PERKEMBANGAN FILSAFAT Sejalan dengan perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan pun berkembang dengan pesatnya. Dalam perjalanan selanjutnya, terdapat fenomena adanya suatu konfigurasi yang menunjukkan tentang bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” itu telah tumbuh mekar bercabang secara subur. FILSAFAT KESEHATAN Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang-filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri. Filsafat kesehatan merupakan pengembangan filsafat ilmu yang secara metodologi membangun kerangka berpikir ilmiah tentang manusia yang membangun kehidupan secara kolektif RANTING FILSAFAT Ilmu kedokteran merupakan ranting filsafat dari cabang ilmu alam. Ilmu kesehatan masyarakat merupakan ranting dari cabang ilmu humaniora, ilmu alam, ilmu sosial, dan estetika, Serta bersinggungan langsung dengan ranting ilmu kedokteran. SUBSTANSI FILSAFAT KESEHATAN Lahirnya filsafat kesehatan kini, adalah jawaban dari pertanyaan filsafat sebagai berikut: Apa kesehatan itu? Mengapa Kesehatan itu? Bagaimana kesehatan itu? Kemana kesehatan itu ditujukan? SUBSTANSI FILSAFAT KESEHATAN Bandingkan dengan pertanyaan ilmu kedokteran yang berbasis pada pertanyaan sebagai berikut: Apa sakit itu? Mengapa manusia sakit? Bagaimana manusia sakit? Kemana sakit itu berakhir? PENGGUNAAN FILSAFAT KEDOKTERAN Penggunaan filsafat bagi ilmu kedokteran (dokter), adalah memulai pertanyaan pada kondisi seseorang menderita penyakit atau sakit, baik secara personal atau keluarga. Sementara ilmu kesehatan masyarakat (IKM), adalah memulai pertanyaan pada kondisi masyarakat dimana mereka tidak dalam konteks menyadari atau memahami kondisi sakit atau sedang menderita penyakit. FILSAFAT KESEHATAN MASYARAKAT Perlu diketahui bahwa ilmu kesehatan masyarakat hadir dengan membangun peradaban manusia yang tertindas, terancam dan melarat. Bayangkan para tabib dan dokter lebih menaruh perhatian pada kesembuhan orang yang sakit. Berbagai penelitian dilakukan untuk menciptakan obat dan metode operasi medis. Kalau manusia tidak berdaya menghadapi rasa sakit bagaimana mungkin kita bisa bertahan dalam berbagai penyebab penyakit yang ribuan dan bahkan puluhan juta dalam bentuk kuman, zat kimia dan gaya hidup. FILSAFAT DAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Hal ini bisa dijelaskan pada beberapa pendapat filosof sebagai berikut: Pertama, Berfilsafat adalah menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan pemikiran secara mendalam. Menurut Plato kepala negara seharusnya filosof. Pencapaian status kesehatan masyarakat di suatu negara secara optimal tidak mampu dilakukan tanpa bantuan metode filsafat. MANUSIA BERFILSAFAT Kedua, Manusia berfilsafat ketika berada pada batas keterbatasan dibandingkan dengan alam semesta. Tidak semua penyakit dapat disembuhkan oleh dokter. HIV/AIDS dan sejumlah penyakit akibat virus tidak dapat dimatikan oleh obat. Vaksin sebagai temuan teknologi hanya sebatas mencegah dan menghambat daya rusak. SIAPA YANG MENCIPTAKAN VIRUS Siapa menciptakan virus? Manusia atau Tuhan. Mengapa virus diciptakan? Sulit menemukan jawaban pasti karena otoritas jawaban dari Sang Pencipta. Tetapi bisa memberikan kebenaran pada kita bahwa virus adalah sebuah eksistensi kehidupan mikroorganisme pada koridor hukum pencipta. Contoh : HIV/AIDS ; Bermula dari kotoran hewan di Afrika sebagai habitatnya kemudian menghuni para homoseksuel dan PSK, dan bisa tertular atau masuk ke tubuh orang lain melalui hubungan seksual atau melalui percampuran darah. Sebuah kebenaran eksistensi HIV. CONTOH : COVID 19 Virus Covid 19 sulit dikendalikan karena memiliki senjata ganda, yaitu virus itu sendiri dan efek domino-nya Daya serang virus secara tunggal menyebabkan demam dan sesak nafas. Efek domino-nya yang parah karena dia menjadi sumber energi bagi penyakit lain dalam tubuh seseorang seperti jantung, diabetes, dll akan menjadi semakin parah hingga fatalistik PENGETAHUAN ILMIAH Berkaitan dengan ilmu-ilmu, pengetahuan yang dicari dan diperoleh sering disebut dengan istilah pengetahuan ilmiah. Menurut Bahm ( 1980) ada lima unsur pokok dalam suatu pengetahuan yang disebut ilmiah yaitu masalah, sikap, metode, aktivitas, kesimpulan dan pengaruh tertentu. SISTEM BERPIKIR ILMIAH Aristoteles menguraikan sistem berpikir ilmiah yang dikenal dengan logika. Menurut Aristoteles terdapat sepuluh kategori yang berkaitan dengan pengertian, yaitu substanti, kuantitas, kualitas, relasi, tempat, waktu, keadaan, mempunyai, berbuat, dan menderita. Pengetahuan ilmiah merupakan pengetahuan yang sudah dipertanggung-jawabkan secara ilmiah atau diperoleh dengan metode ilmiah. PENGETAHUAN SEHARI-HARI Sebaliknya, pengetahuan sehari-hari yang tidak atau belum dipertanggungjawabkan secara ilmiah disebut pengetahuan pra- ilmiah (Lorens, 1996). Salah satu ciri pengetahuan ilmiah adalah adanya anggapan bahwa pengetahuan ilmiah itu berlaku ilmiah. AMBIGUITAS Mengeni apakah sesuatu dapat atau tidak disebut ilmiah tidak tergantung pada faktor- faktor subjektif. Bisa saja orang berbeda pendapat tentang dasar pembenaran suatu teori, tetapi hal tersebut hanya menunjukkan bahwa faktor- faktor objektif yang bersangkut paut dengan persoalan tadi tidak atau masih dapat membuahkan hasil yang tidak bermakna ganda (ambiguitas). KADAR PENGETAHUAN Adanya saling pengaruh antara sifat dan kadar pengetahuan ilmiah dengan sarana- sarana untuk mencapainya mengakibatkan pergeseran-pergeseran, pengertian “ilmiah” sepanjang sejarah. Namun demikian perkembangan ilmu secara mandiri harus dapat dipertahankan. PENGETAHUAN ILMIAH Menurut Beerling,dkk (1996) secara spesifik ada tiga macam pengenalan dari pengetahuan yang disebut ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang mempunyai dasar pembenaran. Pengetahuan ilmiah bersifat sistematis. Pengetahuan ilmiah itu adalah bersifat inter- subjektif. Kepastian pengetahuan ilmiah tidak didasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman orang perorangan yang subjektif, melainkan dijamin oleh sistemnya sendiri. HASIL PENYELIDIKAN Pengetahuan ilmiah haruslah sedemikian rupa sehingga dalam setiap bagiannya dan dalam bagian yang menyeluruh dapat ditanggapi oleh subjek-subjek lain. Terhadap hasil penyelidikan dimungkinkan ada kesepakatan yang bersifat inter- subjektif. DASAR PENGETAHUAN Dasar-dasar pengetahuan itu tidak lepas dari peran pengalaman, ingatan, kesaksian, minat rasa ingin tahu, pikiran dan penalaran, logika, bahasa, kebutuhan hidup manusia . KETERBATASAN MANUSIA Aku datang – entah dari mana, aku ini – entah siapa, aku pergi – entah kemana, aku akan mati – entah kapan, aku heran bahwa aku gembira”. (Martinus dari Biberach, tokoh abad pertengahan). Manusia bertanya Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. RAHASIA MANUSIA Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama: “Manusia mengharapkan dari berbagai agama jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi sekitar keadaan hidup manusia. Sama seperti dulu, sekarang pun rahasia tersebut menggelisahkan hati manusia secara mendalam: apa makna dan tujuan hidup kita, apa itu kebaikan apa itu dosa, apa asal mula dan apa tujuan derita, mana kiranya jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati, apa itu kematian, apa pengadilan dan ganjaran sesudah maut, Akhirnya apa itu misteri terakhir dan tak terungkapkan, yang menyelimuti keberadaan kita, darinya kita berasal dan kepadanya kita menuju?” PROSES MENCARI TAHU Manusia berfilsafat Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pengetahuan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung- jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan. ILMU PENGETAHUAN Ilmu pengetahuan adalah PENGETAHUAN yang disusun metodis, sistematis dan koheren (”bertalian”) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), PEN GETAHUAN dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut. Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas). REFLEKSI RASIONAL Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan). Al-Kindi (801 – 873 M) : “Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia SEBAB DARI SEGALA KEBENARAN Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran”. Unsur “rasional” (penggunaan akal budi) dalam kegiatan ini merupakan syarat mutlak, dalam upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan “secara mendasar” pengembaraan manusia di dunianya menuju akhirat. Disebut “secara mendasar” karena upaya itu dimaksudkan menuju kepada rumusan dari sebab- musabab pertama, atau sebab-musabab terakhir, atau bahkan sebab-musabab terdalam dari obyek yang dipelajari (”obyek material”), yaitu “manusia di dunia dalam mengembara menuju akhirat”. WASSALAM