Anda di halaman 1dari 49

Corporate Governance:

GCG di Dunia, Asia,


dan Indonesia
Dosen Pengampu: Dr. Hj. Rahma Yuliani, SE, M.Si, Ak
Kelompok 3:
1. Ahmad Mufti (1810313210002)
2. Aldila Tiana (1810313220062)
3. Dhea Wahyu Fitriyana (1810313120062)
4. Hapsah (1810313120020)
5. Rasid Rusadi (1810313110014)
6. Sisky Andani Putri (1810313320044)
7. Siti Alviawati (1810313220018)
Good Corporate
Governance di Dunia
Pemicu Timbulnya GCG di
1 Dunia 3 Perkembangan GCG di Dunia

Contoh Penerapan GCG di


2 Reaksi Dunia Internasional 4 Dunia
Istilah Corporate Governance ditemukan pertama kali pada tahun
1984 pada tulisan Robert I. Tricker dalam bukunya Corporate Governance
– Practices, Procedures, and Power in British Companies and Their Board of
Directors, UK, Gower. GCG (Good Corporate Governance) merupakan alat
bagi perusahaan untuk menjaga kerahasiaan perusahaan melalui fungsi
kontrol atas operasional perusahaan itu sendiri. Pemahaman terhadap
prinsip Corporate Governance telah dijadikan acuan oleh negara-negara
di dunia termasuk Indonesia.
1 Pemicu Timbulnya GCG di Dunia
• Pada awal dekade 2000-an dunia dikejutkan oleh tumbangnya
perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka di berbagai negara
industri maju termasuk Amerika Serikat, Inggris, Italia, Australia,
Singapura, dan Hongkong.
• Regulator pemerintah tiap negara dan pakar manajemen
memberikan kesimpulan bahwa penyebab utama tumbangnya
perusahaan perusahaan besar tersebut adalah karena lemahnya
penerapan prinsip-prinsip good corporate governance mereka.
• Kelemahan tersebut memberikan peluang dewan pengurus dan
manajemen perusahaan yang memiliki moral dan etika bisnis
yang buruk mengelola perusahaan demi kepentingan pribadi atau
golongan mereka, bukan demi kepentingan perusahaan.
Kelemahan corporate governance tersebut antara lain ditandai oleh
berbagai macam hal, di antaranya yaitu:
1 Renggangnya hubungan antara para pemegang saham dengan manajemen
perusahaan.
2 Lemahnya peranan dewan pengurus dalam mengarahkan dan mengendalikan
kebijaksanaan dan pengelolaan harta, utang, dan operasi bisnis perusahaan.
3 Semakin bebasnya manajemen perusahaan mengelola dan mengambil
keputusankeputusan penting yang bersangkutan dengan kelangsungan hidup
perusahaan.
4 Tidak transparan, akurat, dan tepat waktunya penyampaian laporan
perkembangan bisnis dan laporan keuangan oleh manajemen perusahaan
kepada para pemegang saham dan kreditur.
5 Dalam banyak kasus auditor yang mengaudit laporan keuangan perusahaan
tidak bekerja di bawah pengawasan langsung dari komite audit.
2 Reaksi Dunia Internasional
• Kejatuhan perusahaan raksasa multinasional pada awal tahun
2000-an menyadarkan masyarakat bisnis dan pemerintah bahwa
corporate governance di negara mereka perlu di reformasi.
• Dua negara yang paling serius menangani imbas skandal
perusahaan-perusahaan publik di dunia itu adalah Inggris dan
Amerika Serikat, karena pasar modal merupakan motor
perkembangan ekonomi mereka.
• Pemerintah mengeluarkan Modernizing Company Law.
• The Financial Service Authority (FSA) menerbitkan pedoman
Reaksi
tentang penyusunan laporan keuangan perusahaan publik.
pemerintahan
kerajaan Inggris
Membentuk komite-komite corporate governance.

• Memuat ketentuan tentang perlindungan hak dan kepentingan


pemegang saham dan karyawan perusahaan publik;
Pemerintah • Menentukan anggota dewan pengurus wajib menguasai dasar-
Reaksi dasar ilmu manajemen keuangan.
membuat
Amerika Sarbanes
Serikat Oxley Act Perusahaan diwajibkan: mengungkapkan laporan keuangan secara
transparan, menggunakan auditor independen, dan menerapkan
standar auditing dari US Public Accounting Oversight Board (PCAOB).

Pemerintah menerbitkan pedoman GCG bagi perusahaan


publik serta memperbaharui undang-undang tentang
perusahaan.
Reaksi Australia
Pemerintah menyusun Corporate Law Economic Reform Program
(CLERP).
3 Perkembangan GCG di Dunia
Corporate governance sudah bukan merupakan pilihan lagi bagi
pelaku bisnis, tetapi sudah merupakan suatu keharusan dan kebutuhan
vital serta sudah merupakan tuntutan masyarakat. Setiap tindakan
memerlukan pertanggungjawaban yang baik. Penerapan GCG didukung
oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD)
dengan penerbitan prinsip prinsip GCG yang bertujuan untuk membantu
negara-negara baik negara anggota OECD maupun bukan anggota OECD
untuk menerapkan GCG di negaranya terutama untuk dapat
menyediakan pedoman dan saran-saran bagi bursa saham, investor,
perusahaan, dan pihak-pihak lain yang memiliki peranan dalam proses
pengembangan GCG.
4 Contoh Penerapan GCG di Dunia
PT Medco Energi Tbk (PT ME)
PT Medco Energi Tbk (PT ME) merupakan sebuah perusahaan energi terpadu yang memiliki
kegiatan usaha dibidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, jasa pemboran, produksi
methanol, produksi LPG, dan pembangkit tenaga listrik. Tahun 2006, PT ME memiliki 2.373
karyawan di 21 wilayah kerja minyak dan gas yang tersebar di seluruh Indonesia hingga Oman,
Libya, dan Amerika Serikat.
PT ME didirikan pada tahun 1980 dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta pada
tahun 1994. PT ME memiliki komitmen yang tinggi dalam penerapan good corporate governance.
Investor menyambut baik apa yang dilakukan perusahaan, dan harga saham perusahaan pada
tahun 2005 terus meningkat, dan mencapai puncaknya pada harga Rp4.100, yang merupakan
harga tertinggi sejak tahun 2002.
Untuk menunjang strategi perusahaan meningkatkan standar implementasi GCG, PT ME
menetapkan penerapan GCG sebagai salah satu indikator pokok kinerja. PT ME juga menjunjung
tinggi penerapan kode etik dan prinsip good corporate governance sebagai nilai dan budaya yang
melekat di karyawan. Sebagai bagian dari upayanya meningkatkan penerapan GCG tersebut, PT
ME membentuk beberapa komite sebagai penunjang kerja Dewan Komisaris.
Good Corporate
Governance di Asia
1 Pedoman GCG di Malaysia 4 Pedoman GCG di Philipina

Corporate Governance Watch


2 Pedoman GCG di Singapura 5 2020

3 Pedoman GCG di Thailand 6 Contoh Penerapan GCG di Asia


Good Corporate Governance menjadi penting untuk Asia dalam beberapa
tahun terakhir dengan sebagian besar pasar telah memperkenalkan peraturan
yang komprehensif. Regulator perusahaan dan investor memiliki peran penting
dalam GCG. Corporate Governance yang baik membutuhkan regulasi yang
memadai kerangka kerja dan penegakan yang efektif. Meskipun yurisdiksi Asia di
beberapa tahun terakhir telah secara substansial mengubah peraturan dan
perusahaan mereka tata kelola dan praktik yang baik, ini berbeda di antara
yurisdiksi, khususnya di bidang transaksi pihak terkait, pengungkapan Beneficial
Ownership dan kewajiban fidusia direksi.
Menurut OECD (2014) kerangka hukum corporate governance di sebagian
besar yurisdiksi adalah dibagi menjadi tiga pilar yang terdiri dari (a) hukum
perusahaan, (b) peraturan sekuritas, dan (c) peraturan yang mengatur tentang
penerbitan dan perdagangan sekuitas dan surat utang perusahaan tercatat, dan
tata kelola perusahaan kode yang mengadopsi pendekatan 'patuhi atau jelaskan'
untuk menawarkan beberapa fleksibilitas.
Ketiga pilar tata kelola perusahaan tercantum pada tabel berikut ini:

Sumber: OECD (2014)


Penegakan
Penegakan adalah aspek yang paling menantang dari peran regulator karena sering
terjadi di lingkungan yang kerusakannya sudah dilakukan dan kredibilitas regulator
dipengaruhi oleh persepsi bahwa itu lambat dalam mendeteksi dan mencegah pelanggaran.
Pasar modal beroperasi dalam kerangka hukum, tetapi harus ada pengawasan yang
memadai untuk memastikan kepatuhan. Penegakan adalah sebuah perpanjangan
pengawasan, dengan tujuan menghukum ketidakpatuhan. Tiga elemen ini – hukum,
pengawasan dan penegakan – dari pasar sekuritas saling bergantung. Oleh karena itu, pasar
modal dengan suara hukum tidak efektif jika pengawasan dan penegakan tidak memadai.
Pengawasan yang memadai dapat mencegah masalah dari meletus menjadi pelanggaran
yang membutuhkan penegakan. Bagian dari pengawasan, pengawasan aktif oleh regulator
melalui pemantauan dini, penilaian reguler dan keterlibatan dengan perusahaan yang
terdaftar memungkinkan otoritas pengatur untuk memantau perusahaan untuk
kemungkinan pelanggaran, membuat keputusan yang diinformasikan tentang aspek tata
kelola perusahaan dan menentukan apakah ada kebutuhan untuk memperkenalkan
langkah-langkah regulasi lebih lanjut.
Pengawasan dan penegakan adalah aspek yang berbeda dari spektrum yang sama:
tujuan dari pengawasan adalah deteksi dini atau pencegahan pelanggaran, sedangkan
tujuan penegakannya adalah untuk menghukum pelanggaran yang telah terjadi, ditambah
dengan bertujuan untuk mencegah pelanggaran di masa depan oleh pelaku dan pihak lain.
Di yurisdiksi Asia, berbagai lembaga sering berbagi penegakan dari tata kelola
perusahaan. Beberapa lembaga ini memiliki kekuatan untuk menjatuhkan sanksi perdata
dan pidana, sedangkan pihak lain memiliki kekuasaan hanya untuk memberlakukan salah
satu jenis sanksi tetapi tidak keduanya. Bursa saham karena regulator garis depan, sebagian
besar, telah diberi kekuatan untuk memaksakan sanksi perdata mulai dari surat peringatan,
teguran pribadi atau publik, denda, suspensi atau penghapusan daftar di antara bursa
saham, sedangkan pasar modal regulator hukum, biasanya Komisi Sekuritas dan Bursa atau
setara, dapat berusaha untuk memaksakan upaya hukum pidana melalui pengadilan
proses.
Hubungan antara berbagai otoritas penegakan (Komisi Sekuritas dan Bursa atau yang
setara, Bursa Exchange, Biro Administrasi Perusahaan, Bank Sentral dan polisi) adalah
penting unsur penegakan hukum pasar modal yang efektif. Tumpang tindih yurisdiksi antara
otoritas ini menimbulkan tantangan. Tabel berikut menggambarkan otoritas pengawasan
dan penegakan hukum di yurisdiksi yang berpartisipasi.
Hubungan antara berbagai otoritas penegakan (Komisi Sekuritas dan Bursa atau yang setara, Bursa
Exchange, Biro Administrasi Perusahaan, Bank Sentral dan polisi) adalah penting unsur penegakan
hukum pasar modal yang efektif. Tumpang tindih yurisdiksi antara otoritas ini menimbulkan
tantangan. Tabel berikut menggambarkan otoritas pengawasan dan penegakan hukum di yurisdiksi
yang berpartisipasi.

Sumber: OECD (2014)


1 Pedoman GCG di Malaysia
Pedoman Good Corporate Governance (The Malaysian Code on Corporate Governance)
diterbitkan oleh Bursa Efek Malaysia pada tahun 2007 dan merupakan revisi atas pedoman yang
diterbitkan sebelumnya. Kewajiban untuk melaksanakan pedoman ini diatur dalam peraturan
tentang pencatatan efek di bursa efek tersebut.

1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance


Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bagi perusahaan bersifat comply and
explain. Dengan demikian tidak ada sanksi apabila perusahaan tidak menerapkan seluruh aspek
dalam Pedoman tersebut. Bagi perusahaan yang tercatat di bursa efek Malaysia, prinsip-prinsip
Good Corporate Governance dan praktik-praktik terbaik yang telah diterapkan perusahaan wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan. Perusahaan juga wajib mengidentifikasi prinsip dan
praktik terbaik yang tidak dilaksanakan disertaialasan atas ketidakpatuhan tersebut. Apabila
perusahaan mengadopsi praktek tatakelola negara lain, hal ini juga harus diungkapkan.
Berdasarkan peraturan dari Securities Comission of Malaysia (SCM) yaitu Securities
Commission Act 1993 pada chapter 6 tentang “Inspection and Inquiry” bahwa perusahaan harus
selalu siap baik dengan adanya pemberitahuan ataupun dengan tidak adanya pemberitahuan
terlebih dahulu bahwa perusahaan dapat dilakukan pemeriksaaan dan penyidikan. Salah satu
contoh kasus penegakan yang dilakukan oleh Securities Comission of Malaysia (SCM) adalah
adanya tersangka yang ikut serta dalam memanipulasi saham dari Fountain View Development
Bhd. Di Malaysia didirikan Badan Pencegah Rasuah (BPR), yang bertugas untuk mencegah
terjadinya korupsi di perusahaan sektor swasta maupun publik.

2. Sanksi atas ketidakpatuhan terhadap Pedoman Good Corporate Governance


Penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply (mematuhi) and explains
(menjelaskan), sehingga tidak terdapat sanksi dalam hal perusahaan tidak menerapkan seluruh
aspek dalam Pedoman Good Corporate Governance. Namun, terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan pelaksanaan dari Pedoman tersebut dalam laporan tahunan. Dengan demikian
bagi perusahaan yang tercatat atau akan mencatatkan sahamnya di bursa tidak mengungkapkan
dalam laporan tahunannya terkait dengan penerapan tata kelola, Bursa Malaysia dapat
mengambil tindakan terhadap perusahaan atau direksi sebagaimana tercantum dalam
Persyaratan Listing di Bursa Malaysia.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Pedoman Good Corporate Governance terdiri dari tiga bagian yaitu:
Bagian 1:
Memuat prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang luas yang berlaku di Malaysia.
Tujuan dari prinsip-prinsip ini adalah untuk memungkinkan fleksibilitas perusahaan dalam
menerapkan prinsip-prinsip sesuai dengan keadaan masingmasing perusahaan.

Bagian 2:
Menetapkan praktik-praktik terbaik dalam tata kelola perusahaan. Mengidentifikasi
seperangkat pedoman atau praktek yang dimaksudkan untuk membantu perusahaan dalam
merancang pendekatan mereka terhadap tata kelola perusahaan yang baik bagi perusahaannya.

Bagian 3:
Dorongan atau himbauan bagi pihak-pihak selain tersebut di atas yang bersifat sukarela.
Hal ini tidak ditujukan kepada perusahaan yang terdaftar tetapi untuk investor dan auditor untuk
meningkatkan peran mereka dalam tata kelola perusahaan.
Adapun ruang lingkup dari Pedoman Good Corporate Governance tersebut adalah:

1 The Board Structure, Duties and Effectiveness (Struktur Dewan, Tugas dan
Efektivitas).
2 The Audit Committee and its Challenges (Komite Audit Tantangannya).
3 Assessing the Risk and Control Environment (Menilai risiko dan lingkungan
pengendalian).
4 Effective Oversight of Financial Reporting (Pengawasan yang efektif terhadap laporan
keuangan).
5 Internal and External Audit: “Eyes And Ears” of Audit Committee (Internal dan
Eksternal Audit: “Mata dan Telinga” dari Komite Audit).

6 Conflict of Interest and Related Party Transactions (Benturan Kepentingan dan


Transaksi Pihak Terkait).

7 Nominating Committee (Komite Nominasi).

8 Remuneration Committee (Komite Remunerasi).


2 Pedoman GCG di Singapura
1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance bersifat comply and explain.
Selanjutnya, berdasarkan ketentuan pencatatan efek di Bursa efek Singapore
mengharuskan perusahaan tercatat untuk mengungkapkan praktik tata kelola mereka
dalam laporan tahunan dengan referensi khusus kepada prinsip-prinsip yang terdapat
dalam Pedoman.
Perusahaan juga wajib mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan
pelaksanaannya dari Pedoman tersebut. Perusahaan juga didorong untuk melakukan
konfirmasi positif tentang pemenuhan prinsip-prinsip tata kelola dan mengungkapkan
setiap ketidak patuhan terhadap prinsip-prinsip tersebut dalam laporan tahunan
perusahaan.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya bersifat
voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak menerapkannya.
Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci alasan untuk tidak
menerapkannya.

3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance


Ruang lingkup tata kelola perusahaan:
a) Board Matters
b) Remuneration Matters
c) Accountability and Audit
d) Communication with Shareholders
e) Disclosure of Corporate Governance Arrangements
3 Pedoman GCG di Thailand
1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Thailand bersifat Comply
or Explain . Oleh karena itu, Stock Exchange of Thailand (SET) mengharapkan perusahaan
untuk mengikuti Pedoman Good Corporate Governance tersebut. Selain itu, perusahaan
dapat mengadaptasi prinsipprinsip Good Corporate Governance sesuai kebutuhan
fungsional tiap perusahaan. Bagi perusahaan yang memilih untuk tidak mematuhi prinsip
Good Corporate Governance, diharuskan menjelaskan secara rinci alasan untuk tidak
menerapkannya.

2. Sanksi atas ketidakpatuhan


Penerapan Pedoman Good Corporate Governance oleh perusahaan hanya bersifat
voluntary. Oleh karena itu, tidak ada sanksi bagi perusahaan yang tidak menerapkannya.
Akan tetapi, perusahaan harus menjelaskan dengan rinci alasan untuk tidak
menerapkannya.
3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip dan praktek-praktek terbaik Good Corporate Governance Perusahaan
tercatat yang direkomendasikan oleh SET (Stock Exchange of Thailand) mencakup 5 kategori
yaitu:
a) Hak Pemegang Saham (Rights of Shareholders)
b) Perlakuan Adil kepada Pemegang Saham (Equitable Treatment of Shareholders)
c) Peran Pemangku Kepentingan (Role of Stakeholders)
d) Keterbukaan dan Transparansi (Disclosure and Transparency)
e) Tanggung Jawab Dewan Direksi (Responsibilities of the Board
4 Pedoman GCG di Philipina
Sesuai dengan kebijakan negara untuk secara aktif mempromosikan reformasi tata kelola
perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan investor, mengembangkan pasar
modal dan membantu mencapai pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan untuk sektor
korporasi dan ekonomi, Securities Commission, melalui Resolusi No.135, Seri 4 April 2002,
menyetujui berlakunya dan pelaksanaan Pedoman Good Corporate Governance ini. Pedoman ini
berlaku untuk perusahaan efek yang tercatat atau terdaftar, perusahaan penerima izin/lisensi
dan perusahaan publik. Pedoman Good Corporate Governance ini juga berlaku untuk cabang atau
anak perusahaan dari perusahaan asing yang beroperasi di Philipina yang terdaftar.

1. Metode penerapan Pedoman Good Corporate Governance


Penerapan Pedoman Good Corporate Governance di Philipina merupakan suatu kewajiban.
Penegakan hukum atas pelaksanaan Pedoman Good Corporate Governance tersebut dilakukan
oleh Securities and Exchange Commission dan dapat dikenakan sanksi. Bursa Efek Philipina
mewajibkan perusahaan tercatat untuk melaporkan secara periodic mengenai kepatuhan
terhadap manual tata kelola termasuk hal-hal yang belum dapat dipenuhi wajib diungkapkan
lengkap dengan alasannya.
2. Sanksi atas ketidakpatuhan
Kegagalan untuk mengadopsi manual tata kelola perusahaan seperti yang ditentukan
untuk perusahaan, setelah pemberitahuan waktu dan alasan jatuh tempo dikenakan denda
sebesar P100,000.00.

3. Ruang lingkup Pedoman Good Corporate Governance


Ruang lingkup tata kelola perusahaan:
a) The Board Governance (Tata Kelola Dewan)
b) Supply Information (Pemberi Informasi)
c) Accountability and Audit (Pertanggungjawaban dan Audit)
d) Stockholders’ Rights and Protection of Minority Stockholders’ Interests (Hak Pemegang
Saham dan Perlindungan terhadap Kepentingan Pemegang Saham Minoritas)
e) Evaluation Systems (Sistem Evaluasi)
f) Disclosure and Transparency (Pengungkapan dan Transparansi)
g) Commitment to Corporate Governance (Komitmen terhadap Tata Kelola Perusahaan)
5 Corporate Governance Watch 2020
Terdapat juga survei mengenai corporate governance di asia yang dilakukan oleh
Asian Corporate Governance Association (ACGA) dan dituangkan dalam 12th Report by
Corporate Governance Watch (2020), dapat dilihat pertumbuhan corporate governance
terbaik di pegang oleh Australia dengan score 74.7, namun jika hanya asia saja di
pegang oleh Hong Kong dengan score 63.5 diikuti oleh Singapore, Taiwan, Malaysia,
Japan, India, Thailand, Korea, China, Philippines, sedangkan Indonesia berada  pada
urutan terendah dengan score 33.6.
Faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah regulasi dan
investor yang masih berada di titik paling rendah di antara negara-negara lain yang
sedang tumbuh di Asia.
Sumber: Asian Corporate Governance Association (2020)
6 Contoh Penerapan GCG di Asia
Contoh penerapan GCG di Singapura:
• Standar laporan keuangan, Singapore Financial Reporting Standards (SFRS), sudah mengikuti
standar internasional IFRS, sehingga baik standar dan praktik laporan keuangan sudah baik
jika dibandingkan dengan standar internasional.
• Perusahaan wajib mengungkapkan praktik tata kelola dengan referensi khusus serta
mengungkapkan dan menjelaskan setiap perbedaan pelaksanaan dalam laporan tahunan
perusahaan sehingga standar dan praktik laporan non keuangan sudah baik.
• Perusahaan-perusahaan di Singapura sudah mempraktikkan pelaporan laporan tahunan
yang telah diaudit dalam waktu 60 hari, meski tidak ada peraturan terkait hal ini.
• Pada kode tata kelola perusahaan yang baik, perusahaan dalam praktiknya mengungkap
kepemilikan saham bagi pihak-pihak yang memiliki saham 5% dan ke atas di laporan tahunan
mereka. Hal ini juga tidak diatur dalam peraturan-peraturan.
• Hukum efek di Singapura: Jika ada transaksi dari pihak dalam yang dilakukan maka perlu
adanya pengungkapan transaksi dalam 3 hari kerja atau setelah terjadinya transaksi. Jika
tidak, maka transaksi akan ditahan atau dibatalkan.
• Berdasarkan Singapore Exchange (SGX) setiap adanya transaksi material yang dilakukan oleh
perusahaan maka perlu diumumkan kepada publik dan Singapore Exchange (SGX) sendiri,
sesuai standar internasional.
• Di Singapura tidak diperkenankan untuk menuntut pihak yang melakukan kecurangan dalam
perusahaan, tetapi GCG masih bersifat sukarela sehingga tidak ada tuntutan hukum tentang
tata kelola perusahaan.
• Singapura juga memiliki kode nasional sendiri tentang tata kelola perusahaan, yaitu The
Singapore Code of Good Corporate Governance yang dikelola oleh SGX dan MAS (Monetary
Authority of Singapore) pada tahun 2005. Kode ini belum bersifat wajib, tetapi emiten perlu
mengungkapkan praktik GCG dan penjelasan penyimpangan kode dalam laporan tahunan.
• Dalam kode di Singapura disebutkan bahwa perlu adanya komisaris independen yang
sekurang-kurangnya berjumlah sepertiga dari jumlah anggota dewan.
• Dalam The Singapore Code of Good Corporate Governance pengungkapan remunerasi haruslah
jelas tentang kebijakan, tingkat, dan komponen remunerasi; dan prosedur untuk pengaturan
remunerasi dalam laporan tahunan perusahaan yang harus dilaporkan kepada pemegang
saham setiap tahun; baik tentang remunerasi anggota dewan yang produktif (untuk 5 top
eksekutif), rincian remunerasi karyawan yang memiliki hubungan dengan direksi atau
komisaris dan rincian skema saham karyawan yang memungkinkan pemegang saham dapat
menilai manfaat dan potensial yang diperlukan perusahaan.
• Berdasarkan kode tata kelola perusahaan di Singapura menyatakan bahwa masing-masing
perusahaan perlu memiliki komite audit dan perlu dipastikan telah memenuhi persyaratan
yang diperlukan untuk memenuhi tanggung jawab dan memiliki keahlian atau pengalaman di
bidang akuntansi atau keuangan.
• Dari peraturan serta kode tata kelola perusahaan dan praktik yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan perbankan Singapura, tidak ada hak khusus bagi pemegang saham
minoritas untuk mencalonkan kandidat direktur independen.
• Singapura mengikuti Monetary Authority of Singapore (MAS) Act 10 dimana jika karyawan
melakukan fraud atau tindakan kriminal yang merugikan perusahaan maka bukan hanya
terkena sanksi tetapi juga dapat dicabut dari posisinya. Hal ini akan dirapatkan pada RUPS
dengan sebelumnya memberikan pemberitahuan kepada SGX dalam waktu kurun dari 21
hari sebelum rapat.
Good Corporate
Governance di Indonesia
1 Tahap-tahap Penerapan GCG 5 GCG di Lingkungan Perbankan

2 Penerapan GCG di Indonesia 6 Peran BAPEPAM

Kendala-Kendala Implementasi Contoh Penerapan GCG di


3 GCG di Indonesia 7 Indonesia

Tantangan dan Kesempatan Bagi


4 Perusahaan Publik di Indonesia
Pemahaman bahwa “kompetisi global bukan
kompetisi antarnegara, melainkan antarkorporat di
negara-negara tersebut” membuka wawasan bahwa
korporat kita belum dikelola secara benar atau belum
menjalankan governansi.
Survey dari Booz-Allen di Asia Timur pada tahun 1998
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki indeks corporate
governance paling rendah dengan skor 2,88 jauh di bawah
Singapura (8,93), Malaysia (7,72) dan Thailand (4,89).
Rendahnya kualitas GCG korporasi-korporasi di Indonesia
ditengarai menjadi kejatuhan perusahaan-perusahaan
tersebut.
1 Tahap-tahap Penerapan GCG
Dalam pelaksanaan penerapan GCG di perusahaan adalah penting bagi perusahaan untuk
melakukan pentahapan yang cermat berdasarkan analisis atas situasi dan kondisi perusahaan,
dan tingkat kesiapannya, sehingga penerapan GCG dapat berjalan lancar dan mendapat
dukungan dari seluruh unsur di dalam perusahaan. Beberapa tahapan dalam menerapkan GCG
yaitu:
Tahap Persiapan
Terdiri atas tiga langkah utama yaitu: Tahap Implementasi
• Sosialisasi
• Awareness Building • Implementasi
• GCG Assessment • Internalisasi
• GCG Manual Building
Tahap Evaluasi
• Menetapkan visi, misi, rencana strategis, tujuan perusahaan, serta sistem operasional
pencapaiannya secara jelas;
• Mengembangkan suatu struktur yang menjaga keseimbangan peran dan fungsi organ
perusahaan (check and balance);
• Membangun sistem informasi;
• Membangun sistem audit yang handal, yang tak terbatas pada kepatuhan terhadap
peraturan dan prosedur operasi standar, tetapi juga mencakup pengendalian risiko
perusahaan;
• Membangun sistem yang melindungi hak-hak pemegang saham secara adil dan setara
diantara pemegang saham;
• Membangun sistem pengembangan SDM, termasuk pengukuran kinerjanya.
2 Penerapan GCG di Indonesia
Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menunjukkan beberapa faktor
yang memberi kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan
yang tinggi; kedua, tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris, ketiga; inefisiensi dan
rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan;
keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan eksternal; dan kelima, ketidak
memadainya pengawasan oleh para kreditor.
Tantangan terkini yang dihadapi masih belum dipahaminya secara luas prinsip-prinsip dan
praktek good corporate governance oleh kumunitas bisnis dan publik pada umumnya (Daniri,
2005). Akhirnya komunitas internasional masih menempatkan Indonesia pada urutan bawah
rating implementasi GCG sebagaimana dilakukan oleh Standard & Poor, CLSA, Pricewaterhouse
Coopers, Moody`s Morgan, and Calper`s.
Pada tahun 2000 investor bersedia membayar premium 27%, sedang di tahun 2002 hanya
bersedia membayar 25% saja. Hal ini menunjukkan persepsi investor terhadap resiko tidak
dijalankannya GCG, menjadi lebih baik. Laporan tentang GCG oleh ACGA (2020), menempatkan
Indonesia di urutan terbawah dengan total skor 33.6.
Faktor-faktor penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah investor dan regulasi
yang masih berada di titik paling rendah di antara Negara-negara lain yang sedang
tumbuh di Asia. Fakta ini menunjukkan bahwa implementasi GCG di Indonesia
membutuhkan evaluasi dan pendekatan yang komprehensif dan penegakan regulasi
yang lebih nyata.

Sumber: ACGA (2020)


• Terdapat tiga arah agenda penerapan GCG di Indonesia (BP BUMN, 1999) yakni, menetapkan
kebijakan nasional, menyempurnaan kerangka nasional, dan membangun inisiatif sektor
swasta.
• Dalam hal regulatory framework, untuk mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan korporasi dan program reformasi hukum, pada umumnya terdapat beberapa
capaian yang terkait dengan implementasi GCG seperti diberlakukannya undang-undang
tentang Bank Indonesia di tahun 1998, undang-undang anti korupsi tahun 1999, dan undang-
undang BUMN, serta privatisasi BUMN tahun 2003.
• Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemangku kepentingan turut berpartisipasi.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang diawal tahun 2005 di ubah menjadi
Komite Nasional Kebijkan Governance telah menerbitkan pedoman GCG pada bulan Maret
2001.
• Pedoman tersebut kemudian disusul dengan penerbitan Pedoman GCG Perbankan
Indonesia, Pedoman untuk komite audit, dan pedoman untuk komisaris independen di tahun
2004. Publikasi tersebut dipandang perlu sebagai acuan dalam mengimplementasikan GCG.
• Pemerintah melakukan upaya-upaya khusus dengan komunitas bisnis dalam
mensosialisasikan dan mengimplementasikan GCG. Dua sektor yang menjadi perhatian yakni
BUMN dan Pasar Modal. Aspek baru dalam implementasi GCG di lingkungan BUMN adalah
kewajban untuk memiliki statement of corporate intent (SCI).
SCI pada dasarnya adalah komitmen perusahaan terhadap pemegang saham dalam
bentuk suatu kontrak yang menekankan pada strategi dan upaya manajemen dan
didukung dengan dewan komisaris dalam mengelola perusahaan. Terkait dengan SCI,
direksi diwajibkan untuk menanda tangani appointment agreements (AA) yang merupakan
komitmen direksi untuk memenuhi fungsi-fungsi dan kewajiban yang diembannya.
Indikator kinerja direksi terlihat dalam bentuk reward and punishment system dengan
meratifikasi undang-undang BUMN. Pasar modal juga perlu menerapkan prinsipprinsip
GCG untuk perusahaan publik. Ini ditunjukkan melalui berbagai regulasi yang dikeluarkan
oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ), yang menyatakan bahwa seluruh perusahaan tercatat wajib
melaksanakan GCG.
Implementasi GCG dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan kepentingan
investor, terutam para pemegang saham di perusahaanperusahaan terbuka. Di samping
itu, implementasi GCG akan mendorong tumbuhnya mekanisme check and balance di
lingkungan manajemen khususnya dalam member perhatian kepada kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya, serta untuk menjamin transparansi
dan akuntabilitas dalam transaksi bisnis antar perusahaan dalam satu grup yang
berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.
Diperkenalkannya komisaris independen, komite audit, dan sekretaris perusahaan
juga menjadi fokus regulasi BEJ. Independensi komisaris dimaksudkan untuk memastikan
bahwa komisaris independen tidak memiliki afiliasi dengan pemegang saham, dengan
direksi dan dengan komisaris; tidak menjabat direksi di perusahaan lain yang terafiliasi;
dan memahami berbagai regulasi pasar modal. Sedangkan terkait dengan kewajiban untuk
memiliki direktur independen, dalam sistem two tier yang kita anut, justru akan lebih efektif
bilamana bursa mewajibkan perusahaan untuk memiliki komite nominasi dan remunerasi.
Tujuan pedoman tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas disclosure
perusahaan-perusahaan publik. Pedoman ini merupakan hasil kolaborasi antara BEJ, IAI,
AEI, dan Bapepam. Perkembangan terbaru di pasar modal adalah batas waktu penyerahan
laporan tahunan yakni 90 hari sejak tutup buku, lebih pendek dari regulasi sebelumnya
yakni 120 hari. Regulasi ini merupakan indikasi kekonsistenan penegakan GCG oleh
BAPEPAM.
3 Kendala-Kendala Implementasi GCG di Indonesia
Menurut Dwiridotjahjono (2009) berbagai kendala yang dihadapi dalam penerapan GCG di
Indonesia antara lain:
1. Kendala Hukum (penegakan hukum dan praktik pengadilan (judiciary) masih lemah.)
2. Kendala Budaya (telah membudayanya anggapan bahwa tindakan penyelewengan
(fraud) maupun transaksi dengan orang dalam (insider transactions) hanyalah merupakan hal
biasa dan lumrah dilakukan.)
3. Kendala Politik (masih kaburnya arti negara pada perusahaan BUMN; serta pemisahan
antara kepentingan bisnis dan kepentingan pemerintah maupun lembaga negara yang lain.
Selain itu peranan lembaga (pengatur) pasar modal dianggap masih belum cukup kuat
dalam menutupi kelemahan yang ada di pengadilan.)
4. Kendala Lingkungan Bisnis (perusahaan-perusahaan – termasuk perseroan – yang
dimiliki oleh keluarga (family-owned).)
5. Kendala Lainnya (Bank-Bank di Indonesia sebagai fungsi monitoring aktivitas perusahaan
kebanyakan tidak berjalan secara efektif.)
4 Tantangan dan Kesempatan Bagi Perusahaan
Publik di Indonesia

Tantangan terbesar dan unik bagi perusahaan-perusahaan publik dalam penerapan


good corporate governance mungkin bukan lagi kekurangan legal references, melainkan
tantangan untuk mengubah kultur perusahaan yang umunya sudah mengakar melalui
kepemimpinan yang lugas, kompeten dan memiliki integritas tinggi. Jangankan berpikir
dan bertindak ke arah stakeholder concept karena pada saat ini untuk menerapkan agency
theory saja sudah sangat sulit (Tjager et al., 2003).
Dari berbagai kesempatan tatap muka yang dilakukan oleh Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI) dengan kalangan korporasi baik BUMN maupun
perusahaan-perusahaan swasta, sebagaian besar responden menegaskan bahwa
kepemimpinan bersifat krusial dan merupakan faktor penting dalam penerapan good
corporate governance, dan tidak satupun yang mengingkari hal tersebut. Mereka percaya
bahwa tanpa kepemimpinan yang memadai, tidak akan ada penerapan good corporate
governance yang efektif di suatu perusahaan.
Penerapan good corporate governance bisa dilihat sebagai tantangan sebab
membutuhkan semua hal yang harus diperbaiki (legal, ekonomi, politik, budaya,
dan sebagainya) dalam waktu bersamaan, yang bila dikaji dalam konteks kondisi
Indonesia pasca krisis dan waktu yang sangat mendesak tentu menimbulkan
beban berat atau mungkin frustasi karena terlampau berat untuk dilalui. Tetapi
bila dilihat sebagai kesempatan, dimana pada saat ini good corporate governance
bukan saja dirasakan sebagai pressure di Indonesia tetapi juga di semua belahan
dunia, maka bila perusahaan di Indonesia dapat lebih cepat dan tepat bertindak
dari pesaing-pesaing mereka (terlepas masih banyaknya kekurangan-kekurangan
secara makro) maka mereka dapat mempertahankan keberadaan dan
meningkatkan kinerja serta menjaga sustainability usaha yang berkualitas di
Indonesia.
5 GCG di Lingkungan Perbankan
Dalam undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, secara umum telah diatur ketentuan
yang terkait dengan GCG baik yang termasuk governance structure, governance process, maupun
governance outcome. Governance structure terdiri atas (LAN dan BPKP,2000): pertama, uji kelayakan dan
kepatutan, (fit and proper test), yang mengatur perlunya peningkatan kompetensi dan integritas
manajemen perbankan melalui uji kelayakan dan kepatutan terhadap pemilik, pemegang saham
pengendali, dewan komisaris, direksi, dan pejabat eksekutif bank dalam aktivitas pengelolaan bank.
Kedua, independensi manajemen bank, di mana para anggota dewan komisaris dan direksi tidak
boleh memiliki hubungan kekerabatan atau memiliki hubungan financial dengan dewan komisaris dan
direksi atau menjadi pemegang saham pengendali di perusahaan lain.
Ketiga, ketentuan bagi direktur kepatutan dan peningkatan fungsi audit bank publik. Dalam standar
penerapan fungsi internal audit bank publik, bank diwajibkan untuk menunjuk direktur kepatuhan yang
bertanggung jawab atas kepatuhan bank terhadap regulasi yang ada.
Mengenai governance outcome, Bank Indonesia juga telah mengeluarkan beberapa peraturan,
antara lain transparansi mengenai kondisi keuangan bank dan peningkatan peran auditor eksternal.
Bank diwajibkan untuk mengungkapkan non performing loan (NPL), pemegang saham pengendali dan
afiliasinya, praktik manajemen resiko dalam pelaporan keuangan.
6 Peran BAPEPAM
BAPEPAM secara langsung maupun tidak langsung telah mendorong
implementasi prinsip-prinsip GCG di Indonesia, dengan menerbitkan peraturan
dan kebijakan yang terkait dengan GCG. Peraturan-peraturan tersebut antara
lain menyangkut keputusan BAPEPAM mengenai prinsip transparansi yang
mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi kepada publik,
disclosure mengenai beberapa aspek yang terkait dengan pemegang saham,
transaksi material, dan perubahan dalam aktivitas bisnis inti, keputusan
mengenai merger dan akuisisi perusahaan publik, serta ketentuan tentang
pengungkapan mengenai apakah suatu perusahaan tengah dalam proses
peradilan kepailitan.
7 Contoh Penerapan GCG di Indonesia
PT ANTAM (Persero) Tbk
Semenjak menjadi perusahaan publik di Indonesia pada tahun 1997 dan mencatatkan
saham di Australia pada tahun 1999, tata kelola perusahaan (GCG) telah menjadi salah satu
elemen penting bagi Antam di dalam mempertahankan keberlanjutan pertumbuhan dan juga
menjadi perusahaan pertambangan internasional. Lebih jauh, sebagai salah satu BUMN terbesar
dan berpengaruh, Antam memiliki komitmen untuk terlibat dalam pertumbuhan Indonesia
dengan berkontribusi secara signifikan terhadap perekonomian Indonesia dan menjadi contoh
bagi perusahaan lain, terutama BUMN lain, dalam hal implementasi GCG.
Dewan Komisaris, komite-komite di tingkat Dewan Komisaris, Direksi, dan manajemen
senior terus meningkatkan kapabilitas dalam proses pengawasan dan pengelolaan perusahaan,
sesuai tugas dan tanggungjawab masing-masing. Semua pihak juga berupaya untuk
memperkuat hubungan kerja yang harmonis serta kerjasama diantara organ-organ tata kelola,
manajemen dan staf untuk mempertahankan dan meningkatkan praktik GCG di Antam secara
berkelanjutan. Untuk mendukung fungsi pengawasan, Dewan Komisaris telah membentuk 5
Komite di tingkat Dewan Komisaris yakni Komita Audit, Komite Nominasi, Remunerasi dan
Pengembangan SDM (NRPSDM), Komite Manajemen Risiko, Komite GCG dan Komite CSR dan
Pasca Tambang.
Kesimpulan
Di era persaingan global ini, dimana batas-batas negara
tidak lagi menjadi penghalang untuk berkompetisi, hanya
perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance
(GCG) yang mampu memenangkan persaingan. GCG
merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun
kondisi perusahaan yang tangguh dan sustainable. Ia
diperlukan untuk menciptakan sistem dan struktur
perusahaan yang kuat sehingga mampu menjadi
perusahaan kelas dunia.
Terima
kasih!
Ad
a
pe
rtan
y aan
?
Referensi:
● Asian Corporate Governance Association. (2020). CG Watch 2020 Future Promise Aligning governance and
ESG in Asia. In Asian Corporate Governance Association.
● Dwiridotjahjono, J. (2009). Penerapan Good Corporate Governance : Manfaat Dan Tantangan Serta
Kesempatan Bagi Perusahaan Publik Di Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis Unpar, 5(2), 101–112.
https://doi.org/10.26593/jab.v5i2.2108.
● Pembahasan Penerapan Good Corporate Governance di Beberapa negara ASEAN. (n.d.).
https://core.ac.uk/download/pdf/11520142.pdf
● Nuristianti, E. W. dkk. (2018). No Title. Academia.Edu.
https://www.academia.edu/36295089/Makalah_Good_Corporate_Governance
● OECD (2014), Public Enforcement and Corporate Governance in Asia: Guidance and Good Practices, OECD
Publishing.
● Prabowo, M. S. (2018). Good Corporate Governance (Gcg) Dalam Prespektif Islam. Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum QISTIE, 11(2), 257–270. https://doi.org/10.31942/jqi.v11i2.2592
● Widianti, L. A. dkk. (2016). Good Corporate Governance. In Good Corporate Governance Di Dunia, Asia dan
Indonesia.
● Wulandari, E. R. (n.d.). GOOD CORPORATE GOVERNANCE Konsep, Prinsip dan Praktik. Lembaga Komisaris dan
Direktur Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai