BELL’S PALSY
Di susun Oleh:
dr. Matrianis Haria
Pendamping:
dr. Febrianti, Sp.S
RSUD CURUP
REJANG LEBONG
2019
Identitas pasien
• Nama : tn K
• Umur : 45 tahun
• Alamat : Talang rimbo baru
• Pekerjaan : Tukang Ojek
• Pendidikan terakhir : SD
• Status pernikahan : sudah menikah
Anamnesis
Keluhan utama : wajah mencong ke sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Wajah mencong ke sebelah kiri sejak 2 hari yang lalu. Awalnya 3 hari yang lalu pasien
merasa wajahnya terasa tebal, lidah juga terasa tebal, hingga ketika pasien bangun tidur
keesokan harinya pasien merasakan wajahnya tiba-tiba mencong ke kiri. Pasien juga
merasakan mata kiri tidak bisa tertutup sempurna dan terasa kering sejak 2 hari yang lalu.
Gangguan pendengaran tidak ada. Gangguan pengecapan tidak ada. Riwayat demam
sebelum mulut mencong tidak ada. Riwayat trauma pada kepala tidak ada. Kelemahan
anggota gerak tidak ada. Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Riwayat hipertensi tidak
ada
Riwayat Pengobatan : Tidak ada
Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Tidak ada
Riwayat Keluarga/ Masyarakat : Tidak ada keluarga pasien yang memiliki keluhan yang
sama seperti pasien.
Riwayat Pekerjaan :
Pasien seorang tukang ojek, berkendara sampai malam hari, sering kelelahan dan terpapar
udara dingin
Objektif
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Compos Mentis, GCS E4 M6 V5
• Vital Sign
• Tekanan darah : 120/80 mmHg
• Frekuensi nadi : 80 x/menit
• Frekuensi pernafasan : 20 x/menit
• Suhu : 36,7 ºC
• Berat Badan : 50 kg
• Tinggi badan : 155 cm
• Gizi : Kesan baik
Status Generalis
• Kepala : Normocephali
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), seklera ikterik (-/-),
• Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
• Thoraks :
Paru
• Inspeksi : Gerakan nafas cepat, simetris kanan dan kiri
• Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama
• Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
• Auskultasi : Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis teraba di linea midclavicularis sinistra ICS V
• Perkusi :Batas jantung kanan di ICS IV linea parasternalis dextra. Batas jantung kiri di
ICS V Linea midclavicularis sinistra.
• Auskultasi : Murmur (-/-), Gallop (-/-)
Abdomen
• Inspeksi : Datar
• Palpasi : Hepar dan Lien tidak teraba membesar, Nyeri tekan abdomen (-)
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Peristaltik (+) normal.
- Kerutan dahi - -
- Sudut mata
Normal turun
Waktu gerak
- +
Assesment : Bell’s Palsy
•
Planning & Therapy :
• Methylprednisolon 3 x 8 mg
• Ranitidine 2 x 150 mg
• Mecobalamin 3 x 1 tab
• Fisioterapi
• Rawat jalan, control ulang 1 minggu
TINJAUAN PUSTAKA
• Nervus fasialis (N.VII) merupakan nervus kranialis yang memiliki fungsi motorik,
sensorik dan otonom. Fungsi motorik merupakan fungsi yang paling dominan dari
nervus fasialis. Fungsi nervus fasialis dapat dibagi menjadi:5
• Brankial motorik (eferen viseral khusus), mempersarafi otot ekspresi wajah, otot
digastrik bagian posterior dan otot stapedius.
• Viseral motorik (eferen viseral umum), untuk persarafan parasimpatis kelenjar
lakrimal, submandibula dan sublingual serta membran mukosa nasofaring dan
palatum.
• Sensorik khusus (aferen khusus), untuk sensasi pengecapan dua pertiga depan
lidah dan palatum.
• Sensorik umum (aferen somatik umum), sebagai sensasi umum
(eksteroseptif) kulit konka dan area belakang telinga.
Inti N VII (nukleus fasialis) terletak di tegmentum pons sisi kaudal,
anteromedial dari traktus spinalis nukleus trigeminus, anterolateral dari nukleus
abdusens, serta posterior dari nukleus olivarius superior. Nukleus fasialis memiliki
tiga subnukleus yaitu lateral, intermedial dan medial. Subnukleus lateralis
diperkirakan mempersarafi otot businator, subnukleus intermedial mempersarafi
otot temporal, orbital dan zigomatikus, sedangkan subnukleus medial mempersarafi
otot servikal dan aurikularis posterior serta stapedius.
Inti motorik nervus fasialis terletak di pons, dimana serabutnya mengitari inti
nervus absdusen (VI) dan keluar dari lateral pons. Nervus fasialis bersama dengan
nervus intermedius berjalan dari meatus akustikus eksternus kemudian kedalam
kanalis fasialis dan kemudian masuk kedalam os mastoid dan keluar dari tulang
tengkorak melalui foramen stilomastoid dan bercabang untuk mensarafi wajah.
Epidemiologi dan Etiologi Bell’s Palsy
Bell’s palsy merupakan 70% diagnosa dari fasial neuropati sebagai sindrom
neulogis tersering. Insiden tahunan Bell’s palsy mencapai 25 per 100.000 penduduk
dengan risiko kejadian 1 diantara 60-70 orang. Frekuensi usia tersering antara 10-70
tahun,7 dan insidensi puncak antara usia 15 dan 40 tahun.
Penyebab pasti dari bell’s palsy belum diketahui (idiopatik), umumnya penyakit
ini diakibatkan lesi nervus fasialis yang penyebabnya tidak dapat dijelaskan atau
tidak menyertai penyakit lain
Kelainan autoimun juga diduga menyebabkan demielinisasi nervus fasialis yang
menyebabkan kelumpuhan wajah unilateral. Riwayat keluarga dengan Bell’s palsy
telah dilaporkan pada sekitar 4% kasus
Patofisiologi
• Para ahli menyebutkan bahwa pada Bell’s palsy terjadi proses inflamasi akut
pada nervus fasialis di daerah tulang temporal, di sekitar foramen
stilomastoideus. Bell’s palsy hampir selalu terjadi secara unilateral.
Patofisiologinya belum jelas, teori yang dianut saat ini yaitu teori vaskuler. Pada
Bell’s Palsy terjadi iskemi primer pada nervus fasialis yang disebabkan oleh
vasodilatasi pembuluh darah yang terletak antara nervus fasialis dan dinding
kanalis fasialis.
Paparan udara dingin seperti angin kencang, AC, atau mengemudi dengan kaca
jendela yang terbuka diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya Bell’s palsy
menyebabkan nervus fasialis menjadi bengkak atau sembab sehingga nervus ini
terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis
LMN. Pada lesi LMN biasa terletak di pons, sudut serebelo-pontin, os petrosum
atau kavum timpani, atau foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi
nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di daerah sekitar inti nervus abdusens dan
fasikulus longitudinalis medialis. Sehingga paralisis fasialis LMN tersebut akan
disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi.
Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN akan timbul bersamaan dengan tuli
perseptif ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan
lidah).
Manifestasi Klinis
Pada awalnya, penderita merasakan ada kelainan di mulut pada saat bangun tidur,
menggosok gigi atau berkumur, minum atau berbicara. Setelah merasakan adanya
kelainan di daerah mulut maka penderita biasanya memperhatikan lebih cermat
dengan menggunakan cermin. Mulut tampak mencong terlebih pada saat meringis,
kelopak mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmus), waktu penderita disuruh
menutup kelopak matanya maka bola mata tampak berputar ke atas. Penderita tidak
dapat bersiul atau meniup, apabila berkumuur atau minum maka air keluar melalui
sisi mulut yang lumpuh
Diagnosis
Diagnosis umumnya dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik adanya
kelumpuhan nervus fasialis perifer diikuti pemeriksaan untuk menyingkirkan
penyebab lain dari kelumpuhan nervus fasialis perifer.
• Anamnesis
• Nyeri postauricular
• Aliran air mata : Umumnya pasien mengeluh mengenai aliran air mata mereka akibat
penurunan fungsi orbicularis oculi dalam mengalirkan air mata. Hanya sedikit air mata
yang dapat mengalir hingga saccus lacrimalis dan terjadi kelebihan cairan.
• Perubahan rasa: Pada sepertiga pasien mengeluh tentang gangguan rasa, empat per lima
pasien menunjukkan penurunan rasa. Hal ini terjadi akibat hanya setengah bagian lidah
yang terlibat yaitu 2/3 anterior.
• Mata kering.
• Hyperacusis: kerusakan toleransi pada tingkatan tertentu pada telinga akibat peningkatan
iritabilitas mekanisme neuron sensoris.
Pemeriksaan Fisik
Tatalaksana
• Tujuan penatalaksanaan bell’s palsy adalah untuk mempercepat proses
penyembuhan, mencegah terjadinya kelumpuhan komplit dari kelumpuhan
parsial, meningkatkan angka penyembuhan komplit, menurunkan angka terjadinya
sinkinesis dan kontraktur wajah serta mencegah kelainan pada mata. Pasien Bell’s
palsy juga harus melakukan kontrol rutin dalam jangka waktu lama.
Medikamentosa
Kortikosteroid : Dosis prednison yang dianjurkan untuk pengobatan Bell’s Palsy
adalah 1 mg / kg atau 60 mg / hari selama 6 hari, diikuti oleh taper, untuk total 10
hari.
Agen Anti Viral : Asiklovir mencegah polymerase dan replikasi DNA virus dengan
bentuk yang dikonversi (difosforilasi), sehingga asiklovir bertindak sebagai analog
nukleosida. asiklovir intravena (10mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari)
Non-Medikamentosa
• Dekompresi Nervus Fasial
• Fisioterapi