Anda di halaman 1dari 34

OLEH :

1. Syaiful Arief Harahap (1452010004)

2. M. Abi Rafdi P. (1452010048)

3. Fajar Ilham Novanto (1452010063)

4. Williono Ardi P. (1452010071)

5. Rahmi Novita Dwiyanti R. (1452010097)


PENDAHULUAN
Senyawa anorganik dan organik beracun merupakan
penyebab utama lingkungan terkontaminasi yang
selanjutnya berakibat pada kesehatan dan tentunya akan
mempengaruhi populasi manusia. Jumlah limbah
beracun makin meningkat dan asal limbah sangat
beragam.
SUMBER PENCEMAR
Limbah dapat berasal dari Hasil industri dan barang
komersial:
i. Industri
ii. Kegiatan militer
iii. Kegiatan perubatan
iv. Sumber radioaktif
v. Limbah rumah tangga
vi. Kotoran manusia
vii. Industri ringan, seperti pada dry cleaning
viii. Kegiatan pertanian.
KATEGORI BERDASARKAN EFEK
Berdasarkan efeknya maka bahan kimia dapat
dikategorikan atas 2 kelompok yaitu :
berbahaya (hazardous): termasuk mudah meledak
(explosive), mudah terbakar (flammable), irritant,
sensitizers, asam, alkalin (caustic), dan
beracun (toxins) yaitu mampu membunuh sel
(Cunningham and Cunningham, 2002).
BIOREMEDIASI
Strategi atau proses yang menggunakan
mikroorganisme, tanaman maupun enzim dari mikroba
maupun tanaman untuk menetralkan sifat beracun dari
kontaminan (detoxify) di dalam tanah maupun
lingkungan lainnya disebut dengan bioremediasi
BIODEGRADASI
Bioremediasi berbeda artinya dengan biodegradasi,
dimana biodegradasi merupakan transformasi atau
detoksifikasi kontaminan seluruhnya maupun sebagian
dengan menggunakan mikroorganisme dan tanaman
melalui perombakan atau penguraian.
KRITERIA BIOREMEDIASI
Adapun kriteria yang harus dipenuhi adalah :
1. Organisme harus memiliki aktivitas katabolisme yang
penting dalam merombak kontaminan pada kecepatan
yang layak untuk menjadikan pada tingkat yang sesuai
standar
2. Kontaminan target haruslah bersifat bioavailable
3. Daerah tempat kontaminan memiliki kondisi tanah yang
kondusive untuk berkembangnya mikroorganisme dan
tanaman atau aktivitas enzimatik
4. Biaya remediasi harus lebih rendah atau tidak lebih
tinggi dari teknologi lainnya yang dapat digunakan
untuk memindahkan kontaminan
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
BIOREMEDIASI
Faktor yang mempengaruhi berlangsung atau jalannya
bioremediasi adalah :
faktor bahan polutan
faktor organisme yang terlibat
faktor lingkungan
JENIS KONTAMINAN YANG MAMPU DIREMEDIASI DENGAN BIOREMEDIASI
Jenis kontaminan Contoh spesifik Sumber potensial
Larutan ber-chlor Trichloroethylene Drycleaner (bahan pembersih)
Perchloroethylene Pabrik kimia
Polychlorinated Biphenyls 4-Chlorobiphenyl Pabrik bahan listrik
4,4-Dichlorobiphenyl Pusat tenaga
Jalur kereta api
Chlorinated phenol Pentachlorophenol Tempat kayu balok
Landfills
BTEX Benzene Tempat produksi minyak dan penyimpanan
Toluene Disekitar tempat pebuatan gas
Ethylbenzene Airport
Xylene Pabrik cat
Fasilitas pelabuhan
Jalur kereta api
Pabrik kimia
Polyaromatic hydrocarbons (PAHs) Naphthalene Tempat produksi minyak dan penyimpanan
Antracene Pusat Gas
Fluorene Coke plants
Pyrene Engine works
Benzo(a)pyrene Landfills, produksi Tar dan penyimpanannya,
Boiler abu tempat pembuangan, pusat tenaga
Pesticida Atrazine Pertanian
Carbaryl Timber treatment plants,
Carbofuran Coumphos Pabrik pestisida, area rekreasi, Landfills
Diazinon Glycophosphate
Parathion
Propham
2,4-D
ORGANISME PELAKSANA BIOREMEDIASI
Mikroorganisme yang menjalankan bioremediasi dapat
diisolasi dari alam. Mikroba dapat beradaptasi pada
temperatur rendah atau tinggi, pada kondisi gurun atau
dalam air, dengan kondisi berlebihan oksigen atau
kekurangan oksigen, dengan ada senyawa berbahaya
atau limbah lainnya. Namun hal utama harus ada
tersedia bagi organisme adalah energi dan karbon.
Karena daya beradaptasi dari mikroba, maka mikroba
dapat digunakan untuk mendegradasi atau meremediasi
lingkungan yang tercemar.
MIKROBA BERDASARKAN CARA HIDUP
Aerob.
Kondisi dimana ada oksigen contoh Pseudomonas, Alcaligenes,
Sphingomonas, Rhodococcus, dan Mycobacterium. Mikroba ini
dapat merombak pestisida dan hydrokarbon, baik alkana dan
senyawa polyaromatik. Kebanyakan bakteri ini menggunakan
kontaminan sebagai sumber energi dan karbon.
Anaerob
Kondisi tidak ada oksigen. Bakteri anaerobik tidak banyak
menjalankan bioremediasi seperti pada kondisi aerob. Proses
bioremediasi yang terjadi pada kondisi anaerob adalah
bioremediation of polychlorinated biphenyls (PCBs) oleh bakteri
pada sedimen sungai, deklorinasi dari larutan trichloroethylene
(TCE) dan kloroform.
BEBERAPA CONTOH MIKROBA UNTUK
BIOREMEDIASI
Deinococcus radiodurans : bakteri yang telah dimodifikasi secara
genetik agar mampu merombak pelarut atau logam berat, termasuk
toluene dan ion mercury dari limbah yang banyak mengandung
radioaktif nuclir
Geobacter sufurreducens : bakteria yang dapat mengubah uranium
terlarut dalam air dalam tanah menjadi bentuk tidak larut (non-
soluble), bentuk yang dapat diambil.
Dehalococcoides ethenogenes : bakteri yang digunakan pada 10 negara
bagian di US untuk membersihkan pelarut klor yang dapat
menyebabkan kanker. Bakteri ini terdapat alami baik dalam tanah
maupun air dan mampu merombak pelarut lebih cepat dibandingkan
dengan metode . Enzim dari bakteri, Thermus brockianus, yang
ditemukan di taman nasional Yellowstone, dapat mengurai hydrogen
peroxide 80.000 kali lebih cepat dibandingkan dengan tradisional dan
dengan senyawa kimia lain. Alcaligenes eutrophus, bakteri yang secara
alami mengurai 2,4-D, herbisida ke 3 terbanyak digunakan di
Amerika.
Jamur Ligninolytik. Jamur seperti jamur akar putih
Phanaerochaete chrysosporium mempunyai kemampuan
mendegradasi bahan tahan lapuk dan polutan beracun. Substrat
yang dapat digunakan termasuk jerami, serbuk gergaji, atau
tunggul jagung.
Methylotrophs. Bakteri anaerob yang mampu menggunakan
metana (CH4) sebagai karbon dan enerji. Enzim awal pada
degradasi aerob, methane monooxygenase, memiliki kisaran
kerja pada substrat yang besar termasuk pada senyawa
chlorinated aliphatics trichloroethylene dan 1,2-dichloroethane.
KONDISI LINGKUNGAN
Walaupun mikroorganisme yang ada pada tanah
terkontaminasi, tapi jumlahnya untuk melaksanakan
bioremediasi belum tentu mencukupi. Pertumbuhan
dan aktivitas dari mikroorganisme tersebut harus
distimulasi. Biostimulasi biasanya dengan
menambahkan hara dan oksigen untuk menolong
mikroorganisme alami berkembang biak dan
beraktivitas. Hara-hara ini merupakan bahan bangun
dasar dari kehidupan dan membuat mikroba
menghasilkan enzim yang penting untuk memecahkan
kontaminan. Semua dari mikroorganisme memerlukan
Nitrogen , Phospat dan karbon
KOMPOSISI DARI SEL MIKROBA

Elemen Kandungan (%) Elemen Kandungan (%)

Karbon (C) 50 Natrium (Na) 1

Nitrogen (N) 14 Kalsium (Ca) 0,5

Oksigen (O) 20 Magnesium (Mg) 0,5

Hidrogen (H) 8 Klor (Cl) 0,5

Fosfat (P) 3 Besi (Fe) 0,2

Sulfur (S) 1 dan lain-lain 0,3

Kalium (K) 1

Sumber Stainer et al,. (1986)


KONDISI LINGKUNGAN YANG DIINGINKAN
Kondisi lingkungan yang optimum untuk
berlangsungnya degradasi kontaminan terlihat pada
Tabel kondisi lingkungan. Namun perlu diketahui ada
beberapa spesies mikroorganisme yang menginginkan
kondisi yang berbeda dari yang tercantum pada Tabel
komposisi sel mikroba, terutama spesies yang hidup
pada kondisi ekstrem.
Kondisi lingkungan yang optimum untuk berlangsungnya degradasi kontaminan
Parameter Kondisi yang diinginkan oleh Nilai optimum untuk
mikroba untuk beraktivitas degradasi minyak
Kelembaban tanah Daya dukung air 25-28% 30-90%

pH tanah 5,5 8,8 6,5 8,0

Kandungan oksigen Aerob, ruang udara pori minimum 10% 10-40%

Kandungan hara N dan P untuk pertumbuhan mikroba C:N:P = 100:10:1

Temperatur (0C) 15-45 20-30

Kontaminan Tidak terlalu beracun Hidrokarbon 5-10% dari berat


kering tanah

Logam berat Kandungan total 2000 ppm 700 ppm


STRATEGI-STRATEGI BIOREMEDIATION
Berdasarkan tempat dimana bioremediasi ini
dijalankan maka bioremediasi dapat dibagi atas 2
teknik yaitu teknik In situ dan Ex situ.
Teknik insitu merupakan teknik yang diaplikasikan
pada tanah maupun air bawah tanah di tempat dengan
sedikit gangguan.
Teknik Ex situ merupakan teknik yang diaplikasikan
dengan terlebih dahulu memindahkan tanah maupun
air (pompa) ke tempat lainnya (gangguan besar)
BIOREMEDIASI TEKNIK IN-SITU
Teknik in situ sangat diminati karena biaya yang
dikeluarkan akan lebih kecil dan sedikit gangguan
karena tidak ada ekskavasi maupun transport
kontaminan dibandingkan dengan teknik ex situ.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan teknik
insitu yaitu teknik ini akan terhambat pada lokasi
kontaminan di kedalaman tanah.
FAKTOR UTAMA PENENTU TEKNIK IN-SITU DALAM
MEREMEDIASI AIR DALAM TANAH
1. Sumber dan konsentrasi polutan.
2. Kimia dan toksisitas dari kontaminan.
3. Sifat solubilitas, transport, adsorpsi, dispersi dan volatilitas dari
senyawa polutan.
4. Deteksi, penentuan dan monitor polutan.
5. sifat kimia, fisik dan mikrobiologi dari air dalam tanah.
6. Sifat kimia dan mekanik dari tanah tempat kontaminan berada.
7. Hidrogeologi dan hidrologi dari tempat kontaminan.
8. Tidak ada standar lingkungan untuk air dan tanah pada lokasi
tersebut.
9. Kondisi lingkungan, sumber hara dan kehadiran dari elektron
akseptor
10. Biodegradabilitas dari kontaminan, dan kehadiran dari populasi
mikroorganisme kompeten untuk perombak.
STRATEGI BIOREMEDIASI IN-SITU
Bioventing
Biosparging
Bioaugmentation
Biostimulasi
Phytoremediasi
Bioventing
dilakukan penambahan udara dan hara melalui sumur
ke dalam tanah yang terkontaminasi tujuannya untuk
menstimulasi bakteri alami tempatan (indigeneous).
Bioventing memberikan udara pada kecepatan aliran
yang rendah dan hanya diperlukan oksigen dalam
jumlah sedikit untuk biodegradasi sementara
volatilisasi diminimumkan dan melepaskan
kontaminan ke atmosfer
Biosparging
injeksi udara ke air dalam tanah yang tujuannya untuk
meningkatkan konsentrasi oksigen dan mempercepat
laju degradasi kontaminan oleh mikroba/bakteri
alami. . Melalui biosparging akan meningkat kontak
tanah dengan air dalam tanah. Cara yang paling
murah dan mudah melaksanakan biosparging adalah
dengan membuat instalasi pipa berdiameter kecil
tempat menginjeksikan gas.
Bioaugmentation
menambahkan mikroorganisme alami tempatan
(indigeneous) maupun enzim ke tempat
terkontaminasi.
Biostimulasi
Penambahan hara seperti nitrogen dan fosfor bahkan
adakalanya penambahan elemen mikro atau
pemberian bahan untuk meningkatkan/menurunkan
pH yang kesemuanya bertujuan menstimulasi
populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah
setempat.
Phytoremediasi
Penggunaan tanaman untuk memindahkan
kandungan dan mengubah bentuk kontaminan. Cara
ini dapat berhasil secara langsung (menggunakan
tanaman yang dapat mengakumulasi logam metal di
dalam jaringannya) maupun tidak langsung (tanaman
menstimulasi perkembangan mikroorganisme) yang
dapat menurunkan kontaminan di dalam tanah
BIOREMEDIASI DENGAN TEKNIK EX-SITU
Landfarming
Composting
Biopiles
Bioreactors
Landfarming
Aplikasi dan pencampuran kontaminan atau limbah
ke permukaan tanah yang tidak terkontaminan.
Daerah yang dipilih memiliki ciri tanah yang memiliki
lapisan liat yang dapat menghalangi pencucian yang
dapat menyebabkan pencemaran air minum/air dalam
tanah. Tanah tersebut dilakukan plowing dan disking
yang bertujuan untuk memecahkan bongkahan dan
mencampur supaya seragam sehingga kondisi
kelembaban dan aerasi menjadi baik. Selain itu
pengolahan tanah (plowing dan disking) dapat
mengakibatkan konsentrasi kontaminan menjadi
lebih rendah.
Composting
Composting merupakan teknik dengan
menggabungkan tanah terkontaminasi dengan bahan
organik yang tidak berbahaya seperti kotoran hewan
atau limbah pertanian. Kehadiran bahan organik ini
akan mendukung perkembangan dari mikroorganisme
dan menaikkan temperatur.
Biopiles
merupakan hybrid dari landfarming dan composting.
Pile tempat melaksanakan bioremediasi didesain
untuk melakukan pengomposan aerob. Biasanya
biopile digunakan untuk mengatasi kontaminasi
permukaan akibat hidrokarbon petroleum dan
merupakan versi landfarming yang lebih modern yang
bertujuan untuk mengontrol pencucian dan
volatilisasi dari limbah. Biopiles menyediakan
lingkungan yang sesuai untk mikroorganisme aerobik
dan anaerobik yang indigenous.
Bioreactors
Reaktor slurry atau encer digunakan untuk
memperlakukan tanah dan air terkontaminan.
Bioremediation dalam reaktor melibatkan pemrosesan
bahan terkontaminasi yang padat (tanah, sedimen,
lumpur) atau air melalui sistem yang dibangun
terkurung.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MENGGUNAKAN
BIOREMEDIASI
Keuntungan
1. Ramah lingkungan (aman)
2. Tidak mahal
3. Tidak menghasilkan limbah yang baru (masalah baru)
4. Dapat bekerja pada senyawa organik dan inorganik
5. Dapat dilakukan in-situ maupun ex-situ
6. Mudah diimplementasikan dan dikelola

Kerugian
1. Kurang dapat diaplikasikan pada limbah yang bioavailability rendah
2. Polutan mungkin tidak berbahaya untuk salah satu spesies tetapi berbahaya untuk
spesies lain
3. Mikroorganisme perombak menginginkan kondisi lingkungan yang spesifik
4. Memakan waktu yang panjang untuk meremediasikan
5. Terbatas hanya pada daerah perakaran saja
6. Tanaman yang dipanen pada daerah diremediasi dikategorikan sebagai limbah
berbahaya
7. Mungkin dapat menjadi rantai makanan
#SEMOGABERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai