MAKALAH CUT FITRI UBUDIYAH
MAKALAH CUT FITRI UBUDIYAH
DI
S
U
S
U
N
OLEH:
CUT FITRI HASDIANTI
NPM. 231010120044
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kualitas
perencanaan dan penganggaran. Namun hingga saat ini proses penyusunan
perencanaan dan penganggaran belum sepenuhnya dapat terlaksana sesuai
harapan. Permasalahan yang sering dihadapi oleh para perencana setiap tahun
diantaranya adalah sulitnya sinkronisasi dan koordinasi antar unit serta waktu
perencanaan yang terkesan singkat atau tergesa-gesa. (Permnkes RI No. 7 Tahun
2014)
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka para perencana diharapkan
dapat memahami siklus dan jadwal serta kegiatan umum perencanaan dan
penganggaran. Hal ini untuk memudahkan penyusunan Rencana Kerja (Renja) di
tingkat Pusat (Kementerian/Lembaga) dan Daerah (provinsi dan kabupaten/kota)
yang bersumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), baik dari
rupiah murni, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan atau Pinjaman/Hibah
Luar Negeri (P/HLN).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Jurnal yang dibahas, rumusan masalah dari makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan penganggaran kesehatan di instansi ?
2. Bagaimana konsep penganggaran kesehatan di instansi ?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam penganggaran kesehatan di instansi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penganggaran kesehatan di
instansi.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep penganggaran kesehatan di instansi.
3. Untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah dalam penganggaran
kesehatan di instansi.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2. Fungsi Anggaran
Secara lebih detail anggaran mempunyai beberapa, antara lain :
a. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
b. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
c. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan
berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
d. Anggaran sebagai pengendali unit kerja.
e. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan
efisien dalam pencapain visi organisasi.
f. Anggaran merupakan intrumen politik.
g. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
3. Tujuan Penganggaran
Tujuan penganggaran adalah penyusunan rencana keuangan untuk operasi
pemerintahan atau organisasi di masa depan. Selain itu, penganggaran
merupakan indikasi kebijakan fiskal organisasi untuk mencapai berbagai
tujuan meliputi ekonomi, sosial dan politik. Kita dapat
mempertimbangkan berbagai empat dimensi untuk setiap program anggaran,
yaitu:
a. Prakiraan Laba dan sumber ekonomi lainnya.
b. Kumpulan kebijakan dan tujuan organisasi.
c. Rangkaian kegiatan dan tujuan pelaksanaan kebijakan untuk mencapai
tujuan
d. Mengantisipasi biaya dari aktivitas di masa depan.
3
a. Pendekatan Penganggaran Terpadu
Merupakan penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan
secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan
pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi
dana. Penganggaran terpadu dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh
proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan Kementerian/Lembaga
(K/L) untuk menghasilkan Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA-K/L) dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi, dan
jenis belanja. Integrasi atau keterpaduan proses perencanaan dan
penganggaran dimaksudkan agar tidak terjadi duplikasi dalam penyediaan
dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya
operasional. Perencanaan dan penganggaran disusun secara terpadu dan
menyeluruh dengan memperhatikan berbagai sumber dana yaitu APBN,
termasuk PNBP dan P/HLN, serta APBD. (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
b. Pendekatan Penganggaran Berbasis Kinerja
Merupakan suatu pendekatan dalam sistem perencanaan dan penganggaran
yang menunjukkan secara jelas keterkaitan antara alokasi anggaran dengan
kinerja yang dihasilkan, serta memperhatikan efisiensi dalam pencapaian
kinerja. Kinerja yang dimaksud adalah prestasi kerja yang berupa keluaran
dari kegiatan atau hasil dari program dengan kualitas dan kuantitas yang
terukur. (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
c. KPJM
KPJM adalah pendekatan penyusunan anggaran berdasarkan kebijakan
dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran
dalam kurun waktu lebih dari satu tahun anggaran. Pendekatan tersebut
sangat bermanfaat dalam mengelola keuangan negara dalam rangka
pelaksanaan pembangunan nasional. Adapun manfaat dari KPJM
tersebut antara lain: (Permnkes RI No. 7 Tahun 2014)
1) Memelihara kelanjutan fiskal dan meningkatkan disiplin fiskal.
2) Meningkatkan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran.
3) Mengarahkan alokasi sumber daya agar lebih rasional dan strategis.
4
4) Meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dengan
pemberian pelayanan yang optimal.
5
3. Visi Pemda dan DPRD tentang kedudukan sektor kesehatan dalam
konteks pembangunan daerah relatif terhadap kesehatan.
4. Kemampuan Dinas Kesehatan untuk melakukan advokasi kepada pemda
dan DPRD.
3. Langkah-Langkah Penganggaran
Langkah-langkah yang harus diikuti dalam penganggaran adalah sebagai
berikut : (Winarno, 2013)
a. Penetapan tujuan
b. Pengevaluasian sumber-sumber daya yang tersedia
c. Negoisasi antara pihak-pihak yang terlibat mengenai angka anggaran
d. Persetujuan akhir
e. Pendistribusian anggaran yang disetujui.
C. Penganggaran Nasional
1. Peran Pemerintah dalam Penganggaran
Seiring dengan berjalannya reformasi di Indonesia, Pemerintah
mengeluarkan paket Undang-Undang di bidang keuangan negara yang
meliputi Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. (Trisugiarto, 2016)
Ketiga paket undang-undang ini menjadi tonggak reformasi pengelolaan
keuangan negara. Undang-undang Keuangan Negara Pasal 3 ayat 1 menyatakan
bahwa Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Hal ini mendorong
Pemerintah agar lebih profesional dalam pengelolaan keuangan. Banyak
perubahan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan negara, mulai dari
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan pertanggungjawaban
dan pemeriksaan oleh pengawas. (Trisugiarto, 2016)
6
2. Penganggaran dan Otonomi Daerah
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyelenggaraan otonomi daerah dimana
faktor-faktor tersebut sekaligus sebagai faktor yang sangat menentukan prospek
otonomi daerah untuk masa mendatang. Faktor pertama yang menentukan
prospek otonomi daerah adalah manusia sebagai subyek penggerak dalam
penyelengaraan otonomi daerah. Faktor manusia ini haruslah baik dalam
pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor ini mencakup unsur pemerintah
daerah yang terdiri dari kepala daerah dan DPRD, aparatur daerah maupun
masyarakat daerah yang merupakan lingkungan tempat aktivitas pemerintah
daerah dilaksanakan. Kemampuan aparatur pemerintah daerah merupakan suatu
faktor yang menentukan apakah suatu daerah dapat atau mampu
menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri dengan baik atau tidak.
(Winarno, 2013)
3. Analisis Program Penganggaran
Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui program-program yang
dijadikan prioritas pemerintah daerah sesuai urutan berdasarkan indikator
pencapaian visi misi kepala daerah dan program prioritas arahan pemerintah
pusat. Melalui teknik ini diketahui bagaimana program kesehatan berkontribusi
terhadap tujuan pembangunan daerah beserta penganggarannya. Analisis ini
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu : (Prabowo, 2016)
a. Tahap Pertama. Pada tahap ini akan di analisis program-program
berdasarkan kriteria pencapaian output visi misi pemerintah daeran. Pada
matriks prioritas ini akan dihasilkan pengurutan prioritas program sesuai
dengan total hasil penjumlahan mulai dari nilai tertinggi hingga terendah.
Selanjutnya akan dipilih program-program dengan nilai total di atas rata-rata
jumlah total. (Prabowo, 2016)
b. Tahap Kedua. Pada tahap selanjutnya, akan di analisis kembali urutan
program-program yang memiliki nilai di atas rata-rata sebagaimana
dihasilkan pada tahap pertama. Analisis tahap kedua ini merupakan
penentuan prioritas utama program yang akan menghasilkan urutan program
terpenting dari program yang terpilih. (Prabowo, 2016)
7
D. Anggaran Pelayanan Kesehatan
1. Kebutuhan Anggaran Kesehatan
Kebutuhan layanan kesehatan penduduk secara regional spesifik di
kebanyakan negara. Sistem kesehatan nasional dihadapkan pada dilema
mengalokasikan sumber daya ke wilayah ini untuk memperhitungkan kebutuhan.
Meskipun sistem historis dan inkremental merupakan norma di masa lalu, negara-
negara semakin memanfaatkan informasi mengenai kebutuhan lokal untuk
mempengaruhi alokasi ini. (Firdaus, 2012)
Di Indonesia, ketidaksetaraan pola pendanaan bersejarah diperburuk oleh
dampak undang- undang desentralisasi yang diberlakukan pada tahun 1999 dan
direvisi pada tahun 2001 yang menempatkan sebagian besar layanan
kesehatan di bawah tanggung jawab pemerintah kabupaten. (Firdaus, 2012)
Dinas Kesehatan Kabupaten sekarang harus bersaing dengan sektor lain
untuk pendanaan. Tinjauan pengeluaran publik baru-baru ini menunjukkan
bahwa pengeluaran kesehatan lokal sebagian besar terkait dengan pendapatan
kabupaten daripada kebutuhan populasi. Ketidakadilan di tingkat kabupaten
cenderung berkontribusi terhadap ketidakadilan di tingkat individu : studi
penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki salah satu distribusi sumber
daya kesehatan masyarakat paling miskin di wilayah ini.(Firdaus, 2012)
8
penyemprotan demam berdarah). Paketnya jugamendefinisikan dukungan untuk
perawatan kesehatan pribadi yang lebih luas untuk orang miskin termasuk
perawatan dasar dan rujukan. Layanan ini tidak didefinisikan dengan
baik dan dalam tulisan ini kita membatasi perhatikan biaya layanan
universal yang ada ditentukan untuk diberikan kepada seluruh populasi.
(Firdaus, 2012)
Pembiayaan untuk mencapai target SPM berasal dari beberapa sumber.
Sejak tahun 2004 telah ada skema asuransi untuk orang miskin berdasarkan
karakteristik rumah tangga dan individu pertama dikelola oleh asuransi
kesehatan negara agensi (PT Askes) dan, sejak 2008, sebagai program khusus
dari Kementerian Kesehatan (Jamkesmas). Kabupaten adalah diperlukan untuk
menyediakan dana untuk layanan prioritas ke sisa populasi tapi
sedikit yang diketahui tentang biaya komitmen tersebut dan bagaimana hal
itu bervariasi melintasi negara. Variasi biaya yang luas sangat mungkin terjadi
karena negara ini terdiri dari lebih dari 17.000 pulau yang memiliki status
ekonomi dan sosial yang sangat berbeda. Fokus penelitian ini adalah pada
estimasi dana yang dibutuhkan untuk mencapai minimum. (Firdaus, 2012)
9
rendahnya tingkat sumber daya dan niat untuk mengarahkan mereka ke
kebutuhan prioritas berarti banyak yang rendah dan Middle Income Countries
(LMICs) bertujuan untuk fokus kepada publikpendanaan untuk perawatan
kesehatan pada rentang intervensi yang terbatas yang terbukti efektivitas biaya.
Paket manfaat dasar pendekatan, dengan fokus pada jangkauan sempit yang
sebagian besar menular penyakit dan kesehatan ibu dan anakmenjadi ciri umum
strategi sektoral di Indonesia banyak LMICs. Pendekatannya sangat
penting bagi internasional inisiatif advokasi lebih banyak tapi lebih tepat
sasaran belanja untuk perawatan kesehatan. Pendekatan bottom up, pendekatan
untuk kebutuhan alokasi sumber daya mungkin praktis untuk terbatasnya
layanan yang dibiayai oleh negara seperti itu negara dan lebih spesifik terhadap
kebutuhan daripada rumus umum. (Firdaus, 2012)
10
memperhatikan baik segi ekonomi dan keuangan pelaksanaan anggaran.
Sedangkan penganggaran program merupakan gabungan dari penganggaran
tradisional dan penganggaran kinerja, yang lebih menekankan pada segi
perencanaan anggaran dan bukan pada pengendalian anggaran. (Winarno, 2013)
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang
hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial. Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan
sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen didalam perencanaan
koordinasi dan pengawasan. Penganggaran kesehatan adalah suatu rencana yang
disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan kesehatan, yang
dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu
(periode) tertentu yang akan datang. Konsep penganggaran kesehatan terdiri dari
Penganggaran Tradisional, Penganggaran Kinerja dan Penganggaran Program.
Konsep penganggaran tersebut termasuk dalam Sistem Anggaran Negara.
Sebelum reformasi di bidang keuangan, sistem perencanaan dan penggaran
yang berlaku menggunakan pendekatan line item dan incremental, dimana
dalam pendekatanline item lebih berorientasi pada input sedangkan pada
pendekatan incremental lebih pada perspektif tahunan. Setelah munculnya
Undang-Undang Keuangan Negara, sistem perencanaan dan penganggaran
mengalami perubahan. Jenis pendekatan yang dilakukan, yaitu Kerangka
Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM), Penganggaran Terpadu, dan
Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan amanat dari Undang-
undang Keuangan Negara Nomor 17 Tahun 2003.
B. Saran
Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan
sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum,
oleh karena itu saya harapkan agar pembaca bisa mencari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang saya buat, guna mengoreksi bila
terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
13