Anda di halaman 1dari 59

UJI KOMPETENSI RADIOGRAFER

UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING
RADIOGRAFER INDONESIA
Oleh : H. Abdul Gamal S,SKM,MKKK
DUNIA
JUMLAH PENDUDUK 10 NEGARA
TERBESAR DI DUNIA 2017
ASEAN
JUMLAH PENDUDUK ASEAN 2017
No Nama Negara Jumlah Penduduk 2017

1 Indonesia 263.991.379

2 Filipina 104.918.090

3 Vietnam 95.540.800

4 Thailand 69.037.513

5 Myanmar 53.370.609
6 Malaysia 31.624.264
7 Kamboja 16.005.373
8 Laos 6.858.160
9 Singapura 5.708.844
10 Timor Leste 1.296.311
11 Brunei Darusalam 428.697
Jumlah Penduduk 2017 648.780.040
Data DepNaKerTrans
AFTA (MEA)
MANFAAT

• Terbukanya peluang pasar yang besar dengan penduduk ± 648


Juta
• Persaingan semakin ketat mengakibatkan biaya produksi lebih
rendah dan pasti
• Beragamnya pilihan konsumen dengan tingkat harga
yangbersaing tapi mutu terstandar yang terjamin
• Kerjasama dalam berbagai kegiatan bisnis semakin terbuka
dan dapat beraliansi diantara negara ASEAN.

TANTANGAN

• Indonesia dituntut terus menerus untuk meningkatkan


kemampuan kompetensi dan profesionalisme SDM agar
semua produk baik barang maupun jasa dapat terstandar dan
terakreditasi sama mutunya dengan negara ASEAN lainnya.
LEGALITAS TERKAIT
 PerPres No.8/2012 ttg KKNI
 UU.No.5/2014 ttg ASN  PerPres No 20 tahun 2018 ttg TKA
 UU.No.29/2004 ttg Prak.Kedokteran  PerMenKes No.46/2013 tttg Registrasi Tenaga Kesehatan
 UU.No.13/2003 ttg Ketenaga Kerjaan  Peraturan bersama Menkes dan MenDikbud No.36/2013
 UU.No.36/2009 ttg Kesehatan dan No.1/IV/PB/2013 ttg Uji Kompetensi bagi mahasiswa PT
Bidang Kesehatan.
 UU.No.44/2009 ttg Rumah Sakit
 PerMenKes No.81/2013 ttg Penyelenggaraan Pekerjaan
 UU.No.12/2012 ttg Pendidikan Tinggi Radiografer
 UU.No.36/2014 ttg Tenaga Kesehatan  Kep MenKes No. 375/2007 ttg Standar Profesi Radiografer.
 UU.No.10/1997 ttgKetenaga Nukliran  Per Men Ristek Dikti No.12/2016 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa bidang Kesehatan.
 UU.No.20/2003 ttg SPN
 PerKa BAPETEN No 8/2011 ttg Keselamatan Radiasi dalam
 PP.NoPP.No.23/2004 ttg BNSP pengunaan pesawat sinar-X Radiologi DIagnostik dan
 PP No . 19 /2005 ttg SNP Interventional.
 PP.No.33/2007 ttg Keselamatan Radiasi  PerMenKes No 42 tahun 2017 ttg Pengangkatan pegawai
Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif negeri sipil dalam jabatan fungsional kesehatan melalui
penyesuaian/inpassing
 PP. No.31/2006 ttg sistem Pelatihan Kerja  PerMenKes No 755/MENKES/PER/IV/2011
Nasional Tentang penyelenggaraan komite medik di rumah sakit
TAHAP LEGALITAS NAKES MASUK DUNIA KERJA
SERTIFIKASI

UJI KOMPETENSI

SERTIFIKAT KOMPETENSI (BUKTI FORMAL)

REGISTRASI

PENCATATAN DATA

SURAT TANDA REGISTRASI / STRR (BUKTI FORMAL)

LISENSI
PROSES PERIZINAN

SURAT IZIN KERJA / SIKR (BUKTI FORMAL)


UU No 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan

Ayat 12 Jenis Tenaga Kesehatan


Pasal 11 kelompok tenaga teknik BIOMEDIKA
(Kelompok Tenaga • Radiografer
Kesehatan) • Elektro Medis
• Ahli Teknik Laboratorium Medik
• Fisikawan Medik
• Radioterapis
• Ortotik Prostetik
2 . STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
konsil masing-masing Tenaga Kesehatan setelah memenuhi
1. Setiap Tenaga Kesehatan persyaratan
yang menjalankan praktik
wajib memiliki STR.

3. Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


meliputi: a. memiliki ijazah pendidikan di bidang
kesehatan; b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau
Sertifikat Profesi; c. memiliki surat keterangan sehat fisik
dan mental; d. memiliki surat pernyataan telah
Pasal 44 mengucapkan sumpah/janji profesi; dan e. membuat
pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
Registrasi etika profesi.

4. STR berlaku selama 5 5. Persyaratan untuk Registrasi ulang sebagaimana


(lima) tahun dan dapat dimaksud pada ayat (4) meliputi: a. memiliki STR lama; b.
diregistrasi ulang setelah memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi; c.
memenuhi persyaratan memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; d.
membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi; e. telah mengabdikan diri
sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya; dan f.
memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan,
pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.
1. Setiap Tenaga Kesehatan
yang menjalankan praktik
di bidang pelayanan
kesehatan wajib memiliki
izin.

7. Ketentuan lebih lanjut


2. Izin sebagaimana
mengenai perizinan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) diatur
diberikan dalam bentuk SIP
dengan Peraturan Menteri.

Pasal 46
6. SIP masih berlaku Perizinan 3. SIP sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan oleh pemerintah daerah
sepanjang: a. STR masih
kabupaten/kota atas rekomendasi
berlaku; dan b. tempat praktik
pejabat kesehatan yang berwenang di
masih sesuai dengan yang
kabupaten/kota tempat Tenaga
tercantum dalam SIP.
Kesehatan menjalankan praktiknya.

4. Untuk mendapatkan SIP sebagaimana


5. SIP sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (2), Tenaga Kesehatan
pada ayat (2) masing-masing harus memiliki a. STR yang masih berlaku; b.
berlaku hanya untuk 1 (satu) Rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan c.
tempat. tempat praktik.
UU. No.36/2014 tentang Tenaga Kerja Kesehatan Pasal
1 ayat (6)
Uji kompetensi adalah proses pengukuran
pengetahuan, keterampilan dan perilaku peserta didik
pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi bidang Kesehatan.

Peraturan Bersama Men Kes dan Mendikbud


UU. 36/2013 dan No. I/IV/PB/2013
tentang uji kompetensi bagi mahasiswa PerMenKes No.46/2013 tentang Registrasi tenaga
perguruan tinggi bidang kesehatan. kesehatan, Pasal 1 ayat (3)
pasal 1 ayat (2) uji kompetensi adalah proses Uji kompetensi adalah suatu proses untuk
pengukuran pengetahuan, keterampilan dan mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap
perilaku peserta didik pada perguruan tinggi tenaga kesehatan sesuai dengan standar profesi.
bidang kesehatan untuk Radiografer
Indonesia.

PENGERTIAN
UJI
KOMPETENSI

PerMenKes No.81/2013 tentang Penyelanggaran


BNSP 301-Rev I-2009 tentang Pedoman Pelaksanaan Pekerjaan Radiografe Pasal 1 ayat (3)
Uji Kompetensi Profesi
Uji kompetensi adalah suatu proses untuk
• Uji kompetensi adalah proses penilaian baik teknis maupun non megukur pengetahuan, keterampilan dan sikap
teknis melalui pengumpulan bukti yang relevan untuk menentukan
apakah seseorang kompeten atau belum kompeten pada suatu unit tenaga kerja kesehatan sesuai dengan standar
kompetensi atau kualifikasi tertentu. profesi.

PerMenKes No.18/2017 tentang Penyelenggaraan Uji


Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan
pasal 1 : Uji kompetensi jabatan fungsional kesehatan
adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja pejabat fungsional
kesehatan yang dilakukan oleh tim penguji dalam rangka
memenuhi syarat kenaikan jenjang jabatan setingkat
yang lebih tinggi.
PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI
RADIOGRAFER INDONESIA

–Sesuai Peraturan Uji yang berlaku


–Peserta uji
–Panitia Uji
–Materi Uji
–Metode Uji
Nakes
(Radiografer)

Calon Nakes
(Radiografer)

Uji Kompetensi
Legalitas UKom Calon NAKES
(Radiografer)
UU No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
Pasal 21 Ayat (1) s.d (7)

Peraturan Bersama MENKES dan MENDIKBUD No


36 Tahun 2013 dan No 1 /IV/PB/2013 tentang Uji
Kompetensi Bagi Mahasiswa PT Bidang Kesehatan

PERMENKES No 46 /2013 tentang Registrasi Nakes


Pasal 3 Ayat (1) dan (2)
Legalitas UKom NAKES (Radiografer)
PERMENKES No 18 /2017 Tentang Penyeleggaraan Uji
Kompetensi JABFUNG Kesehatan , Pada Pasal 1 Syarat
kenaikan Jabatan setingkat lebih tinggi

PERMEKES no 42/2017 Tentang Pengangkatan pegawai


negeri sipil dalam jabatan fungsional kesehatan melalui
penyesuaian/inpassing, pada lampiran tentang uji
kompetensi Inpassing.

PERMENKES No 46 /2013 Tentang Registrasi Nakes pada pasal


4 ayat (3), Pasal 5, Pasal 6

PERMENKES No 755/MENKES/PER/IV/2011
Tentang penyelenggaraan komite medik di rumah sakit
UJI KOMPETENSI
CALON TENAGA KESEHATAN
UJI KOMPETENSI UNTUK
RADIOGRAFER PNS (ASN)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017
TENTANG
PENYELENGGARAAN UJI KOMPETENSI
JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG
PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL
DALAM JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN
MELALUI PENYESUAIAN/INPASSING
Pengertian sesuai lampiran Permenkes No 42 tahun 2017

• Uji Kompetensi Inpassing Jabatan Fungsional


Kesehatan yang selanjutnya disebut dengan
Uji Kompetensi Inpassing adalah suatu proses
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan,
dan sikap kerja calon pejabat fungsional
kesehatan melalui penilaian portofolio yang
dilakukan oleh tim penguji dalam rangka
memenuhi syarat pengangkatan PNS ke dalam
jabatan fungsional kesehatan melalui proses
Inpassing
• Uji Kompetensi Inpassing
• 1. Persyaratan Uji Kompetensi Inpassing
– a. Peserta Uji Kompetensi Inpassing adalah PNS yang akan
diangkat ke dalam Jabatan Fungsional kesehatan yang telah
dinyatakan lulus seleksi administrasi Inpassing yang
diselenggarakan di instansi pengusul.
– b. Metode Uji Kompetensi Inpassing adalah penilaian portofolio.
Dalam keadaan tertentu berdasarkan pertimbangan Tim
Penguji, metode uji kompetensi dapat dilakukan dengan tatap
muka.
– c. Tempat Uji Kompetensi Inpassing penilaian portofolio adalah
di instansi pengusul atau tempat lain yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pengusul dan atau Unit Pembina.
d. Persyaratan tempat Uji Kompetensi Inpassing
adalah sebagai berikut:
• 1) pimpinan instansi setingkat Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama;
• 2) memiliki Tim Penguji;
• 3) memiliki jumlah calon peserta Uji Kompetensi minimal 5 orang untuk satu
jenjang jabatan fungsional; dan
• 4) memiliki ruangan khusus tempat pelaksanaan Uji Kompetensi Inpassing.

e. Instansi pengusul menyampaikan daftar peserta calon


Pejabat Fungsional kesehatan yang telah lulus seleksi
administrasi dan usulan jadwal Uji Kompetensi kepada
Unit Pembina.
f. Unit Pembina mengirimkan konfirmasi jadwal dan lokasi
Uji Kompetensi melalui surat resmi kepada instansi
pengusul.
g. Instansi pengusul melaksanakan Uji Kompetensi
Inpassing setelah mendapatkan konfirmasi dari Unit
Pembina.
h. Pelaksanaan uji kompetensi Inpassing paling lama 5
(lima) hari kerja untuk 1 jenis kategori jabatan
fungsional.
i. Apabila Unit Pembina menilai tidak dimungkinkan
pelaksanaan Uji Kompetensi Inpassing di instansi
pengusul, maka Unit Pembina dapat menetapkan
pelaksanaan Uji Kompetensi digabung dengan
instansi pengusul lainnya yang memenuhi kriteria
dan persyaratan pelaksanaan Uji Kompetensi atau
dilaksanakan di Unit Pembina.
Metode Uji Kompetensi Inpassing
• a. Metode Uji Kompetensi Inpassing dalam rangka Inpassing berupa
penilaian portofolio.
• b. Dokumen Uji Kompetensi Inpassing terdiri atas dokumen seleksi
administrasi dan dokumen unsur utama Jabatan Fungsional kesehatan
sesuai dengan persyaratan masing-masing Jabatan Fungsional kesehatan.
• c. Penilaian portofolio Uji Kompetensi Inpassing yang berasal dari unsur
utama jabatan fungsional kesehatan adalah penilaian atas dokumen
pendukung/bukti fisik pelaksanaan butir kegiatan pelayanan kesehatan
utama sesuai jenjang jabatan dan penilaian atas dokumen
pendukung/bukti fisik pengembangan profesi yang sesuai dengan Jabatan
Fungsional kesehatan, sesuai dengan formulir 8.
• d. Butir kegiatan pelayanan kesehatan utama sesuai jenjang Jabatan
Fungsional kesehatan yang menjadi penilaian Uji Kompetensi Inpassing
sesuai dengan jenjang jabatan fungsional kesehatan dari masing-masing
jenjang jabatan.
Kelulusan Uji Kompetensi Inpassing
• a. Penetapan lulus Uji Kompetensi Inpassing berdasarkan hasil
sidang Tim Penguji setelah pelaksanaan penilaian portofolio.
• b. Hasil penilaian dari Tim Penguji adalah mutlak dan tidak
dapat diganggu gugat.
• c. Hasil penilaian Uji Kompetensi Inpassing disampaikan Tim
Penguji kepada pimpinan instansi pengusul sebagai dasar
rekomendasi penerbitan sertifikat lulus Uji Kompetensi
Inpassing.
• d. Penetapan hasil kelulusan Uji Kompetensi Inpassing adalah
Lulus atau Tidak Lulus.
• e. Daftar peserta lulus Uji Kompetensi Inpassing dinyatakan
dalam peringkat/ranking nilai batas lulus tertinggi sampai
terendah.
Sertifikat Lulus Uji Kompetensi
• 1. Instansi pengusul menerbitkan sertifikat lulus uji
kompetensi yang ditandatangani oleh pimpinan instansi
pengusul paling rendah setingkat Pejabat Pimpinan Tinggi
Pratama.
• 2. Instansi pengusul menyampaikan hasil pelaksanaan Uji
Kompetensi Inpassing dalam bentuk berita acara dengan
melampirkan dokumen fotokopi sertifikat lulus Uji
Kompetensi Inpassing yang dilegalisasi oleh pejabat yang
berwenang kepada Pejabat Pembina Kepegawaian instansi
pengusul dengan tembusan kepada Kemenkes dan Unit
Pembina.
• PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 755/MENKES/PER/IV/2011
TENTANG
PENYELENGGARAAN KOMITE MEDIK DI
RUMAH SAKIT
• Dalam Peraturan Menteri Kesehatan ini yang dimaksud dengan:

1.Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical
governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.

2.Staf medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis di rumah sakit.

3.Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat.

4.Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur tata cara
penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan peraturan internal staf
medis.

5.Peraturan internal korporasi (corporate bylaws) adalah aturan yang mengatur agar tata kelola
korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan hubungan
antara pemilik, pengelola, dan komite medik di rumah sakit.

6.Peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) adalah aturan yang mengatur tata kelola
klinis (clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis di rumah sakit.
• 7.Kewenangan klinis (clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis
untuk melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah
sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan
klinis (clinical appointment).
• 8.Penugasan klinis (clinical appointment) adalah penugasan kepala/direktur
rumah sakit kepada seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah
ditetapkan baginya.
• 9.Kredensial adalah proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan kewenangan klinis (clinical privilege).
• 10.Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap staf medis yang telah memiliki
kewenangan klinis (clinical privilege) untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis tersebut.
• 11.Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam
medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.
• 12.Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan
kompetensi profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
profesi medis.
TUJUAN KREDENSIAL DAN
REKREDENSIAL
• Proses kredensial dan rekredensial sangat penting
dilaksanakan oleh rumah sakit dengan tujuan
sebagai berikut:
– Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan
– Menetapkan standar pelayanan
– Menilai boleh tidaknya praktik pelayanan profesi
– Menentukan dan mempertahankan kompetensi
– Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan
praktik hanya untuk yang kompeten.
– Melidungi pasien serta staf kesehatan yang
bersangkutan, atas tindakan yang dilakukan.
• PROSEDUR KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL
– Tenaga Kesehatan membuat Permohonan Surat Penugasan
Kewenangan Klinis dan Rincian Kewenangan Klinis kepada
Direktur Rumah Sakit melalui Kepala SDM rumah sakit.
– Kepala SDM meneruskan surat permohonan tersebut kepada
Direktur Rumah Sakit.
– Direktur Rumah Sakit memberikan disposisi proses kredensial ke
Komite Penunjang/ Komite Tenaga Kesehatan Lain.
– Komite Penunjang/ Komite Tenaga Kesehatan Lain melalui Sub
Komite Kredensialnya melakukan proses kredensial dan
rekredensial terhadap petugas tenaga kesehatan tersebut.
– Ketua Sub Komite Kredensial membuat surat rekomendasi untuk
dibuatkan Surat Penugasan Keja Klinis (SPKK) dari Direktur RS
dengan melampirkan Rincian Kewenangan Klinis (RKK) yang
telah diasesment oleh sub komite kredensial kepada Ketua
Komite Penunjang/ Komite Tenaga Kesehatan Lain.
– Ketua Komite Penunjang/ Komite Tenaga Kesehatan Lain
membuat surat rekomendasi untuk dibuatkan Surat Penugasan
Keja Klinis (SPKK) kepada Direktur RS dengan melampirkan
Rekomendasi dari Sub Komite Kredensial dan Rincian
Kewenangan Klinis yang telah diasesment.
Hasil penilaian

Uji kompetensi kredensial

Lulus Tidak Lulus Kompetensi Tidak Kompeten

Sertifikat
Rekomendasi
Kompetensi

Boleh Boleh Tidak Belah


Memberikan Memberikan Memberikan
Pelayanan Pelayanan Pelayanan
UJI KOMPETENSI UNTUK RE-REGISTRASI
(ditetapkan oleh Organisasi Profesi)

Evaluasi
PERMENKES Kemampuan
NO 46/2013 • Portopolio hasil
Tidak / Kurang “Uji
Tentang SKP kerja
Terpenuhi Kompetensi”
Registrasi • Membuat Tulisan
Sendiri
Nakes Pasal 6
• Ujian Tulis (PBT)
LEVEL / TINGKAT / JABATAN
RADIOGRAFER INDONESIA

PNS NON PNS OP (PARI)

PerMenPan dan RB No UU No 5/2014


29/2013 Tentang Tentang Kebijakan Draft PP PARI
JabFung Radiografer Aparatur Sipil Direktur RS Tahun 2016
dan Angka Kreditnya Negara

Matriks Kualifikasi
BAB IV Pasal 6 Pasal 18 Jabatan Surat Keputusan Kompetensi Teknis
Jenjang Jabatan Fungsional Direktur RS JabFung
Radiografer

Terampil (D III) Pelaksana, Keahlian Ahli Utama, Jabatan : Terampil DIII,


Pelaksana Lanjutan, Penyelia Ahli Madya, Ahli Muda, Mahir DIII, Penyelia DIII,
Banyak Model
Ahli (DIV) Ahli Pertama, Pratama DIV, Muda DIV,
Pertama,Muda,Madya Keterampilan, Penyelia, Madya DIV
Mahir, Terampil, Pemula
TUNJANGAN RADIOGRAFER
Jaminan Mutu

Penghargaan
(Honor) Standar

Goal Uji
Kompetensi
Gengsi
Karier
(Kebanggaan)

Profesionalisme,
Kwalitas
Harapan,
Tinggi
Pengakuan
• Tekad Kuat
3 Hal Menuju • Kemauan
Sukses Keras
• Fokus Tujuan
Dan semua
dilakukan
dengan
sungguh-
sungguh
KEPMENKES No HK 02.02/MENKES/262/2016
tentang
Lembaga Sertifikasi Profesi Tenaga Kesehatan

• LSP bertujuan untuk penjaminan mutu,


peningkatan daya saing, dan penyetaraan
pengakuan kompetensi tenaga kesehatan
Indonesia yang akan didayagunakan di luar
negeri
TUGAS LSP NAKES
• a. memfasilitasi penyusunan standar kompetensi kerja
spesifik sesuai kebutuhan negara pengguna;
• b. menyusun skema sertifikasi;
• c. menyiapkan perangkat asesmen termasuk materi uji
kompetensi;
• d. mengembangkan Tempat Uji Kompetensi (TUK);
• e. menyediakan tenaga asesor;
• f. melaksanakan dan memfasilitasi uji kompetensi;
• g. menerbitkan Sertifikat Kompetensi;
• h. mengembangkan sistem pengendalian pelaksanaan
sertifikasi; dan
• i. melaksanakan koordinasi lintas sektor.
WEWENANG LSP NAKES
• a. menerbitkan sertifikat kompetensi;
• b. mencabut atau membatalkan sertifikat
kompetensi;
• c. memberikan sanksi kepada asesor dan TUK
yang melangggar aturan; dan
• d. mengusulkan dan/atau menetapkan biaya
uji kompetensi.
SKEMA SERTIFIKASI PROFESI KKNI (PERPES NO 8/2012 ttg KKNI)

PROFESI

UNIT-UNIT KOMPETENSI
• PERSYARATAN DASAR

KOMITE SKEMA

OTORITAS KOMPETEN

LSP

BNSP
BEBERAPA DAFTAR LSP YANG TELAH
DITETAPKAN BNSP

• 36. REGISTER NURSE (RN)


• 40 STIKES BTH TASIKMALAYA
• 60 PUSAT K3
• 68 ALAS KAKI (INDUSTRI)
• 85 AKADEMI ANALIS KIMIA BOGOR
LSP RADIOGRAFER
• Keahlian bidang radiografi medik atau
kesehatan.

• Apakah dimungkinkan adanya tunjangan


sertifikasi radiografer????
Daya Saing Radiografer Indonesia

Uji
Sertifikasi Registrasi
Kompetensi

Registrasi
Registrasi
Internasion
Nasional
al

Register Radiografer Indonesia

RR
RR Basic / General
RR CT Scan RR MRI RR USG Kedokteran
Radiographi (RR B)
Nuklir
TERIMAKASIH
SUKSES UNTUK KITA SEMUA

Anda mungkin juga menyukai