Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN KASUS

PERDARAHAN SALURAN MAKAN BAGIAN ATAS (PSMBA)


Muzzammil
Devi Safrina
Mutia Fatin

Pembimbing :
Dr. dr. Azhari Gani, Sp.PD-KKV
DAFTAR MATERI
01 PENDAHULUAN

02 DESKRIPSI KASUS

03 TINJAUAN PUSTAKA

04 DISKUSI KASUS

05 KESIMPULAN
Pendahuluan
Pendahuluan

Perdarahan saluran cerna bagian atas merupakan penyakit yang sering


dijumpai di bagian gawat darurat rumah sakit. Perdarahan saluran cerna bagian
atas adalah perdarahan saluran makan proksimal dari ligamentum Treitz, mulai dari
esofagus, gaster, duodenum sampai pada bagian atas dari jejunum.

Perdarahan gastrointestinal merupakan kegawatdaruratan


abdomen yang berpotensi mengancam jiwa!

Sumber :
1. Adi,P. 2009. Pengelolaan Saluran Cerna Bagian Atas. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simaribrata MK, Setiati S (Ed.). Buku ajar ilmu
penyakit dalam, jilid I, edisi V. InternaPublishing Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta Pusat. H.1873- 1880.
Pendahuluan
Perdarahan SCBA sering terjadi
Insiden
pada orang dewasa dan risiko
PSMBA 100 meningkat pada usia >60 tahun
per 100.000
populasi per 250.000 Pasien Usia rata-
tahun PSMBA Rawat
inap/tahun di rata 52,7 ±
Amerika 15,82
Kejadian Kasus perdarahan SCBA lebih
PSMBA di
Indonesia sering dialami oleh laki-laki.
sekitar 48-160
kasus per
100.000
penduduk 51,4% 48,6%
Sumber :
2. Hreinsson, J. P., Kalaitzakis, E., Gudmundsson, S., & Björnsson, E. S. 2013. Upper gastrointestinal
bleeding: incidence, etiology and outcomes in a population-based setting. Scandinavian journal of
gastroenterology, 48(4), 439–447. doi:10.3109/00365521.2012.763174
3. Pilotto A, Maggi S, Noale M, Franceschi M, Parisi G, Crepaldi G. Development and validation of a new
questionnaire for the evaluation of upper gastrointestinal symptoms in the elderly population: a multicenter
Mortalitas 9-14%
study: a multicenter study. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. 2010 Feb. 65(2):174-8
Deskripsi Kasus
Deskripsi Kasus
Identitas Pasien
Nama : Ny. MA
Umur :58tahun
No. CM : 1-11-37-26
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Tangse
Suku : Aceh
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Mengurus rumah tangga
Tanggal Masuk : 18Juli 2019
Tanggal Pemeriksaan : 21Juli 2019
Deskripsi Kasus
Keluhan Utama :
BAB hitam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien rujukan Sp.PD RS Mutia Sigli dengan diagnosa PSMBA. Pasien
datang dengan keluhan BAB hitam sejak 2 hari SMRS. BAB hitam, lembek,
lengket, dan berbau busuk. Frekuensi BAB hitam 4 kali sehari dengan
volume 1 akua gelas per kali BAB hitam. Pasein juga mengeluhkan pucat dan
lemas dalam 5 hari ini. Mual dan muntah tidak dikelukan. Riwayat muntah
hitam ada 5 tahun yang lalu. Demam ada 5 hari yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan nyeri ulu hati. Batuk ada sesekali, batuk tidak berdahak.
Riwayat mengkonsumsi obat anti nyeri untuk nyeri sendi sejak 5 tahun ini.
Obat dibeli bebas di pasar berjumlah 4 macam, namum pasien tidak tahu
nama obatnya. Riwayat sakit kuning disangkal. Riwayat tranfusi darah ada
saat muntah htam dan BAB hitam 5 tahun yang lalu. Riwayat minum jamu
tidak ada, riwayat mengkonsumi alkohol tidak ada. Keluhan BAK keruh,
berdarah, atau keluar batu tidak ada. Riwayat hipertesi ada 1 tahun ini, TDS
tertinggi 150 mmHg. Riwayat diabetes tidak ada.
Deskripsi Kasus

Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat rematik sejak 2 tahun yang lalu dan hipertensi sejak 1 tahun yang
lalu. Riwayat kencing manis, penyakit kuning maupun penyakit jantung
disangkal pasien. Riwayat pernah mengalami hal yang sama 5 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami sakit yang sama.
Riwayat Pemakaian Obat :
Pasien mengkonsumsi obat anti nyeri sejak 5 tahun terakhir.
Riwayat Kebiasaan Sosial :
Pasien bekerja sebagai wiraswasta.
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign dan Status Generalis

Kesadaran : RR : T:
TD : N:
Kompos 84x/i, reguler, kuat 18x/ 37,7 oC
120/80
Mentis angkat menit

Keadaan Umum :Sakit Sedang


Kulit :Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), edema (-), turgor kembali cepat.
Mata :Anemis (+/+), mata cekung (-/-), sklera ikterik (-/-), sekret (-/-), refleks
cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+), pupil bulat isokor
Φ 3 mm/3 mm
Telinga : Normotia (+/+), serumen (-/-) dbn
Hidung : Sekret (-/-), cavum nasi hiperemis (-), napas cuping hidung (-), dbn
Mulut : Mukosa kering (-), sianosis (-), hiperemis (-), dbn
Leher : Pembesaran KGB (-) TVJ R-2 cmH2Oretraksi suprasternal (-),kaku
kuduk (-), distensi vena jugular (-)
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Thorax Posterior Pemeriksaan Fisik Thorax Anterior
Inspeksi Inspeksi
Statis : Normochest, deformitas (-) Statis : Normochest, deformitas (-)
Dinamis : Simetris, pernapasan Dinamis : Simetris, pernapasan
abdominotorakal, retraksi interkostal (-/-), abdominotorakal, retraksi interkostal (-/-),
jejas (-), barrel chest (-) jejas (-), barrel chest (-)
PalpasiPemeriksaan Fisik Jantung Palpasi
Dextra : Stem: fremitus
Inspeksi Pulsasi taktil
iktuskanan
cordis= Dextra : Stem fremitus taktil kanan =
Stem
terlihat Stem
fremitus taktil: kiri
Palpasi Pulsasi iktus cordis fremitus taktil kiri Fisik Abdomen
Pemeriksaan
Sinistra
teraba di ICS: Stem fremitus
V linea taktil kanan
midklavikula sin = Sinistra : Stem fremitus taktil kanan =
Inspeksi : simetris, distensi (-)
Stem
Perkusi : Batas jantung kanan Stem
Palpasi : organomegali (-),
fremitus
pada ICS IV taktil
lineakiri
parasternal dekstra, fremitus taktil kiri
nyeri tekan epigastik (+), defans
Perkusi
batas jantung kiri pada ICS V linea Perkusi
muskular (-)
Dextra : Sonor
Pemeriksaan
Dextra : Sonorsinistra, batas atas
midklavikula Perkusi Ekstremitas : timpani, shifting
Sinistra
jantung pada: Sonor
ICS III linea miklavikula Sinistra : Sonor
dullnesssuperior
Ekstremitas (-), undulasi (-) (-/-),
: sianosis
Auskultasi
sinistra Rectal Touche Auskultasi
edemaAuskultasi
Dextra (-/-), : Peristaltikdingin
pucat (+/+),
: Vesikuler (+/+), akral
usus (-/-)
Wheezing (-/-),
Auskultasi Terdapat
Dextra : Vesikuler: feses
(+/+), berwarna
BJ I Wheezing
> BJ II, hitam,
(-/-), kesan
, CRT <2” normal
Rhonki
regular (+),tidak
(-/-) ada
bising (-)lendir, sfingter ani kuat, Rhonki (-/-)
Ekstremitas inferior(+/+),
Sinistra : Vesikuler : sianosis (-/-), edema
Wheezing (-/-),
Sinistra mukosa
: Vesikulerlicin, danWheezing
(+/+), tidak terdapat
(-/-), (-/-), pucat
benjolan
Rhonki (-/-) atau massa. Rhonki (-/-)(+/+), akral dingin (-/-), CRT
<2”
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Hasil
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan
(13/5/2019)
Hemoglobin 7,7 14-17 g/dl
Hematokrit 22 45-55 %
Eritrosit 2,7 4,7 – 6,1 106/mm3
Leukosit 17,6 4,5 - 10,5 103/mm3
Trombosit 333 150-450 103/mm3
MCV 82 80-100 fL
MCH 29 27-31 pg
MCHC 35 32-36 %
Eosinofil 3 0-6 %
Basofil 0 0-2 %
Neutrofil Batang 0 2-6 %
Neutrofil Segmen 70 50-70 %
Limfosit 22 20-40 %
Monosit 5 2-8 %
GDS 141 <200 Mg/dl
Ureum 101 13-43 Mg/dl
Creatinin 1,37 0,67-1,17 Mg/dl
HbsAg Negatif
Anti-HCV Negatif
Natrium 141 132-146 Mmol/L
Kalium 4,4 3,7-5,4 Mmol/L
Pemeriksaan Penunjang
b. Endoskopi

Berdasarkan hasil pemeriksaan endoskopi yang dilakukan tanggal 22Juli


2019 didapatkan kesimpulan Giant ulkus gaster a/r antrum.
Pemeriksaan Penunjang
c. EKG

Kesimpulan : EKG Normal


Pemeriksaan Penunjang
d. EKG

Kesimpulan : Pneumonia, cor pulmonal


Diagnosa

1. PSMBA ec dd :
- Ulkus duodenum
- Ulkus gaster
- Gastritis erosif
2. Anemia berat normokromik normositik ec dd :
- Perdarahan
- Penyakit kronis
Tatalaksana

1. Bedrest
2. Diet MII1700 Kkal/hari
3. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
4. IV Omeprazole 40 mg/12 jam
5. Sucralfat Syr 3xC1 (a.c)
6. Lactulac syr 3xC1
7. Paracetamol 3x500 mg
8. Transfusi PRC s/d Hb 10 mg/dl
Planning

1. Feses rutin
2. Urin rutin
3. TiBC / Si / Feritin
4. Albumin, MDT, PT/APTT, Ur/Cr
5. HbsAg, anti HCV
6. Elektrolit (Na,K,Cl)
7. Foto thorax
8. Darah rutin post transfusi
9. Pantau perdarahan
Prognosis

1. Quo Ad Vitam : Bonam


2. Quo Ad Fungsionum : Dubia ad bonam
3. Quo Ad Sanationum : Dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
Definisi

Perdarahan saluran cerna bagian atas


adalah perdarahan saluran makan proksimal d
ari ligamentum Treitz, mulai dari esofagus,
gaster, duodenum sampai pada bagian atas
dari jejunum.

Sumber :
2. Hreinsson, J. P., Kalaitzakis, E., Gudmundsson, S., & Björnsson, E. S. 2013. Upper gastrointestinal bleeding: incidence, etiology and
outcomes in a population-based setting. Scandinavian journal of gastroenterology, 48(4), 439–447. doi:10.3109/00365521.2012.763174
Epidemiologi
Upper gastrointestinal tract bleeding (“UGI bleeding”) prevalensi sekitar 75 %
hingga 80 % dari seluruh kasus perdarahan akut saluran cerna. Perdarahan
saluran cerna bagian atas 4 kali lebih sering terjadi dibandingkan
perdarahan saluran cerna bagian bawah.

Ulkus Peptikum Erosi Gastrik Perdarahan varises Mallory-weiss tear NSAID

50% 15-25% 5-25% 5-15% 45-60%

Penyebab perdarahan akut


Klasifikasi
Perdarahan Saluran Makan Bagian Atas (PSMBA) terbagi menjadi
2 yaitu :

Perdarahan Varises Perdarahan Non


Varises
Varises Esofagus
Gastritis Erosif
Varises Fundus Gaster
Tukak Peptik
Gastropati Hipertensi
Portal NSAID Gastropati

Keganasan
Etiologi
Penyebab Yang Sering Penyebab Yang Jarang
1. Perdarahan Varises ec Hipertensi 1. Mallory Weiss syndrome
portal : 60-70 % 2. Tumor lambung
3. Tumor Esofagus
• 80-85 % Varises esofagus
4. Aneurisma aorta Abdominalis
• 15-20 % Varises fundus gaster 5. Angiodisplasia
6. Kelainan Hematologik,Koagulopati
2. Gastritis erosif, Stress syndrome
3. Tukak Peptik
• Tukak lambung
• Tukak duodenum
4. Gastropati NSAID
Patofisiologi

Perdarahan Variseal

Sirosis Hepatis Peningkatan Terbentuk varises Varises pecah dan


tekanan vena esofagus terjadi perdarahan
porta gastrointestinal masif

Sumber :
2. Hreinsson, J. P., Kalaitzakis, E., Gudmundsson, S., & Björnsson, E. S. 2013. Upper gastrointestinal bleeding: incidence, etiology and outcomes in a population-based setting. Scandinavian journal of
gastroenterology, 48(4), 439–447. doi:10.3109/00365521.2012.763174
Patofisiologi
Perdarahan Non Variseal

Obat-obatan Masuk ke saluran Asam lambung Inflamasi area


(NSAID), Infeksi cerna dan merusak dan pepsin gastrointestinal dan
bakteri (H. Pylori) barier mukosa meningkat terjadi ulkus peptikum
lambung

Sumber :
2. Hreinsson, J. P., Kalaitzakis, E., Gudmundsson, S., & Björnsson, E. S. 2013. Upper gastrointestinal bleeding: incidence, etiology and outcomes in a population-based setting. Scandinavian journal of
gastroenterology, 48(4), 439–447. doi:10.3109/00365521.2012.763174
Manifestasi Klinis
Hemetemesis
Menyebabkan kematian 8-14%

Melena
Perdarahan hitam kemerahan per rektal ec perdarahan masif
gaster atau lesi diduodenum

Nyeri Ulu Hati

Riwayat obat obatan NSAID, terutama kelompok risiko


tinggi
• Usia lanjut > 65 tahun
• NSAID dosis tinggi atau kombinasi dengan Kortikosteroid
• Antikoagulan
• Penyakit dasar lain CHF, PPOK
Diagnosa
01 Anamnesa

02 Pemeriksaan Fisik

03 Pemasangan NGT
Penting untuk diagnostik dan dekompresi

04 Laboratorium
Darah rutin, Blood typing dan Cross match,bila pe
rlu status Koagulasi: Trombosit < 50.000, INR >
2,5, PT (prothrombin time) > 2 X Kontrol

05 Endoskopi
Diagnosis
1. Waktu terjadinya perdarahan Kenaikan nadi >20 kali permenit Menilai kadar hemoglobin,
2. Perkiraan darah yang keluar dan tekanan sistolik turun >10 hematokrit, fungsi hemostasis,
3. Riwayat perdarahan sebelumny mmHg menandakan telah banyak fungsi hati dan kimia dasar yang
a kehilangan darah. berhubungan dengan status
4. Obat-obatan terutama NSAID, . hemodinamik.
penggunaan obat antiplatelet .
5. Kebiasaan minum alkohol
6. Kemungkinan adanya penyakit
hati kronik, diabetes mellitus,
gagal ginjal, hipertensi dan
riwayat transfusi sebelumnya.

?
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan
Laboratorium
Diagnosis
Tujuan pemeriksaan endoskopi Esophagogastroduodenoscopy
selain menemukan penyebab
serta asal perdarahan, juga untuk Paling akurat untuk diagnosis lesi penyebab
menentukan aktivitas perdarahan. perdarahan. Mulai dengan lavase lambung
untuk membersihkan bekuan darah.

• Bila kesadaran menurun dengan ETT


• Early Endoscopy, pada kesempatan
pertama.
• Emergency endoscopy : jarang, pra bedah,sia
p untuk terapi operatif.
• Endoskopi terapetik dapat menurunkan
morbiditas dan mortalitas.

Pemeriksaan
Endoskopi
Klasifikasi Aktivitas Perdarahan Tukak Peptik Menurut
Forest

Aktivitas perdarahan Kriteria Endoskopis


Forest Ia Perdarahan aktif Perdarahan arteri menyembur
Forest Ib Perdarahan aktif Perdarahan merembes
Forest II Perdarahan berhenti dan masih terdapat sisa si Gumpalan darah pada dasar
sa perdarahan tukak atau terlihat pembuluh
darah
Forest III Perdarahan berhenti tanpa sisa perdarahan Lesi tanpa tanda sisa perdarahan
01 03
Forrest III
Erosi
Erosi Multipel, warna merah
kehitaman,terutama
difundus dan korpus.

02 04
Ulkus Forrest I
Perdarahan masif bila Spurting Bleeding
terkena pembuluh darah
Ulkus akut, de novo,
multipel ukuran 0,5-2 cm,
di fundus dan korpus dan
kadang kadang
diduodenum
Rockall scoring system for risk of rebleeding and
death for UGI bleeding

Variable 0 1 2 3
Age (yr) < 60 60-79 >80
Shock No Shock Tachycardia Hypotension
(BP >100 (BP>100,PP>100 (BP<100 PP>100,
PP <100)
Comorbidity Nil mayor CHF,CAD, Renalfailure,
Others Liverfailure,diss.malig
nancy

Diagnosis Mallory weiss All other diagnosis Malignancy of


No lesion, GI tract
no SRH
Major SRH None or dark spot Blood in UGI
Clot,visible or
spurting vessels
PENATALAKSANAAN PERDARAHAN SALURAN
CERNA
Konsensus Nasional 2003

PERKUMPULAN GASTROENTEROLOGI
INDONESIA
Manajemen Awal
O ksigenasi

R estore Circulating Volume

rug Theraphy
D

E Valuate response to theraphy

R Emedy underlying Cause


Penatalaksanaan
1. Tindakan umum terhadap pasien diutamakan untuk ABC.
2. Untuk pasien-pasien risiko tinggi perlu tindakan lebih seperti:
Pemberian cairan untuk rehidrasi ataupun transfusi darah
Oksigen sungkup/ kanula.Bila ada gangguan A-B perlu
dipasang ETT
3. Mencatat intake output,harus dipasang kateter urine
4. Memonitor Tekanan darah, Nadi,saturasi oksigen dan
keadaan lainnya sesuai dengan komorbid yang ada
5. Melakukan bilas lambung agar mempermudah dalam
tindakan endoskopi
Resusitasi dan Stabilisasi
1. Pasang jarum ukuran 16 dan 18 untuk infus cairan kristaloid secara cepat; Untuk
ekspansi cairan intravaskular 1 L, dibutuhkan cairan kristaloid 3 L
2. NGT untuk diagnostik dan monitoring
3. Terapi antara ( Stop gap treatment):
a. Somatostatin
b. Oktreotide
c. SB –tube pada perdarahan varises
4. Obat supresor asam PPI efektif untuk perdarahan SCBA
5. Evaluasi dan monitor keadaan dan respon terhadap terapi secara klinis, Hematologis,
analisa gas darah dan status Metabolik
4. Transfusi darah atau komponen darah diberikan bila Hb < 7 g/dl atau bila ada gangguan
koagulasi.
7. Bila memungkinkan upaya diagnostik secara endoskopik untuk mengetahui dan
menghentikan sumber perdarahan perlu segera dilakukan.
8. Perlu dipersiapkan agar pasien dapat ditransfer kepusat rujukan dengan aman.
9. Obat Vasoaktif Dopamin,Dobutamin, hanya diberikan pada pasien dengan Syok
hemoragik bila sudah diberikan penggantian cairan yang cukup.
Transfer Pasien Hematemesis
1. Harus diusahakan dulu untuk resusitasi dan pengobatan awal untuk
menstabilkan pasien dengan perdarahan SCBA
• Resusitasi cairan
• Transfusi darah
• Obat Hemostatik
• Supresor asam lambung terutama PPI
• Obat Vasoaktif : Somatostatin,Oktreotide, Vasopressin
• SB- tube
2. Bila Shock hemoragik sudah diatasi baru ditransfer untuk rujukan kesent
er dengan fasilitas yang lebih lengkap
3. Transportasi dengan transfusi darah berjalan atau tersedia
4. Sebaiknya didampingi dokter yang merawat, untuk langsung menyerahka
n pada dokter yang menangani berikutnya
Terapi Farmakologi
1. Supresi Asam : Pilihan utama Proton Pump Inhibitor (PPI )
Omeprazol : 3 x 40 mg IV atau
40 mg bolus, 8 mg/jam
selama 3 x 24 jam
2. Obat Hemostatik;
• Tranexamic acid; 3 x 500 mg IV
• Vit K ; 3 x 10mg IV
3. Obat Vasoaktif :
a. Somatostatin : 250 μg bolus, infus 250 μg / jam , 3 x 24
b. Oktreotide 0,05 mg /jam, 3 x 24 jam
Peran PH Lambung

pH Nilai Klinik
>3,5 Menurunkan insiden perdarahan SMRD
>4,5 Inaktifasi Pepsin
>5 99,9% asam dinetralisir
5-7 kelainan waktu pembekuan,ptt,agregasi
polimerisasi fibrinogen
7 Menurunkan insiden perdarahan ulang
tukak peptik
8 Pepsin rusak
PPI untuk mencegah perdarahan ulang

1. Supresi asam menstabilkan bekuan darah dan mencegah perdarahan


ulang pada tukak peptik dengan visible vessel atau tertutup bekuan
darah.
2. PPI + Terapi endoskopik efektif untuk mencegah perdarahan ulang
pada tukak peptik risiko tinggi Forrest I, IIa, IIb
3. PPI oral cukup baik pada kasus risiko rendah seperti Forrest IIc dan III
Prognosis

Prognosis cukup baik apabila dilakukan penanganan


yang tepat. Mengingat tingginya angka kematian dan
sukarnya dalam menanggulangi perdarahan saluran
makan bagian atas maka perlu
dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif
Diskusi Kasus
Diskusi Kasus

Kasus Pembahasan
Pasien datang dengan keluhan BAB Salah satu manifestasi klinis perdarahan
hitam sejak 2 hari SMRS. BAB saluran cerna bagian atas
hitam, lembek, lengket, dan berbau adalah melena (buang air besar
busuk. Frekuensi BAB hitam 4 kali berwarna hitam seperti ter atau
sehari dengan volume 1 akua gelas aspal). Kotoran (feses) yang
per kali BAB hitam. berwarna gelap yang dikarenakan
darah yang keluar terpapar lengkap den
gan asam lambung sehingga
membentuk hematin hitam; biasanya
mengindikasikan perdarahan saluran
cerna bahagian atas.
Diskusi Kasus

Kasus Pembahasan
Pada anamnesis pasien memiliki Ulkus peptikum merupakan salah satu penyakit
riwayat konsumsi obat akibat komplikasi penggunaan OAINS. OAINS
anti-nyeri sejak 5 tahun terakhir. menghambat enzin COX-1 pada traktus
Pasien sering mengkonsumsi obat gastrointestinal yang selanjutnya menyebabkan
anti nyeri karena keluhan nyeri lutut penurunan sekresi prostaglandin yang bersifat
sejak 5 tahun belakangan ini sitoprotektif pada mukosa lambung. Sehingga a
kan menyebabkan mudahnya terjadi kerusakan
mukosa lambung. Studi cross sectional
terhadap individu yang mengkonsumsi OAINS
pada dosis maksimal dalam jangka waktu lama
35% hasil endoskopi adalah normal, 50% menu
njukkan adanya erosi atau petechiae, dan 5%-3
0% menunjukkan adanya ulkus. Peningkatan
risiko komplikasi ulkus (rawat inap, operasi,
kematian) terjadi pada orang tua yang
mengkonsumsi OAINS.
Diskusi Kasus
Kasus Pembahasan
Berdasarkan hasil pemeriksaan Nilai cut off untuk menentukan anemia pada laki
laboratorium didapatkan hasil -laki dewasa berdasarkan kriteria WHO adalah
hematologi Hb sebesar 7,7 gr/dL,mean jika kadar Hb <7,7 gr/dl. Pasien ini dapat
corpuscular volume (MCV) sebesar 82 disimpulkan mengalami anemia normokromik
fL dan mean corpuscular normositik. Anemia merupakan kelainan yang
haemoglobin (MCH) sebesar 22 pg. sangat sering dijumpai diperkirakan mengenai
lebih dari 30% penduduk dunia. Anemia adalah
suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh
bermacam penyebab. Pada dasarnya anemia di
sebabkan oleh: 1). Gangguan pembentukan
eritrosis oleh sumsum tulang; 2). Kehilangan
darah keluar tubuh (perdarahan); 3). Proses
penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum
waktunya (hemolisis). Anemia yang terjadi pada
pasien ini bisa disebabkan oleh.perdarahan
pada saluran cerna bagian atas maupun
penyakit kronis yang telah terjadi pada pasien.
Diskusi Kasus
Kasus Pembahasan
Pasien mengaku mual, penurunan Gejala umum anemia, disebut juga sindrom
nafsu makan, dan lemas sejak 2 anemia, timbul karena iskemia organ target
mniggu belakangan ini. serta akibat mekanisme kompensasi tubuh
terhadap penurunan kadar hemoglobin.
Sindrom anemia terdiri dari rasa lemah, lesu,
cepat lelah, telinga mendenging (tinnitus), mata
berkunang-kunang, kaki terasa dingin, sesak
napas, dan dispepsia.
Diskusi Kasus
Kasus Pembahasan
Pasien ditatalaksana secara non Pada terapi medikamentosa diberikan lansoprazol
medikamentosa dan medikamentosa. yang merupakan golongan Proton Pump Inhibitor
(PPI). Obat golongan PPI mengurangi sekresi asam
Penatalaksanaan non medikamentosa lambung dengan menghambat enzim H+, K+,
antara lain bed rest, puasa hingga Adenosine Triphosphatase (ATPase) yang merupakan
perdarahan berhenti, dan diet cair. enzim pemompa proton. Dengan cara kerja secara sel
Penatalaksanaan medikamentosa ektif pada selsel parietal. Enzim pompa proton bekerja
dengan cairan infus NaCl 0.9% 20 memecah KH+ ATP yang kemudian akan
tetes/menit, IV Lansoprazol 30 mg/12 menghasilkan energi yang digunakan untuk
jam, domperidon 3x10 mg, sukralfat syr mengeluarkan asam dari kanalikuli sel parietal ke
dalam lumen lambung. Ikatan antara bentuk aktif obat
3xCI, dan KSR 1x600 mg. Transfuse dengan gugus sulfhidril dari enzim ini yang menyebab
dilakukan sampai dengan kadar Hb 10 kan terjadinya penghambatan terhadap kerja enzim.
mg/dl dan selanjutnya dilakukan Kemudian dilanjutkan dengan terhentinya produksi
pemantauan Hb. asam lambung. Domperidon diberikan sebagai
prokinetik. Sukralfat digunakan dalam tatalaksana
ulkus gaster dan dapat mencegah terjadinya ulkus
rekuren setelah penyembuhan. Sukralfat melindungi
mukosa gastrointestinal dengan membentuk lapisan
protektif pada permukaan.
Diskusi Kasus
Kasus Pembahasan
Pasien diberikan tranfusi sebagai terapi Untuk mencegah terjadinya kegagalan sirkulasi dan
anemia sampai dengan kadar mencukupi suplai kebutuhan oksigen ke jaringan.
Hemoglobin mencapain 10 mg/dl. Transfusi darah pada pasien anemia dilakukan
pasca perdarahan dengan gangguan hemodinamik.
Berdasarkan formula koreksi hemoglobin
dibutuhkan volume darah sebesar 576 cc.
Diskusi Kasus
Kasus Pembahasan
Pasien selama ini mengeluh lemas dan Kalsium klorida digunakan untuk pengobatan pada
tidak nafsu makan.Terapi kasium pasien hipokalemia ringan. Pada pasien ditemukan
klorida diberikan pada nilai kalium 3,3 mmol/L. Hipokalemia jika kadar
kalium dalam plasma kurang dari 3,5 mmol/L.
pasien.
Hipokalemia dapat disebabkan gangguan pada
saluran cerna yang menyebabkan pengeluaran kali
um berlebih, penggunaan obat seperti diuretik
menyebabkan pengeluaran kalium berlebih dari
ginjal dan asupan gizi yang tidak adekuat.
Penyebab hipokalemia ringan pada pasien adalah
akibat dari asupan gizi yang tidak adekuat. Tablet k
alium klorida memiliki sediaan 600 mg dengan
kandungan kalium sebanyak 8 mmol. Pemeberian
kalium 40-60 meq dapat menaikkan kadar kalium
sebesar 1-1,5 meq/L
Kesimpulan
Kesimpulan
1. Perdarahan SCBA merupakan kedaruratan medik yang memerlukan penanganan
optimal dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada serta kerjasama tim
medik- bedah
2. Resusitasi, stabilisasi pasien harus segera dilaksanakan dan sambil memantau respon
terapi, dilakukan upaya diagnostik yang diperlukan
3. Kasus yang perlu dirujuk harus dipersiapkan agar Transferrable
4. Terapi obat vasoaktif,hemostatik mempunyai peranan untuk menstabilkan pasien
dan membantu menghentikan perdarahan
5. PPI efektif untuk menghentikan perdarahan SCBA dan lebih baik dibandingkan
dengan H2RA
6. Endoskopi paling akurat untuk diagnostik dan endoskopi terapetik dapat
menghentikan perdarahan SCBA karena Varises maupun Non -Varises
Thank you

Anda mungkin juga menyukai