Anda di halaman 1dari 31

HIPONATREMIA PADA

DIABETES MELLITUS
2

PENDAHULUAN
“ Hiponatremia adalah keadaan sodium serum
<136 mmol/L. Hiponatremia bukanlah sebuah
penyakit, melainkan sebuah proses patofisiologis
yang mendandakan gangguan homeostasis
cairan.

Hoorn, E. and Zietse, R., 2017. Diagnosis and Treatment of Hyponatremia: Compilation of the
Guidelines. Journal of the American Society of Nephrology, 28(5), pp.1340-1349.
4

20-30%
Pasien rawat inap mengalami hiponatremia

7.7%
Pasien rawat jalan mengalami hiponatremia

Rondon-Berrios, H., Agaba, E. and Tzamaloukas, A., 2014. Hyponatremia: pathophysiology, classification, manifestations and management.  International
Urology and Nephrology, 46(11), pp.2153-2165.
DM Hiponatremia

Gangguan metabolisme vasopresin, interaksi antara insulin dan


vasopresin, efek keduanya pada duktus kolektivus dan reabsorpsi
cairan hipotonik akibat pengosongan lambung yang lebih lambat.

Liamis, G., 2014. Diabetes mellitus and electrolyte disorders. World Journal of Clinical Cases, 2(10), p.488.
6

FISIOLOGI CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT

Tubuh manusia sebagian besar


terdiri dari cairan. Kadar cairan
dan elektrolit sangat tinggi
sesaat setelah kelahiran, dan
menurun seiring usia hingga
dewasa.

Netter, Frank H. ATLAS OF HUMAN ANATOMY 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014.
7

FISIOLOGI CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT

Total cairan tubuh terdiri dari


dua kompartemen, sekitar dua
per tiga total cairan tubuh
berada di dalam sel, disebut
sebagai cairan intraselular; dan
sepertiga sisanya adalah cairan
ekstraseluler.

Vasudevan, D., S, S. and Vaidyanathan, K., 2016. Electrolyte and Water Balance. Textbook of Biochemistry for Medical Students, pp.410-410.
8

FISIOLOGI CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT

• Osmolaritas adalah tekanan osmotik yang dihasilkan oleh jumlah zat


terlarut per satu liter cairan.

• Osmolalitas adalah tekanan osmotik yang dihasilkan jumlah zat terlarut


per satu kilogram cairan pelarut.

Vasudevan, D., S, S. and Vaidyanathan, K., 2016. Electrolyte and Water Balance. Textbook of Biochemistry for Medical Students, pp.410-410.
9

FISIOLOGI CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT


Konsentrasi Elektrolit dalam Cairan Tubuh

Osmolalitas Plasma

Vasudevan, D., S, S. and Vaidyanathan, K., 2016. Electrolyte and Water Balance. Textbook of Biochemistry for Medical Students, pp.410-410.
10

KLASIFIKASI
Konsentrasi Natrium Osmolalitas serum
▸Sedang (125-129 mmol/L) ▸Hipotonik (280 mosm/kg)
▸Berat (<125 mmol/L) ▸Hipertonik (>295 mosm/kg)
Onset ▸Isotonik (280 mosm/kg)
▸Akut (<48 jam)
▸Kronik (>48 jam) Status Volume Cairan Tubuh
Gejala ▸Hipovolemik
▸Simtomatik ▸Euvolemik
▸Asimtomatik ▸Hipervolemik

Hoorn, E. and Zietse, R., 2017. Diagnosis and Treatment of Hyponatremia: Compilation of the Guidelines. Journal of the American Society of Nephrology,
28(5), pp.1340-1349.
11

JENIS HIPONATREMIA

Hiponatremia Isotonik (Pseudohiponatremia)

TGL
▸Serum terdiri dari fraksi akuos dan non-akuos,
natrium berada pada fraksi akuos
▸Hipertrigliseridemia dan hyperproteinemia
miningkatkan kadar fraksi non-akuos, sehingga fraksi
akuos menurun dan memberikan kesan
Na Na hyponatremia
▸Hiponatremia tidak perlu diterapi

Zieg, J., 2017. Pathophysiology of Hyponatremia in Children. Frontiers in Pediatrics, 5.


12

JENIS HIPONATREMIA

Hiponatremia Hipertonik
G
G
▸Pertambahan zat terlarut (glukosa)
G menyebabkan cairan berpindah dari
Na intraseluler menuju ekstraseluler,
menyebabkan pengenceran natrium
Na

Zieg, J., 2017. Pathophysiology of Hyponatremia in Children. Frontiers in Pediatrics, 5.


13

JENIS HIPONATREMIA
Hiponatremia Hipotonik

Hipovolemia Normovolemia Hipervolemia


(gastroenteritis) (SIADH) (Sindrom nefrotik, sirosis,
gagal jantung)
Zieg, J., 2017. Pathophysiology of Hyponatremia in Children. Frontiers in Pediatrics, 5.
14

PATOFISIOLOGI HIPONATREMIA

Zieg, J., 2017. Pathophysiology of Hyponatremia in Children. Frontiers in Pediatrics, 5.


15

GEJALA HIPONATREMIA

• Asimtomatik

• Gejala ringan-sedang: nausea, nyeri kepala, muntah

• Gejala berat: delirium, penurunan kesadaran, kejang,


henti jantung dan napas

Henry, D., 2015. Hyponatremia. Annals of Internal Medicine, 163(3), p.ITC1.


16

DIABETES MELITUS
• Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin.

• Berdasarkan penyebabnya, DM dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu DM tipe-1,


DM tipe-2, DM tipe lain dan diabetes pada kehamilan atau gestasional.

• Pada anak, jenis DM tersering adalah tipe-1, terjadi defisiensi insulin absolut akibat
kerusakan sel kelenjar pankreas oleh proses autoimun.

Abutaleb, M., 2016. Diabetes Mellitus: An Overview. Pharm Pharmacol Int Journal, 4(5), pp.406-411.
17

GEJALA DIABETES MELITUS

• Gejala klasik: Polidipsi, Polifagi, dan Poliuri

• Penurunan berat badan

• Kram anggota tubuh

• Penglihatan kabur

• Konstipasi

• Lemas

Abutaleb, M., 2016. Diabetes Mellitus: An Overview. Pharm Pharmacol Int Journal, 4(5), pp.406-411.
18

PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS TIPE 1

Katsarou, A., Gudbjörnsdottir, S., Rawshani, A., Dabelea, D., Bonifacio, E., Anderson, B. J.,Lernmark, Å. (2017). Type 1 diabetes mellitus. Nature Reviews Disease Primers, 3,
17016. doi:10.1038/nrdp.2017.16 b, M., 2016. Diabetes Mellitus: An Overview. Pharm Pharmacol Int Journal, 4(5), pp.406-411.
19
PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS TIPE 2

DeFronzo, R., Ferrannini, E., Groop, L., Henry, R., Herman, W., Holst, J., Hu, F., Kahn, C., Raz, I., Shulman, G., Simonson, D., Testa, M. and Weiss, R., 2015. Type 2 diabetes
mellitus. Nature Reviews Disease Primers.
DeFronzo, R., Ferrannini, E., Groop, L., Henry, R., Herman, W., Holst, J., Hu, F., Kahn, C., Raz, I., Shulman, G., Simonson, D.,
Testa, M. and Weiss, R., 2015. Type 2 diabetes mellitus. Nature Reviews Disease Primers,
21

KRITERIA DIAGNOSTIK

• Pengukuran glukosa darah dan ada tidaknya gejala

• Gejala polyuria, polydipsia, penurunan berat badan

• Gula darah puasa (GDP) > 126 mg/dL (7.7 mmol/L)

• Gula darah sewaktu (GDS) > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

• Glukosa darah 2 jam setelah tantangan glukosa > 200 mg/dL (11,1 mmol/L)

• HbA1c > 6,5% (48 mmol/L)

Abutaleb, M., 2016. Diabetes Mellitus: An Overview. Pharm Pharmacol Int Journal, 4(5), pp.406-411.
American Diabetes Association tahun
2015

1. Berat badan berlebih (BMI > 85 persentil untuk umur dan jenis kelamin, berat
terhadap tinggi >85 persentil, atau berat >120% dari berat ideal terhadap
tinggi), dengan 2 faktor risiko tambahan untuk diabetes melitus tipe 2.
• Riwayat keluarga dengan diabetes tipe 2.
• Ras atau etnis (amerika, afrika-amerika, latin, asia-amerika, kepulauan pasifik)
• Tanda-tanda resistensi insulin atau keadaan yang berhubungan dengan
resistensi insulin
2. Riwayat diabetes melitus gestasional selama hamil anak tersebut.

UKK Endokrinologi Anak dan Remaja. 2015. Konsensus Nasional Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe-2 pada Anak dan Remaja. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.
23

HUBUNGAN HIPONATREMI DAN DM

• Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang paling sering disertai
gangguan elektrolit

• Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hiponatremi pada diabetes melitus


seperti gangguan fungsi ginjal, sindrom malabsorpsi, gangguan asam-basa, dan
penggunaan obat-obatan

• Penggunaan obat-obatan seperti antidepresan trisiklik, klorpropramid, dan


tolbutamide dapat menimbulkan hiponatremi karena telah terbukti
meningkatkan efek dari vasopresin

Liamis, G., 2014. Diabetes mellitus and electrolyte disorders. World Journal of Clinical Cases, 2(10), p.488.
24

PATOFISIOLOGI HIPONATREMI PADA DM

G
G
• Peningkatan konsentrasi glukosa meningkatkan
tonisitas plasma, menyebabkan pergerakan
G
cairan dari intraselular ke ekstraselular,
Na
sehingga mengencerkan konsentrasi sodium

Na ekstraselular

Palmer, B. and Clegg, D., 2015. Electrolyte and Acid–Base Disturbances in Patients with Diabetes Mellitus. New England Journal of Medicine, 373(6),
pp.548-559.
25

PATOFISIOLOGI HIPONATREMI PADA DM

• Pada pasien diabetes melitus tidak


terkontrol, terjadi diuresis osmotik
yang menyebabkan hipovolemik
hypovolemia

• Pasien dengan diabetic ketoasidosis


memperberat hipovolemia

Palmer, B. and Clegg, D., 2015. Electrolyte and Acid–Base Disturbances in Patients with Diabetes Mellitus. New England Journal of Medicine, 373(6),
pp.548-559.
26
PATOFISIOLOGI HIPONATREMI PADA KETOASIDOSIS
DIABETIK

Thomovsky, E. (2017). Fluid and Electrolyte Therapy in Diabetic Ketoacidosis. Veterinary Clinics of North America: Small Animal Practice, 47(2), 491–503.
doi:10.1016/j.cvsm.2016.09.012
27

TATALAKSANA HIPONATREMI DAN DM

• Pemberian normal saline 0.9% disarankan dalam 15 jam pertama terapi

• Setelahnya, sodium klorida 0.45% dapat diberikan apabila sodium serum


setelah koreksi >145 mmol/L

• Peningkatan kadar sodium serum harus dibatasi hingga 19 mmol/l pada


24 jam pertama dan 8 mmol/l setiap 24 jam setelahnya

Pipeleers, L., Wissing, K. and Hilbrands, R., 2018. Acid-base and electrolyte disturbances in patients with diabetes mellitus.  Acta Clinica Belgica, 74(1),
pp.28-33.
Hoorn, E. and Zietse, R., 2017. Diagnosis and Treatment of Hyponatremia: Compilation of the Guidelines. Journal of the American Society of
Nephrology, 28(5), pp.1340-1349.
29

KESIMPULAN
• Hiponatremia adalah gangguan elektrolit yang paling sering ditemukan dengan
prevalensi 20-30% pada pasien rawat inap dan 7.7% pada pasien rawat jalan

• Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit dengan gangguan elektrolit


tersering

• Faktor-faktor seperti gangguan fungsi ginjal, sindrom malabsorpsi, gangguan


asam-basa dan regimen obat-obatan merupakan faktor yang dapat menyebabkan
hiponatremia
30

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai