Anda di halaman 1dari 24

ASFIKSIA

Nada Farhaini ( P17120018063)


Nur Azizah ( P17120018064)
Qorina Meilani P ( P17120018065)
Quratul Aini A ( P17120018066)
Regita Septiarum ( P17120018067)
Ridha Febria ( P17120018068)
Rizka Salsabilla ( P17120018069)
Rosa Afriza ( P17120018070)
PENGERTIAN ASFIKSIA

Asfiksia Neonatorum merupakan kegagalan bayi baru lahir untuk memulai dan
melanjutkan pernafasan secara spontan dan teratur. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia, hiperkarbia dan asidosis.
Asfiksia dapat terjadi karena kurangnya kemampuan organ pernapasan bayi
Dalam menjalankan fungsinya, seperti mengembangkan paru.
(Sudarti dan fauzizah, 2013).
LANJUTAN

Asfiksia dibagi menjadi tiga menurut nilai APGAR :


PATHWAY ASFIKSIA
ETIOLOGI
1. Faktor ibu
• Pre eklampsi dan eklampsi, DM, anemia, HT
• Pendarahan abnormal (plasenta previa dan solusia plasenta)
• Partus lama
• Demam selama persalinan
• Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV )
• Kehamilan lewat waktu

2. Faktor tali pusat


• Lilitan tali pusat
• Tali pusat pendek
• Simpul tali pusat
• Prolapus tali pusat
LANJUTAN
3. Faktor bayi
• Bayi premature ( <37 minggu )
• Presentasi janin abnormal
• Persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vacuum, ekstraksi forcep)
4. Faktor yang menandakan
a. Bayi
• gangguan peredaran darah pada tali pusat karena tekanan tali pusat
• Depresi pernafasan karena obat - obat anastesi atau analgetik
b. Ibu
• Gangguan his, misalnya hipertomi dan tetani
• Hipotensi mendadak pada ibu karena pendarahan
• Hipertensi eklamsi
• Gangguan mendadak pada plasenta
TANDA DAN GEJALA
A. Pada kehamilan
• DJJ> 160 x permenit atau < 100 x permenit
• Adanya pengeluaran mekonium
B. Setelah bayi lahir
• Bayi pucat dan sianosis
• Usaha bernafas minimal atau tidak ada
• Asidosi metabolic dan respiratorik
• Perubahan fungsi jantung
Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologic,
kejang, menangis kurang baik tidak menangis
• Bayi tidak bernafas/ nafas megap-megap,
KOMPLIKASI

Komplikasi yang mungkin muncul akibat asfiksia adalah :


1. Sembab otak
2. Pendarahan otak
3. Anuria atau oliguria
4. Hyperbilirubinemia
5. Obstruksi usus yang fungsional
6. Kejang sampai koma
7. Komplikasi akibar resustansi : pneumothorax
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium AGD
2. Babygram
3. Elektrolit darah
4. Gula darah
5. Pulse oximetry
LAMPIRAN GAMBAR
Babygram

Pulse Oximetry
PENATALAKSANAAN

Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum ada beberapa cara, yaitu :


 
1. Lakukan pengawasan Suhu bayi setelah lahi
2. Cegah hipoglikemia degan pemberian infus dekstrosa 5 -10
3. Beri nutrisi dan cairan elektrolit yang adekuat
4. Lakukan resuitasi pada bayi baru lahir
TAHAPAN RESUITASI
Tahapan ABC resuitasi :
a. (airway) Memastikan saluran nafas terbaka :
1. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
2. Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trachea

b. (Breathing) Memulai pernapasan :


3. Lakukan rangsangan taktil Beri rangsangan taktil dengan menyentil atau menepuk tekapak
kaki.
4. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

c. (circulation) Mempertahankan sirkulasi darah :


5. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada
atau bila perlu menggunakan obat-obatan.
 
OBAT UNTUK ASFIKSIA

Berikut adalah dosis obat yang umumnya digunakan untuk bayi baru lahir dan bayi Asfiksia adalah :
 
1. Aminofilin – Ampisilin
( 250 – 500 mg/6jam)
2. Fenobarbital - Kafein sitrat
(Dosis awal: 20 mg/kg infus kafein sitrat (lebih dari 30 menit) sekali. Dosis lanjutan: 5 mg/kg infus
kafein sitrat (lebih dari 10 menit) atau diminum tiap 24 jam)
3. Kloksasilin – Metronidazol
( 7,5 mg/kg tiap 8 jam)
4. Penisilin - Seftriakson
( 50 – 100 mg/kg setiap 24 jam )
 
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA PASIEN
ASFIKSIA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian yang di dapatkan pada asfiksia neonatorum adalah


sebagai berikut :
1. Pernapasan cuping hidung
2. Sianosis
3. Nadi cepat
4. Refleks lemah
5. Warna kulit biru atau pucat
6. Penilaian APGAR skor, Bayi akan mengalami asfiksia berat jika
APGAR score berada pada rentang 0-3, asfiksia sedang dengan
nilai APGAR 4-6, dan bayi normal atau dengan sedikit asfiksia
jika APGAR score berada pada rentang normal 7-10
( Nurarif, 2013 )
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan napas tidak b.d Asfiksia Neonatorum


2. Pola napas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi
3. Hipotermia b.d terpapar suhu lingkungan rendah
4. Resiko infeksi b.d efek prosedur invasive

( SDKI, 2016)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tidak efektif bersihan jalan napas b.d Asfiksia Neonatorum
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan jalan napas bersih
Kriteria hasil:
Bersuara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu, mampu bernafas dengan
mudah, Menunjukkan jalan nafas yang paten (Bayi tidak sesak), irama nafas, frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal, Mampu
mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
Rencana Tindakan:
Penghisapan jalan napas
OBSERVASI
a. Identifikasi kebutuhan dilakukan penghisapan
b. Auskultasi suara napas sebelum dan setelah dilakukan penghisapan
c. Monitor status oksigen
TERAPEUTIK
d. Gunakan prosedural terapeutik
e. Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi (100% paling sedikit 30 detik sebelum
dan sesudah tindakan
f. Hentikan penghisapan dan berikan terapi oksigen jika mengalami kondisi-kondisi
seperti bradikardia dan penurunan saturasi
(SIKI, 2018)
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Pola napas tidak efektif b.d hipoventilasi
Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan Bayi dapat
mempertahankan pola pernapasan normal/efektif
Kriteria hasil:
Pernapasan Bayi 30-60X/menit, Pengembangan dada simetris, Irama pernapasan
teratur, Tidak ada retraksi dada saat bernapas, Inspirasi dalam tidak ditemukan, Saat
bernapas tidak memakai otot napas tambahan, Bernapas mudah tidak ada suara napas
tambahan
Rencana Tindakan:
Manajemen jalan napas
OBSERVASI
a. Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas
b. Monitor pola napas
c. Monitor bunyi napas tambahan
TERAPEUTIK
d. Posisikan bayi untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea

(SIKI, 2018)
INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Hipotermia b.d terpapar lingkungan dingin
Tujuan: mengatur suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil:
Suhu axila 36-37˚ C, RR : 30-60 X/menit, Warna kulit merah muda, Tidak ada distress respirasi,
Tidak menggigil, Bayi tidak gelisah
Rencana Tindakan:
Manajemen Hipotermia
OBSERVASI
a. Monitor suhu tubuh
b. Identifikasi penyebab hipotermi
c. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi
TERAPEUTIK
d. Sediakan lingkungan yang hangat (mis. Incubator)
e. Ganti pakaian/linen yang basah
f. Lakukan penghangatan pasif
g. Lakukan penghangatan aktif

(SIKI, 2018)
INTERVENSI KEPERAWATAN
4. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
Tujuan: tidak adanya infeksi, bebas dari tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil: RR : 30-60X/menit, Irama napas teratur, Suhu 36-37˚ C, Integritas kulit baik,
Integritas mukosa baik
Rencana Tindakan:
Pencegahan infeksi :
OBSERVASI
a. Batasi pengunjung
b. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
TERAPEUTIK
c. Beri perawatan kulit pada area eritema
d. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, dan drainase
EDUKASI
e. Anjurkan masukan nutrisi yang cukup
KOLABORASI
f. Berikan antibiotik sesuai program
(SIKI, 2018)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana


perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah
dilaksanakan sebelumnya (Berman & Snyder, 2010 ).
EVALUASI KEPERAWATAN

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan untuk


mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan
respon klien kearah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Debora, Oda (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika

Dinarti, Aryani, R., Nurhaeni, H., Chairani, R., & Tutiany. (2013). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: CV.Trans Info Medika.

Hidayat, Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika
Opitasari, Cicih. “Maternal education, prematurity and the risk of birth asphyxia in selected hospitals in Jakarta”. National
Institute of Health Research and Development, Vol. 6, No. 2, December 2015.

http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/799/14/151210033%20Yayik%20Dwi%20Cahyanti%20KTI.pdf diakses pada 15 januari 2020


pukul 20.00

Hidayat, A. A 2010. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Medika Salemba

Drew, David. 2009, Asuhan Resuisitasi Bayi Baru Lahir Seri Praktek Kebinanan. Jakarta : Egc.

Nurarif H. Amin & Kusuma Hardi 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Bedasarkan Diagnosa Medis & Nanda. Nic - Noc .
Medicationing Publishing.

Sudarti dan Fauziah A. 2013. Pengantar Ilmu Kebidanan Untuk Bay Risiko Tinggi Dan Kegawatan

Arif, Weni Kristiyanasari 2013, Neomatus Dan Asuhan Keperawatan Anak.

Naomy Marie Tando. Asuhan Kebidanan : Neomatus Bayi & Anak Balita.
ANY QUESTION????

Anda mungkin juga menyukai