Anda di halaman 1dari 45

CHOLELITHIASIS

Meike Sisca Regina P


1261050042
CHOLELITHIASIS OR GALLSTONE IS THE MOST COMMON
AND COSTLY OF ALL THE GASTROINTESTINAL DISEASE

GALLSTONES are solid calculi formed by


precipitation of supersaturated bile composed of
cholesterol monohydrate crystals or by “black
oigment” of polymeruzed calcium bilirubinate

Cholelithiasis atau batu empedu merupakan


gabungan dari beberapa unsur yang membentuk
suatu material mirip batu yang dapat ditemukan
dalam kandung empedu (kolesistolitiasis), di dalam
saluran empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua-
duanya.
DEFINISI

• Cholelithiasis atau batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur


yang membentuk suatu material mirip batu yang dapat ditemukan dalam
kandung empedu (kolesistolitiasis), di dalam saluran empedu
(koledokolitiasis) atau pada kedua-duanya.
Anatomi dan fisiologi
Jenis batu empedu
• Batu kolesterol
• Batu pigmen/ batu bilirubin
Gambaran klinis
 Asimptomatis
 Sumbatan duktus sistikus-> nyeri kolik
 Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau
abdomen kuadran atas, nyeri dapat menjalar ke
punggung dan bahu kanan
 Nausea dan muntah
 Nyeri menetap dan bertambah ketika menarik
napas dalam dan sewaktu kandung empedu
tersentuh ujung jari tangan sehingga pasien
berhenti menarik napas, yang merupakan tanda
rangsangan peritoneum setempat (Murphy sign)
BATU KOLESTEROL
• Batu kolesterol murni tidak biasa ditemukan dan
terjadi pada kurang dari 10% dari seluruh kejadian
batu empedu. Batu ini biasanya miuncul sebagai batu
besar dan tunggal dengan permukaan yang halus.
• PERCIPITATED CHOLESTEROL
– SUPERSATURATED
– LESS SATLS OR ACIDS OR PHOSPHOLIPID
– GALLBLADDER STASIS
– MUCOUS HYPERSECRETION
• Batu pigmen mengandung kurang dari 20% kolesterol dan
berwarna gelap karena mengandung kalsium bilirubinat. Batu
pigmen hitam dan batu pigmen coklat hanya memiliki sedikit
kesamaanm, sehingga harus dipertimbangkan sebagai entitas
yang berbeda
Patophysiology
DIAGNOSIS

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG
ANAMNESIS
GEJALA Asimtomatik

Rasa Nyeri dan Kolik Bilier


Ikterus
Prubahan Warna Urin dan Feses
Defisiensi Vitamin
CBC
LAB
Hepatic transaminase
Total bilirubin
Alkaline phosphatase
Amylase dan Lipase
IMAGING
USG ABDOMINAL

CT SCAN ABDOMINAL

HIDA (HEPATOBILIARY IMINODIACETIC ACID)

MRCP

ENDOSCOPIC RETROGRADE CHOLANGIOPANCREATOGRAPHY

PTC
Foto polos abdomen

Foto polos
abdomen biasanya
tidak memberikan
gambaran yang khas
karena hanya sekitar
10-15% batu
kandung empedu
yang bersifat
radioopak.
Oral Cholecystography
USG ABDOMEN

USG (US) merupakan


metode non-invasif
yang sangat
bermanfaat dan
merupakan pilihan
pertama untuk
mendeteksi
kolelitiasis dengan
ketepatan mencapai
95%.
ERCP

ERCP juga memungkinkan


visualisasi langsung struktur ini dan
memudahkan akses ke dalam
duktus koledokus bagian distal
untuk mengambil batu empedu.
PTC
CT SCAN ABD
HIDA

A hepatobiliary (HIDA) scan is an imaging procedure used to diagnose problems of the


liver, gallbladder and bile ducts.
For a HIDA scan, also known as cholescintigraphy and hepatobiliary scintigraphy, a
radioactive tracer is injected into a vein in your arm. The tracer travels through your
bloodstream to your liver, where the bile-producing cells take it up. The tracer then travels
with the bile into your gallbladder and through your bile ducts to your small intestine.

A nuclear medicine scanner (gamma camera) tracks the flow of the tracer from your liver
into your gallbladder and small intestine and creates computer images.
PENATALAKSANAAN
ORAL DISSOLUTION
THERAPY

KURATIF ESWL

LITHOTRIPSY
INTRACORPOREAL

PENATALAKSANAAN

LAPARASCOPIC
CHOLECYSTECTOMY

OPEN
OPERATIF
CHOLECYSTECTOMY
SINGLE INCISION
LAPARASCOPIC
SURGERY
NEW SURGICAL
TECHNIQUES
NATURAL ORIFICE
TRANSLUMINAL
ENDOSCOPIC
SURGERY
PENATALAKSANAAN KURATIF
• LITOTRIPSY INTRACORPOREAL
• ORAL DISSOLUTION THERAPY
• ESWL
Asam Kenodeoksikolat. Dosisnya 12-15
mg/kg/hari pada orang yang tidak mengalami
kegemukan. Kegemukan jelas telah
meningkatkan kolesterol bilier, sehingga
diperlukan dosis 18-20 mg/kg/hari. Dosis harus
ditingkatkan bertahap yang dimulai dari 500
mg/hari. Efek samping pada pemberian asam
kenodeoksikolat adalah diare.
Asam ursodeoksikolat. Berasal dari beruang
jepang berleher putih. Doasisnya 8-10
mg/kg/hari, dengan lebih banyak diperlikan jika
pasien mengalami kegemukan. Asam
ursodeoksikolat melarutkan sekitar 30% batu
radiolusen secara lengkap dan lebih cepat
daripada menggunakan asam kenodeoksikolat.
Efek sampingnya tidak ada
Telah digunakan untuk melarutkan batu empedu dengan
menginfuskan suatu bahan pelarut (monooktanoin atau metil
tertier butyl eter [MTBE]) ke dalam kandung empedu. Pelarut
tersebut dapat diinfuskan melalui selang atau kateter yang
dipasang perkutan langsung ke dalam kandung empedu, atau
melalui selang atau drain yang dimasukkan melaui T-tube
untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat
pembedahan, atau bisa juga melalui endoskop ERCP, atau
kateter bilier transnasal.
LITOTRIPSY INTRACORPOREAL

Batu yang ada dalam kandung empedu atau duktus koledokus


dapat dipecah dengan menggunakan gelombang ultrasound,
laser berpulsa atau litotripsi hidrolik yang dipasang pada
endoscop, dan diarahkan langsung pada batu. Kemudian
fragmen batu atau debris dikeluarkan dengan cara irigasi dan
aspirasi.
ESWL
Indikasi-indikasi E.S.W.L :
• Batu ginjal simple dengan stone burden < 2 cm.
• Batu yang berukuran lebih dari 2 cm kurang ideal untuk E.S.W.L,
karena klirens turun dari 90% untuk batu 1 cm menjadi 63%,
sehingga E.S.W.L perlu diulangi. Angka risiko mengalami kolik juga
lebih besar pada E.S.W.L batu ginjal yang berukura lebih dari 2 cm.
• Batu ureter dengan diameter < 1 cm. Pada batu ureter 1/3 bagian
atas, dapat dilakukan manipulasi pendorongan batu ke ginjal dan
selanjutnya dilakukan E.S.W.L Bilamana manipulasi ini gagal,
dilakukan E.S.W.L in situ. E.S.W.L in situ dapat dipertimbangkan jika
penderita menginginkan anestesi yang minimal dan mau menerima
tindakan E.S.W.L ulang bila mana masih ada sisa batu.
Kontraindikasi-kontraindikasi:
• Obesitas. Obesitas akan mengurangi daya
transmisi energi ke batu, sehingga mengurangi
daya fragmentasi batu.
• Kelainan pembekuan darah (bila belum
dikoreksi).
• Obstruksi saluran kemih di sebelah distal (bawah)
batu.
• Infeksi saluran kemih yang aktif atau sepsis.
• Kehamilan.
• Aneurisma aorta atau arteri renalis.
• Batu cystine atau brushite (kontraindikasi relatif).
Prosedur Operatif Kolesistektomi
Laparoskopi
SINGLE INCISION LAPARASCOPIC
SURGERY
The primary disadvantages of SILS are the restricted degrees of freedom of
movement, the number of ports that can be used, and the proximity of the
instruments to each other during the operation all of which increase the
complexity and technical challenges of the operation.

Two hundred-fifty cholecystectomies were performed between January 2009 and


December 2011, the mean patient age was 35 years (range 20-56), and an average
BMI of 24 (range 18-28). 242 (96.8 %) completed successfully with the proposed
technique, the remaining cases were converted to laparoscopic approach due to
adhesions. One case required a laparotomy through a previous kocher incision
looking for bleeding of the liver. Systematic assessments prove adequate healing of
the umbilical access with no local complications. Follow-up averaged 6 months
(range 1-12).
COMPLICATIONS

Kolesistitis
Kolangitis
akut

Pankreatitis
MIRIZZI SYNDROME
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai