Anda di halaman 1dari 63

SEORANG LAKI-LAKI DENGAN

DISPEPSIA, HIPERTENSI
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama Tn. MM

Jenis Kelamin Laki-laki

Tanggal lahir / Usia 31 Desember 1966 / 52 tahun

Agama Islam

Alamat Boroko Timur

Pekerjaan Supir

Tanggal masuk R.S 06 – 11 – 2020

Nomor RM 32.xxx
3
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Nyeri ulu hati

Riwayat Penyakit Sekarang:

• Nyeri ulu hati hilang timbul sejak ± 2 bulan, memberat


sejak ± 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
• Mual (+), muntah (-).
• Cepat kenyang (+).

4
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang:

• Nyeri ulu hati membaik jika meminum obat dari dokter


(akhiran prazole)

• Kambuh jika tidak meminum obat

5
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang:

• ± 12 jam sebelum ke IGD pasien telah dipulangkan


dengan pengobatan rawat jalan untuk keluhan nyeri ulu
hati.

• Nyeri ulu hati kembali dirasakan di rumah sehingga


pasien kembali ke IGD.

6
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Sekarang:

• Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dalam
batas normal.

• Penurunan berat badan disangkal.

7
Riwayat Penyakit Dahulu

• Hipertensi (+). Pengobatan: amlodipine 5 mg.

• Sakit kepala hilang timbul.

Mengonsumsi obat bodrex jika timbul sakit kepala.

8
Riwayat Penyakit Keluarga

Ayah pasien : hipertensi (+)

9
Riwayat Kebiasaan

Merokok (+)

Sering minum kopi dan menyukai makanan pedas

Jarang berolahraga

10
IGD Kajian Pasien di IGD (6-11-2020)

1
IGD Anamnesis

Keluhan

Nyeri ulu hati (+)


Mual (+).

Riwayat hipertensi (+).

1
IGD Pemeriksaan fisik

• Kesadaran : kompos mentis

• TTV :
 TD: 160/100 mmHg N: 67 x/m Rr: 18 x/m t: 36.7˚C

• Kepala: conjungtiva anemis -/-, sclera icteric -/-

• Leher: normal

• Thoraks
1. Paru-paru: Rh-/-, wh-/-. 2. Jantung: Murmur (-),
galloup (-).

1
IGD Pemeriksaan fisik

• Abdomen:
Inspeksi: soepel
Auskultasi: bising usus (+)
Palpasi: nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi: timpani.

• Ekstremitas: normal

1
IGD Pemeriksaan penunjang

Parameter Nilai Normal Satuan Hasil

HEMATOLOGI

Leukosit 4500 – 11000 /ul 9.850 /uL

Eritrosit 4,6 – 6,20 10ˆ6/uL 4,61 x 10ˆ6/uL

Hemoglobin 13,0 – 18,0 g/dL 12,3 g/dL

Hematokrit 40 – 54 % 35,8 %

Trombosit 150 – 440 10ˆ3/uL 322 x 10ˆ3/uL

MCH 27 – 31 Pg 26,7 pg

MCHC 32 – 36 g/dL 34,4 g/dL

MCV 80 – 100 fL 77,7 fL 1


IGD Diagnosis

 Dispespsia
 Hipertensi

1
IGD Terapi

• Terapi IGD

o IVFD NaCl 20 tetes /menit

o Ondansentron 3x8mg intravena

o Omeprazole 2x40mg intravena

o Sucralfat syr 3x2cth

o Amlodipin 10mg 1-0-0

1
Follow up Follow Up di Ruangan

1
07 November 2020 (Hari perawatan I)
S O A P
• Nyeri ulu hati • Antropometri: • Dispepsia. Medikamentosa:
(+) TB:160cm; 1. Inf. NaCl 500 mg
• Hipertensi.
• Mual (-) BB:60kg. /8jam.

BMI: 23,4 2. Omeprazole 2x40mg i.v.

• TTV: 3. Ondansetron 3x8mg i.v.


4. Sucralfat syr 3x2cth p.o
TD: 140/80
5. Amlodipine 10 mg p.o
mmHg,
1-0-0.
N: 84x/m.
Non medikamentosa:
R: 13x/m.
6. KIE intervensi
t: 36.9˚ C
nonfarmakologis
• Thoraks: normal.
hipertensi dan dispepsia.
• Abdomen: Nyeri
19
tekan epigastrium
08 November 2020 (Hari perawatan II)
S O A P
• Nyeri ulu hati • TTV: • Dispepsia. Medikamentosa:
(+), berkurang TD: 130/80 1. Lansoprazole 2x30mg
• Hipertensi.
• Mual (-) mmHg, p.o a.c

N: 85x/m. 2. Domperidone 3x20mg

R: 14x/m. p.o a.c.


3. sucralfate 3x 2cth.
t: 36.4˚ C
4. Amlodipine 10 mg p.o
• Thoraks: normal.
1-0-0
• Abdomen: Nyeri
tekan
Non medikamentosa:
epigastrium (+),
5. Rawat jalan.
berkurang.
6. Edukasi untuk kontrol.

20
PEMBAHASAN
Dispepsia

Definisi dispepsia:
Gejala nyeri epigastrium yang dominan, telah terjadi sekurangnya 1 bulan, dapat disertai
gejala saluran cerna atas yang lain seperti mual, muntah, sensasi penuh pada lambung,
ataupun heartburn .*

Kasus:
Nyeri ulu hati hilang timbul sejak ± 2 bulan, mual (+), cepat kenyang (+).

* American College of Gastroenterology (ACG) dan Canadian Associaton of Gastroenterology (CAG)


2017.
2
Dispepsia Epidemiologi

• Secara global: prevalensi dyspepsia: 20,8%.


• Di Indonesia: (survei nasional tahun 2010): keluhan
terbanyak ke-6 dari seluruh keluhan pasien rawat
jalan rumah sakit.

2
Dispepsia Faktor risiko dispepsia

TEORI KASUS
Psikis: kecemasan, depresi Stress pikologis (+)

Perokok Perokok

Pengguna NSAID Makan pedas, asam.

Konsumsi buah rendah

Makan pedas, asam, tinggi lemak

Wanita

2
Dispepsia Klasifikasi

Dispepsia Organik Dispepsia Uninvestigated


Fungsional Dyspepsia
 Penyebab organik (+):

 Kelainan struktural saluran  Penyebab organik tidak  Belum dilakukan


cerna (keganasan, ulkus teridentifikasi setelah pemeriksaan untuk mencari
peptikum); pemeriksaan mendalam penyebab organik.

 Penyakit hepatobilier  Faktor psikologis: brain-gut


axis  hipersensitivitas dinding
 Pankreatitis kronik lambung, hipomotilitas saluran
cerna.
 Penyakit sistemik (DM,
ginjal, tiroid)

 Efek samping obat


2
Dispepsia Pemeriksaan penunjang

1. Endoskopi: ACG dan CAG 2017: Pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas diindikasikan pada
pasien dispepsia usia ≥ 60 tahun atau usia < 60 tahun dengan tanda alarm yang signifikan:

 anemia  odinofagia

 perdarahan saluran cerna  riwayat keganasan saluran


cerna pada keluarga
 muntah terus menerus
 riwayat ulkus peptikum
 penurunan berat badan >10%
tanpa penyebab yang jelas  massa intraabdomen

 disfagia progresif  limfadenopati.

2
Dispepsia Pemeriksaan penunjang

2. Urea breath test:

Pemeriksaan noninvasive yang paling direkomendasikan untuk mendeteksi infeksi H. pylori.

Syarat: pasien harus berhenti mengonsumsi antibiotik selama paling kurang 4 minggu dan PPI selama
paling kurang 14 hari.

3. USG

4. Rontgen abdomen dengan kontras

5. Laboratorium: amilase, lipase pancreas, gula darah, fungsi tiroid

2
Dispepsia Pemeriksaan penunjang

Pedoman pengelolaan dispepsia ACG dan CAG 2017

2
Dispepsia Pemeriksaan penunjang

Catatan untuk indikasi pemeriksaan endoskopi pasien <60 tahun:

Pemeriksaan endoskopi tetap diindikasikan pada pasien <60 tahun dengan:

1. tanda alarm yang signifikan,

2. kombinasi 2 atau lebih tanda alarm,

3. individu lahir dan dibesarkan di Asia Tenggara atau Amerika Selatan dengan risiko
tinggi keganasan gastrointestinal.

2
Dispepsia Pemeriksaan penunjang

Kasus:
Pasien telah diperiksakan:
1. Lab darah lengkap: anemia ringan: 12,3 g/dL
(normal: 13 g/dL)
2. Gula darah sewaktu: 109 mg/dL (normal)

*Anemia pada pasien dipertimbangkan tidak signifikan sebagai indikasi


melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna karena bersifat ringan dan tidak
disertai tanda-tanda perdarahan saluran cerna.
*Pemeriksaan urea breath test tidak dapat dilakukan karena ada kemungkinan
konsumsi PPI terakhir <14 hari.

3
Dispepsia Klasifikasi

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang


lainnya
 Dispepsia pada pasien diklasifikasikan
sebagai: uninvestigated dyspepsia

3
Dispepsia Tatalaksana

Tatalaksana gejala dispepsia tanpa penyebab organik menurut


buku Panduan Praktik Klinis Ilmu Penyakit Dalam yaitu:

1. Tes dan eradikasi H. pylori apabila belum pernah dilakukan sebelumnya


2. Pengaturan diet: hindari makanan asam, pedas, tinggi lemak
3. Pendekatan psikosomatik: psikoterapi suportif dan psikoterapi perilaku
4. Pemberian obat-obatan simtomatik: antasida, antagonis H2, PPI, prokinetik
5. Pemberian anti cemas atau antidepresi yang sesuai bila jelas terdapat ansietas atau
depresi.

3
Dispepsia Tatalaksana

Kasus:
Untuk gejala dispepsia pasien diberikan tatalaksana:
 Farmakologis:  Non farmakologis:

 Perawatan d bangsal: 1. Diet lambung

1. PPI intravena 2. Edukasi menghindari stress


berlebihan
2. ondansetron intravena (antiemetik
sentral) 3. Edukasi menghindari
makanan pedas, asam, dan
 Rawat jalan: berlemak
1. PPI oral,

2. domperidone (prokinetik),

3. sirup sucralfat (mukoprotektor) 3


Hipertensi Definisi

Definisi hipertensi
Hipertensi pada orang dewasa: tekanan darah ≥ 140/90 mmHg saat pengukuran di

klinik atau fasilitas layanan kesehatan.

* Konsensus penatalaksanaan hipertensi 2019 Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI).

3
Hipertensi Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi:

Klasifikasi Tekanan darah   Tekanan darah

sistolik (mmHg) diastolik (mmHg)


Optimal <120 dan <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal-tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi
Derajat 1 140-159 dan/atau 90-99
Derajat 2 160-179 dan/atau 100-109
Derajat 3 ≥ 180 dan/atau ≥ 110
Hipertensi sistolik ≥ 140 dan <90
* PERHI 2019.
terisolasi 3
Hipertensi Definisi & klasifikasi

Kasus
Riwayat hipertensi diketahui sejak ± 6 bulan yang lalu.
Tekanan darah sistolik pernah mencapai 180 mmHg.
Tekanan darah saat di IGD 160/100 mmHg.

 Hipertensi derajat 2

3
Hipertensi Evaluasi pasien

Hal-hal yang perlu dievaluasi pada pasien dengan hipertensi adalah:

1. Faktor risiko kardiovaskular (pola


hidup dan penyakit penyerta)
2. tanda-tanda adanya kerusakan
organ target
3. tanda-tanda adanya etiologi
hipertensi sekunder

3
Hipertensi Evaluasi pasien

1. Faktor risiko penyakit kardiovaskular

Hipertensi

Umur (>55 tahun untuk laki-laki, > 65 tahun untuk perempuan)

Diabetes mellitus

Peningkatan LDL atau kolesterol total. Penurunan HDL.

LFG <60 ml/menit

Riwayat penyakit kardiovaskular prematur pada keluarga (laki-laki usia <55,

perempuan usia <65 tahun)


3
Mikroalbuminuria
Hipertensi Evaluasi pasien

2. Kerusakan organ target


1. Otak
Stroke atau transient ischemic attack
Demensia
2. Mata: Retinopati hipertensif
3. Jantung
Hipertrofi ventrikel kiri
Angina/ riwayat infark miokard
Riwayat revaskularisasi coroner
Gagal jantung
4. Ginjal: Penyakit ginjal kronis
5. Vaskular sistemik: Penyakit aretri perifer
3
Hipertensi Evaluasi pasien

3. Tanda-tanda etiologi hipertensi sekunder

Etiologi Gejala

Feokromositoma Tekanan darah labil, pucat dan pusing

episodik

Obstructive sleep apnea Snoring, hipersomnolen

Penyakit ginjal kronik Edema, fatigue, jarang berkemih

Aldosteronisme Keram otot, lemah tubuh

Hipertiroidisme Palpitasi, intoleransi panas, berat badan turun

Cushing syndrome Obesitas sentral, “moon face”, gampang


4
Hipertensi Evaluasi pasien

Evaluasi dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang

4
Hipertensi Anamnesis

Kasus

 Faktor risiko kardiovaskular:


• Hipertensi:
• Inaktifitas fisik (jarang berolahraga)
• Merokok.

 Etiologi hipertensi sekunder dari anamnesis: (-).

4
Hipertensi Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang disarankan (JNC VII)

Pengukuran tekanan darah secara akurat pada

kedua lengan.

Pemeriksaan fundus optikus.

BMI dan lingkar pinggang.

Auskultasi arteri karotis, abdominal dan femoral.

Pemeriksaan jantung dan paru secara detail.

Abdomen: ginjal, massa, kandung kemih, pulsasi

abnormal aorta abdominalis. 4


Hipertensi Pemeriksaan fisik

Kasus

Tekanan darah: 160/100mmHg

BMI: 23,4 (normal)

Pemeriksaan jantung dan paru: tidak

ditemukan kelainan.

Abdomen: tidak didapatkan adanya


*Pemeriksaan fisik lainnya tidak dilakukan pada pasien
massa.
• Tidak ditemukan faktor risiko kardiovaskular selain hipertensi
• Tidak ditemukan tanda kerusakan organ target
• Tidak ditemukan tanda adanya etiologi hipertensi sekunder
4
Hipertensi Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Glukosa darah puasa

dasar Hitung darah lengkap

Profil lipid

Serum kreatinin dengan eGFR

Serum natrium, kalium, kalsium

Thyroid-stimulating hormone

Urinalisis

*AHA 2017 Elektrokardiogram


4
Hipertensi Pemeriksaan penunjang

Tidak ditemukan temuan yang


Kasus bermakna dari pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan Glukosa darah puasa

dasar  Hitung darah lengkap

Profil lipid

Serum kreatinin dengan eGFR

Serum natrium, kalium, kalsium

Thyroid-stimulating hormone

Urinalisis
4
Hipertensi Evaluasi pasien

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang:

1. Faktor risiko kardiovaskular pada pasien:


 hipertensi
 inaktifitas fisik
 merokok.

2. Tanda-tanda kerusakan organ target (-)

3) Tanda-tanda adanya etiologi hipertensi sekunder (-)

4
Tatalaksana
Hipertensi

Konsensus tatalaksana hipertensi 2019 PERHI.


HMOD: hypertension-mediated organ damage; PJK: penyakit jantung
coroner; PKV: penyakit kardiovaskular; TD: tekanan darah.
4
Hipertensi Tatalaksana

Hipertensi derajat 2:
Tatalaksana nonfarmakologis + obat antihipertensi.

4
Hipertensi Tatalaksana nonfarmakologis

Intervensi Dosis

Pola makan: menggunakan pola makan Pola makan kaya buah, sayuran, kacang-

Dietary Aprroaches to Stop Hypertension kacangan, dan produk dairy rendah lemak.

(DASH). Pengurangan konsumsi lemak tersaturasi

dan lemak total.

Berat badan: menurunkan berat badan Berat badan ideal adalah yang terbaik.

berlebih. Setidaknya penurunan 1kg berat badan

pada pasien dengan overweight. 5


Hipertensi Tatalaksana nonfarmakologis

Intervensi Dosis

Kalium: meningkatkan asupan kalium. 3500-5000 mg/hari (dengan diet DASH),

kecuali terdapat kontraindikasi (gangguan

fungsi ginjal, obat-obatan yang menghambat

ekskresi kalium).

Aktifitas fisik: menambahkan latihan aerobik, 1. Aerobik: 90-150 menit /minggu.

resistensi dinamis, dan resistensi isometrik 2. Resistensi dinamis: 90-150

kedalam rutinitas mingguan. menit/minggu.


5
3. Resistensi isometris: 4 x 2 menit. 3x
Hipertensi Tatalaksana nonfarmakologis

DASH:

5
Hipertensi Tatalaksana nonfarmakologis

5
Hipertensi Tatalaksana nonfarmakologis

5
Hipertensi Tatalaksana

Kasus:

 Pasien diberikan edukasi tentang tatalaksana nonfarmakologis


sebagai bagian dalam penanganan hipertensi.

 Pasien disarankan berhenti merokok.

5
Hipertensi Tatalaksana farmakologis

Konsensus PERHI 2019: Strategi tatalaksana farmakologis pasien hipertensi tanpa komplikasi

*Bila memungkinkan: pil tunggal kombinasi 5


Hipertensi Tatalaksana farmakologis

Dosis obat antihipertensi lini pertama

Kelas Obat Dosis (mg/hari) Frekuensi per hari

Thiazide/ thiazide Hidroklorothiazide 25 - 50 1

type diuretics Indapamide 1,25 - 2,5 1

ACE-i Captopril 12,5 - 150 2 atau 3

Lisinopril 10 - 40 1

Ramipril 2,5 - 10 1 atau 2


*Konsensus PERHI 2019
ARB Candesartan 8 - 32 1 5
Hipertensi Tatalaksana farmakologis

Dosis obat antihipertensi lini pertama

Kelas Obat Dosis (mg/hari) Frekuensi per hari

CCB - dihidropiridin Amlodipin 2,5 - 10 1

Nifedipin OROS 30 - 90 1

CCB - Diltiazem SR 180 - 360 2

nondihidropiridin Diltiazem CD 100 - 200 1

*Konsensus PERHI 2019 Verapamil SR 120 - 480 1 atau 2


5
Hipertensi Tatalaksana farmakologis

Kontraindikasi obat antihipertensi lini pertama

Obat Kontraindikasi

Tidak dianjurkan Relatif

Diuretik (tiazid/tiazide- Gout • Sindrom metabolik

like) • Intoleransi glukosa

• Kehamilan

• Hiperkalsemia

*Konsensus PERHI 2019 • Hipokalsemia


5
Hipertensi Tatalaksana farmakologis

Kontraindikasi obat antihipertensi lini pertama

Obat Kontraindikasi

Tidak dianjurkan Relatif

ACE-i • Kehamilan Perempuan usia subur tanpa

• Hiperkalemia (K >5,5 meq/L) kontrasepsi

• Stenosis arteri renal bilateral

• Riwayat angioedema
*Konsensus PERHI 2019
ARB • Kehamilan Perempuan usia subur tanpa 6
Hipertensi Tatalaksana farmakologis

Kasus
Pasien diberikan satu obat antihipertensi:

• Amlodipine (CCB) 1x10 mg pagi hari.

6
Hipertensi Follow up

 Follow up (PERHI 2019): Kasus:


 Target pengendalian tekanan darah pada Pasien telah diberi edukasi untuk
pasien hipertensi usia 18-65 tahun: memeriksakan diri kembali
TDS ≤130 mmHg tetapi tidak <120 (kontrol) di poliklinik rawat jalan
mmHg dan TDD pada rentang 70-79 setelah keluar dari rumah sakit
mmHg.12

 Tekanan darah turun dalam 1-2 minggu.

 Target tekanan darah terapai dalam 3


bulan
6
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai