Anda di halaman 1dari 13

Dea Fitri Anggraeni

Euis Sundari
M. Faizal Al Gifari
Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang
kadar nilainya lebih dari normal. (Suriadi & Yuliani, 2010). Ikterus
fisiologis adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke-2
sampai ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyai dasar patologis dan
akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke-10. (Susilaningrum
dkk, 2013). Icterus, jaundice, atau “sakit kuning” adalah warna kuning
pada sclera mata, mukosa, dan kulit oleh karena peningkatan kadar
bilirubin dalam darah (hyperbilirubinemia) yang selanjutnya
menyebabkan peningkatan bilirubin dalam cairan luar sel (extracellular
fluid). (Widagdo, 2012).Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana
konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan
jaundice pada neonatus di sclera mata, kulit, membrane mukosa dan
cairan tubuh. (Ayu, niwang, 2016).
1. Ikterus prehepatik 2. Ikterus hepatic 3. Ikterus
Disebabkan oleh Disebabkan karena kolestatik
produksi bilirubin yang adanya kerusakan Disebabkan oleh
berlebihan akibat sel parenkim hati. bendungan dalam
hemolisis sel darah Akibat kerusakan saluran empedu
merah. hati maka terjadi sehingga empedu
gangguan bilirubin dan bilirubin
tidak terkonjugasi terkonjugasi tidak
masuk ke dalam hati dapat dialirkan ke
dalam usus halus.
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah tersebut dapat terjadi karena
keadaan sebagai berikut;
1. Polychetemia
2. Isoimmun Hemolytic Disease
3. Kelainan struktur dan enzim sel darah merah
4. Keracunan obat (hemolisis kimia; salisilat, kortikosteroid, kloramfenikol)
5. Hemolisis ekstravaskuler
6. Cephalhematoma
7. Ecchymosis
8. Gangguan fungsi hati; defisiensi glukoronil transferase, obstruksi empedu
(atresia biliary), infeksi, masalah metabolic galaktosemia, hipotiroid jaundice
ASI
9. Adanya komplikasi asfiksia, hipotermi, hipoglikemi. Menurunnya ikatan
albumin; lahir premature, asidosis.
1. Pigmen kuning ditemukan dalam empedu yang terbentuk dari pemecahan
hemoglobin oleh kerja heme oksigenase, biliverdin reduktase, dan agen
pereduksi nonenzimatik dalam sistem retikuloendotelial.
2. Setelah pemecahan hemoglobin, bilirubin tak terkonjugasi diambil oleh
protein intraselular “Y protein” dalam hati. Pengambilan tergantung pada
aliran darah hepatic dan adanya ikatan protein.
3. Bilirubin yang tak terkonjugasi dalam hati diubah atau terkonjugasi oleh
enzim asam uridin difosfoglukuronat uridin diphosphoglucuronic acid (UPGA)
glukuronil transferase menjadi bilirubin mono dan diglucuronida yang polar,
larut dalam air (bereaksi direk).
4. Bilirubin yang terkonjugasi yang larut dalam air dapat dieliminasi melalui
ginjal. Dengan konjugasi, bilirubin masuk dalam empedu melalui membrane
kanalikular. Kemudian ke sistem gastrointestinal dengan diaktifkan oleh
bakteri menjadi urobilinogen dalam tinja dan urine. Beberapa bilirubin
diabsorbsi kembali melalui sirkulasi enterohepatik.
1. Tampak ikterus pada sklera, kuku atau kulit dan
membran mukosa.
2. Jaundice yang tampak dalam 24 jam pertama
disebabkan oleh penyakit hemolitik pada bayi baru lahir,
sepsis, atau ibu dengan diabetic atau infeksi.

3. Muntah, anoksia, fatigue, warna urin gelap dan


warna tinja pucat, seperti dempul.
4. Perut membuncit, pembesaran pada lien dan hati
5. Pada permulaan tidak jelas, yang tampak mata
berputar-putar.
1. Bilirubin encephalopathy (komplikasi serius).
2. Kernicterus; kerusakan neurologis; cerebral palsy,
retardasi mental, hyperaktif, bicara lambat, tidak ada
koordinasi otot, dan tangisan yang melengking.
3. Gangguan pendengaran dan penglihatan
Asfiksia
Visual Laboratorium

a. Test Coomb pada tali


pusat BBL
a. Pemeriksaan dilakukan Hasil positif test Coomb indirek Pemeriksaan radiologi
dengan pencahayaan yang menunjukkan adanya antibody Diperlukan untuk melihat
cukup (di siang hari dengan Rh-positif, anti-A, anti-B dalam adanya metastasis di paru atau
cahaya matahari) karena darah ibu. Hasil positif dari test peningkatan diafragma kanan
ikterus bisa terlihat lebih parah Coomb direk menandakan pada pembesaran hati,seperti
bila dilihat dengan adanya sensitisasi (Rh-positif, abses hati atau hepatoma
pencahayaan yang kurang anti-A, anti-B) SDM dari
neonatus.

b. Tekan kulit bayi dengan b. Golongan darah bayi dan Ultrasonografi


lembut dengan jari untuk ibu : mengidentifikasi Digunakan untuk membedakan
mengetahui warna dibawah incompatibilitas ABO. antara kolestatis intra hepatic
kulit dan jaringan subkutan. dengan ekstra hepatic.
1.Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi Pengganti
untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas
yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar
Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi.
2.Tranfusi Pengganti / Tukar
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4. Tes Coombs Positif.
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Anda mungkin juga menyukai