Anda di halaman 1dari 56

MANAJEMEN

FISIOTERAPI
PNEUMONIA
1. Ginarti (C041171706)
2. Jusmaniar (C041171711)
3. Nurul Hidayah (C13116007)
4. Fani Yuanita Pratiwi (C13116005)
5. Islamiyah Dikayanti (C13116007)
6. Nur Wahyuni (C13116314)
7. Maulia Eka Putri Mustapah (C13116506)
8. Muammar Irsyad Kadir (C13116518)

KELOMPOK 5
2
3 DEFINISI

Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan
oleh agent infeksi.

Pneumonia sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri ,virus,
jamur, parasit).
4 ANATOMI FISIOLOGI

Paru-paru merupakan organ yang elastic, berbentuk kerucut, dan letaknya berada di dalam
rongga dada atau thorax. Kedua paru-paru saling terpisah oleh mediastinum sentral yang
berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar. Setiap paru-paru mempunyai apeks
(bagian atas paru-paru) dan basis.
5
6 PNEUMONIA
7 EPIDEMIOLOGI

Penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan


yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek
umum berhubungan dengan infeksi saluran napas yang terjadi di
masyarakat.
Di seluruh dunia setiap tahun di perkirakan terjadi lebih 2 juta kematian
balita karena pneumonia. Di Indonesia menurut survei kesehatan rumah
tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5 per 1000 balita per
tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan kematian lebih dari
100.000 balita setiap tahun atau hampir 300 balita setiap hari atau 1 balita
setiap 5 menit.
8 ETIOLOGI

Patogen tersering adalah Kelompok bakteri


1. Faktor cuaca
2. Polusi udara
3. Malnutrisi
4. Influensa
5. Obstruksi benda asing
6. Tumor

Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme ,yaitu


7. Bakteri
8. virus,
9. jamur
10. protozoa.
P
9 A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I
10 TAHAP - TAHAP PNEUMONIA

▹ Konsolidasi
▹ Red Hepatization
▹ Abu-abu Hepatization
▹ Resolusi
11 Klasifikasi
TingkatKeparahan

Klinikal

Ringan Sedang Be
red Pneumonia Hospital Acquired Pneumonia
12 Klasifikasi pneumonia

▹ Klasifikasi mikrobiologi
▹ Klasifikasi klinis
▹ Klasifikasi berdasarkan letak infeksi
13 Klasifikasi mikrobiologi
▹ Daftar mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia
14 Klasifikasi klinis

▹ Pneumonia komunitas
Terjadi akibat infeksi di luar RS
▹ Pneumonia nosokomonal
Terjadi akibat infeksi > 48 jam di RS
▹ Pneumonia rekurens
terjadi berulang kali, berdasarkan penyakit paru kronik
▹ Pneumonia alkoholik
Alkoholik, Usia tua
▹ Pneumonia pd gangguan imun
pada pasien transplantasi, onkologi, AIDS
15 Klasifikasi berdasarkan letak infeksi

▹ Pneumonia tipikal adalah infeksi paru-paru pada kantung


udara (alveoli), yaitu cairan (infiltrat) berkumpul di dalam
alveoli dan mengganggu pertukaran oksigen.
▹ Pneumonia atipikal adalah infeksi paru-paru yang
menyebabkan radang pada jaringan di sekitar alveoli
dengan akibat lebih lanjut adalah mengempisnya alveoli,
berkurangnya suplai darah ke alveoli, dan mengganggu
proses pertukaran udara
GEJALA KLINIS
16 PNEUMONIA

1. Demam dan Menggigil akibat proses


peradangan
2. Batuk yang sering produktif dan
purulen
3. Sputum berwarna merah karat atau
kehijauan dengan bau khas
4. Rasa lelah akibat reaksi peradangan
dan hipoksia apabila infeksinya
serius
MANIFESTASI
17 KLINIK
 Batuk.
 Napas pendek.
 Berkeringat.
 Menggigil.
 Nyeri dada ketika bernapas.
 Sakit kepala.
 Nyeri otot.
 Tubuh terasa lelah.
18 PROGNOSIS
With the discovery of many potent antibiotics, most cases of pneumonia
can be successfully treated. In fact, pneumonia can usually be treated with
oral antibiotics without the need for hospitalization.

Menurut Mansjoer Arif (2000 : 467), komplikasi dari pneumonia adalah :


▸ Efusi pleura
▸ Empiema
▸ Abses paru
▸ Pneumothoraks
▸ Gagal Napas
▸ Sepsis
MANAJEMEN FT
PADA
PNEUMONIA

19
20 IDENTITAS
Nama : MR. B
Umur : 58 TH
Alamat : Daya
Pekerjaan : tukang parkir
Hobi : merokok dan minum

Vital sign:
1. Tekanan darah : 100/60 mmHg (<normal)
2. Denyut nadi : 59kali/menit (bradikardi)
3. Pernafasan : 23 kali/menit (takipnue)
4. Suhu badan : 39°C (diatas normal)
CHIEF OF
21 COMPLAIN

Batuk dan dada sesak


HISTORY
22 TAKING
Riwayat merokok
merokok setiap hari
Riwayat pekerjaan
pernah bekerja di pertambangan
Riwayat chest pain
nyeri tertusuk saat menarik napas (Inspirasi)
Riwayat operasi
blm pernah operasi
Riwayat alergi
tidak ada alergi
HISTORY
23 TAKING
Riwayat sosial
Tinggal di sekitar pabrik
Riwayat keluarga
tdk ada keluarga yg pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya
Riwayat respirasi
sering mengalami sesak nafas
Riwayat sesak nafas
sesak nafas saat beraktivitas dan berkurang saat duduk
Riwayat batuk
batuk + sputum
24 inspeksi
No. Inspeksi statis Inspeksi dinamis

1. Kifosis Berjalan bolak-balik sampai merasa lelah

2. Fishlip

3. Inflamasi (mata merah)

4. Wajah lesu

5. Badan kurus, pucat

6. Sianosis sentral

7. Barrel chest
25 Palpasi
Assimetric palpasi Hasil Interpretasi

PHM Pengembangan Pengembangan thorax dextra terbatas


thorax sinistra >
dextra
BHM Pengembangan Pengembangan thorax dextra terbatas
thorax sinistra >
dextra
Piston Pengembangan Diafragma baik
perut baik
Accessory Muscle Terbatas Spasme

Fremitus Paru kanan lebih Terjadi penumpukan sputum di pulmo


thrill dextra
26 PFGD
Regio Aktif Pasif

Cervical

Fleksi Terbatas Soft

Ekstensi Terbatas Hard

Rotasi dextra Terbatas Soft

Rotasi sinistra Terbatas Soft

Lateral fleksi dextra Terbatas Soft

Lateral fleksi sinistra Terbatas Soft


27 Restrictive

• ADL : Self care


• Pekerjaan
Tidak bisa banyak beraktivitas sbg tukang parkir
akibat spasme accesory muscle dan adanya sesak
napas kadang-kadang karena kecapaian dan debu
Tissue
28 Impairment
Tissue impairment Hasil

Psychogenik Gangguan kecemasan

Musculotendinogen Spasme accessory muscle

Osteoarthrogen -

Neurogen -
29 Spesific Tes
Spesifik tes Hasil Interpretasi

Auskultasi Bunyi pekak Ronchi pada kanan

Perkusi Dull/datar kiri dibanding Tdk ada udara di bagian


kanan medial intercostal 5 kanan

Fremitus Kiri lebih thrill dari kanan Asimetris


30 AUSKULTASI

Auskultasi adalah
suatu teknik pemeriksaaan
dengan mendengar bunyi
nafas menggunakan
stateskop untuk evaluasi
paru-paru.
Bunyi nafas normal
dan abnormal terjadi akibat
gerakan udara pada dinding
airway (jalan nafas) selama
inspirasi dan
ekspirasi(sistem respirasi)
PROSEDUR
31 AUSKULTASI

• Posisi pasien duduk comfortable dan rileksasi lalu memakai


stateskop, dan tempatkan stateskop langsung diatas kulit anterior
dan posterior dinding dada pasien.
• Stateskop digerakkan dengan pola simetris (S) pada dinding dada
anterior dan posterior lalu posisi lateral dinding dada setinggi T 2,T6,T10

• Anjurkan pasien inspirasi dalam melalui hidung lalu ekspirasi melalui


mulut beberapa kali dan bersamaan dengan itu terapis menggerakkan
statskop pada tiap titik pada dinding dada anterior dan posterior
• Evaluasi: catat kualitas dan intensitas bunyi akhir pernafasab apakah
normal atau abnormal.
32 PERKUSI

Caranya: langsung mengetuk dada atau iga - cara klasik Auenbrugger)


atau indirek: ketukan pada jari kiri yang bertindak sebagai plessimeter
oleh jari kanan

Di bagian depan mulai di fossa supraclav. Terus ke bawah, demikian juga


pada bagian belakang dada. Ketukan perkusi dapat keras atau lemah.
Makin keras makin dalam suara dapat „tertembus‟. Misalnya untuk batas
paru bawah yang jaringan parunya mulai menipis, dengan perkusi keras
maka akan terkesan jaringan di bawahnya sedangkan dengan perkusi
lemah maka masih terdeteksi paru yang tipis ini sehingga masih
terdengar suara sonor
33
34 FREMITUS
Vocal (tactile) fremitus adalah getaran lembut yang dapat dipalpasi oleh
therapist di atas dinding chest saat pasien berbcara. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk memeriksa kualitas jaringan di bawahnya.
Teknik :
Letakkan kedua telapak tangan dengan lembut diatas dinding chest lalu
anjurkan pasien mengucapakan beberapa kata atau 99 (ninety nine) beberapa
kali bersamaan keduan telapak tangan digeser dari upper lobus sampai lower
lobus paru-paru.
Interpretasi
a) Normalnya, fremitus akan terasa lembut yang sama pada dinding dada
akibat adanya getaran suara saat pasien berbicara,
b) Fremitus yang meningkat tanda adanya sekresi di airway dan fremitus
yang menurun atau absent (hilang) tanda udara terlambat akibat
obstruksi airway.
35
36 EKSPANSI THORAKS

Menggunakan meteran
Pengembangan chest dapat juga diukur dengan meteran
pada 3 tempat yaitu:
a) Upper lobus : axilla
b) Middle lobus : processus xipoid
c) Lower lobus : subcostal
Dilakukan dengan meletakkan meteran secara melingkar
antara axilla, processus xipoid dan subcosta, dengan ujung
berada pada pertengahan dada. Dimulai saat pasien full
expirasi lalu deep inspirasi, catat hasil penambahan
pengembangan chest.
37 EKSPANSI THORAX

Ekspansi thorax Ins Eks Selisih Interpretasi

Upper thorax 80,5 78,6 1,9 Hipoekspansi

Middle thorax 78,5 76,2 2,3 Hipoekspansi

Lower thorax 75,5 72,5 3 Hipoekspansi


38 Spesific Tes
Tes Hamilton
Hasil : 10
Interpretasi: depresi tingkat ringan

Borg scale
Hasil: 3
Interpretasi: cukup agak berat

Kenny self care


hasil: 2
Interpretasi: perlu bantuan sedang
39 HRS-A
40
41
42
43
44 SKALA BORG
Nilai Interpretasi
0 Tidak ada masalah
0,5 Sangat-sangat ringan
1 Sangat ringan
2 Ringan
3 Sedang
4 Agak Berat
5-6 Berat
7-8 Sangat berat
9 Sangat-sangat berat
10 Maksimal
45 Spesifik tes foto X-ray dan Lab

Sebuah sinar-X dada menunjukkan area wedge-bentuk


yang sangat menonjol dari konsolidasi wilayah udara di
paru-paru kanan karakteristik pneumonia bakteri.

Pemeriksaan laboraturium:
Analisis gas darah: hipoksemia dan hikarbia
LED menigkat
Jumlah leukosit >10.000/ul
46 Gambaran radiologi
TUJUAN
47 FISIOTERAPI
Mengontrol infeksi
Memelihara atau memperbaiki ventilasi
Membersihkan dan mobilisasi sekresi bila
konsolidasi dan nyeri dada menurun dan
batuk menjadi produktif
Expansi maksimal paru-paru
Memperbaiki toleransi latihan
48 DIAGNOSIS

Gangguan fungsional bernafas akibat pneumonia


49 PROBLEM
Problem Primer Problem Sekunder Problem Kompleks

Ada sputum Cemas ADL

Spasme Otot Acesosy Pekerjaan

Takipnue

Dyspnue

Postur Tubuh

Postur Dada
50 INTERVENSI
No. Problem Program Dosis
1. Kecemasan Komunikasi F:setiap kali intervensi
terapeutik I:kondisikan
T: wawancara
T: 3-5 menit
2. Sesak napas & Breathing Exercise F: 3X1
napas I:3x
cepat(Dyspnue,ta T:deep
kipnue) T: 3 menit
3. Spasme Stretching F: 3x1
I: 8 hit, 3x rep
T: Stretching
T:
4. Peningkatan Postural Drainage & F: 3x1
sputum Clupping I: 3 rep
T: post-anter (dextra)
T: 5 menit
51 INTERVENSI
No. Problem Program Dosis

5. Postur tubuh Exercise therapy F: 3x1


I: 8xhit, 3x rep
T: Bugnet
T: 5-10 menit
6. Gangguan ADL ADL exercise F: 3 x 1
I : 20 meter
T: jalan biasa
T: 5 menit
52 Postural Drainage
53 EVALUASI
No. Problem Parameter Intervensi

Sebelum Sesudah

1. Kecemasan HRS-A 18 2

2.

3.

4.

5. Spasme Asworth 1+ 1

7.
54 Home Program

Ajarkan cara batuk yang baik


Ajarkan beraktivitas dengan posisi
rileks
55 Dokumentasi
Data-data tentang riwayat medis klien, hasil-hasil pemeriksaan klinis, program
intervensi fisioterapi yang telah dilaksanakan pada klien dan catatan penting
tentang hasil perkembangan terapi, dapat dilihat dan tercantum pada kartu
kontrol pemeriksaan kesehatan klien.

Modifikasi
Dalam modifikasi, fisioterapis melakukan modifikasi pada program intervensinya
apabila tidak terdapat peningkatan kondisi yang baik pada pasien dengan melihat
hasil evaluasi
Kemitraan
Dalam memberikan intervensi klien tersebut, fisioterapis dapat bermitra dengan
dokter spesialis saraf,, perawat, psikolog, dan pekerja sosial medis lainnya
56

THANK
S! questions?
Any

Anda mungkin juga menyukai