DISCUSSION
Oleh HEMORAGIK
SUBARAKHNOID
Panji Wage Kosasih
016.06.0050
Pembimbing
dr. Ni Made Yuli Artini, Sp.S, M. Biomed
Terdapat 2 jenis stroke (SNH & SH) SNH terbagi menjadi thrombus dan
emboli. Sedangkan SH terbagi menjadi Intraserebral dan Subarakhnoid
RISKESDAS, 2018
Pendahuluan
• Provinsi Bali prevalensi penyakit stroke meningkat dari 7,5% pada tahun 2007
dan meningkat menjadi 8,5% pada tahun 2013 (RISKESDAS, 2018).
• Terdapat dua jenis utama stroke yaitu SNH dan SH.
• Stroke hemoragik terjadi karna darah masuk ke dalam atau masuk ke sekitar
otak sehingga terbentuk pembengkakan dan tekanan, merusak sel dan
jaringan otak.
Kanyal, 2015
Tinjauan Pustaka
Definisi
RISKESDAS, 2018
Tinjauan Pustaka
ETIOLOGI & Faktor Resiko
Kanyal, 2015
Tinjauan Pustaka
ETIOLOGI & Faktor Resiko
1. Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis, berlangsung dalam 1 – 2
detik sampai 1 menit.
2. Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah dan kejang.
3. Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa
menit sampai beberapa jam. Dan sangat bervariasi dari tak sadar sebentar,
sedikit delirium sampai koma
4. Dijumpai gejala-gejala rangsang meningeal. Gejala / tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (+),
tanda kernig (+)
5. Gejala neurologi fokal, global dan gangguan fungsi saraf otonom demam
Terapi Umum
• Stabilisasi jalan nafas dan ventilasi
• ABC
• Menaikkan atau elevasi pada pasien 30 derajat untuk memperbaiki drainase,
vena, perfusi serebral dan menurunkan tekanan intracranial.
PERDOSSI, 2011
Tinjauan Pustaka
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi
• Pencegahan Vasospasme
• Pemberian nimodipin, dimulai dengan dosis 1-2mg per jam iv pada hari ke-3 atau
secara oral 60 mg setiap 6 jam selama 21 hari
• hypervolemic – hypertensive – hemodilutionmempertahankan serebral
perfusion pressure
• Antifibrinolitik
• epsilon amino-caproid acid dengan dosis 36 gram/ hari atau tranexamid acid
dengan dosis 6-12 gr/hari.
PERDOSSI, 2011
Tinjauan Pustaka
Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi
• Antihipertensi
• Jaga MAP 110
• Antihipertensi apabila MAP>130mmHg
• Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah Labetolol (IV) 0,5- 2mg/menit sampai
mencapai maksimum 20 mg/jam atau Esmolol infus dosisnya 50-200 mcg/kg/menit
• Kejang
• untuk menghindari resiko perdarahan ulang yang disebabkan kejang, fenitoin dengan
dosis 15-20 mg/kgBB/hari oral atau iv. Dosis inisial 100 mg oral atau iv 3x/hari. Dosis
maintenance 300-400mg oral/hari dengan dosis terbagi. Benzodiazepin digunakan
untuk menghentikan kejang
Terapi Bedah
• Clipping
• Operasi “clipping”, merupakan tindakan operasi baku emas pada Aneurisma
• Teknik Endivaskular
• Ligasi atau oklusi klipbypass vaskuleruntuk menjaga aliran distal menuju segmen
yang terjebak
Epilepsi
Status mental
Defisit neurologi
Sekitar 10% penderita SAH meninggal sebelum tiba di RS dan 40% meninggal tanpa
sempat membaik sejak awitan. Tingkat mortalitas pada tahun pertama sekitar 60%. Apabila
tidak ada komplikasi dalam 5 tahun pertama sekitar 70%. Apabila tidak ada intervensi bedah
maka sekitar 30% penderita meninggal dalam 2 hari pertama, 50% dalam 2 minggu pertama,
dan 60% dalam 2 bulan pertama
• Hipertensi : (-)
• Kencing manis : (-)
• Asma : (-)
• Jantung : (-)
• Kejiwaan : (-)
• Alergi : (-)
• Kanker : (-)
PEMERIKSAAN
FISIK
I Status Present
TD : 150/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.10 C
SpO2 : 98%
BB : 55 kg
TB : 155 cm
IMT : 22,9 kg/m2 (normal)
II Status Generalis
Kepala : Normocephali, kerontokan rambut (-)
Mata : KA (-/-), SI (-/-), refleks pupil (+/+) Isokor
Telinga : Serumen (-/-), discharge (-/-)
Hidung : Discharge (-/-), deformitas (-/-), nafas cuping
hidung (-), mukosa hiperemis (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), lidah kotor (-), tonsil dan faring
hiperemis (-), T1/T1
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-),
pembesaran kelenjar tiroid (-)
Ekstremitas
Thorax + +
Akral hangat :
- Cor : S1 S2 tunggal reguler, mur-mur (-), + +
gallop (-) dbn
- Pulmo : Vesikuler, Wheezing (-) Ronkhi (-)
- -
Edema :
+ + - -
+ +
+ +
Con’t
8. Thorax
• Cor: S1 S2 tunggal reguler; murmur (-); gallop (-)
• Pulmo: vesikuler + + ; wheezing -; ronkhi
- - -
+ + - - - -
+ + - - - -
+ + - -
Status Neurologis
1. Kesadaran/ GCS: E4V5M6
2. Tanda rangsang meningeal
Kaku kuduk +
Kernig sign -
Brudzinski I -
Brudzinski II -
Brudzinski II -
Brudzinski II -
Lasegue Sign -
3. Nervus Cranialis
Con’t
Con’t 5. Nervus VII (Fasialis) Kanan Kiri
Otot-otot wajah dalam istirahat Normal Normal
Mengerutkan dahi Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Meringis Normal Normal
Bersiul Simetris
Gerakan involunter (Tic) (-) (-)
Indera
Pengecap
Normal Normal
Asam
Asin
Pahit
Con’t
Con’t
Simetris
Motorik Anggota Gerak Atas
5
5
5
5
5
5
Normal
++
Con’t
Con’t
Normal
Con’t
Pemeriksaan Badan
Con’t
Motorik Anggota Gerak Bawah
5
5
5
5
5
5
Normal
Con’t
++
Con’t
Normal
Con’t
Con’t
Skala Hunt Hess Test
Grade Gambaran Klinis
Asimtomatik atau sakit kepala ringan dan iritasi
I (-)
meningeal
Sakit kepala sedang atau berat (sakit kepala
terhebat seumur hidupnya), meningismus, deficit
II (+)
saraf kranial (paresis nervus abdusen sering
ditemukan)
Tiroid (10/12/2021)
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan Keteranga
n
TSH 1.1 0.15-7 IU/mL Normal
a. Tatalaksana Umum
Breathing: Pada pasien ini tidak diberikan karena saturasi O2 masih normal yaitu
98% (udara ruang)
Blood: Pada pasien ini dilakukan pemasangan infus IVFD NaCl 0,9% 20 tpm.
Meskipun tekanan darah pada pasien ini tergolong tinggi yaitu 150/90mmHg,
namun pemberian antihipertensi tidak diberikan pada fase akut SNH
Bowel: Edukasi ke pasien dan keluarga agar menjaga asupan nutrisi pasien.
Con’t
IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm
Citicoline 2x500 mg (IV)
As Tranexamat 4x1 g (IV)
Paracetamol 3x1 g (IV)
Nimodipine 4x60 mg (PO)
Amlodipine 1x10 mg (PO)
Candesartan 1x8 mg (PO)
As Folat 2x1 Tab
Prognosis
Ad vitam : Dubia ad Bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad malam
Ad Sanationam : Dubia ad malam
Follow Up
Selasa, 14-29 Desember 2021
Kesimpulan
Diagnosis pada kasus ini yaitu Subarakhnoid Hemoragik pada Ny NWS,
perempuan usia 44 tahun berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologis dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan pemeriksaan neurologis
didapatkan GCS E4V5E6 yaitu composmentis, disertai kaku kuduk (+), dan VAS 6,
pada pemeriksaan motorik masih dalam batas normal begitu juga dengan
sensibilitasnya.
Terapi yang diberikan pada pasien ini yaitu IVFD NaCl 0,9 % 20 tpm, Citicholine
2x500 mg, dan bebrapa obat lainnya yang menunjang kondisi dari pasien agar
kembali normal.
TERIMAKASIH
Daftar Pustaka
Affandi, G, I., Reggy, P., 2016. Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial pada Stroke. Fakultas
Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP Hasan Sadikin Bandung, Indonesia
American Heart Assosiation, 2015. Heart and Stroke Statistics (Diakses 20 Februari
2016).http://www.heart.org/HEARTORG/General/Heart-andStrokeAssociation- Statistics
UCM 319064 SubHomePage.jsp
Bahrudin, M., 2012. Model Diagnostik Stroke berdasarkan Gejala Klinis. Jurnal Saintika
Medika
Kanyal N. 2015. The science of ischemic stroke: Patophysiology & pharmacological treatment.
International Journal of Pharma Research & Review, 4(10): 65-84
8 Pustaka lainnya