Referat - Sepsis - Luthfia Prasetianingsih 406181079
Referat - Sepsis - Luthfia Prasetianingsih 406181079
Referat
Dunia Asia
•2,8 juta kematian setiap •Sepsis: 12% semua kasus
tahunnya ICU (50% abdominal & 19%
abdominal)
• Oleh karena itu, sangat penting bagi para dokter untuk memahami betul tanda dan
gejala serta tatalaksana sepsis di sarana rumah sakit.
Definisi & Epidemiologi
• Respon tubuh lokal maupun sistemik terhadap mikroorganisme yang menembus
epitel pertahanan dan menginvasi jaringan tubuh dapat bermanifestasi berupa
demam atau hipotermia, leukositosis atau leukopenia, takipneu dan takikardi
SIRS
• DEWASA • Pankreatitis
• Lokasi paru-paru (64%), abdomen (20%), • Iskemi jaringan
pembuluh darah (15%) & saluran kemih • Trauma
(14%). • Luka operasi
• Etiologi 47% Gram positif, 62% Gram • Luka bakar
negatif, 19% fungal
• Tromboemboli
• ANAK
• Vaskulitis
• Lokasi paru-paru, pembulu darah,
• Reaksi obat
abdomen dan saluran kemih, sistem saraf
pusat • Autoimun
• Etiologi 28% Gram negatif, 27% Gram • Proses neoplasma
positif, 13% fungal dan 21% virus
Etiologi & Faktor Risiko
Bakteri Gram positif Bakteri Gram negatif Fungi
• Manifestasi
biasanya Hiperventilasi Hipotensi DIC Gejala GI
muncul
bersamaan
dengan Alkalosis respiratori
kelelahan otot Sianosis & iskemi D-dimer (+) Mual, muntah, diare,
penyakit napas & penimbunan nekrosis meningkat ileus
laktat
yang
mendasari /
Peningkatan bilirubin
infeksi Asidosis metabolik
& alkalin fosfatase
primer.
Diikuti disorientasi,
kebingungan, dan
tanda ensefalopati
Tanda & Gejala
• Lab • Radiologi
– Laktat serum – Normal / dapat menunjukkan
– Prothrombin Time (PT) adanya pneumonia yang
– International Normalized Ratio (INR) mendasari manifestasi,
kelebihan volume cairan atau
– Urea infiltrat difus dari Acute
– Elektrolit (imbalans) Respiratory Distress Syndrome
– Fungsi hepar (ARDS).
– Analisis gas darah • EKG
– Pengambilan sampel darah kultur – sinus takikardi atau gangguan
(mengonfirmasi adanya infeksi, identifikasi segment ST non spesifik
patogen dan evaluasi hasil pemberian antibiotik)
Diagnosis
• Definisi sepsis berdasarkan Surviving Sepsis Campaign (SSC) dan Sepsis-3
memiliki beberapa perbedaan dalam terminologi.
• Namun untuk mendiagnosa sepsis, dapat digunakan beberapa terminologi
ini.
• Pada defisini berdasarkan Sepsis-3, SIRS dan sepsis berat tidak lagi ada
dalam urutan terminologi sepsis, sedangkan pada syok sepsis memiliki
tambahan kriteria.
Diagnosis
Terminologi SSC Sepsis-3
• Resusitasi cairan kristaloid 1000 mL. pertimbangkan albumin jika keb. Kristaloid
besar
• Lakukan fluid challenge untuk membedakan hipoperfusi akibat sepsis atau
hipovolemia
• Untuk mempertahankan MAP ≥65mmHg:
• Norepinefrin lini pertama melalui CVC
• Epinefrin agen tambahan mempertahankan TD
• Dopamin alternatif ps dgn aritmia
• Dobutamin disfungsi miokard
• Pertimbangkan hidrokortison IV 200mg/hari untuk syok sepsis pada dewasa jika
hipotensi tidak dapat membaik dengan cairan dan vasopressor
Tatalaksana
3. Terapi suportif lainnya sesuai kebutuhan
• Pengawasan gula darah tiap 1-2 jam hingga kadar glukosa stabil
• Gagal ginjal akut Hemodialisis
• Nutrisi oral atau parenteral sesuai yg ditoleransi
Tatalaksana
Komplikasi
Kardiopulmoner Renal
•Terdapat ventilation-perfusion mismatch menurunkan PO2 •Oliguria, azotemia, proteinuria dan ditemukannya kristal tidak
arterial khas pada urin (diperburuk hiperglikemi)
•Infiltrat difus progresif ARDS •Hipotensi atau kerusakan kapiler nekrosis tubuler akut
•Lelah otot napas memperburuk hiperkapnia dan hipoksemia gagal ginjal
•Inflamasi otot jantung peningkatan akhir diastolik dan volume
sistolik ventrikular serta menurunnya fraksi ejeksi
Saraf Darah
•Polineuropati kelemahan motorik ekstremitas bawah •Trombositopenia, pada pasien-pasien dengan DIC
Prognosis
• Tingkat kematian pasien dengan sepsis cukup tinggi terutama jika sudah
berlanjut ke tahap syok sepsis.
• 20-35% pasien dengan sepsis berat & 40-60% pasien dengan syok sepsis
mengalami kematian dalam 30 hari, dan sebagian besar akan mati dalam
waktu 6 bulan.
• Kematian yang terjadi lebih lambat sebagian besar disebabkan oleh infeksi
yang tidak terkontrol, komplikasi dari perawatan di ruang perawatan
intensif, kegagalan multi organ dan dari penyakit yang mendasari.
• Sistem untuk menentukan prognosis seperti APACHE II mengindikasikan
dari beberapa faktor seperti usia, kondisi yang mendasari dan variasi
fisiologi dapat menentukan tingkat resiko kematian dari sepsis yang berat.
Kesimpulan
• Respon tubuh lokal maupun sistemik terhadap mikroorganisme yang menembus
epitel pertahanan dan menginvasi jaringan tubuh dapat berupa demam atau
hipotermia, leukositosis atau leukopenia, takipneu dan takikardi.
• Keempat tanda kardinal ini merupakan respon sistemik yang sering disebut dengan
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS).
• Adapun SIRS dapat memiliki etiologi infeksius maupun noninfeksius. Jika dicurigai
atau dipastikan adanya infeksi, maka pasien dengan SIRS dikatakan mengalami
sepsis.
• Sepsis memiliki etiologi infeksius dengan tempat infeksi paling sering di paru-paru
(64%), abdomen (20%), pembuluh darah (15%) dan saluran kemih (14%).
• Dari 70% pasien sepsis dengan hasil tes mikrobiologi positif, 47% hasil isolasi
adalah bakteri gram positif, 62% adalah bakteri gram negatif dan sisanya 19%
adalah jamur.
Kesimpulan
• Faktor resiko yang memengaruhi kejadian sepsis terbagi menjadi faktor resiko
modifiable dan non-modifiable.
• Beberapa faktor resiko non-modifiable seperti demografi, jenis kelamin, usia,
kondisi imunosupresi, keganasan dan kelainan genetik.
• Faktor resiko modifiable yang dapat memengaruhi terjadinya sepsis terutama pada
pasien bedah terbagi menjadi faktor dari pasien, faktor lokal dan faktor mikroba.
• Faktor pasien antara lain obesitas, diabetes melitus, malnutrisi, merokok, penyakit
ginjal kronis, anemia dan riwayat operasi dalam waktu dekat.
• Sepsis didefinisikan sebagai respon yang iregular dan berlebihan dari pejamu
terhadap infeksi yang ada.
• Kerusakan yang terjadi di tubuh bukan dikarenakan infeksi, namun karena respon
pejamu yang berlebihan dan tidak dapat dikontrol.
Kesimpulan
• Pada kasus dengan gangguan keseimbangan antara proinflamasi dan antiinflamasi
serta disregulasi dari maturasi dan proliferasi sistem imun, proses yang terlokalisir
tidak dapat dikontrol dan menjadi sistemik, sehingga dapat menyebabkan
kerusakan pad target organ yang jauh manifestasi klinis dari penyakit kritis
hampir sama meskipun penyebabnya beragam.
• Pada defisini berdasarkan Sepsis-3, SIRS dan sepsis berat tidak lagi ada dalam
urutan terminologi sepsis, sedangkan pada syok sepsis memiliki tambahan kriteria.
• The Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) sejauh ini paling sering digunakan
terutama di ICU dan efektif untuk menilai secara kuantitatif keparahan dari
disfungsi organ, morbiditas dan tingkat mortalitas.
• The SOFA mengevaluasi beberapa fungsi fisiologis seperti pernapasan, koagulasi,
hepar, kardiovaskular, sistem saraf pusat dan ginjal.
Kesimpulan
• Selain SOFA, terdapat Quick-SOFA(Q-SOFA) yang hanya menilai 3 variabel yaitu
tekanan darah sistolik, kecepatan pernapasan dan aktivitas mental.
• Apabila pada skor SOFA pada organ tertentu ≥2 menunjukkan peningkatan resiko
terjadi disfungsi organ, hasil yang buruk atau kematian.
• Jika q-SOFA jika skor >2 maka lakukan penghitungan skor SOFA. Jika skor SOFA ≥2
maka pasien ini menderita sepsis.
• Berdasarkan Sepsis Surviving Campaign (SSC), terdapat 3 pokok utama untuk terapi
pasien dengan sepsis.
– Pertama adalah resusitasi awal dan menurunkan infeksi.
– Kedua adalah bantuan hemodinamik dan terapi tambahan sesuai kebutuhan
– Ketiga, terapi suportif lainnya sesuai kebutuhan.
Daftar Pustaka
1. Cecconi M, Evans L, Levy M, Rhodes A. Sepsis and septic shock. The Lance. 2018; 392: 75-87.
2. Polat G, Ugan R.A, Cadirci E, Halici Z. Sepsis and septic shock: Current treatment strategies and new approaches.
The Eurasian Journal of Medicine. 2017; 49: 53-8.
3. Kempker JA, Martin GS. The changing epidemiology and definition of sepsis. Clin Chest Med. 2016 Jun; 37(2):
165-79.
4. Keeley A, Hine P, Nsutebu E. The recognition and management of sepsis and septic shock: a guide for non-
intensivists. Postgrad Med J. 2017; 93: 626-34.
5. Kasper LD, Hauser LS, Jameson L. Harrison’s Principle of Internal Medicine. Ed 19. 2015. New York: McGraw-Hill
Education. 1606-12.
6. Gotts J, Matthay M. Sepsis: pathophysiology and clinical management. BMJ. 2016; 353: i1585.
7. Brunicardi C, Andersen D, Billiar T, Dunn D, Hunter J, Matthews J, et al. Schwartz’s Principle of Surgery. Ed 10.
2015. New York: McGraw-Hill Education. 138-55.
8. Lazlo I, Trasy D, Molnar Z, Fazakas J. Sepsis: from pathophysiology to individualized patient care. Journal of
Immunology Research. 2015: 1-13.
9. Makic M.B.F, Bridges E. Managing sepsis and septic shock: current guidelines and definitions. AJN. 2018; 118: 2.
10. Singer M, Deutschman C, Seymour C, Shankar-Hari M, Annane D, Bauer M, et al. The third international
consensus definitions for sepsis and septic shock (Sepsis-3). JAMA. 2016; 315(8): 801-10.
11. Dellinger RP, Levy MM, Rhodes A. Surviving Sepsis Campaign: International guidelines for management of
severe sepsis and septic shock. Intensive Care Med. 2013; 39(2): 165-228.