangan tangan.
Berdasarkan strukturnya, sendi dibedakan atas :

a. Fibrosa.
b. Kartilago.
c. Sendi Sinovial.

4. Muskulo/Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan
menghasilkan pergerakan sebagian atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri :
a. Otot rangka (lurik) diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Otot rangka merupakan
otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang, tipis, sampai
lebar dan datar.
b. Otot viseral (polos) yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran
perkemihan, dan pembuluh darah.
c. Otot jantung ditemukan hanya pada jantung dan kontraksinya di luar kontrol
atau di luar keinginan (pengendalian). Otot berkontraksi jika ada rangsangan
dari adenosin trifosfat (ATP) dan kalsium.

Arthritis gout

1. Pengertian

Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin yang

ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis akut berulang ulang.

Penyakit ini paling sering menyerang pria usia pertengahan sampai usia

lanjut dan wanita pasca menopuse. (Nurarif dan kusuma, 2016). Arthritis

pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi

kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. Gout terjadi akibat dari

hiperurisemia yang berlangsung lama (asam urat serum meningkat)

2. Etiologi
Gangguan metabolik dengan meningkatnya konsentrasi asam urat ini

ditimbulkan dari penimbunan kristal di sendi oleh monosodium (MSU) dan

kalsium pirofosfat dihidrat (CCPD), dan pada tahap yang lebih lanjut terjadi

degenarasi tulang rawan sendi (Nurarif dan Kusuma, 2016). Gejala arthritis

akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal

monosodium urat monohidrat. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan

kinetik asam urat yang hiperurisemia (Sya’diyah 2018). Hiperurisemia pada

penyakit ini terjadi karena:

a. Pembentukan asam urat yang berlebih

- Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yang

berlebih

- Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat

berlebih karena penyakit lain, seperti leukimia, terutama bila

diobati dengan sitotistika psoarisis, polisetemia vera dan

mielofibrosis

b. Kurang asam urat melalui ginjal

- Gout primer renal terjadi karena ekseresi asam urat ditubuli

distal ginjal yang sehat

- Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal,

misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronis

3. Tanda dan gejala

Menurut Price & Wilson tahun 2006, dalam Nurarif dan Kusuma (2016)

terdapat empat stadium perjalanan klinis gout yang tidak di obati:


a. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini

asam urat serum laki-laki meningkat dan tanpa gejala selain dari

peningkatan asam urat serum.

b. Stadium kedua arthritis gout terjadi awitan mendadak pembengkakan

dan nyeri yang luar biasa, biasanya pada sendi ibu jari kaki dan sendi

metatarsofalengeal.

c. Stadium ketiga setelah serangan gout akut adalah tahap interkritis.

Tidak terdapat gejala-gejala pada tahap ini, yang dapat berlangsung

dari beberapa bulan sampai tahun. Kebanyakan orang mengalami

serangan gout berulang dalam waktu kurang dari 1 tahun jika tidak di

diobati

d. Stadium keempat adalah tahap gout kronik dengan timbunan asam urat

yang terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak

dimulai peradangan kronik akibat kristal-kristal asam urat

mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga pembesaran dan pembesaran

dan penonjolan sendi yang bengkak.

4. Penurunan fungsi pada lansia

Sistem muskuloskeletal, sebagai berikut :


1. Tulang
Tulang menyediakan kerangka untuk semua sistem muskuloskelethal dan
bekerja berhubungan dengan sistem otot untuk memfasilitasi pergerakan.
Fungsi tambahan tulang pada tubuh manusia adalah penyimpanann calcium,
produksi sel darah, dan mendukung serta melindungi jaringan dan organ
tubuh. Tulang terbentuk dari lapisan luar yang keras disebut cortical atau
tulang padat, dan di bagian dalm terdapat spongy berlubang yang disebut
trabecular. Bagian cortical terhadap komponen tabecular berubah berdasrkan
tipe tulang. Tulang panjang misalnya, radius dan femur, mengandung
sebanyak 90% corticol, sedangkan tulang vertebrata susunan utamanya
adalah sel trabecular. Corticol dan trabecular merupakan komponen tulang
yang berpengaruh pada lansia.

Pada lansia terdapat perubahan pada susuanan pembentukan tulang yaitu :


a. Tulang cortikal
Mulai umur 40 tahun, terjadi perubahan penurunan sejumlah tulang
cortical 3 % perdecade pada laki-dan wanita berlanjut terus sampai
akhir dewasa.
Setelah menopause, wanita terjadi penambahan penurunan/ kehilangan
tulang cortical, sehingga jumlah rata-rata penurunan mencapai 9%
sampai 10 % perdecade pada umur 45-75 tahun. Penurunan tulang
corticl berakhir pada umur 70- 75 . Hasil akhir perubahan ini seumur
hidup kira-kira 35%-23% pada wanita dan laki-laki berturut-turut.
b. Tulang trabecular
Serangan hilangnya tulang trabecular lebih dulu dari serangan
kehilangan cortical pada wanita dan laki-laki. Rata-rata hilangnya
tulang trabecular kira-kira 6%-8% perdecade setelah menopause,
wanita terjadi kehilangan tulang trabecular secara cepat Hasil akhir
kehilangan seumur hidup kira-kira 50%- 33% pada wanita dan laki-
laki seumur hidup.
a) Peningkatan reabsorpsi tulang oleh tubuh.
b) Penurunan penyerapan kalsium
c) Serum parathyroid hormone meningkat
d) Gangguan regulasi aktivitas osteoblast.
e) Gangguan pembentukan tulang, sekunder untuk mengurangi
matriks tulang.
f) Jumlah fungsi sel marrow yang digantikan oleh jaringan sel lemak
2. Otot
Semua kegiatan sehari-hari (ADL) langsung dipengaruhi oleh fungsi otot,
yang di kendalikan oleh saraf motorik. Perubahan yang berhubungan dengan
usia berdampak besar pada fungsi otot, yaitu :
a) Hilangnya masa otot sebagai hasil penurunan dalam ukuran dan jumlah
serat otot
b) Penurunan serat otot dengan penggantian selanjutnya oleh jaringan
penghubung dan akhirnya oleh jaringan lemak.
c) Penurunan membran sel otot dan keluarnya cairan dan pota.
Dengan umur 80 tahun, kira-kira masa otot hilang (Tonna, 1987). Pada
penjumlahan, terdapat kehilangan saraf motorik yang berhubungan dengan
usia, dan ini mempengaruhi fungsi otot. Dan pada akhirnya perubahan
yang berhubungan dengan usia adalah kemunduran fungsi motorik dan
hilangnya kekuatan dan ketahanan otot.

3. Persendian perubahan yang terjadi adalah :


a) Penurunan viskositas cairan synovial
b) Terbentuknya jaringan perut dan adanya kalsifikasi pada persendian.
c) Jaringan penghubung (kolagen dan elastis)
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang,
kartilago, dan jaringan ikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross
linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan
hubungan tarikan linear pada jaringan kolagen merupakan salah satu
alasan penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah kolagen mencapai
puncak fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan, tensile strenght dan
kekakuan dari kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang
merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung mengalami perubahan
kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan. Perubahan pada kolagen itu
merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga
menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk
meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri,
jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam melaksanakn aktivitas sehari-
hari
d) Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan
komponen dasar matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap.
Setelah matriks mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada kolagen
kehilangan kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami
fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat, seperti pada
tulang rusuk dan tiroid. Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya
sebagai peredam kejut, tetapi juga sebagai permukaan sendi yang
berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan
terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar
penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah mengalami
peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya
aktivitas sehari-hari.
Perubahan Fisik Sistem muskuloskeletal pada lansia :
1. Tulang kehilangan densikusnya yaitu rapuh.
2. Resiko terjadi fraktur.
3. Kyphosis.
4. Persendian besar & menjadi kaku.
5. Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi
badan berkurang ).
a. Gerakan volunter yaitu gerakan berlawanan.
b. Gerakan reflektonik yaitu Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi
terhadap rangsangan pada lobus.
c. Gerakan involunter yaitu Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai
reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
d. Gerakan sekutu yaitu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk
menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.

5. Masalah kesehatan pada lansia dengan perubahan sistem muskuloskeletal

a. Osteoporosis

b. Arthritis reumatoid

c. Arthritis gout

d. Osteoarthritis

e. Amiloidosis
6. Penatalaksanaan

Penanganan gout biasanya dibagi menjadi penanganan serangan akut dan

penanganan hiperurisemia pada pasien arthritis kronik. Ada 3 tahapan dalam

terapi penyakit ini (Nurarif dan Kusuma, 2016):

a. Mengatasi serangan akut

b. Mengurangi kadar asam urat untuk mencegah penimbunan kristal asam

urat pada jaringan, terutama persendian.

c. Terapi pencegahan menggunakan terapi hiperurisemia


III. Rencana Keperawatan

1) Analisa Data

Data Fokus Masalah Keperawatan

Gejala dan tanda mayor : Nyeri kronis D.0078

DS : mengeluh nyeri

DO : tampak meringis, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktifitas, sulit tidur

Gejala dan tanda minor :

DS : merasa takut mengalami cedera berulang

DO : tekanan darah meningkat, bersikap protektif ( posisi menghindari nyeri ), waspada, pola tidur

berubah, anoreksia, fokus menyempit, berfokus kepada diri sendiri.

Gejala dan tanda mayor Gangguan mobilitas fisik D.0054

DS : mengeluh sulit menggerakan ekstremitas

DO : kekuatan otot menurun, rentang gerak ( ROM ) menurun


Gejala dan tanda minor

DS : nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak

DO : sendi kaku, Gerakan tidak terkoordinasi, gerakn terbatas, fisik lemah

2) Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis D.0078 berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis

2. Gangguan mobilitas fisik D.0054 berhubungan dengan gangguan mukuloskeletal

3) Intervensi Keperawatan

NO Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan

1. Nyeri kronis D.0078 berhubungan Setelah dilakukan intervensi Terapi Relaksasi l.09326

dengan kondisi musculoskeletal kronis keperawatan selama 1x30 menit maka Observasi

diharapkan nyeri menurun dengan


● Identifikasi penurunan tingkat energi,
kriteria hasil l.08066: ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala

lain yang mengganggu kemampuan kognitif


-keluhan nyeri menurun

● Identifikasi teknik relaksasi yang pernah


-meringis menurun
efektif digunakan
-kemampuan menuntaskan aktivitas
meningkat ● Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
- Perilaku membaik
penggunaan teknik sebelumnya
- Ketegangan otot menurun

● Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,

suhu sebelum dan sesedah latihan

● Monitor respon terhadap terapi relaksasi

Terapeutik

● Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa

gangguan dengan pencahayaan dan suhu

ruang nyaman, jika perlu

● Berikan informasi tertulis tentang persiapan


prosedur teknik relaksasi

● Gunakan pakaian longgar

● Gunakan nada suara lembut dan berirama

● Gunakan relaksasi sebagai strategi

penunjang dengan analgetik atau tindakan

medis lain, jika sesuai

Edukasi

● Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis

relaksasi yang tersedia misalnya musik,

meditasi, nafas dalam, relaksasi otot

progresif

● Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi

yang dipilih
● Anjurkan mengambil posisi nyaman

● Anjurkan rileks dan merasakan sensasi

relaksasi

● Anjurkan sering mengulang atau melatih

teknik yang dipilih

Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi

2. Gangguan mobilitas fisik D.0054 Setelah dilakukan intervemsi Teknik pelatihan penguatan sendi l.05185

berhubungan dengan gangguan keperawatan selama 1x30 menit,


Observasi :
muskuloskeletal diharapkan mobilitas fisik meningkat

dengan kriteria hasil : ● Identifikasi keterbatasan fungsi dan gerak

sendi
- Pergerakan ekstreimtas meningkat

- Kekuatan otot meningkat ● Monitor lokasi dan sifat ketidaknyamanan

- Rentang gerak meningkat dan rasa sakit selama gerakan/aktifitas

- Nyeri menurun
- Kecemasan menurun Terapeutik :

- Kaku sendi menurun


● Lakukan pengendalian Nyeri sebelum
- Kelemahan fisik menurun
memulai Latihan

● Berikan posisi tubuh optimal untuk Gerakan

sendi pasif atau aktif

● Fasilitasi Menyusun jadwal Latihan rentang

gerak aktif maupun pasif

● Fasilitasi gerak sendi teratur dalam batas-

batas rasa sakit, ketahanan, dan movilitas

sendi

● Berikan penguatan poitif untuk melakukan

Latihan bersama

Edukasi :
● Jelaskan kepada pasien / keluarga tujuan dan

rencanakan latihan bersama

● Anjurkan duduk ditenpat tidur, di sisi tenpat

tidur ( menjuntai ) atau dikursi sesuai

toleransi

● Anjurkan melakukan Latihan rentang gerak

aktif dan pasif secara sistematis


4) Implementasi

Tindakan keperawatan (Implementasi) adalah kategori dari perilaku

keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan

hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.

Implementasi mencakup melakukan, membantu, atau mengarahkan kinerja

aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan asuhan perawatan untuk tujuan

yang berpusat pada klien. Pelaksanaan keperawatan pada arthritis gout

dikembangkan untuk memantau tanda-tanda vital, mengurangi nyeri,

melakukan latihan rentang pergerakan sendi aktif dan pasif, meminta klien

untuk mengikuti perintah sederhana, memberikan stimulus terhadap sentuhan,

membantu klien dalam personal hygiene, dan menjelaskan tentang penyakit,

perawatan dan pengobatan gout.

5) Evaluasi
Merupakan keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar
tujuan keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang
tampilkan. Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana,
dan pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
lansia, maka beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan.
Mengukur pencapaian tujuan. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran
pencapaian tujuan, Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana
keperawatan bila perlu.
Evaluasi hasil: Evaluasi ini berfokus pada respons dan fungsi klien.
Respons perilaku lansia merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan
akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Cara membandingkan
antara SOAP (Subjektive-Objektive-Assesment- Planning) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan. S (Subjective) adalah informasi berupa
ungkapan yang didapat dari lansia setelah tindakan diberikan. O (Objective)
adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. A
(Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan
bahwa masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.P (Planning)
adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil
analisi.
DAFTAR PUSTAKA

Asdie, Ahmad H. Harrison's Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4, Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta: EGC. 2000.
Darmojo RB, Martono HH. Teori peroses menua. Dalam : Martono HH, pranarka K, editors.
Buku ajar Boedi-Darmojo Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ). Edisi ke-5.Jakarta :
Badan Penerbit FKUI : 2013
Kholifah, S.N. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Gerontik. Jakarta : Kemenkes
RI Pusdik SDM Kesehatan
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 :
Jakarta: DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI
Nurarif dan Kusuma, 2016. Asuhan Keperawatan Praktis: Berdasarkan Penerapan Diagnosa
Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Jilid 1. Jakarta: Mediaction.
Ratnawati,E. 2017. Keperawatan Komunitas. Yogyakarta : TIM
Suratun, dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta: EGC.

Zahara. 2013. Artritis Gout Metakarpal Dengan Perilaku Makan Tinggi Purin Diperberat
Oleh Aktifitas Mekanik Pada Kepala Keluarga Dengan Posisi Menggenggam Statis.
Jurnal Medula. (Online), Vol. 1 No. 03, (https://juke.kedokteran.unila.ac.id, diakses 2
Maret 2021)

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/psikiatri/hipnoterapi-dan-terapi-relaksasi/
kontraindikasi/21 april 2020

www.psychologymania.com/2013

Anda mungkin juga menyukai