Anda di halaman 1dari 5

Tingkatan Tingkatan

Ijtihad
1. Ijtihad Muthlaq/Mustaqil
Yaitu ijtihad yang dilakukan dengan cara menggali hukum-
hukum syariat langsung dari sumbernya yang terpokok (
Alquran dan Sunnah) dan dalam mengistimbatkan hukum
mujtahid mempunyai dasar-dasar istimbat sendiri, tidak
mengikuti istimbat orang lain.

Mujtahid dari tingkatan ini contohnya 4 imam madzhab


Al-Imam Abu Hanifah (80-150 H)
Al-Imam Malik (93-179H)
Al-Imam Asy-Syafii (150-204 H)
Al-Imam Ahmad bin Hanbal
2. Ijtihad Muntasib
Yaitu ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dengan
mempergunakan norma-norma dan kaidah- kaidah istinbath
imamnya (mujtahid muthlaq/Mustaqil).

Contoh Mujtahid dari tingkatan ini seperti


Dari mazhab Syafii seperti Muzany dan Buwaithy.
Dari madzhab Hanafi seperti Muhammad bin Hasan dan Abu
Yusuf.
3. Ijtihad fil mazhab
Disebut mujtahid mazhab/fatwa, yaitu ijtihad yang dilakukan seorang
mujtahid dalam lingkungan madzhab tertentu. Pada prinsipnya mereka
mengikuti norma-norma/kaidah-kaidah istinbath imamnya, demikian juga
mengenai hukum furu/fiqih yang telah dihasilkan imamnya. Ijtihad mereka
hanya berkisar pada masalah-masalah yang memang belum diijtihad
imamnya, men-takhrij-kan pendapat imamnya dan menyeleksi beberapa
pendapat dari imamnya, mana yang shahih dan mana yang lemah.

Contohnya Mujtahid dari tingkat ini adalah


Dari kalangan mazhab Al-Hanafiyah, yang termasuk ulama mujtahid fil
mazhab adalah Abul Hasan Al-Karkhi (260-340H) dan Hasan bin Az-Ziyad
(w. 204H).
Dari kalangan Maliki adalah Muhammad bin Abdullah Al-Abhari (89-375H).
Dari kalangan mazhab Syafii adalah Ibnu Abi Hamid Al-Asfraini (344-406H).
4. Ijtihad di bidang tarjih
Yaitu ijtihad yang dilakukan dengan cara mentarjih dari
beberapa pendapat yang ada baik dalam satu lingkungan
madzhab tertentu maupun dari berbagai mazhab yang ada
dengan memilih mana diantara pendapat itu yang paling
kuat dalilnya atau mana yang paling sesuai dengan
kemaslahatan sesuai dengan tuntunan zaman.
Dalam mazhab Syafii, hal itu bisa kita lihat pada Imam
Nawawi dan Imam Rafii.

Sebagian ulama mengatakan bahwa antara kelompok ketiga


dan keempat ini sedikit sekali perbedaannya; sehingga
sangat sulit untuk dibedakan. Oleh karena itu mereka
menjadikannya satu tingkatan.

Anda mungkin juga menyukai