Anda di halaman 1dari 27

PERBEDAAN

PENGETAHUAN
DAN ILMU

DR. ANDI ASRI, SKM, M.KES


PERKEMBANGAN FILSAFAT
 Sejalan dengan perkembangan
filsafat, ilmu pengetahuan pun
berkembang dengan pesatnya.
 Dalam perjalanan selanjutnya,
terdapat fenomena adanya suatu
konfigurasi yang menunjukkan
tentang bagaimana “pohon ilmu
pengetahuan” itu telah tumbuh
mekar bercabang secara subur.
FILSAFAT KESEHATAN
 Masing-masing cabang melepaskan diri dari
batang-filsafatnya, berkembang mandiri dan
masing-masing mengikuti metodologinya
sendiri-sendiri.
 Filsafat kesehatan merupakan pengembangan
filsafat ilmu yang secara metodologi
membangun kerangka berpikir ilmiah tentang
manusia yang membangun kehidupan secara
kolektif
RANTING FILSAFAT
 Ilmu kedokteran merupakan ranting
filsafat dari cabang ilmu alam.
 Ilmu kesehatan masyarakat
merupakan ranting dari cabang ilmu
humaniora, ilmu alam, ilmu sosial,
dan estetika,
 Serta bersinggungan langsung
dengan ranting ilmu kedokteran.
SUBSTANSI FILSAFAT
KESEHATAN
Lahirnya filsafat kesehatan kini, adalah
jawaban dari pertanyaan filsafat sebagai
berikut:
 Apa kesehatan itu?
 Mengapa Kesehatan itu?
 Bagaimana kesehatan itu?
 Kemana kesehatan itu ditujukan?
SUBSTANSI FILSAFAT
KESEHATAN
Bandingkan dengan pertanyaan ilmu
kedokteran yang berbasis pada pertanyaan
sebagai berikut:
 Apa sakit itu?
 Mengapa manusia sakit?
 Bagaimana manusia sakit?
 Kemana sakit itu berakhir?
PENGGUNAAN FILSAFAT
KEDOKTERAN
 Penggunaan filsafat bagi ilmu kedokteran
(dokter), adalah memulai pertanyaan pada
kondisi seseorang menderita penyakit atau
sakit, baik secara personal atau keluarga.
 Sementara ilmu kesehatan masyarakat (IKM),
adalah memulai pertanyaan pada kondisi
masyarakat dimana mereka tidak dalam
konteks menyadari atau memahami kondisi
sakit atau sedang menderita penyakit.
FILSAFAT KESEHATAN
MASYARAKAT
 Perlu diketahui bahwa ilmu kesehatan
masyarakat hadir dengan membangun peradaban
manusia yang tertindas, terancam dan melarat.
 Bayangkan para tabib dan dokter lebih menaruh
perhatian pada kesembuhan orang yang sakit.
Berbagai penelitian dilakukan untuk menciptakan
obat dan metode operasi medis.
 Kalau manusia tidak berdaya menghadapi rasa
sakit bagaimana mungkin kita bisa bertahan
dalam berbagai penyebab penyakit yang ribuan
dan bahkan puluhan juta dalam bentuk kuman,
zat kimia dan gaya hidup.
FILSAFAT DAN ILMU KESEHATAN
MASYARAKAT
Hal ini bisa dijelaskan pada beberapa
pendapat filosof sebagai berikut:
 Pertama, Berfilsafat adalah menemukan
kebenaran tentang segala sesuatu dengan
menggunakan pemikiran secara mendalam.
 Menurut Plato kepala negara seharusnya
filosof.
 Pencapaian status kesehatan masyarakat di
suatu negara secara optimal tidak mampu
dilakukan tanpa bantuan metode filsafat.
MANUSIA BERFILSAFAT
 Kedua, Manusia berfilsafat ketika berada
pada batas keterbatasan dibandingkan
dengan alam semesta.
 Tidak semua penyakit dapat disembuhkan
oleh dokter.
 HIV/AIDS dan sejumlah penyakit akibat virus
tidak dapat dimatikan oleh obat.
 Vaksin sebagai temuan teknologi hanya
sebatas mencegah dan menghambat daya
rusak.
SIAPA YANG MENCIPTAKAN
VIRUS
 Siapa menciptakan virus? Manusia atau Tuhan.
 Mengapa virus diciptakan? Sulit menemukan
jawaban pasti karena otoritas jawaban dari Sang
Pencipta.
 Tetapi bisa memberikan kebenaran pada kita
bahwa virus adalah sebuah eksistensi kehidupan
mikroorganisme pada koridor hukum pencipta.
 Contoh : HIV/AIDS ; Bermula dari kotoran hewan
di Afrika sebagai habitatnya kemudian menghuni
para homoseksuel dan PSK, dan bisa tertular atau
masuk ke tubuh orang lain melalui hubungan
seksual atau melalui percampuran darah. Sebuah
kebenaran eksistensi HIV.
CONTOH : COVID 19
 Virus Covid 19 sulit dikendalikan karena
memiliki senjata ganda, yaitu virus itu
sendiri dan efek domino-nya
 Daya serang virus secara tunggal
menyebabkan demam dan sesak nafas.
 Efek domino-nya yang parah karena dia
menjadi sumber energi bagi penyakit lain
dalam tubuh seseorang seperti jantung,
diabetes, dll akan menjadi semakin parah
hingga fatalistik
PENGETAHUAN ILMIAH
 Berkaitan dengan ilmu-ilmu, pengetahuan
yang dicari dan diperoleh sering disebut
dengan istilah pengetahuan ilmiah.
 Menurut Bahm ( 1980) ada lima unsur pokok
dalam suatu pengetahuan yang disebut
ilmiah yaitu masalah, sikap, metode,
aktivitas, kesimpulan dan pengaruh tertentu.
SISTEM BERPIKIR ILMIAH
 Aristoteles menguraikan sistem berpikir
ilmiah yang dikenal dengan logika.
 Menurut Aristoteles terdapat sepuluh
kategori yang berkaitan dengan pengertian,
yaitu substanti, kuantitas, kualitas, relasi,
tempat, waktu, keadaan, mempunyai,
berbuat, dan menderita.
 Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan
yang sudah dipertanggung-jawabkan secara
ilmiah atau diperoleh dengan metode ilmiah.
PENGETAHUAN SEHARI-HARI
 Sebaliknya, pengetahuan sehari-hari yang
tidak atau belum dipertanggungjawabkan
secara ilmiah disebut pengetahuan pra-
ilmiah (Lorens, 1996).
 Salah satu ciri pengetahuan ilmiah adalah
adanya anggapan bahwa pengetahuan ilmiah
itu berlaku ilmiah.
AMBIGUITAS
 Mengeni apakah sesuatu dapat atau tidak
disebut ilmiah tidak tergantung pada faktor-
faktor subjektif.
 Bisa saja orang berbeda pendapat tentang
dasar pembenaran suatu teori, tetapi hal
tersebut hanya menunjukkan bahwa faktor-
faktor objektif yang bersangkut paut dengan
persoalan tadi tidak atau masih dapat
membuahkan hasil yang tidak bermakna
ganda (ambiguitas).
KADAR PENGETAHUAN
 Adanya saling pengaruh antara sifat dan
kadar pengetahuan ilmiah dengan sarana-
sarana untuk mencapainya mengakibatkan
pergeseran-pergeseran, pengertian “ilmiah”
sepanjang sejarah.
 Namun demikian perkembangan ilmu secara
mandiri harus dapat dipertahankan.
PENGETAHUAN ILMIAH
Menurut Beerling,dkk (1996) secara spesifik
ada tiga macam pengenalan dari pengetahuan
yang disebut ilmiah.
 Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang
mempunyai dasar pembenaran.
 Pengetahuan ilmiah bersifat sistematis.
 Pengetahuan ilmiah itu adalah bersifat inter-
subjektif. Kepastian pengetahuan ilmiah tidak
didasarkan atas intuisi-intuisi serta
pemahaman orang perorangan yang subjektif,
melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri.
HASIL PENYELIDIKAN
 Pengetahuan ilmiah haruslah sedemikian
rupa sehingga dalam setiap bagiannya dan
dalam bagian yang menyeluruh dapat
ditanggapi oleh subjek-subjek lain.
 Terhadap hasil penyelidikan dimungkinkan
ada kesepakatan yang bersifat inter-
subjektif.
DASAR PENGETAHUAN
Dasar-dasar pengetahuan itu tidak lepas dari
 peran pengalaman,
 ingatan,
 kesaksian,
 minat
 rasa ingin tahu,
 pikiran dan penalaran,
 logika,
 bahasa,
 kebutuhan hidup manusia .
KETERBATASAN MANUSIA
 Aku datang – entah dari mana, aku ini – entah
siapa, aku pergi – entah kemana, aku akan
mati – entah kapan, aku heran bahwa aku
gembira”. (Martinus dari Biberach, tokoh
abad pertengahan).
 Manusia bertanya Menghadapi seluruh
kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum
atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu
apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya,
dan mulai menyadari keterbatasannya.
RAHASIA MANUSIA
 Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada
agama: “Manusia mengharapkan dari berbagai agama
jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi sekitar
keadaan hidup manusia.
 Sama seperti dulu, sekarang pun rahasia tersebut
menggelisahkan hati manusia secara mendalam: apa
makna dan tujuan hidup kita, apa itu kebaikan apa itu
dosa, apa asal mula dan apa tujuan derita, mana
kiranya jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati, apa
itu kematian, apa pengadilan dan ganjaran sesudah
maut,
 Akhirnya apa itu misteri terakhir dan tak
terungkapkan, yang menyelimuti keberadaan kita,
darinya kita berasal dan kepadanya kita menuju?”
PROSES MENCARI TAHU
 Manusia berfilsafat Tetapi sudah sejak awal
sejarah ternyata sikap iman penuh taqwa itu
tidak menahan manusia menggunakan akal
budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa
sebenarnya yang ada dibalik segala
kenyataan (realitas) itu.
 Proses itu mencari tahu itu menghasilkan
kesadaran, yang disebut pengetahuan.
 Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis,
sistematis dan koheren, dan cara
mendapatkannya dapat dipertanggung-
jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan.
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu pengetahuan adalah
 PENGETAHUAN yang disusun metodis, sistematis
dan koheren (”bertalian”) tentang suatu bidang
tertentu dari kenyataan (realitas),
 PEN GETAHUAN dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tersebut.
 Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni
hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas),
makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu
tentang seluruh kenyataan (realitas).
REFLEKSI RASIONAL
 Filsafat adalah pengetahuan metodis,
sistematis dan koheren tentang seluruh
kenyataan (realitas). Filsafat merupakan
refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan
realitas untuk mencapai hakikat (=
kebenaran) dan memperoleh hikmat (=
kebijaksanaan).
 Al-Kindi (801 – 873 M) : “Kegiatan manusia
yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang
merupakan pengetahuan benar mengenai
hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi
manusia
SEBAB DARI SEGALA
KEBENARAN
 Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat
pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang
merupakan sebab dari segala kebenaran”.
 Unsur “rasional” (penggunaan akal budi) dalam
kegiatan ini merupakan syarat mutlak, dalam upaya
untuk mempelajari dan mengungkapkan “secara
mendasar” pengembaraan manusia di dunianya
menuju akhirat.
 Disebut “secara mendasar” karena upaya itu
dimaksudkan menuju kepada rumusan dari sebab-
musabab pertama, atau sebab-musabab terakhir, atau
bahkan sebab-musabab terdalam dari obyek yang
dipelajari (”obyek material”), yaitu “manusia di dunia
dalam mengembara menuju akhirat”.
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai