Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

KOSMETIK BAHAN ALAM


“PAPER SOAP ”

Tanggal praktikum:
Dosen Pengampu : 1. Cyntia Wulandari, M.Farm
2. Apt. Cyntia Wahyuningrum, M.Farm
Asisten Dosen : Virliana Gusniada

Disusun Oleh :
Lydia Evangelista
066119199
F

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terdapat berbagai macam jenis sabun salah satunya adalah sabun cuci tangan.
Sabun dalam kehidupan sehari-hari sering digunakan untuk membersihkan kotoran
pada kulit. Sabun memiliki sifat sebagai pengemulsi untuk mendispersikan minyak
dan lemak serta sabun dapat teradsorpsi pada butiran kotoran. Hal ini yang
menyebabkan sabun dapat menghilangkan kotoran. Sabun memiliki berbagai macam
bentuk diantaranya dalam bentuk batang, cair, dan bentuk lembaran (paper soap).
Terutama dalam masa-masa sekarang ini, sabun sangat diperlukan, sabun
antiseptic salah satunya digunakan untuk pencegahan penyebaran virus corona. Paper
soap merupakan sabun berbentuk lembaran tipis yang berasal dari komponen polimer
larut air dan juga sabun. Paper soap digunakan sebagai solusi praktis selama
beraktivitas di luar rumah. Selain praktis, paper soap memiliki karakteristik fleksibel,
mudah larut dalam air, dan sifatnya stabil. Paper soap ini sangat dibutuhkan untuk
sebagai sabun saat cuci tangan di luar ruangan.
Dalam formulasi nya, penulis menggunakan ekstrak buah pala sebagai zat aktif
utama, hal ini dikarenakan buah pala memiliki kandungan yang bermanfaat sebagai
antiseptic. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa kandungan dari miinyak atsiri
buah pala memiliki kemampuan untuk mematikan virus dan bakteri, oleh karena itu
dilakukan percobaan “Pembuatan Paper Soap Menggunakan Ekstrak Etanol Fuli
Buah Pala”
1.2 Tujuan
Menegtahui formulasi, cara pembutan, dan evaluasi dari paper soap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Paper soap merupakan sabun berbentuk lembaran tipis yang berasal dari
komponen polimer larut air dan juga sabun. Paper soap digunakan sebagai solusi
praktis selama beraktivitas di luar rumah. Selain praktis, paper soap memiliki
karakteristik fleksibel, mudah larut dalam air, dan sifatnya stabil. Proses pembuatan
sabun terbagi menjadi dua yakni proses panas dan dingin. Pada proses panas, suhu
yang digunakan untuk mencampurkan larutan basa dengan minyak/lemak adalah 70C
sedangkan pada proses dingin, pencampuran dilakukan pada suhu 32-35C. Perbedaan
suhu ini menyebabkan waktu curing (pengeringan sabun) pada proses dingin lebih
lama dibandingkan pada proses panas yaitu ±2-3 minggu. (Inayah 2018)

Sabun merupakan produk pembersih yang dibuat dengan menggunakan reaksi


kimia antara basa natrium atau kalium dan asam lemak dari minyak nabati maupun
lemak hewani (Badan Standarisasi Nasional, 1994). Berikut bahan-bahan yang
digunakan pada pembuatan sabun secara umum diantaranya asam lemak, contoh asam
lemak yang banyak digunakan yaitu coconut oil, virgin coconut oil. Basa atau alkali,
yang biasa digunakan untuk pembuatan sabun yakni NaOH dan KOH. Antioksidan
yang berfungsi untuk menghambat reaksi oksidasi yang dapat menyebabkan kualitas
minyak yang digunakan menurun. Pelarut, jenis pelarut yang digunakan yaitu air. Zat
aditif sebagai penunjang kualitas sabun, contohnya pewangi. (Leyana 2013)

Tanaman pala (Myristica fragrans houtt) adalah tanaman asli Indonesia yang
berasal dari pulau Banda. Tanaman ini merupakan tanaman keras yang dapat berumur
panjang hingga lebih dari 100 tahun. Tanaman pala tumbuh dengan baik di daerah
tropis, selain di Indonesia terdapat pula di Amerika, Asia dan Afrika. (Nurdjansyah,
2014). Kandungan minyak atsiri tiap komponen pala yaitu pada biji 5-15 %, fuli 4-
17%, daun 1,7 %, dan daging buah sekitar 6,25% (Peter, 2001; BSN, 2006; Pal,
Verma, Tewari, 2011). Tanaman pala menghasilkan miristisin yang merupakan salah
satu komponen minyak pala yang bersifat toksik, fuli mengandung senyawa miristisin
lebih banyak daripada biji pala (50% dari jumlah fuli) (Nurhasanah, 2014)
Minyak atsiri adalah cairan minyak beraroma aromatik yang diidentifikasi oleh
bau yang kuat dan diproduksi oleh tanaman aromatik sebagai metabolit sekunder
diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari
bunga. Minyak atsiri dapat diisolasi menggunakan sejumlah metode isolasi. Tanaman
aromatik dan rempahrempah umumnya digunakan dalam fitoterapi dan sebagian
besar berhubungan dengan aktivitas minyak atsiri yang bervariasi seperti antimikroba,
antioksidan, antijamur, spasmolitik, karminatif, hepatoprotektif. Minyak atsiri biji
pala memiliki kandungan senyawa 61-88% monoterpen hydrokarbon (alfa pinen, beta
pinen, sabinen), asam monoterpen (5-15%). Selain itu minyak atsiri biji pala memiliki
kandungan monoterpen hidrokarbon (alfa pinen, beta pinen, sabinen) yang lebih
tinggi dari pada tanaman lain.

Paper soap adalah salah satu inovasi produk sediaan sabun yang unik berupa
lembaran tipis yang menyerupai kertas. Mengkaji evaluasi sediaan paper soap dan
mengkaji aplikasi sediaan paper soap. Paper soap merupakan sediaan sabun yang unik
berupa lembaran tipis dengan ketebalan 10- 500 μm. Paper soap berasal dari
komponen polimer larut air dan juga sabun untuk memperlemah kekakuan pada
sediaan. Beberapa jenis plasticizer yang biasanya digunakan selain gliserin yakni
sorbitol dan polietilen glikol (Inayah 2018)
2.2 Data Preformulasi
➢ EFBP
Taksonomi Pala (Myristica fragrans Houtt)
Kingdom : Plantae
Filum : Tracheophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ord : Magnoliales
Famili : Myristicaceae
Genus : Myristica
Spesies : Myristica fragrans
➢ VCO
Pemerian : Cairan minyak tidak berwarna.
Aroma : Ada sedikit berbau asam ditambah karamel.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alkohol (1:1)
Berat jenis : 0,883 g/ml pada suhu 20ºC
Titik cair : 20-25ºC
Titik didih : 225ºC
Kerapatan uap : 6,91
Tekanan uap : 1 mmHg pada suhu 121ºC
Penguapan : Tidak menguap pada suhu 210C (0%)
pH : Tidak terukur karena tidak larut dalam air. Namun karena
termasuk dalam senyawa asam maka dipastikan memiliki pH kurang dari 7
Khasiat : Pembentuk busa
➢ NaOH
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus molekul : NaOH
BM : 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur, atau kaping, kering,
keras, rapuh, putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%)
P.
Struktur : Na – O – H
Khasiat : Sebagai basis sabun
➢ Asam Stearat (DepKes RI, 1995)
Pemerian : Padatan Kristal, berwarna putih atau sedikit kuning,
mengkilat
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air
Penggunaan : Sebaga emulsifying agent
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak
sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2 dan asam
heksadekanoat, C16H32O2
➢ SLS (Rowe 2009; 448)
Nama resmi : Natrium Lauril Sulfate
Nama lain : Sodium Lauryl Sulfat
Berat Molekul : 288,38 g/mol
Rumus Molekul : C12H25O45
Ph : 6-9
Pemerian : Serbuk atau hablur putih atau kuning pucat dengan
bau lemah atau bauk has
Kelarutan : Larut dengan air, praktis larut dalam kloroform
dan eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Surfaktan anionic, emulsifying agent, skin
penetrasi, wetting agent.
➢ Gliserin (FI IV hal 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi 6
hal 283).
Rumus Molekul : C3H8O3.
Berat Molekul : 92,09
Pemerian : Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa
manis; hanya boleh berbau
khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopis, netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol;
tidak larut dalam kloroform,
dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap.
Titik Beku : -1,60 C.
Khasiat : Pelarut.
Konsentrasi : 30 – 50 % ( sebagai solvent parentral
➢ Glukosa (Farmakope Indonesia edisi III.1979. Hal.268)
Bentuk : hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran
putih
Warna : putih
Bau : tidak berbau
Rasa : manis
Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam
air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P mendidih ; sukar larut
dalam etanol (95%)P.
Susut pengeringan : antara 7,5% sampai 9,5%
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik .
➢ Etanol (Farmakope Indonesia edisi IV. 1995. Hal : 63)
Warna : tidak berwarna
Rasa : panas
Bau : khas
Pemerian : cairan jernih
Polimorfisme : mudah menguap
Ukuran partikel :
Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, kloroform, dan eter
Titik didih : 78C
pKa / pKb :-
Bobot jenis : 0,815gr-0,813gr
pH larutan :
Stabilitas : mudah menguap, terbakar, mudah rusak adanya
cahaya
Inkompatibilitas :-
Kegunaan : sebagai pelarut campur
➢ BHT
Butil Hidroksi Toluen mengandung tidak kurang dari 99% C15H24O
Pemerian : Hablur padat, putih, bauk has, lemah
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan propilen glikol. Mudah larut
dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Fungsi : antioksidan
➢ Dinatrium EDTA
Dinatrium EDTA mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari
101% C10H14N2Na2O8 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Serbuk hablur, putih
Kelarutan : Larut dalam air
Fungsi : Pengkelat
➢ Aquadest
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
Kegunaan : pelarut
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Alat-alat gelas
2. Batang pengaduk
3. Cetakan Silikon
4. Timbangan
5. Water bath
3.1.2 Bahan
1. Aquadest
2. Asam starat
3. BHT
4. Dinatrium EDTA
5. EFBP (Ekstrak Fuli Buah Pala)
6. Etanol 96%
7. Gliserin
8. Glukosa
9. NaOH
10. Pengaroma
11. SLS
12. VCO
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Cara Pembuatan Paper Soap
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipanaskan VCO yang telah ditempatkan dalam beaker glass dengan
waterbath
3. Dimasukkan asam stearat aduk hingga homogen
4. Dimasukkan larutan NaOH 30% dan ekstrak etanol buah pala
5. Dimasukkan etanol 96%, gliserin, SLS, glukosa, HCl 0,1%, EDTA,
BHT, dan pengaroma aduk ad homogen
6. Dituangkan kedalam cetakan silikon dan didiamkan selama 24 jam pada
suhu ruang
7. Dilakukan evaluasi sabun, setelah sabun memadat
3.2.2 Cara Evaluasi Sediaan
A. Uji Organoleptik
Dilakukan uji organoleptik meliputi uji warna, aroma dan tampilan fisik
dari sabun
B. Uji Ph
1. Diambil 10g formula kemudian dilarutkan dalam 100mL aquadest,
2. Diamkan selama 2 jam, pH diukur menggunakan pH meter digital
(Menurut Badan Standardisasi Nasional (BSN, 2017) nilai pH
untuk sabun cair pembersih tangan adalah pada rentang 8-11
C. Uji Ketinggian Busa
1. Ditimbang 0,5 gram sampel sabun kemudian larutkan dalam 25
mL aquadest.
2. Pindahkan kedalam gelas ukur 100mL, cukupkan volume hingga
50mL dengan aquadest.
3. Diberikan gaya pukulan pada cairan sabun sebanyak 25 kali,
dibiarkan sampai volume air terukur hingga 50 ml dan ukur tinggi
busa di atas volume air
D. Uji Kadar Air
1. Dilakukan dengan metode gravimetri.
2. Ditimbang 1 gram sampel pada cawan petri yang telah diketahui
bobotnya, dipanaskan pada lemari pengering pada suhu 105℃
selama 2 jam sampai bobot tetap.
E. Uji Iritasi Responden
1. Disiapkan 20 orang sukarelawan, kemudian dilakukan pengujian
iritasi dengan cara sabun dioleskan pada lengan bawah atau di
belakang telinga
2. Dibiarkan selama ±1 jam dan dilihat perubahan yang terjadi berupa
kemerahan, gatal, kasar, panas dan kering
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Formulasi
4.1.1 Formula

Konsentrasi Bahan
Nama Bahan
F1 F2 F3

EFBP 5% 10% 15%

VCO 5% 5% 5%

NaOH 30% 9% 9% 9%

Asam Stearat 3,5% 3.5% 3,5%

SLS 1% 1% 1%

Gliserin 6,5% 6,5% 6,5%

Glukosa 3% 3% 3%

Etanol 96% 7,5% 7,5% 7,5%

BHT 0,1% 0,1% 0,1%

Dinatrium EDTA 1% 1% 1%

Pengaroma q.s q.s q.s

Aquadest Ad 100% Add 100% Ad 100%

4.2 Perhitungan
Bahan FI F2 F3
EFBP 5/100 x 100 = 5g 10/100 x 100 = 10g 15/100 x 100 = 15g
VCO 5/100 x 100 = 5g 5/100 x 100 = 5g 5/100 x 100 = 5g
NaOH 9/100 x 100 = 9g 9/100 x 100 = 9g 9/100 x 100 = 9g
30%
Asam 3,5/100 x 100 = 3,5g 3,5/100 x 100 = 3,5g 3,5/100 x 100 = 3,5g
Stearat
SLS 1/100 x 100 = 1g 1/100 x 100 = 1g 1/100 x 100 = 1g
Gliserin 6,5/100 x 100 = 6,5g 6,5/100 x 100 = 6,5g 6,5/100 x 100 = 6,5g
Glukosa 3/100 x 100 = 3g 3/100 x 100 = 3g 3/100 x 100 = 3g
Etanol 7,5/100 x 100 = 7,5g 7,5/100 x 100 = 7,5g 7,5/100 x 100 = 7,5g
96%
BHT 0,1/100 x 100 = 0,1g 0,1/100 x 100 = 0,1g 0,1/100 x 100 = 0,1g
Dinatrium 1/100 x 100 = 1g 1/100 x 100 = 1g 1/100 x 100 = 1g
EDTA
Pengaroma q.S q.s q.s
Aquadest Ad 100ml – Ad 100ml – Ad 100ml –
(5+5+9+3,5+1+6,5+3+7,5 (10+5+9+3,5+1+6,5+3+7,5 (15+5+9+3,5+1+6,5+3+7,5
+0,1+1) = 58,4ml +0,1+1) = 53,4ml +0,1+1) = 48,4ml

4.2 Data Pengamatan

No Evaluasi Hasil

Aroma Tekstur Banyak Busa Warna

Uji F1 : 80,00 77,78 72,22 71,11


1
Organoleptik F2 : 77,78 74,44 72,22 70,00
F3 : 65,56 78,89 63,33 61,11

F1= 8,2
2 Uji pH F2 = 8,3
F3 = 8,5

F1 = 18 nm
Uji Tinggi
3 F2 = 23 nm
Busa
F3 = 25 nm
F1 = 56.13%
4 Uji Kadar Air F2 = 53.55%
F3 = 48.06%

Gatal Kemearhan Rasa Panas


kering
F1 :Tidak ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak
Uji Iritasi Pada Ada
5
Responden F2 :Tidak ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak
Ada
F3 :Tidak ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak
Ada

4.3 Pembahasan
Percobaan kali ini adalah membuat suatu sediaan yaitu sedian sabun berbentuk
kertas atau biasanya disebut sebagai paper soap. Paper soap merupakan salah satu inovasi
sediaan sabun yang unik berupa lembaran tipis menyerupai kertas, paper soap ini
mengandung komponen yang larut air dan sabun sehingga saat digunakan tidak akan
emninggalkan sampah atau bekas apapun. Penggunaan paper soap saat ini sedang ramai
dibicarakan, terutama dalam masa pandemic covid-19 dimana masyrakat dianjurkan
untuk selalu mencuci tangan, sebelum dan sesudah melakukan aktivitas, dan paper soap
ini adalah bentuk sediaan sabun paling prakris dan mudah dibawa kemana-mana.
Dalam percobaan ini akan dibuat paper soap dengan zat aktif utama nya yaitu
ekstrak fuji buah pala. Buah pala memiliki kandungan minyak atsiri, minyak atsiri buah
pala memiliki kandungan senyawa 61-88% monoterpen hydrokarbon (alfa pinen, beta
pinen, sabinen), asam monoterpen (5-15%). Dimana kandungan ini dapat bekerja sebagai
antimikroba dan antiseptic. Persiapan sampel awal yang dilakukan adalah mengekstraksi
buah pala, dalam percobaan ini buah pala (Myristica fragrans Houtt.) yang akan
digunakan berasal dari Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. Buah pala yang telah
diambil kemudian dicuci menggunakan air mengalir lalu dipotong menjadi lebih kecil
dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 400C hingga kering dan mencapai bobot
konstan. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol
96%. Ekstrak cair yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan Rotary vacuum
evaporator
Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan paper soap, proses pembuatan sabun
menggunakan metode panas dengan waterbath sebagai medianya. VCO yang telah
ditempatkan dalam beaker glass dipanaskan dengan waterbath, vco berfungsi sebagai
pembentuk busa pada sabun. Masukkan asam stearate yang berfungsi sebagai asam
lemak, lalu aduk hingga homogen. Kemudian masukkan larutan NaOH 30% sebagai
alkali bebas. dan ekstrak etanol fuli buah pala. Kemudian tambahkan bahan pendukung
lainnya yaitu, etanol 96%, gliserins sebagai humektan atau agen penjernih, SLS sebagai
surfaktan, Glukosa sebagai bahan tansparan, EDTA sebagai agen pengkhelat, BHT
sebagai antioksidan dan pengaroma. kemudian aduk hingga seluruh larutan tercampur
sempurna, kemudian tuangkan ke dalam cetakan silikon dan diamkan selama 24 jam pada
suhu ruang. Setelah sabun memadat, dilanjutkan dengan proses evaluasi sabun.
Setelah itu dilanjutkan dengan evaluasi pada sabun, evaluasi pertama yang
dilakukan adalah uji organoleptic, uji ini dilakukan dengan mengamati bentuk, warna dan
aroma sabun. Dari percobaan ini, uji organoleptic dilakukan terhadap penerimaan
responden terhadap sabun, Hasil tingkat kesukaan panelis terhadap uji organoleptic
menunjukkan bahwa persentase formula1 lebih tinggi dibandingkan dengan formula
lainnya. Selanjutnya dilakukan uji pH pada sabun, Uji pH merupakan salah satu syarat
mutu sabun cair. Hal tersebut karena sabun cair kontak langsung dengan kulit dan dapat
menimbulkan masalah apabila pH sediaan tidak sesuai dengan pH kulit. Kulit memiliki
kapasitas ketahanan dan dapat dengan cepat beradaptasi terhadap produk yang memiliki
pH 8.0-10.8 . Dari percobaan ini, didapatkan ketiga formula memenuhi rentang pH. Nilai
pH yang tinggi biasanya dibengaruhi oleh NaOH yang berfungsi sebagai alkali bebas,
Tingkat alkali bebas dalam sabun ini disebabkan oleh adanya alkali yang tidak bereaksi
dengan asam lemak dalam proses saponifikasi. Dilanjutkan dengan uj tinggi busa,
Untuk uji tinggi dan kestabilan busa Berdasarkan SNI, syarat tinggi buih/busa dari
sabun cair yaitu 13-220 mm. Pengujian tinggi busa menggunakan gelas ukur, dari hasil
pengamatan tinggi busa, formula III menunjukkan ketinggian busa terbesar. Makin besar
konsentrasi maka makin banyak busa yang dihasilkan, busa yang dihasilkan selain dari
bahan SLS yang bertindak sebagai surfaktan, juga dapat berasal dari kandungan senyawa
saponin yang dimiliki oleh ekstrak. Busa pada sabun berfungsi untuk mengangkat minyak
atau lemak pada kulit, jika busa yang dimiliki oleh sabun terlalu tinggi maka dapat
membuat kulit kering, saat lemak di kulit hilang, maka akan membuat kulit lebih rentan
terhadap iritasi. Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat
dalam sabun, pada pengujian ini digunakan metode gravimetri.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan “Paper Soap” dapat disimpulkan bahwa :
1. Paper soap merupakan salah satu inovasi sediaan sabun yang unik berupa
lembaran tipis menyerupai kertas
2. Buah pala memiliki kandungan minyak atsiri, minyak atsiri buah pala
memiliki kandungan senyawa 61-88% monoterpen hydrocarbon.
3. Untuk uji tinggi dan kestabilan busa Berdasarkan SNI, syarat tinggi buih/busa
dari sabun cair yaitu 13-220 mm.
4. Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang terdapat dalam
sabun, pada pengujian ini digunakan metode gravimetri.
5. Syarat uji Ph pada sabun adalh 8-10
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. (1994). Standar Mutu Sabun Mandi, SNI 06-3532-
1994, Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta.
Inayah, S., Febrina, L., Tobing, N. E. K. P., & Fadraersada, J. (2018). Formulasi Dan
Evaluasi Sediaan Patch Bukal Mukoadhesif Celecoxib, Proceeding of the 8th
Mulawarman Pharmaceuticals Conferences, hlm. 177-183.
Leyana, S., A.R Shabaraya, Mohd Azharuddin, Phaldesai Saiesh. (2013). Medicated
Paper Soap Strips For Dermal Infections, International Journal of Universal
Pharmacy and Bio Sciences, Vol. 2(5), 27-35.
Nurhasanah. (2014). Antimicrobial Activity Of Nutmeg ( Myristica fragrans Houtt )
Fruit Methanol Extract Againts Growth Staphylococus aureus and
Escherichia coli. 3(1), 277–286. Universitas Indonesia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai