Anda di halaman 1dari 46

Diagnosis dan Dasar Pengobatan

Mikosis Superfisial dan Kutan

Wasista Hanung Pujangga


Diagnosis
• Mikosis Superfisial merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh
jamur yang menyerang kulit pada bagian epidermis yang mengandung
keratin yaitu Stratum korneum basale misalnya : kulit, rambut,kuku.

• Mikosis Superfisial ada 2 yaitu :


1. Dermatofitosis
2. Nondermatofitosis
Diagnosis Mikosis Superfisialis & kutan
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita
penyakit yang disebabkan atau berhubungan dengan infeksi Jamur,
seperti :
• Tinea
• Pitiriasis Versikolor (Panu)
• Dermatitis Seboroik dll
• Pemeriksaan laboratorium dapat membantu menegakkan diagnosis
infeksi jamur, secara obyektif yang kemudian dapat menentukan jenis
pengobatan dan memantau prognosa kesembuhannya.

• Keberhasilan pemeriksaan laboratorium tergantung pada 


• Cara pengambilan/pengumpulan specimen & pemilihan uji
mikrobiologis yang tepat.
• Interpretation of the results can sometimes be made with confidence,
but at times the findings can be unhelpful or even misleading. It is in
these situations that close liaison between the clinician and the
laboratory is particularly important.
• Pengambilan sampel
Alat alat yang dibutuhkan :
- Skalpel
- Pinset
- Alkohol 70%
- Kapas
- Kertas/wadah yang bersih
Cara pengambilan sampel :
• Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan kapas alkohol 70% untuk
menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.
• Keroklah bagian yang aktif dengan skalpel dengan arah dari atas
kebawah (cara memegang skalpel harus miring membentuk sudut 45
derajat ke atas).
• Letakkan hasil kerokan kulit pada kertas atau wadah
• Pembuatan sediaan
Alat alat yang dibutuhkan :
-Kaca objek
-Kaca penutup
-Lampu spiritus
-Pinset
-Reagen yaitu Larutan KOH 10% untuk kulit dan kuku, Larutan KOH 20%
untuk rambut
Cara pembuatan sediaan :
• Teteskan 1-2 tetes larutan KOH 10% pada kaca objek.
• Letakkan bahan yang akan diperiksa pada tetesan tersebut dengan
menggunakan pinset yang sebelumnya dibasahi dahulu dengan
larutan KOH tersebut. Kemudian tutup dengan kaca penutup.
• Biarkan ±15 menit atau dihangatkan diatas nyala api selama beberapa
detik untuk mempercepat proses lisis
• Pemeriksaan
Alat yang digunakan : Mikroskop
• Cara Pemeriksaan :
Periksa sediaan dibawah mikroskop. Mula-mula dengan perbesaran
objektif 10 X kemudian dengan pembesaran 40 X untuk mencari
adanya hypha dan atau spora, akan tampak gambaran hifa dan spora
tergantung jamur yang menyebabkan penyakitnya
contohnya :
• - terlihat gambaran hifa sebagai dua garis sejajar terbagi oleh sekat
dan bercabang maupun spora berderet (artrospora) pada Tinea
(Dermatofitosis)
• - terlihat campuran hifa pendek dan spora spora bulat yang dapat
berkelompok ( gambaran Meat ball and spagheti) pada Pitiriasis
Versikolor (panu)
Pemeriksaan kultur.

• Pemeriksaan dengan pembiakan perlu untuk menyokong


pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan spesies
jamur.

• Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada


media buatan.  medium agar dextrose sabouraud.  ditambahkan
antibiotik saja (kloramfenikol) atau ditambah pula klorheksimid.
GENUS TRICHOPHYTON

• Secara Mikroskopik ditemukan hifa bersepta / bersekat, hifa spiral,


ditemukan makrokonidia berbentuk gada berdinding tipis terdiri dari
6 – 12 sel juga ditemukan mikrokonidia yang bentuknya seperti tetes
air. Secara makroskopik ditemukan koloni yang kasar berserbuk
/ radier pada bagian tengah menonjol. Contoh: Trichophyton
mentagropytes. Trichophyton rubrum
GENUS MICROSPORUM

• Genus Microsporum secara mikroskopik ditemukan hifa


bersekat,Mikrokonidia. Makrokonidia seperti gada dengan
dinding sel tebal dan berduri / kasar, sel pada makrokonidia terdiri
dari 8 –12 sel. Secara makroskopik koloni tampak granuler
berserbuk. Con toh : M. Cannis, M . gypseum. M. nannum. M. Cokkei
GENUS EPIDERMOPHYTON

• Genus Epidermophyton secara mikroskopik tampak hifa bersekat,


ditemukan makrokonidia berbentuk seperti gada berdinding halus
mengandung 2 - 4 sel, ditemukan klamidospora. Makrokonidia ini
tersusun pada satu konidiophore 2– 3 buah. Tidak ditemukan
mikrokonidia.
• Secara makroskopik koloni
epidermophyton tampak granuler,berserabut,menonjol pada bagian
tengah. Contoh : Epidermophyton flocosum
PITIRIASIS VERSICOLOR

• Disebut juga Pityrosporum ovale / Pytirosporum orbiculare / Tinea


versicolor atau Panu disebabkan oleh jamur Malazzezia furfur.

• Infeksi terjadi jika jamur / hifa/ spora melekat pada kulit. 


Penderita mengalami kelainan pada kulit , orang yang berkulit putih
maka jamur akan tampak bercak-bercak coklat atau merah (
hiperpigmentasi ) sedangkan pada penderita berkulit sawo matang /
hitam maka jamur akan tampak bercak-bercak lebih muda (
hipopigmentasi ).
Diagnosis
Dengan pemeriksaan bahan pemeriksaan
kerokan kulit yang mengalami kelainan.

a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10 %

• Kulit yang mengalami kelainan dilakukan


kerokan dengan alat skalpel yang sudah
disterilkan dengan alkohol 70 %.
• Hasil kerokan ditampung pada cawan petri
steril atau kertas steril, dan dilakukan
pemeriksaan dengan cara diambil dengan
ose diletakkan pada objek glas dan diberi
KOH 10 % ditutup dengan deck glas dan
diperiksa dibawah mikroskop.
• Secara mikroskopik ditemukan hifa pendek –
pendek dan spora bergerombol.
b. Pemeriksaan sinar wood

• Dengan pemeriksaan sinar wood


pada daerah infeksi akan
memperlihatkan flouresens warna
emas atau orange.
• Kultur

• Kultur hanya diperlukan dalam kasus


dugaan fungemia. M. furfur adalah
ragi lipofilik, oleh karena itu
pertumbuhan in vitro harus
ditambahkan dengan minyak/lemak.
melapisi agar dextrose Sabouraud
mengandung cycloheximide (actidione)
dengan minyak zaitun atau sebagai
alternatif menggunakan media yang
lebih khusus seperti agar Dixon yang
mengandung gliserol mono-oleat
(substrat yang cocok untuk
pertumbuhan).
• Pada pemeriksaan biopsy menunjukkan stratum korneum yang tipis
bersama dengan hifa dan spora.
• Identifikasi molekuler terhadap isolat Malassezia dapat dilakukan dengan
teknik-teknik pulsed-field gel electrophoresis, randomly amplified
polymorphic DNA analysis, sequencing analysis, restriction analysis of PCR
amplicons of ribosom sequences, amplified fragment length polymorphism
analysis dan denaturing gradient gel electrophoresis.

• metode molekular seperti PCR tidak diperlukan untuk menentukan


Malassezia sp, karena tidak akan memengaruhi terapi. Walaupun berbeda
spesies tetapi terapinya tetap sama, sehingga kita menggunakan cara yang
lebih mudah dan murah dalam mendiagnos is.
• Dasar pengobatan

Sebagian besar pasien dengan infeksi Malassezia dapat diterapi hanya


dengan antijamur topical, tetapi untuk pasien dengan infeksi Malassezia yang
luas dan tidak responsive terhadap terapi topical, dapat diberikan terapi oral.

- Untuk Malassezia folliculitis selain azole topical, dapat diberikan


selenium sulfida.

- Golongan azole yang paling efektif  griseofulvin dan terbinafine tidak


efektif.
TINEA NIGRA PALMARIS

• Tinea Nigra Palmaris merupakan infeksi jamur yang mengenai tangan


atau kaki yang mengalami bercak-bercak putih atau
hitam. Penyebabnya adalah Cladosporium werneckii.
Diagnosa
• Bahan pemeriksaan berasal dari kerokan kulit tempat infeksi, hasil
kerokan langsung dilakukan pemeriksaan mikroskopik
dengan menggunakan KOH 10 %. Jamur akan tampak hifa dan tunas
yang berwarna hitam atau hijau tua dengan spora yang bergerombol.
KULTUR
• Jika dikultur akan tampak koloni granuler yang berwarna hitam.
• Dasar Pengobatan

• Many methods of treatment have proved effective. Benzoi vacid


compound ointment or 10% thiabendazolevsolution should be
applied morning and evening for several weeks. Most lesions will
disappear within 2 4 weeks, but treatment should be continued for at
least 3 weeks to avoid recurrence. Topical imidazoles are also
effective.
Piedra
• Merupakan infeksi jamur pada rambut, berupa tonjolan, keras
melekat pada rambut. Ada dua jenis piedra yaitu : Piedra hitam dan
Piedra putih.
PIEDRA HITAM
• Merupakan infeksi jamur pada rambut kepala yang disebabkan
oleh Piedraia hortai
• Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur.
DIAGNOSA

• Bahan pemeriksaan berasal dari potongan rambut yang terinfeksi,


dilakukan pemeriksaan langsung dengan menggunakan KOH 10
%. Hasil mikroskopik akan tampak hifa yang padat berwarna tengguli
dan ditemukan askus yang mengandung askospora.
Kultur

• Jika ditaman pada media SGA tampak koloni yang berwarna Hitam
• Dasar pengobatan:

• Treatment with a topical salicylic acid preparation or an imidazole


cream is often effective. However, relapse is common.
Piedra Putih
• Merupakan infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh
Trichosporon cutaneum. Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan
spora jamur. Rambut yang terifeksi mengalami kelainan berupa
benjolan yang tidak berwarna .
Diagnosa
• Bahan pemeriksaan berasal dari rambut yang terinfeksi dilakukan
pemeriksaan langsung dengan menggunakan KOH 10 % (diwarnai
dengan Parker Ink). Tampak anyaman hifa yang padat tidak berwarna
atau putih kekuningan, ditemukan arthrospora pada ujung hifa.
• KULTUR
Bahan pemeriksaan jika ditanam
pada media agar dekstrosa
Sabouraud. akan
tumbuh Trichosporon spp. berwarna
putih atau kekuning-kuningan untuk
krim berwarna, halus, berkerut,
beludru, koloni kusam dengan
pinggiran miselia.
• Dasar pengobatan:

• Treatment is difficult. Shaving or clipping the hairs of the affected


region is usually sufficient to clear the infection, but relapse is
common. Oral itraconazole (100mg/day for 8 weeks) has been
reported to be an effective treatment for white piedra affecting scalp
hair.
Dasar Pengobatan Mikosis Superfisial dan Kutan

• Pemilihan obat antijamur ditentukan oleh luas dan keparahan penyakit,


lokasi lesi, infeksi penyerta atau terdapat potensi interaksi obat, efikasi
pengobatan, harga dan kemudahan didapat serta kemudahan pemakaian.

• Karena mikosus superfisial dan kutan berada pada daerah permukaan


terluar tubuh, maka pengobatan yang diperlukan umumnya adalah sediaan
topical. 

• Infeksi jamur superfisial secara umum memiliki respons yang baik terhadap
obat antijamur topikal namun pengobatan secara sistemik seringkali
dibutuhkan. S
• Kelebihan obat antijamur topikal antara lain adalah efek samping
yang minimal, jarang terjadi interaksi obat, pengobatan terbatas pada
lesi, dan umumnya lebih murah.
• Dibandingkan dengan jumlah obat antibakteri  Anti jamur lebih
sedikit.  perkembangan meningkat dari waktu ke waktu

• . Ada 4 jenis senyawa antijamur : polyenes, the azoles, the allylamines


and the echinocandins..
• Selain itu ada kelompok lainnya, seperti flucytosine dan griseofulvin.
Source
Forbes, BA, Sahm, DF, Weissfeld, AS. 2007. Bailey and Scott’s Diagnostic
Microbiology. 12thed. China : Mosby Inc an affiliate of Elsevier Inc.

Winn, WC, Allen, SD, Janda, WM, Koneman, EW, Procop, GW,
Schreckenberger, PC & Woods, GL. 2006. Koneman’s Color Atlas and
Textbook of Diagnostic Microbiology. 6th edition. Baltimor: Lippincott
Williams and Wilkins
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai