DI SEKOLAH INKLUSI
DAN SLB
PERBEDAAN SEKOLAH INKLUSI DAN
SLB
Komunikasi yang mudah dan lancar ABK memiliki kesempatan untuk beraktivitas (yang
mungkin dapat diikutinya) dan berpartisipasi sehingga dapat
menunjukkan kemampuannya di lingkungan anak normal
Guru dengan latar belakang pendidikan Membutuhkan pegangan diri yaitu dengan belajar secara
luar biasa kompetitif, eksistensi ABK akan teruji dalam persaingan
secara sehat dengan anak pada umumnya.
Sarana dan prasarana yang sesuai. Anak yang berkelainan akan belajar menerima dirinya
sebagaimana adanya dan juga tidak menjadi asing lagi di
lingkungannya
Dapat mengembangakan bakat ,minta dan Memberi kesan pada orang tua dan masyarakat bahwa ABK
kemampuan secara optimal pun mampu seperti anak pada umumnya 6
KEKURANGAN PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN DI SEKOLAH INKLUSI DAN SLB
SLB INKLUSI
Siswa hanya mengenal lingkungan yang Masih kurangnya aksesibilitas dan sarana yang memadai bagi siswa
sama dengan kondisinya, kurang meluas berkebutuhan khusus seperti tuna netra dan tuna daksa dalam mendapatkan
dalam interaksi dan bermasyarakat aksesibilitas di sekolah
Terkadang karena kekurangan guru, Masih banyak sekolah inklusi yang membutuhkan guru pendamping khusus
dalam satu kelas masih ada bermacam- yang lulusan pendidikan luar biasa namun realitasnya banyak diisi dengan
macam kemampuan sehingga siswa lulusan di luar pendidikan luar biasa
harus beradaptasi dengan semuanya
Kurangnya pemantauan pemerintah Masih banyak sekolah inklusi yang hanya sekedar menerima siswa
dalam mengevaluasi hasil pembelajaran berkebutuhan khusus tanpa memberikan fasilitas sarana, prasarana dan
di sekolahan mengakomodasi pembelajaran
Sosialisasi terbatas Masih belum akuratnya dalam adanya standarisasi dalam pengelolaan dan
pembukaan pendidikan khusus di sekolah reguler
Bebas persaingan antar siswa Seringnya terjadi ketumpang tindihan anatar guru, GPK dan orang tua
siswa, disamping orang tua terkadang memiliki harapan besar yang kurang
7
sesuai, atau guru yang belum memahami kondisi siswa
PERBEDAAN SEKOLAH SLB DENGAN
INDIKATOR SEKOLAH INKLUSI
INKLUSI SEKOLAH LUAR BIASA
Siswa ATBK dan ABK ABK
Pengajar Guru dan guru pendamping khusus Guru SLB
Kurikulum Kurikulum reguler Kurikulum pendidikan khusus
Kurikulum reguler dengan modifikasi
Kurikulum Program Pembelajaran
Individual
Sistem Sistem pendidikan reguler Segregasi
pendidikan
Tujuan Berkembangnya kemandirian dan Agar anak mampu berkembang secara
kepercayaan diri anak optimal dan mandiri
Anak mampu berinteraksi secara aktif
dengan anak tanpa berkebutuhaan khusus
Anak dapat menerima adanya perbedaan
Add an image
PERBEDAAN PENDIDIKAN
SEGREGASI (SLB), INTEGRASI
(TERPADU), DAN INKLUSI
SEGREGASI (SLB)
12
DIMENSI SEGREGASI INTEGRASI INKLUSI
(SLB) (TERPADU)
Partisipasi dalam KBM Belum ada partisipasi Partisipasi penuh belum Partisipasi penuh sudah
dalam KBM. Kalaupun terjadi atau bahkan tidak mulai terbentuk dan
ada, hanya sebatas pada ada. merupakan faktor kunci
kelompok tertentu saja. dalam keberhasilan
pelaksanaan pendidikan
inklusi
13
DIMENSI SEGREGASI INTEGRASI INKLUSI
(SLB) (TERPADU)
Sistem Pendidikan Pendidikan untuk anak Pendidikan untuk anak Ada di dalam sistem
berkebutuhan khusus berkebutuhan khusus sekolah umum, dimana
terpisah dari sekolah menjadi bagian dari pelaksanaan pendidikan,
umum. sekolah umum. pengelolaan kelas dapat
menjamin peningkatan
pendidikan dan akses
untuk semua anak,
termasuk anak
berkebutuhan khusus.
DIMENSI SEGREGASI INTEGRASI INKLUSI
(SLB) (TERPADU)
Tanggung jawab Tanggung jawab ada pada Tanggung jawab Guru wali kelas, guru
masing-masing unit tergantung relasi dan bidang studi serta guru
penyelenggara kepedulian masing- pembimbing khusus
pendidikan. masing guru. bertanggung jawab penuh
pada kelangsungan proses
belajar anak
berkebutuhan khusus.
Add an image
KURIKULUM PENDIDIKAN
INKLUSI
MODEL KURIKULUM BAGI ABK
Dalam pembelajaran inklusif, model kurikulum bagi ABK dapat dikelompokan
menjadi empat, yakni:
1) Duplikasi Kurikulum
Yakni ABK menggunakan kurikulum yang tingkat kesulitannya sama dengan
siswa rata-rata atau regular. Model kurikulum ini cocok untuk peserta didik
tunanetra, tunarungu wicara, tunadaksa, dan tunalaras. Alasannya peserta didik
tersebut tidak mengalami hambatan intelegensi. Namun demikian perlu memodifikasi
proses, yakni peserta didik tunanetra menggunkan huruf Braille, dan tunarungu
wicara menggunakan bahasa isyarat dalam penyampaiannya 17
2) Modifikasi kurikulum
Yakni kurikulum siswa rata-rata atau regular disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
atau potensi ABK. Modifikasi kurikulum ke bawah diberikan kepada peserta didik tunagrahita
(menyesuaikan) dan modifikasi kurikulum ke atas (eskalasi) untuk peserta didik gifted and
talented.
3) Substitusi kurikulum
Yakni beberapa bagian kurikulum anak rata-rata ditiadakan dan diganti dengan yang kurang
lebih setara. Model kurikulum ini untuk ABK dengan melihat situasi dan kondisinya.
4) Omisi kurikulum
Yaitu bagian dari kurikulum umum untuk mata pelajaran tertentu ditiadakan total, karena tidak
memungkinkan bagi ABK untuk dapat berfikir setara dengan anak rata-rata. 18
MODEL PENDIDIKAN INKLUSI
Terdapat DUA MODEL pendidikan inklusi:
1) Model inklusi penuh (full inclusion
Model ini menyertakan peserta didik berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran
individual dalam kelas reguler.Kedua yaitu model inklusif parsial (partial inclusion). Model parsial ini
mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus dalam sebagian pembelajaran yang berlangsung
di kelas reguler dan sebagian lagi dalam kelas-kelas pull out dengan bantuan guru pendamping khusus.
2) Inklusif terbalik (reverse inclusive)
Model ini dikemukakan oleh brent hardin dan marie hardin. Dalam model ini, peserta didik
normal dimasukkan ke dalam kelas yang berisi peserta didik berkebutuhan khusus. Model ini
berkebalikan dengan model yang pada umumnya memasukkan peserta didik berkebutuhan khusus ke
dalam kelas yang berisi peserta didik normal. 19
MODEL KURIKULUM PADA PENDIDIKAN
INKLUSI
Model kurikulum pada pendidikan inklusi dapat dibagi tiga, yaitu :
1) Model kurikulum reguler, yaitu kurikulum yang mengikutsertakan peserta didik
berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum reguler sama seperti kawan-
kawan lainnya di dalam kelas yang sama.
2) Model kurikulum reguler dengan modifikasi, yaitu kurikulum yang dimodifikasi
oleh guru pada strategi pembelajaran, jenis penilaian, maupun pada program
tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan peserta didik
berkebutuhan khusus. Di dalam model ini bisa terdapat siswa berkebutuhan
khusus yang memiliki PPI. 20
3) Model kurikulum PPI yaitu kurikulum yang dipersiapkan guru program PPI yang
dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas, guru
pendidikan khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang
terkait.Kurikulum PPI atau dalam bahasa inggris individualized education
program (IEP) merupakan karakteristik paling kentara dari pendidikan inklusif.
Konsep pendidikan inklusif yang berprinsip adanya persamaan mensyaratkan adanya
penyesuaian model pembelajaran yang tanggap terhadap perbedaan individu. Maka
PPI atau IEP menjadi hal yang perlu mendapat penekanan lebih. Thomas M. Stephens
menyatakan bahwa IEP merupakan pengelolaan yang melayani kebutuhan unik
peserta didik dan merupakan layanan yang disediakan dalam rangka pencapaian
21
tujuan yang diinginkan serta bagaimana efektivitas program tersebut akan ditentukan.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
bersama anak lain (normal) bersama anak lain (normal) di bersama anak lain (normal) di
kelas reguler dalam kelompok kelas reguler namun dalam
sepanjang hari di kelas
khusus waktu-waktu tertentu ditarik
reguler dengan
dari kelas reguler ke ruang
menggunakan kurikulum
sumber untuk belajar dengan
yang sama
guru pembimbing khusus
BENTUK KELAS REGULER BENTUK KELAS KHUSUS BENTUK KELAS KHUSUS
DENGAN CLUSTER DAN PU DENGAN BERBAGAI PENUH DI SEKOLAH
LL OUT PENGINTEGRASIAN REGULER
lembaga-lembaga pendidikannya,
4. Penyediaan sarana umum pendidikan yang dapat
diakses secara mandiri oleh anak berkubutuhan
khusus misalnya perpustakaan dan gedung kualiah
5. Mendorong adanya empati bagi para pembuat
kebijakan terhadap mereka yang berkebutuhan
khusus.
6. Mendorong peran swasta untuk ikut serta membantu
pemberdayaan anak berkebutuhan khusus, untuk
membuat mereka (ABK) semakin mandiri
32
Program penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa (PLB) yang
telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan
Luar Biasa (PLB ) antara lain
Indonesia, pada dasarnya peraturan perundangan yang ada secara umum sudah sejalan dengan semangat yang
direkomendasikan pada tingkat internasional, di antaranya UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
UU No. 4/1997 tentang Penyandang Cacat, UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 23/2002
Hal ini menunjukkan bahwa adanya peran pemerintah dalam penyelenggaraannya sehingga tanggung jawab tidak
semata-mata dibebankan pada sekolah penyelenggara, karena peraturan –peraturan dan kebijakan mewajibkan
pemerintah kabupaten/kota menunjuk minimal satu SD dan SMP di tingkat kecamatan dan satu SMA di tingkat
kabupaten/kota.
Pemerintah kabupaten/kota juga wajib menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif serta tersedia sumber daya
pendidikan inklusif pada satuan pendidikan yang ditunjuk, melalui peningkatkan kompetensi di bidang pendidikan
khusus bagi pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif.
Penyelenggaraan pendidikan iklusif melibatkan perubahan dan modifikasi,
pendekatan, struktur dan strategi, dengan satu visi bersama yang
meliputi semua anak yang berbeda pada rentangan usia yang sama dan
satu keyakinan bahwa pendidikan inklusif adalah tanggung jawab
pendidikan sistem regular yang mendidik semua peserta didik Konsep
pendidikan inklusif sebagai penciptaan masyarakat pembelajar, dimana
pembelajaran dirancang secara khusus dann merespon kebutuhan siswa,
oleh karena itu keberhasilan penyelenggaraan pendidikan inklusif akan
bergantung pada pekerjaan guru dan orang tua secara bersama-sama 38
Meskipun demikian, implementasi pendidikan inklusif di Indonesia dapat dikatakan belum
optimal. Hal itu berkaitan dengan berbagai permasalahan seperti banyaknya anak
berkebutuhan khusus yang belum mendapat hak pendidikan, sumber daya guru dan
persoalan kurikulum serta persepsi masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas
inklusif sama dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas reguler. Namun anak berkebutuhan
khusus memerlukan perlakuan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan anak
berkebutuhan khusus. Untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus
diperlukan proses skrinning dan assement. Assement yang dimaksud adalah proses kegiatan
untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi perkembangan
kognitif dan perkembangan social melalui pengamatan yang sensitive.
Add an image
42
10. Penilaian antar teman Lembar penilaian antarteman Semua ABK kecuali tunagrahita
berat, tunadaksa berat, dan autis.
43
KETERANGAN TEKNIK PENILAIAN
ABK
1. Tes Tertulis
tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara tertulis, baik berupa tes objektif dan uraian.
2. Observasi
observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat hasil pengamatan terhadap objek tertentu.
3. Tes Kinerja
tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya dalam melakukan
kegiatan sehari-hari
4. Penugasan
penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta didik menyelesaikan tugas di luar kegiatan
pembelajaran di kelas/laboratorium
5. Tes Lisan
tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara peserta didik dengan seorang guru atau beberapa
44
guru. pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan dan spontan
6. PENILAIAN PORTOFOLIO
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai hasil karya peserta didik.
7. JURNAL
Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang berisi informasi kekuatan dan kelemahan peserta
didik yang berkait dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dipaparkan secara deskriptif.
8. INVENTORI
Inventori merupakan skala psikologis yang dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, emosi, motivasi, hubungan
antar pribadi dan persepsi peserta didik terhadap suatu objek psikologis yang dapat dilakukan melalui wawancara
dan pemberian angket.
9. PENILAIAN DIRI
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya dalam berbagai hal.
10. PENILAIAN ANTARTEMAN
Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan
45