Anda di halaman 1dari 18

Sistem Komplemen

NAMA : AULIYA SALSABILA


NPM : 190501005
KELAS : 4A
PENGERTIAN KOMPLMEN
Komplemen merupakan salah satu molekul humoral dari imunitas innate/ non
spesifik, walaupun perannya juga terlibat di imunitas spesifik. Komplemen
membentuk suatu sistem yang disebut sistem komplemen merupakan salah satu
sistem enzim yang diketahui terdapat lebih dari 30 molekul yang terlarut maupun
yang terikat sel (Kindt et al., 2007). Komplemen membentuk suatu sistem protein di
plasma yang mengatifkan suatu reaksi proteolitik yang berantai (cascade) pada
permukaan mikroba (antigen), namun tidak terjadi pada permukaan sel host
(penyimpangan). Komplemen ini akan melapisi permukaan mikroba tersebut dengan
fragmen yang dikenali dan berikatan dengan reseptor fagosit (makrofag). Reaksi
berantai ini juga meghasilkan/ melepaskan peptida-peptida (fragmen) kecil yang
berperan untuk proses inflamasi (Janeway et al., 2001)
LAJUTAN
Saat ini, komplemen merupakan kelompok protein membran maupun plasma yang
memegang peranan pada sistem imun non spesifik maupun spesifik (Atkinson, 2013).
Komponen komplemen sebagian besar diproduksi di hepatosit, walaupun C1q, properdin dan
C7 diproduksi di sel myeloid, dan faktor D diproduksi di sel adiposit (yang dikenal juga
sebagai adipsin) (Sullivan and Grumach, 2014).
LANJUTAN
Komplemen beredar di darah dalam kondisi yang tidak aktif. Ketika dirasa terjadi
ancaman bahan asing oleh sistem imun, komplemen akan aktif dan sistem komplemen
secara keseluruhan akan teraktivasi. Sistem komplemen merupakan serangkaian dan
kumpulan komponen komplemen di dalamnya. Satu persatu komponennya akan
teraktivasi dengan reaksi yang berantai (cascade). Disamping perannya dalam eliminasi
mikroba, komplemen yang teraktivasi juga berperan pada proses yang beragam seperti
maturasi sinaps, cleareance kompleks imun (ikatan antigen-antibodi), angiogenesis,
mobilisasi sel progenitor atau stem cell hematopoietik (HSCP = Hematopoietik Stem Cell
Progenitor), regenerasi jaringan dan metabolism lipid (Ricklin et al., 2010).
Sistem Komplemen dan Komponennya
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa komplemen
membentuk suatu sistem.
Sistem komplemen sebagai satu kesatuan memiliki peran
masing-masing di dalamnya, ada yang berperan sebagai :
EFEKTOR

RESEPTOR

REGULATOR
Sistem komplemen merupakan sistem
enzimatis, dan menyebabkan aktivasinya
berantai. Dikatakan sebagai sistem
enzimatis karena salah satu komponen
komplemen yang aktif akan berperan
sebagai enzim, dan memecah komplemen
lain sebagai substrat sehingga
menghasilkan produk berupa fragmen
peptida kecil
Pemecahan Komplemen menjadi Fragmen
kecil dan Besar
Komplemen Efektor
Efektor secara umum dapat
diartikan sebagai molekul yang
mengatur aktivitas biologikal dan
dapat berperan sebagai sinyal dari
suatu reaksi berantai. Komplemen
sebagai efektor juga memiliki
peran yang sama, diantaranya
sebagai sinyal agar reaksi aktivasi
komplemen dapat berjalan
berurutan (cascade). Sebagian Komplemen sebagai efektor
besar komponen komplemen
berperan sebagai efektor, baik
komplemen yang berperan sebagai
Komplemen Reseptor
Komunikasi antara sel dan molekul
disekelilingnya diperankan oleh banyak
perantara, salah satunya adalah reseptor.
Komponen komplemen yang aktif dan
menjalankan fungsinya juga memerlukan
reseptor untuk berikatan dengan sel yang
membantu menjalankan fungsinya, contoh
: komplemen C3b yang salah satu
fungsinya sebagai opsonin (membantu Komplemen sebagai Reseptor
fagositosis) memerlukan bantuan sel
fagosit (contoh : makrofag) untuk
menjalankan fungsinya. Komunikasi
Komplemen Regulator

Komplemen merupakan suatu sistem yang berantai, yang


aktivasinya terjadi terus menerus selama sistem imun
mengenali adanya bahan asing (antigen) di dalam tubuh
host. Akhir dari aktivasi komplemen melalui jalurnya
masing-masing akan mencetuskan terjadinya pelisisan
membran pathogen (lihat sub bab D. Aktivasi). Aktivasi
sistem komplemen yang terus menerus ini perlu di atur oleh
komponen komplemen yang berperan sebagai regulator/
pengatur. Jika suatu individu tidak memiliki atau defisiensi
dari komplemen regulator, maka dapat menimbulkan suatu
kondisi patologis, seperti penyakit autoimun. Sebagai
contoh C1 INH sebagai komplemen yang berperan dalam
Aktivasi komplemen

Komplemen ada dalam keadaan inaktif,


untuk menjadi aktif harus ada yang
mengaktifkan.
Aktivasi komplemen melalui 3 jalur

JALUR JALUR LEKTIN


JALUR KLASIK
ALTERNATIF
Jalur Klasik
Jalur Klasik berlanjut dengan
Aktivasi komplemen jalur klasik
menempelnya C1 (C1q) dengan bagian
umumnya diawali dnegan pembentukan
Fc dari imunoglobulin (setelah antibodi
kompleks antigen-antibodi soluble/
berikatan dengan antigen). Beberapa
terlarut, atau ikatan antara antibodi
bakteri dari genus Mycoplasma, RNA
terhadap antigen pada target tertentu,
virus, dan komponen lipid A dari
seperti sel bakteri (Ag). Pembentukan
endotoksin bakteri dapat mengaktifkan
ikatan Ag-Ab menginduksi perubahan
C1q dan memicu full cascade
konformasi dari Fc (Fragmen
komplemen. Molekul endogen seperti
crystallizable) immunoglobulin (biasanya
kristal asam urat, deposit amyloid, DNA,
IgM dan IgG) yang selanjutnya memapar
ataupun komponen dari sel yang telah
komponen komplemen C1, yaitu C1q
rusak (apoptosis) juga dapat
(Kindt et al., 2007)
mengaktifkan C1q. C1q disintesis di
retina, dan otak (Johnston, 2011).
Jalur Alternatif
Jalur Alternatif dari sistem komplemen ini merupakan jalur pintas atau
shortcut. Dikatakan jalur Alternatif atau jalur pintas karena
menghasilkan C5b produk yang sama dari yang dihasilkan oleh jalur
Klasik. Jalur ini dicetuskan oleh semua bahan-bahan yang dianggap
asing oleh host (contoh : baik bakteri gram positif maupun gram
negatif).
Fungsi Komplemen
Aktivitas utama dari sistem komplemen adalah untuk mengubah membran
dan mengikat antigen melalui pengikatan kovalen dari fragmennya yang
sedang aktif (Atkinson, 2013). Komplemen juga memiliki fungsi sentral
pada inflamasi menyebabkan kemotaksis pada fagosit, aktivasi sel mast
dan fagosit, opsonisasi dan lisis sel pathogen, juga sebagai clearance
kompleks imun (Male et al., 2006) Setelah aktivasi awal, berbagai
komponen komplemen berinteraksi melalui reaksi berantai yang diatur
sedemikian rupa, untuk menjalankan fungsi utamanya, yaitu :

1. Lisis sel, bakteri atau virus.


2. Opsonisasi, yang mendukung fagositosis antigen tertentu.
3. Berikatan dengan reseptor komplemen spesifik pada sel dari sistem imun,
memicu fungsi sel spesifik, inflamasi, mensekresi molekul immunoregulatory.
4. Clearence kompleks imun, yaitu menyingkirkan kompleks imun dari sirkulasi
dan lalu mengendapkannya pada limpa atau hepar (Kindt et al. et al. 2007)
Aktivitas Biologis Komplemen
Defisiensi Komplemen

Komponen komplemen dapat mengalami defisiensi terkait kelainan


genetik. Defisiensi homozigot pada komponen jalur klasik seperti C1q,
C1r, C1s, C2 dan C4 menunjukkan gejala yang ditandai dengan
peningkatan penyakit yang berhubungan dengan kompleks imun seperti
Sistemik Lupus Eritematosus, glumerolunefritis, dan vaskulitis.
Defisiensi tersebut menegaskan pentingnya reaksi pada awal sistem
komplemen yaitu pada pembentukan C3b, dan peran penting C3b pada
solubilisasi dan clearance kompleks imun. Lebih lanjut, pada penyakit
kompleks imun, individu dengan defisiensi komplemen tersebut lebih
rentan mengalami infeksi pyogenik (bakteri yang menghasilkan pus)
yang berulang, seperti Streptococci dan Staphylococci (Kindt, 2012).
Defisiensi Komplemen secara Genetik
Defisiensi bawaaan/ congenital dari komponen jalur Klasik dan
jalur Lektin juga faktor D dan Properdin dari jalur Alternatif dapat
dilihat pada Tabel 4. Semua komponen dari jalur Klasik dan
Alternatif kecuali defisiensi Properdin diturunkan secara Autosomal
recessive co-dominant. Masing-masing orangtua akan membawa
satu gen yang mengkode sintesis dari setengah level/ konsentrasi
komponen pada serum darah keturunannya. Sedangkan defisiensi
Properdin diturunkan secara x-Linked.
Thanks

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icon by Flaticon, and infographics & images from Freepik

Anda mungkin juga menyukai