2
KEPUSTAKAAN HUKUM ADAT
Hilman Hadikusuma:
1) Pokok-Pokok Pengertian Hukum Adat
2) Hukum Pidana Adat
Yahya Harahap:
Kedudukan Janda, Duda, dan Anak Angkat Dalam
Hukum Adat
3
Iman Sudiyat:
<>Asas-Asas Hukum Adat
<>Hukum Adat Sketsa Asas
Soerjono Soekanto: Hukum Adat Indonesia
Soemarman, Anto:
Hukum Adat Perspektif Sekarang dan Mendatang
Surojo Wignjodipuro:
Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat
Syahrizal:
Hukum Islam dan Hukum Adat di Indonesia
C. Dewi Wulansari : Pengantar Hukum Adat
Indonesia
4
1. Presensi 15 %
Batas maksimal tidak kuliah 4 kali dari total 14 kali pertemuan.
Apabila tidak hadir lebih dari 4x kuliah tatap muka maka tidak boleh
ikut ujian.
Apabila dosen tidak hadir, maka mahasiswa dianggap hadir semua.
2. Quiz 25 %
Total nilai dari quiz adalah 25, dengan pembagian penilaian:
a. Nilai maksimal sebelum Mid Semester: 10.
b. Nilai maksimal setelah Mid Semester: 15
3. Ujian Tengah Semester 30 %
Nilai tertinggi dari ujian mid adalah 30 (bukan huruf), maksimal nilai per
item soal adalah 5
Total soal setiap ujian adalah 6 (enam) soal.
4. Ujian Akhir Semester 30%
Nilai tertinggi dari ujian akhir adalah 30 (bukan huruf), maksimal nilai
per item soal adalah 5, dengan total 6 soal setiap ujian.
5
PENGANTAR
6
Kebiasaan Kebudayaan
Adat ?
? ?
7
? KEBIASAAN ? ADAT ? HUKUM
ADAT
8
Wujud kebudayaan:
1. Kompleks idee, gagasan. nilai2, norma, peraturan dll.
2. Kompleks aktivitas kelakuan berpola manusia dlm
masyarakat
3. benda-benda hasil karya manusia (sumber:
Kuntjaraningrat)
<>Budhaya budhi: hasil cipta, rasa, karsa
manusia
9
Hukum refleksi pandangan hidup masy. / bangsa
Hukum Adat: 1- religies, komunal
<>religies: 1. Syarat pengangangkatan anak di Bali:
a. pemerasan (Widi Wedana)
b. penyiaran di Banjar (ptsn MA,12-1-1977)
2. Harta peninggalan belum dpt dibagi se-
belum jenazah diaben (MA,10-4-1971)
UUP Ps 2(1): Perkawinan sah apabila dilakukan me-
nurut masing2 agama & kepercayaanya itu
<>Komun: Hukum Warissistem kolektif, mayorat
10
Hukum Barat: 2- individualis
I. Ps 26 BW: Perkawinan hanya hub. Perdata
II. Ps. 28 BW: larangan uapacara agama sblum dilaku-
kan perkwinan di muka Pejabat Catatan Sipil
III. Ps. 530(1)KUHP: Petugas agama diancam pidana
jika melanggar Ps.28 BW
11
ISTILAH HUKUM ADAT
12
13
Pengertian Hukum Adat
1. Van Vollenhoven:
Aturan tingkah laku yang bersanksi dan
tidak dikodifikasikan.
2. Ter Haar:
Keputusan2 para fungsionaris hukum
beslissingenleer
Pengaruh pandangan John Chipman
Gray:
All the law is judge made law
(Common Law System)
14
Teori Receptie in complexu
<>Snouck Hurgronje: Hukum Islam yg
diresepsi ke dalam Hk. Adat: Hk. Kelurga,
Hk. Perkawinan, dan Hk. Waris (bagian dari
hidup manusia yg sangat pribadi, erat dgn
kepercayaan dan hidup batin
<>van Vollenhoven: Hukum Keluarga, Hk.
Perkawinan, Hk. Waris dan Wakaf dipenga-
ruhi Hk. Islam.
<>Ter Haar: Hukum Waris adalah Hukum
Adat asli. Contoh: di Minangkabau.
Atas rekomendasi Ter Haar, Pemerintah
Kolonial Belanda menerbitkan S. 1937:116
yang mengeluarkan Hukum Waris dari
kewenangan Pengadilan Agama.
15
<>Hazairin: Hukum Adat adalah sesuatu yg
berbeda dan tidak dapat serta tidak boleh
dicampuradukkan dgn Hk. Islam, sehingga
keduanya mesti terpisah.
Hukum Adat baru berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan hukum Islam
16
3. Kusumadi Pudjosewojo:
Adat menebal / menipis sesuai
perkembangan jaman
17
5. Hazairin:
Semua lapangan hokum berhubungan dgn
kesusilaan. Sistem hokum yg sempurna jk
selaras dgn kesusilaan.
Hk. Adat berhubungan langsung
(adat = renapan kesusilaan)
18
6 Satjipto Rahardjo:
<>Hukum Negara:
menyatakan diri dlm bentuk peru-
musan yg jelas dan terperinci formal
(hukum yg dilahirkan melalui proses
birokrasi dan tahap2 yg definitip)
<> Hukum Adat / Hukum Kebiasaan:
menyatakan diri sbgai rangkaian prbuatan
7. M.M.Djojodigoeno:
Hukum Adat adalah hukum yang tidak
bersumber pada peraturan (perundang-
undangan).
19
8. Muh. Koesnoe:
Hukum Adat: hukum rakyat yg mengatur
kehidupan masyarakat, terus menerus
berubah dan berkembang, pembuatnya
adalah rakyat sendiri. Karena itu perkem-
bangannya melalui tahapan keputusan atau
penyelesaian yg dikeluarkan masyarakat
sebagai hasil temu rasa dan temu pikir
melalui permusyawaratan. Setiap perkem-
bangan yg terjadi diusahakan mendapat
tempat dalam tata hukum adat. Hal2 lama
yang tdk dipakai diubah / ditinggalkan
secara tidak mencolok
20
9. Seminar Hk. Adat & Pembangunan Hk.
Nasional di Fak. Hk. UGM, 1975:
21
KESIMPULAN DOSEN
DEFINISI HUKUM ADAT
1. SEBAGAI FOLK LAW LAWAN DARI STATE
LAW, ARTINYA: HUKUM YANG DIBUAT OLEH
RAKYAT BERLAKU UNTUK RAKYAT DAN
DIPERTAHANKAN OLEH RAKYAT SEHINGGA
MERUPAKAN THE LIVING LAW.
2. HUKUM ADAT BENTUKNYA TIDAK TERTULIS
DALAM PER-UU-AN.
22
23
1.Religiues
<> upacara perkawinan, pembukaan tanah, dll
UUP Ps 1, Ps 2(1)
UUPA, Ps 5, dlm konsideran huruf a berbunyi:
“… bumi, air, dan ruang angkasa, sbg karuniaTuhan
YME adalh hukum adat yang telah disanner..…”
2.Kebersamaan / kekeluargaan
Kepentingan bersama yang diutamakan
diatas kepentingan individu (bermuatan
publik)
Contoh:
penggunaan tanah pusaka (Minang), tanah
dati (Ambon),Tanah karang desa / ayahan
desa (Bali)
24
3. Tradisional
25
4. Konkrit, terang dan tunai
Hubungan2 hukum dilaksanakan secara
konkrit.
Misalnya : lembaga panjer (dlm jual beli)
5. Dinamis dan plastis
26
6. Tidak dikodifikasi
7. Mementingkan keadilan
27
8. Musyawarah dan mufakat
Hukum Adat mementingkan musyawarah dan mufakat
dlm pembentukan / hubungan hukum (dlm
keluarga/kerabat/masyarakat) bahkan dlm penyelesaian
sengketa
28
29
Sistem Hukum
30
Hukum Adat tidak membuat pembedaan
antara hak kebendaan dan hak perorangan,
dan acara pemeriksaan di muka hakim cukup
sederhana: penyewa dapat langsung
menggugat di muka hakim terhadap
pengganggu.
Dengan berlakunya UUPA (UU No. 5/1960
dicabutlah Buku II BW sepanjang mengenai
bumi, air dan kekayaan alam di dalamnya,
sehingga yg berlaku Hukum Adat (Ps. 5).
31
Hukum Adat:
<> Berpusat pada masyarakat.
<>Tidak memisahkan antara hukum
privat dan hukum public.
Dalam Hukum Adat: hak privat / per-
orangan sering dilingkupi / ada muat-
an hak masyarakat / public.
<> membagi hak2 berdasarkan obyek yang diatur (secara
induktif), misalnya: hak milik, hak tanggungan, hak gadai,
hak sewa, hak pakai, dsb
32
33
Sumber hukum (M.M. Djojodigoeno):
1. Kekuasaan Pemerintah / salah satu
sendinya, wujudnya:
a. Peraturan (pernyataan kekuasaan
legislative)
b. Putusan2 pejabat2 lainnya (eksekutif, yudikatif)
c. Perjanjian internasional & pernyataan perang
34
Kekuasaan masyarakat sendiri:
a. Perbuatan rakyat dalam hub. pamrih-nya, yg
menebal menjadi adat kebiasaan
b. Putusan rakyat dlm peragaan tertentu, mis. Putusan
Kamer van Koophandel, RT, RK/RW, perhimpunan
kematian dsb
c. Pemberontakan trhdp penguasa yg ada
35
36
A. Masa Hindia Belanda
- Dasar hukum: Indische Staatsregeling (IS), sistem hkm pluralisme,
Pasal 131 ayat (2) huruf a
“bhw utk hkm perdata materiil bagi golongan eropa berlaku asas konkordansi,,
artinya bagi org eropa pd asasnya hkm perdata yg berlaku di negeri belanda akan
dipake sbg pedoman dg kemungkinan penyimpangan2 berhubung keadaan yg
istimewa (Politik Penjajahan)
Pasal 131 ayat (2) huruf b
- intinya bg gol indonesia asli & timur asing berlaku hkm adat masing2 dg
kemungkinan penympangan dlm hal :
a. kebutuhan masyarkt menghendakinya, mk akan ditundukkan pd perUU yg
berlaku bagi gol eropa
b. kebutuhan masyarkt menghendaki ato berdsr kepentingan umum, mk
pembentuk ordonansi DAPAT mengadakn hkm yg berlaku bg org indonesia
& timur asing atau bagian2 tersendiri dr gol2 itu, yg bkn hkm adat bkn pula
hkm eropa MELAINKAN hkm yg diciptakan oleh Pembntuk UU sndiri
Jd: ada delegasi kewenangan / perintah utk mengkodfikasi hkm bg indo +
TA
Realita tak pernah terwujud. So berlaku Ketentuan Peralihan Psl 131 ayat
(6) ykni “bhw slm & sekedar ordonansi2 dimaksud ayat (2) huruf b blm
terbentuk, bagi org2 yg bkn org EROPA tetap berlaku hkm adat mereka
ykni hkm yg berlaku pd saat berlakunya IS
37
B. Masa Penjajahan Jepang
- Poin ptg Pasal 3 UU No.1 Tahun 1942 (7 Maret 1942) isi:
“Semua bdn2 pmrnth & kekuasaannya, hkm & UU dr
pmrth yg dahulu, tetap diakui sah buat sementara waktu
saja, asal tdk bertentangan dg peraturan militer”
- hakikatnya hnya ktntuan Peralihan krn masanya pendek
C. Masa Pasca Kemerdekaan (18-8-1945)
- Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945
“Sgala badan neg & peraturan yg ada masih berlaku
selama belum diadakan yg baru menurut UUD ini”
- Pasal 104 ayat (1) UUDS 1950
“Sgla kputusan pengadilan hrs berisi alasan2nya & dlm perkara
hukuman menyebut aturan2 UU & aturan2 hkm adat yg dijadikan
dasar hukuman itu”
- Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 pasca dekrit presiden 5 juli
1959
Ranah Undang-undang
- UU No 19 Tahun 1964 ttg Ketentuan2 Pokok Kekuasaan
Kehakiman
“Hkm yg dipake oleh kekuasaan kehakiman adlh hkm yg
berdasarkan pancasila ykni yg sifatnya berakar pd kepribadian
bangsa ( Pasal 3 )
Pasal 17 ayat (2) berlakuny hkm yg tertulis & hkm yg tdk tertulis
Pertanyaanya Apakah hkm yg tdk tertulis itu hkm adat ???
38
Utk mnjwb: Lihat Penjelasan Umum UU No 19/1964 disebutkan:
“….bhw peradilan adl peradilan neg. Dg dmikian tdk ada tempat bg
pradilan Swapraja & peradilan adat. Apabila peradilan2 itu msih
ada, mk selekas mungkin mrk akan dihapuskan spt yg scr
berangsur2 tlh dilaksanakan”.
Ketentuan ini tdklah bermaksud utk mengingkari hkm tdk
tertulis (hkm adat, penulis) melainkan hny akan mengalihkan
perkmbngan & penetrapn hkm itu kpd Pengadilan2 neg. Dg
ketentuan bhw hakim wajib menggali, mengikuti & memahami
nilai2 hkm yg hidup dg mengintegrasikan diri ke dlm masyrkt, tlh
terjamin spnuhnya bhw perkmbngan & pnerapn hkm tdk tertulis
itu akan berjaln sjajar, shg turut serta scr aktif merealisasikan
pnyatuan & kesatuan hkm di slrh indonsa
NAMUN
UU ini mjd absurd krn ada psl 19 yg memberi wewenang kpd
Presiden dlm “beberapa hal dpt turun atau campur tangan dlm
soal pengadilan”
MENGAPA? Demokrasi terpimpim..konfigurasi politiknya tdk
demokratis
39
Perkmbangn dasar hkm slnjutnya UU No. 14 Tahun 1970
- Pasal 23 ayat (1)
“ Sgl putusan pengadilan selain hrs memuat alasan2 & dasar2 putusan
itu, jugahrs memuat pula pasal2 tertentu dr peraturan2 yg bersangkutan
atau sumber hkm tak tertulis yg dijadikan dasar utk mengadili “
- Pasal 27 ayat (1)
“ Hakim sbg penegak hukum & keadilan, wajib menggali, mengikuti &
memahami nilai2 hkm yg hidup dlm masyarakat ”
Scr yuridis ada dasar berlaku tetapi daya berlakunya lbh rendah, Why ???
1. Desain yuridisnya. Penjelasan Pasal 14 ayat (1) UU No. 14 Th 1970 :
“Hakim sbg organ pengadilan dianggap memahami hkm. Pencari
keadilan dtg kepadanya utk mhn keadilan. Andaikata ia tdk mnemukan
hkm tertulis, ia wajib menggali hkm tdk tertulis utk memutus
berdasarkan hkm sbg seorang yg bijaksana & bertanggungjawab penuh
kpd Tuhan Yg Maha Esa, diri sendiri, masyarakt, bangsa & negara” So
hanya suplemen, pelengkap ada hierarki
2. Politik centralisme negara.. hkm absolut negara
3. Proses transformasi masyarkat industri membutuhkan jaminan
kpastian hkm (prdictability) dipengaruhi phm instrumentalisme hkm
4. Perbandingan kemampuan hkm nas vs hkm adat. Mulai lmbga pmbuat
hkm nas hingga penegakannya jelas hkm adat bukanlah tandingannya
40
Dsr hkm yg berlaku skr
UU No. 4 Tahun 2004 ttg Kekuasaan Kehakiman
Pasal 25 ayat (1)
Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar
putusan tersebut, memuat pula pasal tertentu dari peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum
tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili. (Penjelasan
cukup jelas)
Pasal 28 ayat (1)
Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Penjelasan: Ketentuan ini dimaksudkan agar putusan hakim
sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Pertanyaan ???
Stl hilang klausula…Andaikata hakim tdk mnemukan hkm tertulis, ia wajib
menggali hkm tdk tertulis utk memutus berdasarkan hkm sbg seorang
yg bijaksana & bertanggungjawab penuh kpd Tuhan Yg Maha Esa,
Penjelasan Pasal 14 ayat (1) UU No. 14 Th 1970…sdh tdk ada lg dlm UU
Np.4 Th 2004
Apakah hukum adat akan masih dianaktirikan??
41
D. Masa Pasca Reformasi, Dasar konstitusional dlm Konstitusi
Pasal 1 ayat (3): “Negara Indonesia adalah negara hukum. ***)
Pasal 18B ayat (2)
“Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat
hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. **)
Pasal 28I ayat (3)
“Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras
dengan perkembangan zaman dan peradaban. **)
Pasal 32 ayat (1)
“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya. ****)
Pasal 36A
“Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika. **)
Dari ke-5 dasar hkm tsb menarik utk dianalisis, silakan?
Ada 3 teori keberlakuan hukum
- Socialogisch gelding
- Filosofisch gelding
- Juridisch gelding
Apakah eksistensi (keberadaan) hkm adat memerlukan ketiganya ? Ato dg
kata lain apakah Juridisch gelding diperlukan utk memayungi berlakunya
hkm adat ???
42
Filosofis Sosiologis Yuridis
• Nilai-nilai dan sifat Secara empiris berlakunya • Dasar Berlakunya
hukum adat terkandung hukum adat telah diterima Hukum Adat Ditinjau
dalam butir-butir dan dilaksanakan oleh Secara Yuridis dalam
Pancasila (religio magis, masyarakat dan Berbagai Peraturan
gotong royong, merupakan the living law. Perundang-undangan
musyawarah mufakat • Apabila penentuannya
dan keadilan). didasarkan pada kaidah
• Jadi Pancasila yang lebih tinggi
merupakan kristalisasi tingkatannya (Hans
dari hukum adat, dan Kelsen) atau terbentuk
sesuai dengan cita-cita menurut cara yang telah
hukum. ditentukan ( W.
Zewenbergen)
43
Satjipto Rahardjo:
<>Melalui pendekatan sosiologis, anthropologis dan fungsional
cenderung mendekati teori sosiologinya Talcott Parson,
Hukum Adat adalah hukum yg hidup (living law), yaitu
hukum yg mencerminkan pikiran dan cita2 hukum Indonesia.
<>Hukum positif yang baik (dan karenanya efektif) adalah
hukum yg sesuai dgn living law yg sebagai “inner order” dp
masy. mencermin-kan nilai2 yg hidup di dalamnya (Eugen
Ehrlich)
44
45
Masyarakat hukum : kelompok manusia yg hidup
bersama dalam tata hukum yang sama
(Rechtsgemeenschap) sehingga merupakan satu
kesatuan. Ciri lain: punya wewenang hukum
(Rechtsgezag), punya upaya pemaksa hukum
(Rechtsdwang), & punya kekayaan.
RECHTSGEMEENSCHAAP
(PERSEKUTUAN HUKUM, DESA)
47
Pengertian Organisasi Desa Menurut Hukum
Adat:
“Suatu desa ialah suatu kesatuan kemasyarakatan
berdasarkan ketunggalan wilayah yg
organisasinya didasarkan atas tradisi yg hidup dlm
suasana rakyat dan mempunyai suatu badan
urusan pusat yg berwibawa di seluruh lingkungan
wilayahnya.”
48
Ciri2 masyarakat hukum:
1. Adanya suatu kelompok manusia
2. Antara anggota terdapat solidarita besar
3. Mempunyai wilayah, kekayaan dan pemerintahan
sendiri (yg dpt bertindak sebagai subyek hukum /
penguasa yg diberi otorita terhadap warganya,
untk mewujudkan, memelihara dan
mempertahankantata hukum sendiri)
4. Terjadi secara spontan
5. Orang luar yg bukan warga dianggap sebagai
“orang asing” / orang luar
6. Orang luar tdk dpt mengambil manfaat tanah
wilayah kesatuan itu, kecuali dg ijin dan membayar
(recognisi, retribusi, dsb) kpd kesatuan tsb
49
UNSUR PEMBANGUN MASY.HUKUM
1. Organisasi desa
2. Ketunggalan silsilah (lineage) dan
Kewangsaan kalau ada
3. Paguyuban hidup (leben gemeinschaft) /
omah (household)
Ad 1. Jenis desa (menurut bentuknya):
1) Bersentralisasi (dorpsgemeenschap /
persekutuan setempat) Desa2 di Jawa,
Madura, Bali
2) berdesentralisasi (streekgemeenschap /
persekutuan wilayah) desa2 di Angkola &
Mandailing: Kuria dan huta2-nya
3) serikat desa2 (dorpenbond / gabungan desa2
Batak bagian tengah 50
Persekutuan setempat (desa bersentralisasi)= kebulatan
masyarakat atas dasar ketunggalan wilayah, terdapat
perurusan kekuasaan di pusatnya.
Persekutuan daerah (desa berdesentralisasi)= satu
wilayah desa dibagi menjadi beberapa bagian/ daerah.
Tiap daerah punya badan pemerintahan kecil yang
berkuasa di daerahnya sendiri, namun untuk sebagian
menerima kekuasaan dari pemerintah pusat.
Federasi/ Perserikatan desa (dorpenbond)=
bergabungnya beberapa desa yang saling berdekatan/
berbatasan untuk suatu kepentingan & kemanfaatan
bersama.
51
Persekutuan Hukum Adat dalam studi hukum
adat dibedakan atas:
1. Genealogis
(1) Patrilineal; (2) Matrilineal & (3) Parental
2. Teritorial
(1) Persekutuan Desa; (2) Persekutuan Daerah; (3)
Perserikatan Desa
3. Genealogis – Teritorial (campuran)
masy. Kuria – Huta-hutanya (Tapanuli); marga –
dusun-dusun (Sum-Sel); Marga – tiyuh-tiyuh
(lampung) dll
Fungsi Desa:
1. Sebagai Subyek Hak Ulayat
2. Sebagai masyarakat Hukum yang paling utama
52
Ciri-cirinya:
Dilacak melalui satu orang
Ketunggalan Silsilah (Clan)
leluhur yang mulia (founding
Suku bangsa yang ancestor, yg menunjuk-kan
berbagai kelebihan).
mendasarkan
Ia dipangkalkan dari seorang
perhubungan darahnya
terkemuka tanpa pembatasan
kepada kewangsaan berapa generasi jauhnya.
dengan dasar adanya Biasanya dilacak hingga 7 atau
8 generasi
ketunggalan leluhur/
patrilineal: Batak, Bali, Buru,
keturunan darah
Seram Timor;
matrilineal: Minangkabau
Dilacak secara unilateral
53
Makna dan konsekuensi:
Ketunggalan silsilah menggabungkan warganya
dalam suatu kolektifitas yang lazim mempunyai
nama tertentu [Nasution, Lubis] menimbulkan
rasa berkita (Wirgefuhl), pendukung berbagai
nilai bersama, a.l. pemujaan leluhur. Masing2
lineage berfungsi selaku kesatuan exogami
Masing2 lineage mempunyai cabang2 di berbagai
desa.
<> Di Batak: clan marga tanah bermartabat lebih
tinggi daripada clan lain.
<>Di Indonesia Timur : clan asal memiliki
kele-bihan dlm hal tanah, clan pendatang dlm hal
peme-rintahan desa.
54
Kewangsaan (Blood Relationship)
Pengertian:
1. Ia dipangkalkan kepada siapapun di antara
para leluhur baik mulya maupun tidak
2. Ia hanya diakui adanya antara orang2 yang
masih diketahui hubungan darahnya (3-4
generasi)
3. Ia ditentukan secara parental / bilateral.
57
UUD ’45 Ps. 18B:
(1)Negara mengakui dan menghormati satuan2
pemerintahan daerah yg ber-sifat khusus atau
bersifat istimewa dg undang2
(2)Negara mengakui dan menghormati
kesatuan2 masyarakat hukum adat beserta
hak2 tradisionalnya sepanjang masih hidup
dan sesuai dg perkem-bangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan RI, yg diatur dg
undang2
58
UUD ’45, Ps. 18 B:
(1)Negara mengakui dan menghormati satuan2
pemerintahan daerah yg bersifat khusus yg
diatur dg uu.
59
UU No 5 Tahun 1979:
Desa: kesatuan masy. organisasi
pemerintahan terendah di bawah camat
berhak menyelenggarakan rumah tangga
sendiri
Pemerintah Desa: Kades & LMD
UU No. 22 / 1999:
Desa atau nama lain: kesatuan masy. hk yg
wenang mangatur dan mengurus kpntingan
masy. stempat berds. hak asal usul dan
adat istiadat setempat di daerah kabupaten
Pemerintahan Desa: Pemerintah Desa dan
Badan Perwakilan Desa
60
Istilah desa disesuaikan dg sosial budaya
masy. setempat seperti: nagari, kampung,
marga (Penjelasan Ps. 93)
Istalah Kepala Desa, Badan Perwakilan Desa
dpt disesuaikan dg kondisi sosial budaya
masy. setempat (Penjelasan Ps. 85(1), 94).
61
UU NO.32/2004
Ps 216:
(1)Peraturan lebih lanjut mengenai desa
ditetapkan dg PERDA berpedoman pd
Peraturan Pemerintah
(2)PERDA sebagaimana dimaksud pd ayat (1),
wajib mengakui dan menghormati hak asal
usul dan adat istiadat desa
Ps. 209: Bd. Permusy. Desa berfungsi me-
netapkan peraturan desa bersama kepa-la
desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat
62
Ps. 210:
(1)Anggota badan permusy. Desa adalah wakil
dari penduduk desa bersangkutan yg dite-
tapkan dg cara musyawarah dan mufakat.
(4)Syarat dan tatacara penetapan anggota dan
pimpinan badan permusy. Desa diatur dlm
PERDA yg berpedoman pada PP.
-
-------------------------------
I. Pemerintahan Marga:
1, Pasirah: Kepala Marga merangkap Ketua
Adat / Ketua Pembina Adat istiadat Marga
2. Pembarap: Kerio di dusun tempat tinggal
Pasirah, sbgai Pembantu Utama Pasirah
3. Penghulu: Pembantu Pasirah bidang Agama
Islam
4. Juru tulis Marga
5 Kemit: Petugas keamanan
64
II. Dewan Marga (sebagai pendamping /mitra
Pemerintahan Marga), bertugas a.l.:
1. Membuat peraturan2 marga menurut
Hukum Adat
2. Mengawasi jalannya Pemerintahan Marga
3. Menetapkan / mengesahkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Marga
65
DESA DI BALI
Desa Adat : 1456 buah.
Desa Dinas: 564 buah
66
Perangkat Banjar pada Desa Adat yg
terdiri atas beberapa banjar (mis. Desa Tajem
Kab. Tabanan):
67
C. van Vollenhoven Sumatera Selatan
Adatrecht
Enggano
Wilayah Indonesia dibagi Daerah Melayu
kedalam 19 lingkaran Bangka dan Belitung
Kalimantan
wilayah hukum Adat
Minahasa
◦ Aceh, Gorontalo
◦ Daerah Gayo, Alas dan Daerah Toraja
Batak Sulawesi Selatan
◦ Nias dan Batu Kepulauan Ternate
◦ Daerah Minangkabau Maluku Ambon
◦ Mentawai (orang-orang Irian Barat
Pagai) Kep. Timor
Bali dan Lombok
Jawa Tengah dan Timur serta Madura
Daerah2 Swapraja di Jawa
Jawa Barat
68
9. Hukum Badan Pribadi
10. Hukum Tanah Adat
11. Hukum Delik adat
12. Hukum Adat Dalam
Pembangunan
69
9. Hukum Badan Pribadi 11. Hukum Delik Adat
9.1. Status orang sebagai subjek 11.1. Pengertian Delik Adat
hukum 11.2. Perbandingan Sistem
9.2. Kepurnaan seseorang dan Delik Adat dengan KUHP
cara mencapainya Kasus
(kecakapan bertindak
11.3. Delik-delik tertentu
menurut hukum adat)
Kasus
9.3. Kecakapan bertindak
menurut hukum lainnya 11.4. Penyelesaian Sengketa
diluar Pengadilan (Non
10. Hukum Tanah Adat
Litigasi)
10.1. Pengertian hukum tanah
12. Hukum Adat dalam
Adat
Pembangunan
10.2. Hak ulayat
12.1. Peran dalam masyarakat
10.3. Hak individu atas tanah dan dalam pembentukan
10.4. Hukum tanah adat dalam peraturan perundang-
peraturan perUndang- undangan
undangan 12.2. Fungsi dan manfaat
70
71
KUH Pdt
ukuran umur & peristiwa hk Psl 330
Hk Islam
ukuran peristiwa biologis
UU 1/1974 (UU Pkwnan)
ukuran umur Psl 47 ay (1) jo Psl 50 ay (1)
UU 4/1979 (UU Kesejahteraan Anak)
ukuran umur Psl 1.2
UU 23/1997 (UU Peradilan Anak)
ukuran umur & peristiwa hk Psl 4 ayat(2)
UU 23/2002 (UU Perlindungan Anak)
ukuran umur (Psl 1.1)
KHI
ukuran umur (Psl 98)
HK Adat
ukuran kemandirian (fakta sosial)
Ps 26
(1). Ortu berkwjban & bertg jwb :
a. mengasuh, memelihara & melindungi
anak
b. menumbuh kembangkan anak sesuai dg
kemampuan, bakat & minatnya
c. mencegah terjdnya pkwnan pd usia
anak2
UU 1/74
Ps 49 (1). Slh sorg a’ ke2nya dpt dicbt atas
pmtaan slh st ortu, klg grs lrs keatas, sdr
kd yg dws atau pjbt bwng dlm hal ;
a. sgt melalaikan kwjbn thd anak
b. berkelakuan buruk skl
Akibat Hk
- pd kekrbtan patrilineal & matrilineal
memutus hub hk dg ortu kd
Ps 10 ayat (1)
perat perUUan, dg penetapan
pengadilan
Ortu angka
- min 30th, max 55 th
- beragama sama
- berstatus kawin, min 5 th
- blm punya anak atau hanya memp 1 anak
- mampu ekonomi & sosial
Anak angkat
- anak tertentar, dlm asuhan
klg/lbg,memerlukan
perlindungan
- krg 6 th ; 6 th sd krg 12 th ; 12 th sd krg 18
84
Unsur esensial bagi negara agraris.
Masyarakat: kelompok atau individual tanah
penopang kehidupan. Tanah sbg modal utama
khdpn, tempat tinggal, tumbuh-berkembang dan
usaha, konflik tanah hal yg biasa, sak dumuk
batuk sak nyari bumi ditohing saktumekaning
pati pecahing dada luntaking ludira. Barang
ekonomis = vital tapi terbatas.
Hak persekutuan / masyarakat hk adat disebut
hak purba (Djojodigoeno), hak pertuanan
(Soepomo) dan hak ulayat (UUPA). Van
Vollenhoven, beschikkingsrecht.
Ambon: patuanan, Jawa: wewengkon,
Kalimantan: pawatasan, Sulawesi: limpo dan Bali:
prabumian. 85
Hubungan persekutuan dg tanah ulayat bersifat
religio-magis: memanfaatkan, memungut hasil dan
berburu.
Hak Ulayat
hak yg dipunyai oleh persekutuan/ masyarakat hk
adat (MHA) utk menguasai tanah isinya dalam
suatu wilayah.
86
Ciri-cirinya:
◦ MHA dan anggota berhak
memanfaatkan tanah
◦ Pihak luar dibolehkan memnfaatkan
asal ada ijin
◦ Warga boleh mengambil sebatas utk
keperluan keluarganya.
◦ MHA bertanggungjawab atas segala hal
◦ Hak tersebut tidak dapat diperalihkan
Hak ulayat:
Mengikat baik keluar dan kedalam.
87
◦ Tanah
◦ Air
◦ Tumbuh-tumbuhan
◦ Binatang
88
Pasal 3, pelaksanaan hak ulayat sepanjang masih
ada harus sesuai kepentingan nasional-negara dan
tidak boleh bertentangan dg UU dan peraturan lain
yg lebih tinggi.
Ps 5, Hukum agraria yg berlaku atas bumi, air dan
ruang-angkasa ialah Hukum Adat, sepanjang tidak
bertentangan kepentingan nasional-negara dan
peraturan perundangan lainnya.
Memasukkan kambing ke dalam kandang macan
(H. Adat disaneer, disesuaikan, dibatasi =
aanvullend adatrecht).
89
Semakin maju dan bebas penduduk dalam usaha
pertaniannya, maka semakin lemah hak ulayatnya.
Jika hak ulayat ini lemah, maka hak perorangan
(hak milik) akan berkembang/ kuat.
Hak ulayat dan hak perorangan itu bersangkut paut
dalam hubungan kempis-mengembang, desak-
mendesak, batas-membatasi tiada henti.
Jawa
◦ sistem bluburan, matok galeng-gilir wong, matok
galeng matok wong, dapat diwariskan hak
menggarap, tanah gogolan/pekulen (tanah jasa)
menjadi milik/ yasan.
90
Suatu hak yg diberikan kepada warga
persekutuan atau orang luar atas tanah di wilayah
ulayat.
91
1. Pengaruh Raja
2. Pengaruh Pemerintah
Penjajah
3. Hukum Tanah Adat dalam
UUPA
92
Pada kenyataannya raja-raja juga mempunyai
pengaruh dalam perkembangan Hukum
Tanah, pengaruh tersebut dapat berupa dua
kemungkinan, yaitu :
◦ Merusak pengaturan Hukum Tanah
◦ Memperkuat pengaturan Hukum Tanah.
93
Pengaruh pemerintahan kolonial
dalam Hukum Tanah yang cukup
penting adalah sebagai berikut:
◦ Pajak bumi atau landrent dari Raffles
◦ Cultuurstelsel dari Gubernur Jenderal Van
den Bosch
◦ Agrarisch Wet, Agrarisch Besluit, Domein
Verklaring
◦ Vervreemdingsverbod (S. 1875 No. 179)
94
1. Hak-hak yang ada di dalam UUPA
sebagaimana yang termuat dalam Pasal 6
UUPA.
2. Cara perolehan hak perorangan khususnya
hak milik menurut UUPA dibandingkan
dengan cara perolehan dalam Hukum Adat
3. Fungsi sosial di dalam hak milik menurut
UUPA dibandingkan dengan yang ada dalam
Hukum Adat.
95
1. Pengertian Delik Adat
2. Perbandingan Sistem Delik
Adat dengan KUHP
3. Delik-delik tertentu
4. Peradilan Adat
96
Hk delik adat
ISTILAH HUKUM PIDANA ADAT DARI TERJEMAHAN BAHASA BELANDA
“ADAT DELECTEN RECHT” / “HUKUM PELANGGARAN ADAT “
Aturan-aturan hukum adat yang mengatur peristiwa atau perbuatan
kesalahan yang berakibat terganggunya keseimbangan masyarakat
sehingga perlu diselesaikan (dihukum) agar keseimbangan masyarakat
tidak terganggu.
PENGERTIAN
TER HAAR : PERBUATAN SEPIHAK YANG OLEH PIHAK LAIN DENGAN TEGAS
ATAU SECARA DIAM-DIAM DINYATAKAN PERBUATAN YANG MENGGANGGU
KESEIMBANGAN
98
SIFAT HUKUM PIDANA ADAT
3. MEMBEDA-DEDAKAN PERMASALAHAN
JIKA TERJADI PELANGGARAN DILIHAT BUKAN SEMATA PERBUATAN DAN
AKIBAT TETAPI JUGA LATAR BELAKANG DAN SIAPA PELAKUNYA.
PENGKHIANATAN,PEMBAKARAN KAMPUNG,
INCEST, HAMIL TANPA NIKAH, MELARIKAN
GADIS ZINA, PEMBUNUHAN,
PENGANIAYAAN, PENCURIAN, DST.
PERADILAN ADAT
PEMERIKSAAN PERKARA
10
3