KEPERAWATAN
DERMATO-VENEREOLOGI
I. IDENTITAS
• Lokasi
• Distribusi
• Morfologi (jenis, bentuk, ukuran, batas dan permukaan lesi)
• Kelenjar getah bening khusus (pada penyakit infeksi
sekunder), lues (seluruh tubuh, adenopati), LGV (ettage
bubonum), TBC (skrofuloderma)
B. STATUS VENEREOLOGIKUS
1. Genitalia Pria
• Muara uretra (OUE) : eritema, edema, duh tubuh
(jumlah, konsistensi, warna)
• Praeputium
• Penis
• Skrotum
• Testis
• Epididimis
B. STATUS VENEREOLOGIKUS
2. Genitalia wanita
• Vulva : eritema, edema, erosi, vegetasi
• Muara uretra (OUE) : eritema, edema, fluor albus (jumlah,
konsistensi, warna, bau) Kelenjar Bartholini : pembesaran,
nyeri
• Inspekulo :
• Vagina : eritema, ulkus, vegetasi, duh tubuh
• Portio : eritema, erosi, vegetasi, duh tubuh
C. PEMERIKSAAN KHUSUS
1. PEMERIKSAAN DIASKOPI
2. PEMERIKSAAN SKUAMA (halus atau kasar)
3. UJI EPIDERMOLISIS atau NIKOLSKY SIGN
4. PSORIASIS
– Fenomena tetesan lilin
– Fenomena Auspitz
– Fenomena Koebner
C. PEMERIKSAAN KHUSUS
5. MORBUS HANSEN (MH)
• Uji gangguan fungsi sensibilitas (nyeri, raba, suhu)
• Uji gangguan fungsi motorik (VMT/uji kekuatan otot)
• Uji gangguan otonom (uji Gunawan)
• Pemeriksaan pembesaran saraf dan nyeri saraf (saraf dan
lokasi, pembesaran, konsistensi, nyeri tekan)
6. UJI GORES
• Dermografisme
• White dermographisme
• Scratch test
C. PEMERIKSAAN KHUSUS
7. PEMERIKSAAN ULKUS
• Jumlah ulkus
• Lokasi, bentuk, ukuran, tepi, dinding, dasar, isi, jaringan
sekitar, indurasi, nyeri (dolent), bau
8. PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING
REGIONAL
• Lokasi, jumlah, pembesaran (ukuran), konsistensi (keras,
lunak, kenyal, supurasi), nyeri atau tidak nyeri, perlekatan
dengan sekitarnya, atau dasar ke kulit
9. PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD
• Lokasi, fluoresensi (warna)
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. UMUM
• Pemeriksaan pus dengan pewarnaan Gram atau Giemsa
• Pemeriksaan uji Tzank
2. JAMUR/MIKOLOGI
• Pemeriksaan kerokan jamur (kerokan atau selotip), kulit,
kuku, rambut, dengan pewarnaan (KOH, Gram)
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
3. MH
• Pemeriksaan kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan basil
tahan asam (Ziehl Neelsen atau Kinyoun-Gabett)
4. PMS
• Pemeriksaan cairan duh tubuh genital pada laki-laki atau
perempuan (sediaan basah, Gram)
• Pengurutan prostat (duh tubuh)
• Pemeriksaan serum pada ulkus genital dengan mikroskop
lapangan gelap atau pemeriksaan Burry
VI. RESUME
VII. DIAGNOSIS KERJA,
BANDING, PASTI)
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
1. BIOPSI
• Lokasi, cara biopsi, pengiriman jaringan biopsi
4. PMS
a. Tes serologi untuk sifilis (Non treponemal dan Treponemal)
• Bahan pemeriksaan, interpretasi hasil
b. Kultur gonorrhoea
• Bahan pemeriksaan, media kultur atau media transport
• Tes oksidase, tes fermentasi
IX. PENATALAKSANAAN
Umum
• Antara lain bertujuan untuk pencegahan kekambuhan dan
mempercepat penyembuhan
• Penyuluhan tentang nutrisi, higiene perorangan dan
lingkungan
• Pencegahan luka dan kontraktur pada MH
• Khusus untuk PMS dapat dilakukan konseling
Medikamentosa
• Sistemik (kausal atau simptomatik)
Misalnya : steroid, antibiotika, antihistamin, dan lain-lain
(macam, cara, dosis, lama pemberian, efek samping,
indikasi kontra)
• Topikal :
– Bahan aktif : dipilih sesuai dengan indikasi, meliputi
macam atau jenis dan konsentrasi
– Vehikulum : bentuk sediaan (bedak, cairan, salap, bedak
kocok, krim, linimen, pasta, gel); dipilih sesuai dengan
stadium, lokasi, luas, dalam atau superfisial
– Cara pemakaian
Misalnya : cara kompres, pemakaian salap dan lain
sebagainya
IX. PENATALAKSANAAN
Tindakan (anjuran)
• Ekstrasi komedo
• Enukleasi
• Bedah listrik, bedah beku, bedah skalpel
• Suntikan intralesi
• Ekstraksi kuku
X. PROGNOSIS
• Quo ad vitam
• Quo ad fungtionam
• Quo ad sanationam
PROSEDUR
LABORATORIUM
I. SUBBAG DERMATOMIKOLOGI
PEMERIKSAAN MIKOLOGIS PADA
DERMATOMIKOSIS SUPERFISIALIS
Tujuan
• Deteksi elemen jamur penyebab
Macam
• Pemeriksaan langsung
• Kultur
PEMERIKSAAN MIKOLOGIS PADA
DERMATOMIKOSIS SUPERFISIALIS
Tujuan :
• Deteksi elemen jamur yang dapat berupa
hifa, sel ragi, blastospora, artrospora
1. Pengambilan spesimen
Bersihkan dahulu yang akan diambil dengan alkohol 70% dengan tujuan:
• desinfeksi
• membersihkan kotoran/lemak yang mengganggu pembacaan
Kulit :
• kerok dengan skalpel tumpul, bila skuama kasar
• pengambilan dengan selotip, pada skuama halus atau pada pasien
anak
• pengambilan dengan kapas lidi, bila lesi basah
1. Pengambilan spesimen
Rambut :
• pencabutan rambut yang rapuh dengan pinset
• kerokan skuama pada skalp dengan skalpel
• pengambilan pus (kerion) dengan kapas lidi
Kuku :
• kerok dengan skalpel tumpul
2. Pemeriksaan spesimen
Dengan KOH :
• tujuan melisiskan epitel dan debris, sehingga elemen jamur lebih jelas
terlihat
• konsentrasi KOH 10% untuk rambut, 20% untuk kulit, dan 30% untuk
kuku (dapat menggunakan KOH 20%, tetapi waktu berbeda lebih lama)
Bahan :
1. Karbol-gentianviolet
2. larutan Jodium
3. Fukhsin basa
Pewarnaan Gram
Cara :
1. Rekatkan sediaan pada gelas obyek dengan api Bunsen, kemudian
dinginkan
2. Pulas dengan karbol-gentianviolet selama 60 detik
3. Cuci dengan akuades
4. Pulas dengan larutan jodium selama 30 detik
5. Cuci kembali dengan akuades
6. Cuci dengan alkohol 95% sampai warna violet hilang/tidak dilepaskan
lagi oleh sediaan
7. Cuci dengan akuades
8. Pulas dengan fukhsin selama 30 detik
9. Cuci dengan akuades
10. Biarkan kering di udara, kemudian periksa dan baca hasil sediaan
dengan menggunakan mikroskop cahaya
KULTUR
Tujuan :
• Mengetahui bahwa jamur hidup (viable) dan untuk
identifikasi spesies. Identifikasi spesies dapat membantu
prediksi prognosis selain untuk studi epidemiologi
Spesimen kultur
• Sama dengan spesimen untuk pemeriksaan langsung
Media
• Pada umumnya digunakan media agar Sabouraud yang
mengandung pepton dan dekstrosa
PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD
• false positive :
– dapat diakibatkan antara lain oleh asam salisilat, tetrasiklin, petrolatum
PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD
• Cara pemeriksaan :
– dilakukan di kamar gelap
– diperlukan waktu sebentar untuk adaptasi mata pemeriksa
terhadap gelap
– pemeriksaan pada seluruh lokasi yang mungkin dapat dikenai
penyakit (tidak hanya pada daerah yang klinis tampak kelainan)
– jangan sampai sinar lampu langsung mengenai mata pasien
maupun pemeriksa
II. SUBBAG MORBUS HANSEN
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK
Tujuan :
• Deteksi basil tahan asam (M. Leprae)
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK
Macam Pemeriksaan :
1. Sediaan usapan kerokan jaringan kulit (slit skin
smears)
2. Usapan hembusan napas hidung (nose-blow
smears)
3. Kerokan mukosa hidung (nasal scrapings)
4. Biopsi kulit
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK
• Buat sediaan tersebut dari 6 lesi, yaitu 2 buah dari cuping telinga dan
4 buah lesi dari lainnya. Bila hanya terdapat 1 lesi, sediaan diambil
dari dua sisi yang berlawanan (2 tempat dari 1 lesi). Beri tanda tempat
pengambilan sediaan pada gelas obyek tersebut dengan menggunakan
pinsil kaca (diamond pencil). Sebelum mengambil sediaan dari lesi
yang lain, mata pisau harus dibersihkan dengan kapas alkohol dan
dipanaskan dengan api lampu spritus 2 sampai 3 kali. Keringkan
sediaan tersebut di udara dan kemudian difiksasi dengan dipanaskan
di atas api lampu spritus sebelum diwarnai. Hindarkan sediaan
tersebut dari pajanan sinar matahari, karena akan mengganggu
kapasitas M. leprae untuk mengambil zat warna fukhsin karbol
Pengambilan spesimen
2. Usapan hembusan napas hidung
• Pasien diminta untuk menghembuskan napas beberapa kali pada
selembar plastik bersih, sebaiknya dilakukan pada pagi hari, Spesimen
diambil dari sekret yang terkumpul pada plastik tersebut. Spesimen
dioleskan pada gelas obyek, dikeringkan dan kemudian diwarnai
dengan Ziehl Neelsen
4. Biopsi kulit
• Cara ini dilakukan bila lesi kulit meragukan dan
diutamakan untuk memastikan diagnosis. Perhitungan
jumlah bakteri sama dengan sediaan usapan kerokan
jaringan kulit, namun demikian biopsi kulit tidak
dianjurkan untuk pemeriksaan rutin penilaian
bakterioskopik. Pada sediaan ini M. leprae tidak diwarnai
dengan Ziehl Neelsen, tetapi menggunakan pewarnaan Fite
Faraco untuk sediaan basil tahan asam pada jaringan
Pewarnaan tahan asam
A. pewarnaan Ziehl-Neelsen
• Bahan :
1. Fukhsin-karbol
2. Alkohol asam (3 ml HCI pekat dalam 100 ml alkohol 95%)
3. Biru metilen menurut Loeffler (0,3 biru metilen, 30 alkohol 95%,
0,1 ml larutan KOH 10%, 100 ml akuades)
Pewarnaan tahan asam
A. pewarnaan Ziehl-Neelsen
Cara :
1. Rekatkan sediaan pada gelas obyek dengan api Bunsen
2. Tuang larutan fukhsin-karbol di atas gelas obyek dan panaskan
berhati-hati sampai tampak uap (jangan sampai cairan mendidih)
selama 3 menit
3. Cuci dengan akuades
4. Cuci dengan alkohol asam sampai warna merah hilang/tidak
dilepaskan lagi oleh sediaan
5. Cuci dengan akuades
6. Pulas dengan biru metilen (zat warna lawan) selama 1 1/2-2 menit
7. Cuci dengan akuades
8. Biarkan cahaya dengan pembesaran 400x dan 1000x
Pewarnaan tahan asam
B. Pewarnaan Kinyoun-Gabbett
Bahan :
• Larutan Kinyoun : Fuchsin basic 4.0 g
Fenol 8.0 ml
Alkohol 95% 20.0 ml
Aquadest 100.0 ml
B. Pewarnaan Kinyoun-Gabbett
Cara :
1. Sediaan diwarnai dengan larutan Kinyoun selama 3 menit
dan cuci dengan air
2. Sediaan diwarnai dengan larutan Gabbett selama 1 menit,
dicuci dengan air dan dikeringkan
Pewarnaan tahan asam
B. Pewarnaan Kinyoun-Gabbett
Penilaian hasil
• Sediaan diwarnai dilihat dengan mikroskop
cahaya dengan pembesaran 400x dan 1000x
(dengan minyak emersi)
• Hitung indeks Bakteri (IB) dan indeks
Morfologi (IM)
Indeks Bakteri
Indeks Bakteri ialah jumlah seluruh basil yang hidup (solid) dan mati (batang terputus atau
berbutir/granuler). Berdasarkan skala logaritmik Ridley, nilai IB mempunyai rentangan dari
nol (0) sampai 6+, yaitu :
• 0 : tidak didapatkan basil dalam 100 lapang pandang
• 1+ : 1-10 basil/100 lapang pandang
• 2+ : 1-10 basil/10 lapang pandang
• 3+ : 1-10 basil/lapang pandang
• 4+ : 10-100 basil/lapang pandang
• 5+ : 100-1000 basil/lapang pandang
• 6+ : > 1000 basil/lapang pandang
• Indeks Bakteri pasien dihitung dengan menjumlah seluruh Indeks Bakteri dari tiap lesi yang
diperiksa, kemudian dibagi dengan jumlah lesi tersebut.
Indeks Bakteri
Contoh :
• Telinga kanan 5 + Punggung 4+
• Telinga kiri 5 + Lengan kanan 4+
• Dada 3 + Lengan kiri 3+
I. PEMERIKSAAN VENEREOLOGI
A. Pasien wanita
1. Pemeriksaan genitalia
Cara pemeriksaan genitalia perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Pemeriksaan harus memakai sarung tangan yang bersih
• Pasien harus membuka pakaian dalam, agar dapat dilakukan pemeriksaan genital
(pada keadaan tertentu, kadang-kadang pasien harus membuka seluruh pakaiannya)
• Pada pasien wanita, pemeriksaan dilakukan di tempat tidur ginekologik dalam
posisi litotomi
• Pencahayaan yang terfokuskan pada genitalia pasien/klien harus cukup
• Dilakukan pemeriksaan fisik genital dan sekitarnya dengan cara inspeksi dan
palpasi
• Bila ada fasilitas laboratorium sekaligus dilakukan pengambilan bahan pemeriksaan
I. PEMERIKSAAN VENEREOLOGI
………………………………………………..
………………………………………………..