Anda di halaman 1dari 50

PUGS

KADARZI

SEKSI KESGA
DINAS KESEHATAN KABUPATEN CIAMIS
2007
Indonesia menghadapi masalah gizi pada seluruh siklus 9 juta
kehidupan
5 juta anemi
Jenis dan besaran masalah gizi Th. 2001-2003 gizi besi

4 Juta
10 juta
- 2 juta bumil anemia
gizi
118 juta
- 1 juta Kurang Energi
Kronis

4 Juta
31 Juta - 3,5 juta remaja putri
(15-19 tahun) dan
WUS anemia gizi
- 5 juta balita Gizi
besi
Kurang
- 30 juta kelompok
- 8,1 juta anak anemia
usia produktif (Laki-
350 ribu BBLR gizi besi
laki dan perempuan)
setiap tahun - 10 juta anak KVA
- 11 juta anak pendek Kurang Energi
sub klinis
- 10 juta anemia gizi besi Kronis
- 3,4 juta risiko Gangguan
18 juta 5
- 3,4 juta risiko GAKY
Akar masalah
Penyebab utama
KEMISKINAN Kurang Gizi
(Modifikasi UNICEF, 1998)

Pokok masalah  Ketimpangan jender


 Pemanfaatan sumberdaya keluarga
dan masyarakat belum optimal

Pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan rendah

Penyebab Pola Asuh Ibu dan Anak  Sanitasi lingkungan


tidak Persediaan pangan belum memadai  Air bersih
langsung Rumah Tangga  Yankes
tidak cukup Belum memadai

Penyebab Asupan gizi tidak


langsung cukup Penyakit infeksi

350 ribu BBLR


5.0 juta balita kurang gizi
Dampak Kurang Gizi 30 juta PUS Kurang Energi Kronis
2.0 juta ibu hamil Anemi Gizi Besi
10 juta balita Kurang Vitamin A sub-klinis
Dampak Gizi dan kesehatan terhadap
kualitas manusia

Gizi kurang &


infeksi Gizi cukup & sehat

“tumbuh kembang otak”


Anak cerdas
tidak optimal”
bersifat permanen dan produktif
Tak terpulihkan

MUTU SDM RENDAH MUTU SDM TINGGI

BEBAN
ASET
Sumber : FKM UI & Unicef, 2002
Kajian Masalah Gizi
• Masalah gizi di tiap kabupaten/kota berbeda, baik jenis masalah,
besaran masalah maupun faktor penyebabnya.
• Pola asuh merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi status gizi.
• Tingkat pendidikan terutama ibu mempengaruhi risiko anak
mengalami gizi kurang .
• Selama 10 tahun terakhir tingkat asupan energi (rata-rata
konsumsi energi perkapita) tidak mengalami peningkatan berarti
• Perubahan gaya hidup (life style) antara lain pergeseran pola makan
kearah makan jadi yang tinggi lemak kemudian diikuti dengan
rendahnya aktifitas akan mendorong tingginya prevalensi gizi lebih
terutama di kota.
INTERVENSI/PROGRAM
INTERVENSI/PROGRAM
BERPIHAK
PADA RAKYAT

BERTINDAK
CEPAT DAN
TEPAT MISI VISI :
MEMANDIRIKAN
KERJA-SAMA MEMBUAT MASYARAKAT
TIM
RAKYAT UNTUK
HIDUP SEHAT
INTEGRITAS SEHAT
YANG TING-
GI

TRANSPARAN &
AKUNTABILITAS
STRATEGI DEPKES

• Menggerakkan dan memberdayakan


masyarakat untuk hidup sehat.
• Meningkatkan akses masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas
• Meningkatkan sistem surveilans,
monitoring dan informasi kesehatan
• Meningkatkan pembiayaan kesehatan
Program Prioritas
Ditjen Bina Kesmas

1. Seluruh desa menjadi Desa Siaga


2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
3. Setiap keluarga menjadi Keluarga Sadar
Gizi ( Kadarzi )
KADARZI
merupakan
Upaya keluarga, oleh keluarga untuk
mencapai keadaan gizi optimal seluruh
anggota keluarga
PENGERTIAN
Keluarga Sadar Gizi adalah keluarga yang
mampu mengenali masalah gizi setiap anggota
keluarga dan mengambil langkah-langkah untuk
mengatasi masalah gizi anggota keluarga, serta
berperilaku makan beraneka ragam.

TUJUAN
Seluruh anggota keluarga menerapkan perilaku
Sadar Gizi
STRATEGI
Mengintegrasikan dengan kegiatan gizi ;
1. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam melakukan deteksi dini
gangguan pertumbuhan dan survailans aktif (community based
surveillance) melalui pengenalan tanda-tanda gangguan gizi.
2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan keluarga melalui kegiatan
pendampingan oleh Tenaga Gizi Lapangan (TGL), terutama terhadap
keluarga yang mempunyai anak gizi buruk.
3. Meningkatkan pengetahuan gizi keluarga melalui pendidikan gizi
4. Meningkatan kemampuan dan ketrampilan petugas gizi (TPG) di
Puskesmas dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dalam pembinaan
kegiatan gizi di desa siaga.
5. Menyediakan paket pemberdayaan keluarga masyarakat melalui MP-
ASI dan PMT lokal.
6. Menyediakan dukungan sarana/prasarana : Alat ukur panjang badan,
obat gizi, dll.
Ciri KADARZI
Seluruh anggota keluarga berperilaku:
1. Menimbang berat badan secara teratur setiap
bulan
2. Memberikan ASI saja sampai 6 bulan
3. Mengkonsumsi garam beryodium setiap makan
4. Makan beraneka ragam
5. Mengkonsumsi suplemen gizi sesuai anjuran dan
kebutuhan
Ciri KADARZI
1. Memantau Berat Badan
a. Sensitif menggambarkan perubahan berat, yang
merupakan indikasi awal adanya perubahan kesehatan
b. Sederhana dan Mudah dilakukan:

1. Untuk bayi dan 2. Untuk dewasa


balita dengan penim- menggunakan IMT
bangan bulanan dan (rumus atau grafik)
menggunakan KMS
Cara memantau berat badan anak
1. Ditimbang di rumah atau di Posyandu atau unit
pelayanan kesehatan
2. Ditimbang dengan dacin/alat timbang lain yg layak
3. Berat badan dimasukkan ke dalam KMS
4. Naik berarti sehat, tidak naik berarti ada gangguan
kesehatan dan perlu ditindaklanjuti

1
Cara memantau berat badan
Dewasa
1. Ditimbang di rumah atau di unit pelayanan kesehatan
2. Diukur Tinggi dan Berat Badan
3. Dihitung indeks Massa tubuh (IMT) dengan rumus
khusus atau menggunakan grafik IMT

Grafik IMT
Rumus IMT

Berat Badan (kg)


IMT =
Tinggi badan2 (m)

Arti angka pada IMT:


< 17.0 = Sangat kurus
17.0-18.4 = Kurus
18.5-25.0 = Normal
25.0-27.0 = Gemuk
>27.0 = Obes
2. Hanya memberikan ASI saja
kepada bayi sejak lahir
sampai usia 6 bulan

a. Dapat menggambarkan kesadaran keluarga tentang


kebutuhan gizi bayi
b. Sensitif karena belum semua ibu memberikan ASI kepada
bayi secara eksklusif (sampai usia 6 bulan)
c. Mudah dan murah karena akan mengurangi pengeluaran
keluarga untuk menyediakan PASI (Pengganti Air Susu Ibu)
Cara Menyusui secara eksklusif
1. Mulai memberikan ASI segera setelah lahir
2. Jangan diberikan makanan lain pada hari
pertama, walaupun ASI belum banyak keluar
3. Berikan ASI melalui buah dada kiri dan kanan
bergantian setiap kali menyusui
4. Ibu menyusui perlu minum dan makan lebih
banyak dengan menu seimbang
Masalah Dalam Pemberian ASI
Eksklusif

►Yankes dan Nakes belum sepenuhnya mendukung pemberianASI


Eksklusif
►Rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI
Eksklusif
►Gencarnya promosi susu formula
►Ibu terlalu cepat memutuskan untuk memberikan makanan/minuman
lain kepada bayi sebelum waktunya
► Penyuluhan ttg. ASI di pelayanan kesehatan belum optimal
►Jumlah RS Sayang Bayi cenderung menurun
UPAYA PENINGKATAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

 Meningkatkan pemberdayaan ibu dan keluarga


 Meningkatkan pemberdayaan masyarakat
 Meningkatkan kerjasama lintas program & sektor
 Meningkatkan mutu, cakupan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan
 Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi PP-ASI
3. Makan beraneka ragam
a. Dapat menggambarkan kesadaran keluarga tentang
kebutuhan gizi anggota keluarganya
b. Sensitif karena belum semua keluarga
mengkonsumsi makanan beranekaragam (masih
tingginya prevalensi KVA, Anemia, Gizi kurang)

PUGS
Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
Adalah prinsip perilaku konsumsi makanan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan, dengan cara mengatur keseimbangan
antara makan dan aktivitas fisik sesuai dengan persyaratan gizi

PUGS
4. Menggunakan hanya garam beryodium
a. Dapat menggambarkan kesadaran keluarga tentang
kebutuhan gizi anggota keluarganya, terutama yodium
b. Sensitif karena belum semua keluarga mengkonsumsi
garam beryodium dan mengetahui akan manfaatnya
(masih tingginya prevalensi GAKY)
c. Mudah dan sederhana dilakukan yaitu dengan selalu
mengkonsumsi garam beryodium
5. Memberikan suplementasi gizi kepada
anggota keluarga sesuai anjuran

Kapsul Vitamin A, Tablet Tambah Darah, Kapsul Minyak


Beryodium, kepada anggota keluarga yang memerlukan
KEGIATAN

KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT


1. DETEKSI DINI GANGGUAN GIZI KURANG DI MASYARAKAT;
a. Revitalisasi kegiatan pemantauan pertumbuhan, untuk meningkatan D/S
menjadi serendah-rendahnya 80 % (sesuai dengan SPM), melalui;
- Pelatihan/ulang kader
- Penyediaan sarana/prasarana pemantauan dan
materi KIE
- Penyediaan biaya operasional
- Peningkatan pembinaan oleh TPG Puskesmas
- Peningkatan pembinaan oleh Tenaga gizi
pendamping
KEGIATAN

KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT

b. Anak yang berat badannya 2 kali berturut-turut tidak naik, atau


berat badannya dibawah garis merah dalam KMS dirujuk ke
petugas kesehatan (POSKESDES, Puskesmas) untuk dikonfirmasi
lebih lanjut.
c. Melakukan survailans aktif terhadap tanda-tanda dini gizi kurang
oleh masyarakat. Hasil penemuan kasus oleh masyarakat akan
dikirim ke petugas kesehatan di POSKESDES atau Puskesmas
untuk dikonfirmasi lebih lanjut
KEGIATAN

KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT


2. PEMULIHAN DAN PENCEGAHAN GIZI KURANG OLEH MASYARAKAT
MELALUI PENDAMPINGAN KELUARGA;

a. Untuk mempercepat pemulihan anak gizi buruk dan mencegah


timbulnya gizi buruk masa selanjutnya akan dikembangkan
pendampingan keluarga, terutama keluarga dengan balita gizi buruk.
b. Tenaga gizi pendamping adalah tenaga setempat, direkrut oleh
masyarakat melalui forum pertemuan desa.
c. Satu tenaga pendamping, diharapkan mendampingi 5 keluarga
dengan balita gizi buruk, selama 3 bulan. Diharapkan tenaga
pendamping dapat melakukan tatap muka dengan keluarga
sekurangnya setiap minggu sekali.
KEGIATAN

KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT


2. PEMULIHAN DAN PENCEGAHAN GIZI KURANG OLEH MASYARAKAT
MELALUI PENDAMPINGAN KELUARGA;
d. Tugas tenaga pendamping antara lain;
. - Membantu keluarga untuk memperoleh hak-haknya, misalnya: MPASI,
Kartu Sehat, dll.
- Menamping keluarga dalam memberikan asuhan gizi di keluarga
melalui MPAS-lokal. (Setiap anak gizi buruk dialokasikan untuk
mendapatkan MPASI/lokal selama 90 hari).
- Memberikan nasehat dasar tentang asuhan gizi dan kesehatan anak
(misalnya: ASI, MPASI, makan seimbang, kebersihan individu,
imunisasi, dll), sesuai dengan anjuran petugas.
- Melaporkan kepada petugas tentang perkembangan keluarga yang
didampingi .
KEGIATAN
KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT
3. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GIZI, PENYEBARLUASAN
INFORMASI GIZI MELALUI KELOMPOK DI MASYARAKAT
a. Akan diselenggarakan pertemuan kelompok (kelompok ibu, kelompok
arisan, kelompok agama, karang taruna, kelompok tani, dll) untuk
menyampaikan informasi gizi. Pesan pokok yang disampaikan terutama;
- Perlunya memantau berat badan bayi dan balita
- Pentingnya ASI Eksklusif
- Pentingnya makan beraneka ragam
- Pentingnya menggunakan garam beryodium
- Pentingnya suplementasi dan cara mendapatkannya bagi
kelompok umur tertentu.
b. Keluarga dengan anak gizi buruk akan diselenggarakan melalui
kegiatan PD.
KEGIATAN DI POS KESEHATAN DESA (POSKESDES)

1. Pendataan sasaran di tingkat desa (jumlah bayi, balita, ibu hamil, ibu
menyusui) dipisahkan menurut status gakin/non gakin, partisipasinya
dalam posyandu, dll.
2. Konfirmasi kasus balita yang berat badannya tidak naik 2 kali, balita BGM
dan balita dilaporkan oleh mesyarakat menderita gizi buruk (hasil
survailens aktif masyarakat).
3. Berdasarkan hasil konfirmasi tersebut dilakukan tindak lanjut, berupa;
- Rujukan kasus bila bayi memerlukan pemeriksaan dan perawatan lebih
lanjut ke puskesmas.
- Konseling dan tatalaksana masalah/gangguan gizi – tenaga dan materi
konseling dari puskesmas
KEGIATAN DI POS KESEHATAN DESA
(POSKESDES)

4. Pembinaan penyelenggaraan posyandu (pembinaan kader,


penyelenggaraan konseling dan pelayanan gizi di posyandu)
5. Pembinaan tenaga pendamping keluarga gizi buruk, melalui
penyelenggaraan pertemuan berkala.
6. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pertemuan/penyuluhan
kelompok.
7. Pembinaan penyelenggaraan survailens aktif oleh masyarakat
8. Penyelenggaraan pencatatan dan pelaporan kasus dan kegiatan
gizi.
9. Pengelolaan logistik suplementasi
KEGIATAN DI PUSKESMAS

1. Memberikan pembinaan dan pelayanan gizi bersama dengan


petugas di POSKESDES setiap bulan)
2. Melakukan pembinaan dan pelayanan gizi di Posyandu bersama
bidan di desa
3. Melakukan supervisi tenaga pendampingan balita gizi buruk
4. Menyelenggarakan kelas ibu dengan pendekatan PD bersama
dengan petugas gizi POSKESDES dan bidan desa
5. Menyelenggarakan latihan ulang kader bersama tim puskesmas
6. Membina penyelenggaraan survailens masyarakat (pendataan
sasaran, pencatatan dan pelaporan kasus)
KEGIATAN DI PUSKESMAS

7. Menyelenggarakan survailans dan validasi data CBS (SKDN-


BGM,giziburuk) bersama petugas POSKESDES
8. Tatalaksana masalah / gangguan gizi dan konseling gizi di
puskesmas (termasuk rujukan)
9. Pengelolaan logistik suplementasi
10. Dukungan sarana dan prasarana untuk Posyandu
11. Kerjasama linsek dan kemitraan dengan swasta / dunia usaha
12. Pencatatan pelaporan program gizi di desa siaga (mapping, dll)
KEGIATAN DI PUSKESMAS

Untuk dapat melaksanakan fungsi tersebut ditingkat puskesmas


didukung;
1. Setiap puskesmas PONED harus mampu melakukan perawatan gizi
buruk sesuai standar.
2. Setiap Puskesmas harus mempunyai tenaga gizi puskesmas setara
D3, dan didukung tenaga pembina gizi desa (setara D3) dengan
rasio 3 desa 1 pembina.
3. Semua puskesmas harus dilengkapi dengan antropometri kit, dan
untuk puskesmas PONED dilengkapi dengan sarana untuk
tatalaksana gizi buruk
4. Setiap tenaga pembina desa dilengkapi dengan sarana transportasi
dan biaya operasional
KEGIATAN DI KABUPATEN
Kegiatan akselerasi intervensi gzi melalui desa siaga di tingkat kabupaten
meliputi;
1. Penyusunan rencana operasional per kecamatan, yang terdiri dari;
a. Pemetaan masalah dan sasaran per wilayah kecamatan
berdasarkan pemantauan status gizi
b. Menyusun prioritas dan rencana pembinaan berdasarkan kondisi
masalah
c. Melakukan kerjasama lintas program untuk mendapatkan
dukungan/kesepakatan
2. Melakukan pelatihan TPG, yang menitikberatkan pada aspek
manajemen gizi di Puskesmas dan desa siaga, dan aspek teknis sesuai
dengan masalah daerah
3. Melakukan re-orientasi TPG dan pembina gizi desa
KEGIATAN DI KABUPATEN

4. Melakukan pelacakan dan tindak lanjut KLB gizi buruk bekerja


sama dengan petugas survailens, lintas program dan sektor.
5. Distribusi MP-ASI lokal, suplementasi gizi, sarana/prasana
posyandu sesuai dengan masalah dan prioritas binaan.
6. Melakukan pengolahan dan analisis data rutin untuk mendeteksi
perkembangan masalah gizi di wilayah (SKD-KLB)
7. Melakukan pemantauan status gizi
8. Melakukan advokasi dan penyebarluasan informasi gizi melalui
media efektif yang ada
9. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan gizi di kabupaten.
KEGIATAN DI PROPINSI

Di tingkat propinsi, kegiatan akselerasi kegiatan gizi di desa siaga terdiri


dari;
1. Pembinaan perencanaan program gizi di kabupaten
2. Melaksanakan pembekalan terhadap TPG/Pembina bekerjasama
dengan tim propinsi dan bapelkes setempat.
3. Penempatan tenaga TPG sesuai ketentuan dan kriteria
4. Pengadaan obat gizi
5. Penyediaan dana untuk MP-ASI lokal
6. Buffer stock MP-ASI pabrikan
7. Pengadaan pedoman dan materi KIE
8. Penyelenggaraan kampanye, advokasi dan penyebarluasan informasi
9. Pembinaan pelacakan KLB Gizi Buruk
Sasaran

1. Organisasi kemasyarakatan
2. Lembaga keagamaan
3. LSM
2. Dunia usaha
3. Lintas sektor terkait
Langkah-langkah Operasional
Kadarzi
A. Persiapan Tingkat Kecamatan
B. Persiapan Tingkat Desa/Kelurahan
1. Pertemuan tingkat Desa
2. Pelatihan Survei Mawas Diri (SMD) bagi
kelompok kerja
C. Pelaksanaan Survei Mawas Diri (SMD)
D. Penentuan Prioritas Sasaran, Masalah
dan Kegiatan melalui Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD)
Langkah-langkah Operasional
E Pemilihan Pesan dan Media KIE Sesuai
Sasaran dan Masalah
F Penentuan Saluran KIE Menurut Prioritas
Sasaran
G Pelaksanaan Kegiatan
H Pemantauan dan Evaluasi
Kegiatan
1. Pelatihan Kader
2. Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu
3. Pendampingan Keluarga (rujukan, konseling,intervensi)
4. Penyuluhan, pemanfaatan pekarangan dan peningkatan
daya beli
• Pemanfaatan Pekarangan
• Peningkatan Daya Beli
• Diskusi kelompok terarah (Kelas Ibu)
• Penyebarluasan informasi melalui kelompok agama,
arisan, Karang Taruna dll.
• Pemberian Makanan Tambahan
• Distribusi Kapsul Vitamin A
Pemantauan
Hal-hal yang dipantau adalah :
a. Pelatihan bagi tenaga pelaksana di desa tentang KADARZI
b. Pelaksanaan pendampingan keluarga
b. Media yang tersedia dan didistribusikan keberbagai kelompok
sasaran
c. Pertemuan-pertemuan koordinasi di tingkat desa,
d. Penyuluhan-penyuluhan yang dilaksanakan di desa seperti ;
kunjungan rumah, diskusi kelompok terarah, atau penyuluhan
massa.
e. Ketersediaan sarana yang mendukung proses terlaksananya
Kadarzi, seperti ; Kapsul vitamin A, Kapsul Minyak Beryodium,
Tablet Tambah Darah, Dacin, MP-ASI, KMS, Oralit.
DESA PUSKESMAS

Balita Sehat , BB Naik (N)


POSKESDES
 Pemeriksaan
antropometri  Pemberdayaan
KELUARGA POSYANDU
Masyarakat
 MTBS
 SMD KELUARGA • (SKDN)  Pelayanan
 MMD  Konseling Gizi
 DKT
SADAR GIZI • Yankesdas BGM,
pada BGM
Kesehatan
sakit  Pembangunan
 Kegiatan (Imunisasi,  Rujukan Gizi berwawasan
masyarakat 5 (Lima) Buruk ke
MTBS, BB kesehatan
Tidak Puskesmas
Perilaku DDTK) naik
rawat inap/RS
Kadarzi (T),
Gizi  Surveilan gizi
kurang (SKD-KLB)

Balita Sehat , BB • MP-ASI/PMT


Naik (N) • Pendampingan kader Sembuh
perlu
• Asuhan gizi di rumah oleh PMT
Nakes Poskesdes

Sembuh, tidak perlu PMT


Evaluasi
a. Adanya tenaga pelaksana desa yang sudah terlatih tentang Kadarzi
b. Adanya peningkatan cakupan 5 perilaku Kadarzi, yaitu :
1. Perilaku keluarga menimbang berat badan secara teratur
(%D/S)  SKDN
2. Perilaku ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif pada bayi
0-6 bulan (Hasil SMD dan pencatatan pada KMS)
3. Perilaku keluarga mengkonsumsi aneka ragam makanan
(Hasil SMD dan PKG)
4. Perilaku keluarga mengkonsumsi garam beryodium (Hasil
SMD)
5. Perilaku keluarga menggunakan suplementasi gizi (Laporan
cakupan dan hasil SMD).
Lanjutan Evaluasi
C. Adanya peningkatan jumlah kelompok-kelompok peduli Kadarzi
D. Indikator keberhasilan dilihat dari Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Anda mungkin juga menyukai