Anda di halaman 1dari 32

GCP

(GOOD CLINICAL PRACTICE )


GCP (GOOD CLINICAL PRACTICE)

Pedoman untuk melakukan uji klinik obat yang


dibuat sebagai tuntutan globalisasi dalam
bidang kefarmasian

GCP menentukan standar ilmiah tentang desain:


- Pelaksanaan
- Pencatatan
- Pelaporan
→ Hasil dapat lebih dipercaya
Memperhatikan etika penelitian dan HAM
INDONESIA
Sebelum GCP: Uji klinik secara bebas:
- Kualitas
- Kecermatan
- Publikasi

Sesudah 1993: Adopsi GCP versi WHO


Pengaruh pada:
- Industri
- BPOM
- Peneliti
YANG TERLIBAT DALAM UJI KLINIK
1. SPONSOR: - perusahaan farmasi
- individual
- investigator
- institusi/organisasi
2. MONITOR
3. INVESTIGATOR: - co-investigator
- perawat
- laboratorium
- farmasis
4. PASIEN
5. AUDITOR
6. INSPECTOR: - yang berwenang
TANGGUNG JAWAB SPONSOR

1. Membuat SOP
2. Protokol
3. Pemilihan investigator
4. Memberi informasi pada investigator
5. Etika/peraturan
6. Menyediakan produk yang diteliti
TANGGUNG JAWAB SPONSOR
(lanjutan)

7. Monitor trial
8. Supervisi trial
9. Mengumpulkan dan melaporkan
Adverse Event
10.Report trial
11.Menyediakan kompensasi / honor
12.Membuat data akhir
MONITOR
Seseorang yang disetujui sponsor yang
bertanggung jawab kepada sponsor untuk
memonitor dan melaporkan kemajuan uji klinik
serta verifikasi data

Harus punya kualifikasi dan pengalaman yang


memadai

PERAN MONITOR
menjembatani antara sponsor dan investigator
→ menjamin komunikasi setiap waktu
TANGGUNG JAWAB MONITOR
1. Bekerja sesuai SOP
2. Memilih dan mengevaluasi tempat
3. Memberi informasi investigator dan staff
4. Mata rantai komunikasi
5. Meninjau CRF (case/clinical record form)
6. Pertanggungjawaban obat
7. Membantu investigator
8. Melaporkan pada sponsor
TANGGUNG JAWAB INVESTIGATOR

1. Qualified: - pendidikan
- training
- pengalaman
2. CV terakhir
3. Mengerti penuh tentang obat dan penyakit
yang diteliti
4. Mengizinkan monitoring, auditing dan inspeksi
oleh yang berwenang
5. Menunjuk semua peneliti pembantu
6. Punya waktu cukup
TANGGUNG JAWAB INVESTIGATOR
(lanjutan)

7. Punya potensi mendapat pasien dalam jumlah


dan waktu yang disetujui
8. Memberi informasi pada staffnya
- protokol
- obat
- tanggung jawab
9. Menyiapkan medical care untuk keadaan
darurat
10. Alasan jika terjadi drop-out
11. Menjelaskan semua deviasi protokol
12. Obat hanya boleh untuk penelitian
TANGGUNG JAWAB INVESTIGATOR
(lanjutan)
13. Setiap mutasi obat harus tercatat
14. Penyimpanan obat harus baik dan aman
15. Mengikuti prosedur randomisasi
16. Membuat record penelitian
17. Menyediakan data untuk monitor, auditor,
inspektor
18. Laporan tertulis berkala tentang kemajuan trial
19. Laporan semua masalah yang terjadi
20. Laporan adverse event
21. Membuat publikasi dengan persetujuan sponsor
PASIEN
1. Menandatangai informed consent
2. Bila perlu ada saksi
3. Tidak boleh merasa ditekan (HAM)
4. Pasien mengerti isi informed consent:
a. trial merupakan penelitian
b. tujuan trial
c. pengobatan yang dipakai
d. prosedur trial
e. tanggung jawab subjek
PASIEN (lanjutan)
f. bagian-bagian uji klinik yang masih
experimental
g. resiko yang mungkin ada
h. harapan manfaatnya
i. prosedur pengobatan alternatif yang ada
j. kompensasi kepada subyek, termasuk
bila ada cedera
k. partisipasi subyek harus sukarela, dan
diperbolehkan menarik diri
PASIEN (lanjutan)
l. data penyakit penderita dapat dilihat
oleh para pelaku penelitian
m. kerahasiaan dijaga
n. subyek harus melapor kemana bila
cedera
o. bahwa penelitian dapat dihentikan bila
perlu
p. lamanya penelitian
q. berapa subyek ikut dalam trial
PROTOKOL UJI KLINIK

Rencana Pelaksanaan Penelitian:


1. Latar belakang
2. Tujuan uji klinik
3. Desain penelitian
4. Teknik penelitian
5. Populasi yang diteliti, misal: kriteria
seleksi
PROTOKOL UJI KLINIK (lanjutan)
Rencana Pelaksanaan Penelitian:
6. Cara pemberian obat
7. Metode pencatatan dan pelayanan efek
obat
8. Analisa data
9. Metode statistik
10. Analisa data dan metode statistik
11. Aspek etik, termasuk “informed consent”
12. Keterangan tentang organisasi penelitian
PERSIAPAN TAHAPAN UJI KLINIK
1. PEMBAHASAN PRE UJI KLINIK (INITIAL
DISCUSSION)
- paham obat yang akan diteliti
- obyek yang diteliti
- metode kerja
- tempat
- waktu
- alat bantu pemeriksaan
- laboratorium
- farmasi
PERSIAPAN TAHAPAN UJI KLINIK
(LANJUTAN)
2. PERSIAPAN STAF INVESTIGATOR
- pembagian staff
- tanggung jawab staff yang tinggi
- penjelasan cara kerja alat bantu pemeriksaan

3. PROTOKOL PENELITIAN
- dibahas dan disetujui bersama pada waktu
pembahasan pre-uji klinik

4. PERLINDUNGAN PASIEN
- investigator tidak terlibat langsung dalam
pengurusan ECA (Ethic Committee Aprroval)
PERSIAPAN TAHAPAN UJI KLINIK
(LANJUTAN)

5. PERSETUJUAN PASIEN (INFORMED CONSENT)


- penjelasan secara rinci tujuan penelitian
- kemungkinan mendapat plasebo
- pemeriksaan klinik dan test laboratorium
- kemungkinan terjadi efek samping
- persetujuan → tandatangan + alamat
- pemberian no. telp peneliti
PERSIAPAN TAHAPAN UJI KLINIK
(LANJUTAN)

6. CASE RECORD FORM (CRF)


- memudahkan investigator mengajukan pertanyaan
- menuntun jalannya penelitian
- kesalahan pengisian harus dicoret dan diparaf serta
tanggal koreksi
- data dalam CRF dicocokkan dengan sumber
informasi tertentu (SDV) merupa MR, hasil
pemeriksaan lab. atau sumber lain
- dalam GCP dianjurkan cukup dengan mencocokkan
25 % dari CRF yang ada, dengan SDV (Source
Data Verification)
PERSIAPAN TAHAPAN UJI KLINIK
(LANJUTAN)

7. PENYIMPANAN MATERI UJI KLINIK


- disimpan dengan nomor kode yang berurutan

8. PELAPORAN KEJADIAN EFEK


SAMPING
- kejadian medik dilaporkan pasien selama
penelitian
- semua kejadian efek samping dicantumkan dalam
CRF
- Semua kejadian efek samping serius harus
dilaporkan dalam waktu 48 jam kepada monitor
PRINSIP ETIK PENELITIAN
KEDOKTERAN
Rasa hormat pada subyek penelitian

Azas manfaat

Azas keadilan

(Deklarasi Helsinki th. 1964 & revisinya)


RASA HORMAT PADA SUBYEK
MANUSIA
Dua pertimbangan etik yang fundamental:
- rasa hormat kepada hak setiap individu untuk
menentukan pilihannya sendiri
- perlindungan terhadap subyek yang tidak
mempunyai kebebasan/otonomi

AZAS KEADILAN
- Memberikan kepada setiap subyek, apa yang
menjadi haknya
- Waspada pada subyek yang mudah mengecam
AZAS MANFAAT
Peneliti mempunyai kewajiban etik untuk mendapatkan
hasil maksimal sambil menekan sekecil mungkin
bahaya/dampak negatif penelitian, akibatnya setiap uji
klinik harus memenuhi syarat:

- resiko yang dapat diterima


- desain yang baik
- ditangani peneliti yang kompeten dibidangnya
- terjaminnya keselamatan/kesejahteraan subyek
MEMBUAT DESAIN UJI KLINIK

Diperlukan keterpaduan antara:


- Metode penelitian
- Farmakologi klinik
- Pengetahuan tentang penyakit yang diteliti
- Obat-obatnya
- Prinsip-prinsip statistik
- Dasar-dasar uji klinik
MASALAH ETIK PENELITIAN
1. Masalah dari pihak peneliti:

a. Kesadaran perlunya etik penelitian pada subyek manusia


b. Kesulitan untuk mendapat ethical approval
c. Merasa akan “diuji” oleh Panitia Etik
d. Kesulitan untuk minta informed consent dari calon subyek
e. Kelangkaan Panitia Etik

2. Masalah dari pihak panitia penilai etik penelitian:

a. Hubungan antara aspek desain dan aspek etik penelitian


b. Kedudukan peneliti yang lemah
c. Penelitian “marketing”
d. Pengertian peneliti tentang informed consent
BANTUAN PUKO
Penyusunan protokol
Perbaikan desain
Pengajuan permohonan ke Panitia Etik
FKUI
Biaya kaji etik
Cara kerja panitia
Lama waktu untuk Uji Klinik
Keanggotaan
QUALITY ASSURANCE
Sponsor yang tidak mempunyai QA Dept. dapat
menyewa QA auditor
Sistem QA untuk menjamin hak dan
kesejahteraan subyek, verifikasi data dan
kesimpulan uji klinik
QA auditor harus independen dari keterlibatan
manajemen uji klinik
Waktu mengaudit: pada 1/3 awal, 1/3 mendekati
akhir, dan 1/3 sesudah penelitian
STATISTIK
Dibutuhkan untuk merencanakan:
-Desain uji klinik
-Besar sampel
-Pelaksanaan Uji Klinik
-Analisa
-Presentasi

Semua dijelaskan secara rinci dalam protokol Uji


Klinik
STUDY CLOSURE
Akontabilitas obat
Study Materials (CRF, alat-alat)
File lengkap, penyimpanannya baik
Financial: - Pro-rata payment
- Full-payment
Diskusi tentang hasil audit/inspeksi
Diskusi tentang laporan
Diskusi tentang publikasi
MENYEDIAKAN PRODUK YANG DITELITI

1. Sesuai GMP
2. Packingnya baik
3. Adanya label untuk menjamin prosedur
blinding
4. Menjaga sampel reference & dokumentasi
analisa
5. Menjaga pencatatan supply dengan
bacth/serial number
6. Menjamin investigator punya sistem untuk
keamanan, penanganan, penyimpanan dan
penggunaan

Anda mungkin juga menyukai