Kesetimbangan dalam
Sistem Sederhana
1.1. Kondisi Kesetimbangan
1.2. Kestabilan Fasa dari Zat Murni
1.3. Pengaruh Tekanan terhadap Kurva
vs T
1.4. Persamaan Clapeyron
1.5. Penerapan Persamaan Clapeyron
1.6. Diagram Fasa
1.7. Integrasi Persamaan Clapeyron
1.8. Pengaruh Tekanan terhadap
Tekanan Uap
1.9. Aturan Fasa
1.1. Kondisi Kesetimbangan
= G/n
Persamaan Dasar
dμ - S dT V dP (1)
dimana S dan V berturut - turut merupakan
entropi dan volume molar
(2a, b)
(3)
dμ V dP
Jika tekanan diturunkan, dP negatif, V
positif sehingga d menjadi negatif dan
potensial kimia turun sebanding dengan
volume fasa.
(4)
1.4. Persamaan Clapeyron
Bila dua fasa dalam keadaan setimbang maka :
( T, P) =
(T, P) ..................(5)
Bila : V = V
- V maka
S = S S. dT = V. dP
- S
Bila ada transformasi , maka :
dT V
………………………………..(9)
dP S
............................................(10)
dP S
dT V
Persamaan (9) dan (10) di sebut Pers. Clapeyron.
1. 5. Penerapan Persamaan Clapeyron
a. Kesetimbangan Padat Cair
Perubahan padat ke cair
dP Speleburan Hpeleburan
dT Vpeleburan T .Vpeleburan
P
Padat
Cair
H penguapan
Spenguapan
T
Proses penguapan, Cair gas , selalu menyerap
energi sehingga :
• H = (+) juga S = (+)
• Vpenguapan = (+) untuk semua zat
dP Spenguapan Hpenguapan
dT Vpenguapan T .Vpenguapan
P
Padat Cair
Gas
P
padat Cair
gas
T
P T
Tm Tb
Gambar 6. Diagram Fasa
1
P(atm)
Cair
Pad O
0,006 at
Gas
0 0,0098 100
A T (0 C)
Gambar 7. Diagram Fasa H2 O
67 C
P (atm)
Cair
Pada
5,11 t
O
Gas
1
A -78,2 -56,6 25
T( 0 C)
dP Speleburan
dT Vpeleburan
Integrasi
P2 Tm' H peleburan dT
P1
dP
Tm Vpeleburan T
Jika Hpeleburan dan Vpeleburan tidak bergantung
pada T dan P, persamaan menjadi
H peleburan T'm
P2 - P1 ln (11)
Vpeleburan Tm
dimana Tm’ = titik cair pada P2 dan Tm = titik
cair pada P1
Karena Tm’ – Tm biasanya cukup kecil maka logaritma
dapat diekspansi menjadi
Sehingga Persamaan (9) menjadi
H peleburan T
P (12)
Vpeleburan Tm
P S H
T V T (V g - V c )
Pada kebanyakaan keadaan
Vg Vc Vg
Sehingga
d ln P H
2
(13)
dT RT
Persamaan Clausius-Clapeyron
P T H
Po
d ln P
To RT 2
dT
P H 1 1
ln - - (14)
Po R T To
Pada Po = 1 atm
H H
log P - (15)
2,303 RTo 2,303 RT
1.8. Pengaruh Tekanan Thd Tekanan uap
Kesetimbangan cair Uap
Diasumsikan ada dua fasa pada tekanan yang sama
yaitu :
Cairan pada tekanan P
bergantung
uap pada tekanan uap p P
Gambar 9.
Cairan dalam uatu ruang tertutup akan menguap sampai
ruangan jenuh (terjadi kesetimbangan antara cairan
dengan uap).
uap p cair
p
T T T
p
Vuap Vcair
T
p Vcair
......................(17)
T Vuap
Persamaan (17) menunjukkan bahwa :
tekanan uap(p) meningkat seiring dengan tekanan total
(P) cairan.
tetapi :
peningkatannya sangat kecil karena Vcair < V uap
Jika uapnya bersifat ideal maka :
RT
dp Vcair dP
p
p P
dp
RT p
Vcair dP
pO PO
p
RT ln Vcair ( P o )
po
Dimana :
p = Tekanan Uap dibawah suatu tekanan P
p0 = Tekanan uap mula mula dimana cairan dan uap
dibawah tekanan yang sama
Minyak
Air
Jumlah fasa
Fase tidak selamanya sama dengan wujud
Wujud zat = 3 ( padat, cair, dan gas)
Fase = 3 atau lebih
• Komponen
adalah jumlah minimum Konstituen yang secara bebas
(independent) diperlukan untuk menentukan komposisi
dari semua fasa yang ada dalam suatu sistem
Mis
al :
1. CaCO3(P) CaO(P) + CO2 (g)
Fasa : 3 (2 padat dan 1 gas)
Konstituen : 3 (CaCO3(P), CaO(P), dan CO2 (g)
Komponen :2
2. PCl5(g) PCl3(g) + Cl2(g)
Fasa : 1(gas)
Konstituen : 3 (PCl5(g), PCl3(g), dan Cl2(g))
Komponen : 2
3. NH4Cl(s) NH3(g) + HCl(g)
Fasa : 2 (padat dan gas)
Constituen : 3 (NH4Cl(s) , NH3(g) , HCl(g)
Komponen : 1
• Derajat kebebasan (Variance =F)
Adalah jumlah variabel intensif yang dapat diubah
secara bebas tanpa mengganggu jumlah fasa dalam
kesetimbangan sistem tersebut
1. Variabel Intensif : variabel yang tidak dipengaruhi oleh
ukuran.
Misal: Suhu, Tekanan,dan konsentrasi
2. Variabel Ekstensif : Variabel yang dipengaruhi oleh
ukuran.
Misal: massa , Volume, dll.
Menurut Aturan Fasa Gibbs :
F=C–P+2
dimana:
F = Derajat kebebasan
C = Komponen
P = Fasa
Untuk sistem satu komponen
a. Jika 1 fasa
F=C–P+2
F=1–1+2
F=2
Sistem mempunyai 2 derajat kebebasan(bivarian)
berarti ada 2 variabel intensif, misalnya T dan P
b. Jika 2 Fasa
F=C–P+2
F=1–2+2
F=1
Sistem mempunyai 1 derajat kebebasan (Univarian)
berarti hanya diperlukan 1 variabel intensif misal : T
atau P
c. Jika 3 Fasa
F=C–P+2
F=1–3+2
F=0
Sistem tidak mempunyai derajat kebebasan (invarian)
Kesimpulan :
Untuk sistem dengan satu komponen