Asfiksia Neonatorum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis.
Asfiksia dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernapasan bayi
Dalam menjalankan fungsinya, seperti mengembangkan paru.
(Sudarti dan fauzizah, 2013).
LANJUTAN
1. Laboratorium AGD
2. Babygram
3. Elektrolit darah
4. Gula darah
5. Pulse oximetry
LAMPIRAN GAMBAR
Babygram
Pulse Oximetry
PENATALAKSANAAN
Berikut adalah dosis obat yang umumnya digunakan untuk bayi baru lahir dan bayi Asfiksia adalah :
1. Aminofilin – Ampisilin
( 250 – 500 mg/6jam)
2. Fenobarbital - Kafein sitrat
(Dosis awal: 20 mg/kg infus kafein sitrat (lebih dari 30 menit) sekali. Dosis lanjutan: 5 mg/kg infus
kafein sitrat (lebih dari 10 menit) atau diminum tiap 24 jam)
3. Kloksasilin – Metronidazol
( 7,5 mg/kg tiap 8 jam)
4. Penisilin - Seftriakson
( 50 – 100 mg/kg setiap 24 jam )
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN
ASFIKSIA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
( SDKI, 2016)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tidak efektif bersihan jalan napas b.d Asfiksia Neonatorum
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan jalan napas bersih
Kriteria hasil:
Bersuara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu, mampu bernafas dengan
mudah, Menunjukkan jalan nafas yang paten (Bayi tidak sesak), irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal, Mampu
mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
Rencana Tindakan:
Penghisapan jalan napas
OBSERVASI
a. Identifikasi kebutuhan dilakukan penghisapan
b. Auskultasi suara napas sebelum dan setelah dilakukan penghisapan
c. Monitor status oksigen
TERAPEUTIK
d. Gunakan prosedural terapeutik
e. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi (100% paling sedikit 30 detik sebelum
dan sesudah tindakan
f. Hentikan penghisapan dan berikan terapi oksigen jika mengalami kondisi-kondisi
seperti bradikardia dan penurunan saturasi
(SIKI, 2018)
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Pola napas tidak efektif b.d hipoventilasi
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan Bayi dapat
mempertahankan pola pernapasan normal/efektif
Kriteria hasil:
Pernapasan Bayi 30-60X/menit, Pengembangan dada simetris, Irama pernapasan
teratur, Tidak ada retraksi dada saat bernapas, Inspirasi dalam tidak ditemukan, Saat
bernapas tidak memakai otot napas tambahan, Bernapas mudah tidak ada suara napas
tambahan
Rencana Tindakan:
Manajemen jalan napas
OBSERVASI
a. Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
b. Monitor pola napas
c. Monitor bunyi napas tambahan
TERAPEUTIK
d. Posisikan bayi untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea
(SIKI, 2018)
INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Hipotermia b.d terpapar lingkungan dingin
Tujuan: mengatur suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil:
Suhu axila 36-37˚ C, RR : 30-60 X/menit, Warna kulit merah muda, Tidak ada distress respirasi,
Tidak menggigil, Bayi tidak gelisah
Rencana Tindakan:
Manajemen Hipotermia
OBSERVASI
a. Monitor suhu tubuh
b. Identifikasi penyebab hipotermi
c. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi
TERAPEUTIK
d. Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Incubator)
e. Ganti pakaian/linen yang basah
f. Lakukan penghangatan pasif
g. Lakukan penghangatan aktif
(SIKI, 2018)
INTERVENSI KEPERAWATAN
4. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
Tujuan: tidak adanya infeksi, bebas dari tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil: RR : 30-60X/menit, Irama napas teratur, Suhu 36-37˚ C, Integritas kulit baik,
Integritas mukosa baik
Rencana Tindakan:
Pencegahan infeksi :
OBSERVASI
a. Batasi pengunjung
b. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
TERAPEUTIK
c. Beri perawatan kulit pada area eritema
d. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, dan drainase
EDUKASI
e. Anjurkan masukan nutrisi yang cukup
KOLABORASI
f. Berikan antibiotik sesuai program
(SIKI, 2018)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Debora, Oda (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba Medika
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H., Chairani, R., & Tutiany. (2013). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: CV.Trans Info Medika.
Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika
Opitasari, Cicih. “Maternal education, prematurity and the risk of birth asphyxia in selected hospitals in Jakarta”. National
Institute of Health Research and Development, Vol. 6, No. 2, December 2015.
Hidayat, A. A 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Medika Salemba
Drew, David. 2009, Asuhan Resuisitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktek Kebinanan. Jakarta : Egc.
Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Bedasarkan Diagnosa Medis & Nanda. Nic - Noc .
Medicationing Publishing.
Sudarti dan Fauziah A. 2013. Pengantar Ilmu Kebidanan Untuk Bay Risiko Tinggi Dan Kegawatan
Naomy Marie Tando. Asuhan Kebidanan : Neomatus Bayi & Anak Balita.
ANY QUESTION????