Anda di halaman 1dari 32

BAB III

PEMBANGUNAN PERKOTAAN
BERWAWASAN LINGKUNGAN

ANGGOTA KELOMPOK :
JEANE MANUHUTU 17021107011 (Slide 2-9)
RAFAEL MAWUNTU 17021107005 (Slide 10-17)
DEWINTA SUHENDRA 17021107010 (Slide 18-23)
MARCELLINO WAKARI 17021107022 (Slide 24-30)
Pasca-Musyawarah Antarkota
Seluruh Indonesia
Musyawarah Antarkota Seluruh Indonesia
(MAKSI) XII telah diselenggarakan di Solo
tanggal 15 Juli 1994. Melalui MAKSI, para
Bupati, Walikotamadya mengadakan evaluasi
terhadap pelaksanaan program - program
kerja yang telah dirumuskan bersama pada
pertemuan tiga tahun.
Pertemuan MAKSI hendaknya selain
membahas evaluasi pelaksanaan program
tiga tahun sebelumnya, juga saling bertukar
pengalaman dalam mengelola kota. Misalnya,
bagaimana menciptakan kota bersih
2
PENGELOLAAN KOTA
YANG EFEKTIF

Membutuhkan kebijaksanaan terpadu


peningkatan perekonomian perkotaan

Pembentukan kota menuju modern


3
metropolis
Pengelolaan lingkungan hidup
perkotaan
Pengelola kota harus berpandangan ke depan dan menyiapkan
kotanya menghadapi globalisasi . Manajemen perkotaan harus bisa
Berpandangan mewujudkan koordinasi pembangunan pada berbagai tingkatan.
Selain itu harus dikembangmantapkan sistem pembangunan
Ke Depan perkotaan, kelembagaan dan kemampuan keuangan perkotaan,
produktivitas kota, kemampuan sumber daya manusia, pengelolaan
pembangunan terarah, terencana dan terpadu, dan ditingkatkannya
kualitas lingkungan fisik dan sosial-ekonomi perkotaan

4
Menyongsong Seminar Proyek Megacity
Proyek Megacity ini merupakan organisasi kesekretariatan di antara beberapa
kota berpenduduk di atas 10 juta jiwa. Pertemuan megacity tahun 1990 di New
York memilih tema Innovations for sustainable cities of the 21st century, sedangkan
pertemuan di Jakarta tanggal 10 Agustus 1993 memilih tema Pengentasan
kemiskinan, think tank demokrasi, jaringan capacity building, dan familiarisasi
5
pembangunan Jakarta. Pada dasarnya proyek megacity berusaha mencari
pendekatan inovatif untuk menangani permasalahan kemiskinan dan
lingkungan hidup.
MEGACITY
• Proyek Megacity merupakan hasil kesepakatan para pemimpin
pemerintahan, bisnis, dan komunitas di beberapa megacity. Proyek ini
berusaha mengidentifikasi dan menyebarluaskan berbagai pendekatan
penanganan perkotaan, serta menekankan peran berbagai kelompok
pemerhati perkotaan termasuk Lembaga Swadaya Masyarakat.
• Proyek memperhatikan dua pendekatan, teoritis dan praktis,
menggabungkan keberhasilan dari pengalaman dengan berbagai
pendekatan baru yang sifatnya inovatif. Proyek Megacity yang
dilahirkan tahun 1987, sekarang melibatkan 13 kota, yaitu Bangkok,
Bombay, Buenos Aires, London, Mexico City,Nairobi, didasarkan atas
koordinator lokal di tiap kota, bertemu dalam Tim Pengarah,
merepresentasikan tokoh perkotaan (dari kalangan pemerintah, swasta
dan masyarakat), tokoh media masa dan perguruan tinggi.
6
Sepuluh Argument Proyek Megacity

Pertama Kedua
Sebagian besar penduduk dunia hidup di Dihadapkan pada permasalahan
daerah perkotaan, di antaranya tinggal degradasi dan kerusakan lingkungan
di 23 kota berpenduduk di atas 10 juta yang bisa mengancam kehidupan
jiwa yang dikenal sebagai megacity. manusia dan kelestarian lingkungan.

Ketiga
Keempat Para pendatang (migran) dan
menghadapi kenyataan kaum miskin di perkotaan
Kelima
kompleksitas permasalahan bisa mengatasi hidupnya
Diperlukan cara-cara kreatif
megacity sendiri disesuaikan dengan
untuk mendayagunakan SDM
kondisinya masing-masing.
& SDA
7
Sepuluh Argument Proyek Megacity

Ketujuh
Keenam Manusia dan kelestarian lingkungan.
Didayagunakan pakar lokal perkotaan Didasari kecukupan energi dan
baik dari pemerintah, swasta, perguruan kreativitas di perkotaan untuk
tinggi, dan komunitas. menangani masalah, tanpa
mekanisme yang baik, akan
menyulitkan pembuatan keputusan.

Kesembilan
Kedelapan Makin kompleksnya
Keberhasilan masa depan permasalahan megacity.
Kesepuluh
ditentukan oleh prestasi dan
Tantangan untuk menggali
pengalaman masa kini
inovasi, bekerja produktif,
berorientasi iptek
8
Proyek Megacity Jakarta
Proyek Megacity didukung Megacity telah mendisain sekumpulan
oleh jaringan komunikasi
Kota Jakarta kriteria evaluasi suatu inovasi,
dan informasi antar
berpartisipasi megacity (Bangkok, meningkatkan nilai-nilai (secara sosial
menyelenggarakan Beijing,Bombay, Buenos equitable, ekonomi viable, politik
pertemuan Proyek Aires, Delhi, Jakarta, participatory, ecologically berkelanjutan,
Megacity pada tanggal London, Los Angeles, dan culturally adaptable; menekan
1 - 9 Agustus 1993. Mexico City, Moskow, New dampak, melancarkan pengoperasian
York, Rio de Janeiro, Sao pembangunan. Konsentrasi megacity
Misi megacity adalah
Paulo, dan Tokyo), serta
mengurangi adalah pada regenerasi lingkungan
adanya komitmen masing-
kesenjangan antara masing megacity untuk hidup, kemiskinan dan upaya
inovasi perkotaan dan saling menginformasikan peningkatan pendapat masyarakat,
implementasinya. penemuan inovatif desentralisasi dan demokratisasi, serta
pendekatan penanganan peningkatan peran wanita dalam
masalah perkotaan. pembangunan.

9
VISI KOTA INDONESIA MASA DEPAN

Penduduk perkotaan di Indonesia berkembang pesat, dari 22,3% (1980) menjadi 31,1% (1990), 34,0% (akhir
Pelita V), diperkirakan menjadi 40,3% (akhir Pelita VI) dan 56,7% (akhir PJP II). Kota Indonesia Masa Depan
adalah kota bersih di mana ekonomi berperan sebagai penggerak pembangunan dan iptek memacu pembangunan
perkotaan. Kota masa depan tersebut adalah kota yang manusiawi dan berkeadilan sosial, yang memanfaatkan
seoptimal mungkin potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, melakukan pendekatan sistem dalam
penataan ruang, dan mengambil manfaat dari lingkungan strategis, untuk meningkatkan ketahanan nasional.
Pengelolaan Sampah Perkotaan Daerah perkotaan diklasifikasikan menjadi kota raya (penduduk di ats 1 juta jiwa),
kota besar (500.000 - 1 juta jiwa), kota besar (1 00.000 - 500.000), dan kota kecil (20.000 - 1 00.000). Contoh
perkembangan kota yang pesat dapat dilihat kota Jakarta yang bekembang dari urutan ke 33 (tahun 1950)
menjadi urutan ke 19 (tahun 1985) dan diperkirakan menempati urutan ke-11 di dunia pada tahun 2000.
Perkembangan kota yang pesat dan pertumbuhan penduduk yang tinggi di daerah perkotaan mengakibatkan
peningkatan produksi (timbulan) sampah. Sampah adalah limbah padat yang merupakan sisa kegiatan
manusia/masyarakat yang tidak terpakai, baik bersifat organik maupun non-organik. Jika sampah tidak dikelola
dengan baik, maka sampah akan mengganggu kenyamanan hidup, kesehatan manusia, dan menimbulkan dampak
lingkungan.
Visi Kota Indonesia Masa Depan

Visi Kota Indonesia Megacity Masa Depan: warga kota dinamis, tantangan degradasi dan kerusakan lingkungan, kemandirian golongan
bawah, penerapan teknologi tepat guna (canggih dan sederhana), cara kreatif mendayagunakan sumber-sumber, penggalakan pasar lokal di
samping pasar regional, nasional, dan internasional, penanganan energi perkotaan, pembangunan bertumpu pada komunitas, desentralisasi
manajemen perkotaan, peningkatan produktivitas sektor informal, penanganan terpadu berbagai subsistem perkotaan. Pemerintah kota harus
dapat mencanangkan arah pengembangan kota tersebut, misalnya kota industri, perdagangan, jasa, pariwisata, budaya, pendidikan, dan
pertanian modern.
- Manajemen Kota Metropolitan Jakarta
Ahli pembangunan perkotaan dari Amerka Serkat, Prof. Alan Strout, pada ceramahnya di depan para pejabat Pemerintah DKI Jakarta bulan Januari 1989 menyatakan bahwa
pada abad 21 Jakarta akan luas dan besar (Jakarta in the 221st century; large, yes; great, why not). Inti ceramahnya menjelaskan masalah, tantangan dan kendala biaya,
institusi, ukuran luas kota, manajemen kota metropolitan, sumber daya manusia, pertumbuhan menjadi kota-mega, (megacity) atau metropolitan, megapolitan, atau
megalopolitan, dan faktor pendukung, merupakan kendala utama kota Jakarta. Ditegaskan pula pentingnya riset dan evaluasi dalam memacu pambangunan kota.
Ceramah tersebut mengacu pada hasil survai Economic Development Institute (ED I)/Bank Dunia yang dituangkan ke dalam buku berjudul Metropolitan Management-
The Asian Experience dibuat oleh K.C. Sivaramakrishnan dan Leslie Green (1986).
- Manajemen Metropolitan
Metropolis atau metropolitan sering diartikan sebagai lbukota Negara, tempat berkumpulnya kantorkantor pemerintahan, kota berpenduduk satu juta jiwa ke atas atau kota
dengan tingkat urbanisasi yang sangat tinggi. Dilihat dari jumlah penduduk, Sivaramakrishnan telah meneliti 35 kota terpadat di dunia secara periodik lima tahunan sejak
tahun 1950 sampai dengan tahun 2000. Tahun 2000, Jakarta berada pada urutan ke 13 dengan jumlah penduduk di atas 13 juta, sedangkan Mexico City mencapai 30
juta. Tugas-tugas manajemen metropolitan mencakup aspek-aspek ekonomi dari pengembangan kota, aspek spasial, sosial, organisasi, dan pelayanan umum. Tugas-tugas
manajemen kota metropolitan dihadapkan pada bermacammacam perilaku, pola hidup terlalu dinamis, kegiatan ekonomi terlalu cepat berkembang, jumlah penduduk
terlalu banyak, ketidakpastian, terlalu ketat birokrasi, terlalu banyak program yang harus ditangani, kota tumbuh terlalu cepat, dan terlalu banyak masalah social.
- Manajemen Perkotaan
Menurut pakar perkotaan Kusbiantoro (1993), sistem wilayah perkotaan terdiri
atas tiga komponen, yaitu komponen utama, lingkungan, dan kelembagaan.
Komponen utama meliputi sistem aktivitas/kegiatan atau sistem demand
(penduduk dan segenap kegiatannya serta ruang, darat, laut, dan udara, dan
beragam penggunaannya) dan sarana pelayanan sosial dan ekonomi. Komponen
lingkungan terdiri atas sistem lingkungan atau sistem environment, fisik - sosial -
ekonomi - politik misalnya masalah produktivitas dan kemiskinan, dan lokal -
regional - nasional -internasional misalnya kota dengan wilayah sekitarnya dalam
era borderless country. Komponen kelembagaan mencakup sistem
kelembagaan/institusional atau sistem penunjang/pelengkap, aspek legal
(kebijaksanaan, hukum, dan peraturan perundang-undangan), keuangan atau
sumber dana, dan organisasi (lembaga/pelaku terkait).

- Manajemen Efektif
Manajemen perkotaan yang efektif perlu mengacu pad a UU Nomor 5 Tahun 197
4 ten tang Pokokpokok Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 45 Tahun 1992
tentang Otonomi Daerah Tingkat II. Pola P3KT yang mendukung upaya
perwujudan manajemen perkotaan yang efektif, mengalihkan prinsip sektoral
terpadu ke terpadu dan mendaerah (desentralisasi), mengefektifkan peningkatan
pendapatan asli daerah, mendorong pendekatan inovatif, memperhatikan pelaku
pembangunan kota, memelihara sustainabilitas kota, mengelola pendidikan dan
pelatihan, menata sistem informasi, adanya mekanisme perencanaan yang terarah
dan terpadu, dan mendorong kemitraan (pemerintah, swasta, dan masyarakat).
Pembiayaan Pembangunan Perkotaan

Pada tahun 1980 penduduk perkotaan di Indonesia mencapai 32,8 juta jiwa atau 20% dari penduduk Indonesia.
Tahun 1990, meningkat menjadi 55,5 juta (31 %) dan pada tahun 2000 diperkirakan mencapai 80 juta jiwa
(sekitar 40%) dari penduduk Indonesia. Dirjen Cipta Karya (1993) menyatakan bahwa dengan tingkat
pertumbuhan penduduk perkotaan sekitar 3-6% dan dengan cara-cara penanganan pengembangan perkotaan
seperti sekarang, maka setiap tahunnya diperlukan sedikitnya 30.000 Ha lahan untuk diubah menjadi kawasan
perkotaan. lni berakibat pada kenaikan investasi infrastruktur perkotaan (di luar listrik dan telekomunikasi)
sebesar 600 miliar sampai dengan 1 trilyun rupiah untuk menampung perkembangan dan kebutuhan setiap
tahun akibat pertambahan penduduk perkotaan.

Pembiayaan

Kristiadi (1992) menegaskan bahwa secara garis besar, terdapat enam kelompok sumber utama pembiayaan yang
selama ini secara klasik dipergunakan untuk pembangunan pelayanan kota dan permukiman, yaitu
pendapatan asli daerah (PAD) dalam bentuk retribusi daerah, pajak daerah, dan lain-lain, bagi hasil pajak
(pajak bumi dan bangunan), subsidi dan bantuan, alokasi sektoral atau departemen, pinjaman serta swadaya
masyarakat dan swasta

Permasalahan

Pada Seminar Munas Real Estate Indonesia 1992 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21 November 1992,
Kristiadi menyorot permasalahan utama pembiayaan perkotaan dari dua segi, yaitu masalah fragmentasi
pembiayaan dan masalah kekurangan dana. Yang pertama, terlihat dalam kesulitan alokasi sektoral sehingga
integrasi perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan sulit dilakukan. lni mengakibatkan dana optimal tidak
dapat dipergunakan dan efisiensi rendah. Timbul pendapat, kegotongroyongan dalam pembiayaan
pembangunan perkotaan dapat berakibat negatif untuk perencanaan, pemrograman dan pelaksanaan. Yang
kedua, masih terbatasnya dana pembangunan perkotaan. Studi NUDS (National Urban Development Study)
1985 menyimpulkan bahwa kebutuhan investasi sektor perkotaan sampai tahun 2000 mencapai Rp. 11.122
miliar bukan merupakan jumlah yang sedikit dalam situasi keuangan negara yang prihatin. Akibatnya,
perkembangan perkotaan sulit dikendalikan.
Upaya
Strategi pemecahan masalah pembiayaan pembangunan perkotaan pada masa datang adalah
mengusahakan koordinasi dan integrasi yang lebih terpadu, sehingga berbagai sumber
pembiayaan pembangunan perkotaan dapat dikelola dengan baik. Di samping itu,
penyempurnaan serta pembaruan sistem pembiayaan perlu diupayakan. Berbagai pajak daerah
perlu ditinjau kembali, agar benar-benar membawa manfaat bagi pembangunan perkotaan.

Strategi Pembangunan Perkotaan

Dalam membahas pembangunan perkotaan, penting dilihat konsep-konsep ruang, daerah atau
wilayah, regionalisasi, teori-teori pembangunan yang terkait, antara lagin Regional Rural
Development and Planning, pertumbuhan dan pembangunan (Hirschman, 1959; Myrdal, 1957;
Richardson, 1969; Holand, 1976), domination theory', centre and periphery (Friedman, 1969;
Hilhorst, 1971 ), pembangunan perkotaan dalam konteks urbanisasi (central place rank - size city,
dan secondary cities), growth pole, pembangunan kota kecil, dan agropolitan development
(Friedman dan Douglas, 1978). Kesemuanya ini saling terkait satu dengan lainnya dalam lingkup
pembangunan perkotaan, perdesaan, dan regional.

Perkembangan

Menteri Pekerjaan Umum, Radinal Moochtar, dihadapan peserta seminar nasional lkatan Ahli
Perencanaan (Jakarta, 25-26 Mei 1993) mengutarakan tantangan pembangunan kota dan
wilayah serta pentingnya peranan profesi perencanaan masa datang. Pada kesempatan yang
sama, Rachmadi B. Sumadiyo, Dirjen Cipta Karya, memaparkan kajian perkembangan kota dan
wilayah dalam dua dasa warsa terakhir. Perkembangan kota dan wilayah mempunyai dinamika
yang tinggi dan ditandai oleh pertemuan antara banyak pelaku dan berbagai kepentingan dalam
proses pembangunan, tetapi tetap dipengaruhi oleh kebijaksanaan nasional. Untuk
mengantisipasi perkembangan kota yang dikaitkan dengan pengembangan wilayah, diperlukan
kebijaksanaan pembangunan kota yang dinamis.
Pengembangan Kota Baru Di Indonesia

Sekarang banyak dikenal kota baru, kota yang direncanakan dan dibangun secara utuh dan lengkap. Perkembangan kota baru dalam konteks pengembangan
wilayah dan konsepsi pedoman perencanaan kota baru, telah dibahas oleh para pakar perencanaan kota dalam majalah Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
edisi September 1993. Sari panting perkembangan kota baru dan pengembangannya di Indonesia akan menjadi fokus pembahasan tulisan ini.

Kota Baru

Djoko Sujarto (mengutip Lloyd Rodwin) mendefinisikan kota baru sebagai kota atau kota-kota yang direncanakan, didirikan dan kemudian dikembangkan secara
lengkap, pada daerah yang telah ada kota atau kota-kota lainnya yang telah tumbuh dan berkembang terlebih dahulu. Urban Land Institute, Amerika Serikat
(1972) mendefinisikan kota baru sebagai suatu proyek pengembangan lahan yang luasnya mencakup perumahan, perdagangan dan industri, yang secara
keseluruhan dapat memberikan (a) kesempatan untuk hidup dan bekerja di dalam lingkungan tersebut, (b) suatu spektrum jenis dan harga rumah yang lengkap,
(c) ruang terbuka bagi kegiatan aktif dan pasif yang permanen serta ruang-ruang terbuka yang melindungi kawasan tempat tinggal dari dampak kegiatan
industri, (d) pengendalian segi estetika yang kuat, dan (e) pengadaan biaya/investasi yang cukup besar untuk keperluan pembangunan awal.
Merencanakan Kota Baru
Kota baru dapat dibedakan atas kota mandiri (kota umum, kota perusahaan, dan kota khusus) dan kota penunjang (kota satelit dan kotabaru metropolitan).
Pengembangan kota baru merupakan bagian dari pengembangan kota yang meliputi program perbaikan kampung, pengembangan kelembagaan,
penyediaan perumahan murah, penyediaan air bersih dan pengelolaan sampah, drainase, angkutan kota, dan program prasarana kota. Asas-asas yang
perlu dianut dalam pengembangan kota baru di Indonesia (Boy Kombaitan dan Djoko Sujarto, 1993) meliputi asas pemerataan daerah, tata ruang
wilayah, pemerataan penyebaran penduduk, dan pembangunan kota berwawasan lingkungan.

Perencanaan
Proses teknis dan prosedur perencanaan kota baru dapat dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu masukan, ,proses analisis, dan keluaran. Langkah-langkah kegiatan
mencapai duapuluh dua kegiatan, yang terdiri atas tujuh kegiatan masukan, tujuh proses analisis dan delapan keluaran. Duapuluh dua langkah teknis dan
prosedur perencanaan kota baru yang disarankan Kombaitan dan Djoko Sujarto (1993) adalah sebagai berikut : pengamatan Pola Dasar Pembangunan
Kota (M, Masukan), interpretasi kebijaksanaan (PA, Proses Analisis), perumusan kebijaksanaan umum pengembangan kota (K), alternatif wilayah
perencanaan (M), analisis pemilihan (K), kedudukan dan hubungan regional (M), analisis perwilayahan (PA), potensi sosial ekonomi regional (K), RUTP
Kota Baru (K), survai wilayah perencanaan kota baru (M), analisis perencanaan kotabaru (PA), dasar pertimbangan dan alternatif konsep rencana kota
baru (K), pertimbangan optimasi dan standar (M), analisis evaluasi konsepsi (PA), RUTRK kota baru (K), survai site spesifik (M), analisis peruntukan
spesifik (PA), RDTRK bagian-bagian Kota Baru (K), survai site peruntukan kawasan fungsional (M), analisis tapak wilayah peruntukan (PA), dan RTRK
kawasan fungsional kota baru (K).
Pembangunan yang semakin meningkat akan menimbulkan dampak yang semakin
besar dan memerlukan pengendalian sehingga pembangunan harus dilaksanakan secara
berkelanjutan (sustainable development).

Pasal 4 ayat (1) UUD 1945, UU Nomor 5 Tahun


1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Daerah,UU Nomor 4 Tahun 1982 (BAPEDAL) dengan tugas pokok membantu
Presiden dalam melaksanakan pengendalian
dampak lingkungan hidup yang meliputi
upaya pencegahankerusakan,
penanggulangan dampak serta pemulihan
kualitas lingkungan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
PP Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
Dalam menganalisis dampak lingkungan, terdapat 2 cara, yaitu:

Analisis Dampak
Analisis Mengenai
Lingkungan (ANDAL)
Dampak Lingkungan
sebagai telaahan secara
(AMDAL), yaitu hasil
cermat dan mendalam
studi mengenai
tentang dampak penting
dampak suatu kegiatan
suatu kegiatan yang
yang direncanakan
direncanakan. Dampak
terhadap lingkungan
Penting, merupakan
hidup, yang diperlukan
perubahan lingkungan
bagi proses
yang sangat mendasar
pengambilan
yang diakibatkan oleh
keputusan.
suatu kegiatan.
AMDAL didukung oleh:

• Pertama, Penyajian lnformasi Lingkungan (PIL) yang merupakan telaahan secara garis
besar tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, rona lingkungan tempat
kegiatan, kemungkinan timbulnya dampak lingkungan oleh kegiatan tersebut dan
rencana tindakan pengendalian dampak negatifnya.

• Kedua, Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL) sebagai telaahan secara garis besar tentang
kegiatan yang sedang dilaksanakan, rona lingkungan pada saat penyajian ini dibuat,
dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut, dan rencana tindakan
pengendalian dampak negatifnya.

• Ketiga, Studi Evaluasi Lingkungan (SEL) berupa telaahan.


Apa itu
BAPEDAL? Suatu badan yang mengendalikan dampak lingkungan
hidup dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 23 Tahun
1990 tanggal 5 Juni 1990. BAPEDAL merupakan Lembaga
Pemerintah Non Departemen, seperti LIPI, BPP
TEKNOLOGI, BAT AN, BPS, dan lain-lain.

(a) membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan mengenai pelaksanaan upaya pengendalian
pencemaran lingkungan hidup,
(b) melaksanakan upaya pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (83),
(c) melaksanakan pemantauan dan pengendalian terhadap kegiatan yang berdampak penting
terhadap lingkungan hidup,
(d) melaksanakan pengembangan laboratorium rujukan dan pengolahan data dan informasi
mengenai pencemaran lingkungan hidup,
(e) melaksanakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengendalian dampak lingkungan hidup,
dan
(f) melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Presiden.
Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan

Pengertian: Kriterianya:

Upaya sadar dan berencana - Pertama, menyangkut


menggunakan dan mengelola pemeliharaan kualitas lingkungan
sumber daya secara bijaksana hidup fisik untuk kehidupan yang
(senantiasa memperhitungkan sehat dan nyaman;
dampak kegiatan tersebut - Kedua, harus mampu
terhadap lingkungan serta mendayagunakan seefisien mungkin
kemampuan sumberdaya untuk modal buatan dan modal alam
menopang pembangunan secara (man made and natural capital).
berkesinambungan) dalam - Ketiga, harus menerapkan
pembangunan yang prinsip adil atau pemerataan
berkesinambungan untuk (equity).
meningkatkan mutu hidup.
Beberapa kunci yang baik untuk
digunakan sebagai pedoman
keselamatan lingkungan hidup yang
mempunyai sifat langgeng antara lain:

Hemat dan sederhana, pembangunan


berkelanjutan, mutu, ramah dan mencintai, bersih
dan tidak mengotori, disiplin, menaati peraturan
dan prosedur, hidup sehat dan kreatif, efektif, efisien
dan ekonomis, asas manfaat tanpa kemubaziran,
zero waste. zero defect, dan zero accident.
Pencemaran lingkungan harus dapat diatasi dan
dicegah, antara lain melalui pemilihan bahan dan
proses, instalasi serta instrumentasi serta sistem
kontrol, operasi dan perawatan yang tepat,
keamanan, dan kehandalan manusia yang
bersangkutan.
Teknologi Berwawasan Lingkungan, Antara Arif Lingkungan dan
Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan bahwa pengelolaan
hidup berasaskan (Pasal 3) pelestarian kemampuan lingkungan yang
serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang
berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia. Tujuan
pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan hubungan
antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun
manusia lndoonesia seutuhnya, terkendalinya pemanfaatan sumberdaya
secara bijaksana, terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina
lingkungan hidup, terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan
untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang, dan terlindunginya
negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang
menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Teknologi

Teknologi merupakan kunci pembangunan ekonomi, kunci bagi orang yang bijaksana, permainan
bagi yang kaya, dan mimpi bagi si miskin (Nawas, Sharif: technology is a game for the rich, a
dream for the poor, but a key for the wise, it is the master key for economic development).
Hyung Sup Choi (1989) mengatakan bahwa keterlibatan pemerintah secara aktif dan terus-
menerus sangat penting dalam pemanfaatan teknologi, berpikir teknologis, tidak mengkhayal
(Rabindranath Tagore), dan teknologi merupakan kunci yang menjembatani kesenjangan,
menyatukan Komitmen bersama untuk menjalankan missi bersama (UN-ESCAP).
Arif lingkungan
Teknologi yang arif lingkungan, berwawasan lingkungan, dan mendukung
pembangunan berkelanjutan, adalah teknologi yang tidak menimbulkan
dampak negatif lingkungan. Teknologi ini antara Iain ai‹an membatasi atau
mengisolasi limbah, menetralisasi limbah dengan penambahan zat kimia
tertentu sehingga tidak membahayakan manusia serta makhluk hidup lainnya,
mengubah proses untuk mencegah, mengurangi volume limbah, menciptakan
sistem daur ulang limbah, menggunakan bahan baku maupun bahan tambahan
lainnya yang kurang atau tidak menghasilkan limbah bahan beracun dan
berbahaya (B3). Untuk mencegah, mengurangi dan memperbaiki kerusakan
serta menanggulangi pemborosan sumber daya alam, dalam melakukan
pengelolaan lingkungan antara lain diupayakan pencegahan erosi dengan
sistem terasering atau penanaman tumbuhan penutup tanah, reklamasi erosi
atau konvensi untuk kepentingan pembangunan lain, dan peningkatan
pendayagunaan bahan baku untuk mengurangi pemborosan penggunaan
sumberdaya alam.
Pembangunan yang berorientasi pada teknologi dan lingkungan
(technology and environment-based development) memperhatikan
hubungan antara teknologi dengan lingkungan, masyarakat, ilmu
pengetahuan, komponen, pengembangan, seni kepemimpinan, sumber
alam, inovasi, strategi, pengkajian, kebijaksanaan, tepat guna,
pemindahan, ramalan dan pengkajian. Agar negara-negaraberkembang
bisa mengejar ketinggalan teknologinya dari negara-negara maju, perlu
disiapkan instrumentasi yang tepat dan peningkatan sikap masyarakat
dari sikap primitif dan statis ke dinamis.
Administrasi Lingkungan Dalam Pengelolaan Tata Ruang

Peringatan Hari Lingkungan Hidup tanggal 5 Juni 1990 ditandai dengan diterbitkannya buku Kualitas
Lingkungan Hidup di Indonesia 1990 oleh Kantor Menteri Negara KLH. Masalah dan penanggulangan isu
global lingkungan, tanah, air, udara, hutan, pesisir dan lautan, serta administrasi lingkungan menarik untuk
diketahui masyarakat apalagi dalam kaitannya dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Administrasi lingkungan menyangkut tata ruang, penataan ruang wilayah, kondisi kualitas tata ruang dan
penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Tata Ruang

Kantor Menteri Negara KLH menegaskan bahwa permasalahan dalam penataan ruang antara lain
keterbatasan tersedianya luas lahan dan ruang, yang relatif tidak bertambah, tidak semua areal lahan
dan atau ruang cocok untuk suatu kegiatan manusia, terjadinya tubrukan dalam penggunaan lahan dan
ruang untuk berbagai keperluan, dan belum adanya pengaturan kelembagaan yang jelas untuk
penanganan tata ruang wilayah yang berwawasan lingkungan (belum lengkapnya perangkat peraturan
perundang-undangan tata ruang dan belum siapnya perangkat pengelolaan penataan ruang).
Kriteria pemanfaatan ruang mengklasifikasikan jenis-jenis kawasan
lindung dan kawasan budidaya yang dibedakan atas kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya (kawasan hutan
lindung, bergambut, resapan air), kawasan perlindungan setempat
(sepadan pantai, sungai, sekitar danau/ waduk, sekitar mata air), kawasan
suaka alam dan eagar budaya (kawasan suaka alam, pantai berhutan
bakau, suaka alam laut dan perairan lainnya, taman nasional, taman
hutan raya dan taman wisata alam, eagar budaya dan ilmu
pengetahuan), dan kawasan rawan beneana. Jenis-jenis produk Rencana
tata ruang yang telah dihasilkan antara lain :

 Rencana Umum Tata Ruang (RUTR),


 Penyiapan Program lnvestasi Pembangunan Daerah (PPIPD),
 Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan (RUTRP) dan Rencana
Umum Tata Ruang Kota (RUTRK),
 Studi Kesatuan Lahan Kota (SKLK),
 Rencana Detail Tata Ruang (RDTRK),
 Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK),
 lndikasi Program Pembangunan Kota (IPPK),
 Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD),
 Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD), dan
 Rencana Teknik Ruang Daerah (RTRD).
Menyorot Pembangunan Berkelanjutan

Saat ini dimana-mana orang mudah mengatakan pembangunan berkelanjutan


yang berwawasan lingkungan. Kita kenai pembangunan perumahan
berkelanjutan dan pembangunan industri berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan, tetapi kenyataannya, masih jauh dari pemenuhan persyaratan
berke/anjutan dan persyaratan berwawasan lingkungan. Mengingat pentingnya
motto berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, maka dalam artikel ini
penulis mencoba mengangkat pembangunan berkelanjutan, mengacu pada
pola pikir pakar lingkungan hidup Surna Tjahja (Pilihan kepada pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, Majalah KP2L, Vol. 5 Maret
1992), Soeriaatmadja (Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan),
dan Sarwono Kusumaatmadja (lntegrasi Lingkungan Hidup dalam
Pembangunan Nasional, Jakarta, 18 Januari 1994) meliputi upaya menggiatkan
kembali pertumbuhan, mengubah kualitas pertumbuhan, memenuhi kebutuhan
manusia (lapangan kerja, pangan, energi, air dan sanitasi), mengendalikan
jumlah penduduk, menjaga kelestarian dan meningkatkan sumber daya,
mereorientasikan teknologi dan pengelolaan resiko, dan menggabungkan
lingkungan dengan ekonomi dalam upaya yang perlu dilaksanakan dalam
pembangunan proses pengambilan keputusan.
Proses pembangunan berkelanjutan (Surna Tjahja, 1994) menegaskan bahwa proses pembangunan
berkelanjutan bertumpu pada tiga faktor, yaitu kondisi sumberdaya alam, kualitas lingkungan dan faktor
kependudukan. Upaya pembangunan berwawasan lingkungan perlu memuat ikhtiar pembangunan yang
memelihara keutuhan fungsi tatanan lingkungan agar sumber daya alam dapat secara berlanjut
menopang proses pembangunan secara terus menerus, generasi demi generasi, meningkatkan kualitas
manusia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai