Anda di halaman 1dari 74

PENGKAJIAN RIWAYAT

KEPERAWATAN
DERMATO-VENEREOLOGI
I. IDENTITAS

No. Kartu Rekam Medis : Bangsa :


Nama : Tempat/Tgl. Lahir :
Jenis Kelamin : Alamat :
Agama : Pendidikan :
Pekerjaan : Tgl. Pemeriksaan :
Status marital : Dokter pemeriksa :
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
• Keluhan (kualitas dan kuantitas)
• Lokasi
• Waktu
2. Keluhan tambahan :
• Gejala lain
3. Riwayat penyakit sekarang
• Awitan sakit
• Perkembangan penyakit
• faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit
antara lain : (faktor pencetus dan faktor predisposisi)
4. Pengobatan yang didapat
• Tindakan atau jenis pengobatan yang didapat : oleh siapa,
bentuk : sistemik atau topikal (jenis obat, konsentrasi,
vehikulum), dosis, cara, lama pemakaian, dan hasil.
5. Riwayat penyakit dahulu
• Yang berhubungan dengan penyakit sekarang sebagai
bahan pertimbangan dan pengobatan yang akan diberikan.
6. Riwayat penyakit keluarga
7. Khusus pada penyakit infeksi tanyakan kemungkinan
sumber penularan, cara penularan, dan pengaruh
lingkungan
8. Khusus Penyakit menular Seksual (PMS) :
• Tanyakan adanya kontak seksual tersangka (coitus
suspectus), jenis kelamin pasangan seksual dan
pekerjaannya, cara melakukan hubungan seksual,
penggunaan kondom.
• Bagi pasien wanita yang menderita fluor albus, perlu
ditanyakan hubungan penyakit dengan menstruasi
(sebelum/sesudah), keletihan fisik/psikis, penggunaan obat,
pemakaian IUD atau alat kontrasepsi lainnya, kehamilan,
tumor, penyakit sistemik atau penyakit kronis lainnya.
• Dispareuni/nyeri saat kontak seksual (bagi pasien wanita)
III. STATUS GENERALIS
Keadaan umum : Kesadaran tanda vital :
Tekanan darah : Frekuensi nadi :
Keadaan gizi : Frekuensi napas :
Tinggi badan : Berat badan :
Cor : Pulmo :
Abdomen : Ekstremitas :
Kelenjar getah bening :
IV A. STATUS DERMATOLOGIKUS

• Lokasi
• Distribusi
• Morfologi (jenis, bentuk, ukuran, batas dan permukaan lesi)
• Kelenjar getah bening khusus (pada penyakit infeksi
sekunder), lues (seluruh tubuh, adenopati), LGV (ettage
bubonum), TBC (skrofuloderma)
B. STATUS VENEREOLOGIKUS

1. Genitalia Pria
• Muara uretra (OUE) : eritema, edema, duh tubuh
(jumlah, konsistensi, warna)
• Praeputium
• Penis
• Skrotum
• Testis
• Epididimis
B. STATUS VENEREOLOGIKUS
2. Genitalia wanita
• Vulva : eritema, edema, erosi, vegetasi
• Muara uretra (OUE) : eritema, edema, fluor albus (jumlah,
konsistensi, warna, bau) Kelenjar Bartholini : pembesaran,
nyeri
• Inspekulo :
• Vagina : eritema, ulkus, vegetasi, duh tubuh
• Portio : eritema, erosi, vegetasi, duh tubuh
C. PEMERIKSAAN KHUSUS

1. PEMERIKSAAN DIASKOPI
2. PEMERIKSAAN SKUAMA (halus atau kasar)
3. UJI EPIDERMOLISIS atau NIKOLSKY SIGN
4. PSORIASIS
– Fenomena tetesan lilin
– Fenomena Auspitz
– Fenomena Koebner
C. PEMERIKSAAN KHUSUS
5. MORBUS HANSEN (MH)
• Uji gangguan fungsi sensibilitas (nyeri, raba, suhu)
• Uji gangguan fungsi motorik (VMT/uji kekuatan otot)
• Uji gangguan otonom (uji Gunawan)
• Pemeriksaan pembesaran saraf dan nyeri saraf (saraf dan
lokasi, pembesaran, konsistensi, nyeri tekan)
6. UJI GORES
• Dermografisme
• White dermographisme
• Scratch test
C. PEMERIKSAAN KHUSUS
7. PEMERIKSAAN ULKUS
• Jumlah ulkus
• Lokasi, bentuk, ukuran, tepi, dinding, dasar, isi, jaringan
sekitar, indurasi, nyeri (dolent), bau
8. PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING
REGIONAL
• Lokasi, jumlah, pembesaran (ukuran), konsistensi (keras,
lunak, kenyal, supurasi), nyeri atau tidak nyeri, perlekatan
dengan sekitarnya, atau dasar ke kulit
9. PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD
• Lokasi, fluoresensi (warna)
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. UMUM
• Pemeriksaan pus dengan pewarnaan Gram atau Giemsa
• Pemeriksaan uji Tzank

2. JAMUR/MIKOLOGI
• Pemeriksaan kerokan jamur (kerokan atau selotip), kulit,
kuku, rambut, dengan pewarnaan (KOH, Gram)
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
3. MH
• Pemeriksaan kerokan jaringan kulit dengan pewarnaan basil
tahan asam (Ziehl Neelsen atau Kinyoun-Gabett)

4. PMS
• Pemeriksaan cairan duh tubuh genital pada laki-laki atau
perempuan (sediaan basah, Gram)
• Pengurutan prostat (duh tubuh)
• Pemeriksaan serum pada ulkus genital dengan mikroskop
lapangan gelap atau pemeriksaan Burry
VI. RESUME
VII. DIAGNOSIS KERJA,
BANDING, PASTI)
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

1. BIOPSI
• Lokasi, cara biopsi, pengiriman jaringan biopsi

2. KULTUR DAN RESISTENSI


• Bahan pemeriksaan : bakteri, jamur
• Media kultur
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN
3. ALERGI/IMUNOLOGI
• Uji tempel
• Uji tusuk
• Uji intradermal
• Uji sinar
• Uji lepromin
• IgE spesifik
• Uji eliminasi dan provokasi
VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

4. PMS
a. Tes serologi untuk sifilis (Non treponemal dan Treponemal)
• Bahan pemeriksaan, interpretasi hasil
b. Kultur gonorrhoea
• Bahan pemeriksaan, media kultur atau media transport
• Tes oksidase, tes fermentasi
IX. PENATALAKSANAAN
Umum
• Antara lain bertujuan untuk pencegahan kekambuhan dan
mempercepat penyembuhan
• Penyuluhan tentang nutrisi, higiene perorangan dan
lingkungan
• Pencegahan luka dan kontraktur pada MH
• Khusus untuk PMS dapat dilakukan konseling
Medikamentosa
• Sistemik (kausal atau simptomatik)
Misalnya : steroid, antibiotika, antihistamin, dan lain-lain
(macam, cara, dosis, lama pemberian, efek samping,
indikasi kontra)
• Topikal :
– Bahan aktif : dipilih sesuai dengan indikasi, meliputi
macam atau jenis dan konsentrasi
– Vehikulum : bentuk sediaan (bedak, cairan, salap, bedak
kocok, krim, linimen, pasta, gel); dipilih sesuai dengan
stadium, lokasi, luas, dalam atau superfisial
– Cara pemakaian
Misalnya : cara kompres, pemakaian salap dan lain
sebagainya
IX. PENATALAKSANAAN

Tindakan (anjuran)
• Ekstrasi komedo
• Enukleasi
• Bedah listrik, bedah beku, bedah skalpel
• Suntikan intralesi
• Ekstraksi kuku
X. PROGNOSIS
• Quo ad vitam
• Quo ad fungtionam
• Quo ad sanationam
PROSEDUR
LABORATORIUM
I. SUBBAG DERMATOMIKOLOGI
PEMERIKSAAN MIKOLOGIS PADA
DERMATOMIKOSIS SUPERFISIALIS

Tujuan
• Deteksi elemen jamur penyebab

Macam
• Pemeriksaan langsung
• Kultur
PEMERIKSAAN MIKOLOGIS PADA
DERMATOMIKOSIS SUPERFISIALIS

Spesimen yang diperiksa


• Bergantung jenis kelainan :
• Kulit : stratum korneum/skuama pada daerah infeksi
aktif
• Rambut : tunggul rambut yang terinfeksi (hair stub),
skuama, pus
• Kuku : bagian kuku yang terinfeksi dan debris di
bawahnya
PEMERIKSAAN LANGSUNG

Tujuan :
• Deteksi elemen jamur yang dapat berupa
hifa, sel ragi, blastospora, artrospora
1. Pengambilan spesimen
Bersihkan dahulu yang akan diambil dengan alkohol 70% dengan tujuan:
• desinfeksi
• membersihkan kotoran/lemak yang mengganggu pembacaan

Kulit :
• kerok dengan skalpel tumpul, bila skuama kasar
• pengambilan dengan selotip, pada skuama halus atau pada pasien
anak
• pengambilan dengan kapas lidi, bila lesi basah
1. Pengambilan spesimen
Rambut :
• pencabutan rambut yang rapuh dengan pinset
• kerokan skuama pada skalp dengan skalpel
• pengambilan pus (kerion) dengan kapas lidi

Kuku :
• kerok dengan skalpel tumpul
2. Pemeriksaan spesimen
Dengan KOH :
• tujuan melisiskan epitel dan debris, sehingga elemen jamur lebih jelas
terlihat
• konsentrasi KOH 10% untuk rambut, 20% untuk kulit, dan 30% untuk
kuku (dapat menggunakan KOH 20%, tetapi waktu berbeda lebih lama)

Cara pemeriksaan KOH :


• sediaan diletakkan pada gelas obyek, tetesi KOH, tutup dengan gelas
penutup
• panaskan sediaan dengan api bunsen, jangan sampai mendidih, untuk
mempercepat lisis (dapat tanpa pemanasan, diamkan sediaan lebih lama)
• periksa sediaan dengan mikroskop pembesaran 100X dan 400X
• cairan KOH tidak boleh/jangan kena lensa
2. Pemeriksaan spesimen
Dengan pewarnaan Gram
• tujuan untuk memperjelas visualisasi elemen jamur (terutama pada
pseudohifa kandida)

Cara pemeriksaan dengan pewarnaan Gram :


• sediaan letakkan pada gelas obyek (bila perlu fiksasi)
• pewarnaan Gram
• pemeriksaan dengan mikroskop pembesaran 1000X
Pewarnaan Gram

Bahan :
1. Karbol-gentianviolet
2. larutan Jodium
3. Fukhsin basa
Pewarnaan Gram
Cara :
1. Rekatkan sediaan pada gelas obyek dengan api Bunsen, kemudian
dinginkan
2. Pulas dengan karbol-gentianviolet selama 60 detik
3. Cuci dengan akuades
4. Pulas dengan larutan jodium selama 30 detik
5. Cuci kembali dengan akuades
6. Cuci dengan alkohol 95% sampai warna violet hilang/tidak dilepaskan
lagi oleh sediaan
7. Cuci dengan akuades
8. Pulas dengan fukhsin selama 30 detik
9. Cuci dengan akuades
10. Biarkan kering di udara, kemudian periksa dan baca hasil sediaan
dengan menggunakan mikroskop cahaya
KULTUR
Tujuan :
• Mengetahui bahwa jamur hidup (viable) dan untuk
identifikasi spesies. Identifikasi spesies dapat membantu
prediksi prognosis selain untuk studi epidemiologi

Spesimen kultur
• Sama dengan spesimen untuk pemeriksaan langsung

Media
• Pada umumnya digunakan media agar Sabouraud yang
mengandung pepton dan dekstrosa
PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD

• Lampu Wood adalah lampu ultra violet (UV) yang setelah


melalui filter khusus mengeluarkan sinar UV panjang
gelombang 375 nm. Dengan sinar UV panjang gelombang
tersebut, senyawa porfirin yang merupakan metabolit
beberapa jamur tertentu akan berfluoresensi

• Fluoresensi terjadi oleh metabolit berupa senyawa porifin.


Hasil positif terlihat sebagai cahaya keemasan (pitiriasis
versikolor) atau kuning kehijauan (tinea kapitis)
PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD
• Guna
– membantu menegakan diagnosis, bila hasil negatif (false negative) tidak
menyingkirkan diagnosis
– petunjuk lokasi pengambilan spesimen pemeriksaan langsung atau
kultur untuk meningkatkan kepositivan hasil
– untuk follow-up hasil pengobatan dan petunjuk kemungkinan lokasi
yang luput dari pengobatan topikal

• false positive :
– dapat diakibatkan antara lain oleh asam salisilat, tetrasiklin, petrolatum
PEMERIKSAAN DENGAN LAMPU WOOD

• Cara pemeriksaan :
– dilakukan di kamar gelap
– diperlukan waktu sebentar untuk adaptasi mata pemeriksa
terhadap gelap
– pemeriksaan pada seluruh lokasi yang mungkin dapat dikenai
penyakit (tidak hanya pada daerah yang klinis tampak kelainan)
– jangan sampai sinar lampu langsung mengenai mata pasien
maupun pemeriksa
II. SUBBAG MORBUS HANSEN
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK

Tujuan :
• Deteksi basil tahan asam (M. Leprae)
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK

Macam Pemeriksaan :
1. Sediaan usapan kerokan jaringan kulit (slit skin
smears)
2. Usapan hembusan napas hidung (nose-blow
smears)
3. Kerokan mukosa hidung (nasal scrapings)
4. Biopsi kulit
PEMERIKSAAN BAKTERIOSKOPIK

Alat-alat yang diperlukan


1. Alkohol 70%
2. Kapas
3. Mata pisau steril (No. 15)
4. Gelas obyek yang bersih (sebaiknya yang baru)
5. Lampu spritus/Bunsen
Pengambilan spesimen
1. Sediaan usapan kerokan jaringan kulit (slit skin smears)
• Pilih lesi yang aktif dan bersihkan dengan alkohol 70% atau eter. Lesi
dijepit di antara ibu jari dan telunjuk tangan kiri sampai pucat, agar
sediaan tidak mengandung darah. Buat insisi sepanjang 5 mm dengan
menggunakan mata pisau. Mata pisau diputar 900 sampai bagian mata
pisau yang lebar sejajar dengan arah irisan. Kerok dengan hati-hati
sebanyak 3 kali dengan arah yang sama, kemudian letakkan bahan
kerokan tersebut di atas gelas obyek. Bahan kerokan diratakan dengan
arah memutar sampai kira-kira berdiameter 7 mm. Sediaan ini
sebaiknya tidak mengandung darah, karena akan mengganggu
pewarnaan dan mempersulit pembacaan hasil.
Pengambilan spesimen

• Buat sediaan tersebut dari 6 lesi, yaitu 2 buah dari cuping telinga dan
4 buah lesi dari lainnya. Bila hanya terdapat 1 lesi, sediaan diambil
dari dua sisi yang berlawanan (2 tempat dari 1 lesi). Beri tanda tempat
pengambilan sediaan pada gelas obyek tersebut dengan menggunakan
pinsil kaca (diamond pencil). Sebelum mengambil sediaan dari lesi
yang lain, mata pisau harus dibersihkan dengan kapas alkohol dan
dipanaskan dengan api lampu spritus 2 sampai 3 kali. Keringkan
sediaan tersebut di udara dan kemudian difiksasi dengan dipanaskan
di atas api lampu spritus sebelum diwarnai. Hindarkan sediaan
tersebut dari pajanan sinar matahari, karena akan mengganggu
kapasitas M. leprae untuk mengambil zat warna fukhsin karbol
Pengambilan spesimen
2. Usapan hembusan napas hidung
• Pasien diminta untuk menghembuskan napas beberapa kali pada
selembar plastik bersih, sebaiknya dilakukan pada pagi hari, Spesimen
diambil dari sekret yang terkumpul pada plastik tersebut. Spesimen
dioleskan pada gelas obyek, dikeringkan dan kemudian diwarnai
dengan Ziehl Neelsen

3. Kerokan mukosa hidung


• Mukosa hidung dibersihkan dengan kapas lidi, kemudian dikerok
dengan pisau skalpel tumpul, dapat juga diambil dengan kapas lidi
(swab) yang bersih. Spesimen dioleskan merata pada gelas obyek,
dikeringkan dan diwarnai dengan Ziehl Neelsen.
Pengambilan spesimen
Catatan :
• Cara pengambilan spesimen no. 2 dan 3 tidak dianjurkan lagi
dengan alasan :
– Seringkali didapatkan positif palsu (false-positive), karena
adanya Mikobakterium atipik yang nonpatogen
– Basil M. leprae tidak didapatkan pada mukosa hidung jika tidak
ada lesi di kulit
– Pada pengobatan, basil M. leprae pada mukosa hidung lebih dulu
hilang/menjadi negatif dibandingkan pada lesi kulit
– Kedua cara tersebut kurang nyaman bagi pasien
Pengambilan spesimen

4. Biopsi kulit
• Cara ini dilakukan bila lesi kulit meragukan dan
diutamakan untuk memastikan diagnosis. Perhitungan
jumlah bakteri sama dengan sediaan usapan kerokan
jaringan kulit, namun demikian biopsi kulit tidak
dianjurkan untuk pemeriksaan rutin penilaian
bakterioskopik. Pada sediaan ini M. leprae tidak diwarnai
dengan Ziehl Neelsen, tetapi menggunakan pewarnaan Fite
Faraco untuk sediaan basil tahan asam pada jaringan
Pewarnaan tahan asam

A. pewarnaan Ziehl-Neelsen
• Bahan :
1. Fukhsin-karbol
2. Alkohol asam (3 ml HCI pekat dalam 100 ml alkohol 95%)
3. Biru metilen menurut Loeffler (0,3 biru metilen, 30 alkohol 95%,
0,1 ml larutan KOH 10%, 100 ml akuades)
Pewarnaan tahan asam
A. pewarnaan Ziehl-Neelsen
Cara :
1. Rekatkan sediaan pada gelas obyek dengan api Bunsen
2. Tuang larutan fukhsin-karbol di atas gelas obyek dan panaskan
berhati-hati sampai tampak uap (jangan sampai cairan mendidih)
selama 3 menit
3. Cuci dengan akuades
4. Cuci dengan alkohol asam sampai warna merah hilang/tidak
dilepaskan lagi oleh sediaan
5. Cuci dengan akuades
6. Pulas dengan biru metilen (zat warna lawan) selama 1 1/2-2 menit
7. Cuci dengan akuades
8. Biarkan cahaya dengan pembesaran 400x dan 1000x
Pewarnaan tahan asam
B. Pewarnaan Kinyoun-Gabbett
Bahan :
• Larutan Kinyoun : Fuchsin basic 4.0 g
Fenol 8.0 ml
Alkohol 95% 20.0 ml
Aquadest 100.0 ml

• Larutan Gabbett : Biru metilen 1.0 g


H2SO4 96% 20.0 ml
Alkohol absolut 30.0 ml
Aquadest 50.0 ml
Pewarnaan tahan asam

B. Pewarnaan Kinyoun-Gabbett
Cara :
1. Sediaan diwarnai dengan larutan Kinyoun selama 3 menit
dan cuci dengan air
2. Sediaan diwarnai dengan larutan Gabbett selama 1 menit,
dicuci dengan air dan dikeringkan
Pewarnaan tahan asam

B. Pewarnaan Kinyoun-Gabbett
Penilaian hasil
• Sediaan diwarnai dilihat dengan mikroskop
cahaya dengan pembesaran 400x dan 1000x
(dengan minyak emersi)
• Hitung indeks Bakteri (IB) dan indeks
Morfologi (IM)
Indeks Bakteri
Indeks Bakteri ialah jumlah seluruh basil yang hidup (solid) dan mati (batang terputus atau
berbutir/granuler). Berdasarkan skala logaritmik Ridley, nilai IB mempunyai rentangan dari
nol (0) sampai 6+, yaitu :
• 0 : tidak didapatkan basil dalam 100 lapang pandang
• 1+ : 1-10 basil/100 lapang pandang
• 2+ : 1-10 basil/10 lapang pandang
• 3+ : 1-10 basil/lapang pandang
• 4+ : 10-100 basil/lapang pandang
• 5+ : 100-1000 basil/lapang pandang
• 6+ : > 1000 basil/lapang pandang

• Indeks Bakteri pasien dihitung dengan menjumlah seluruh Indeks Bakteri dari tiap lesi yang
diperiksa, kemudian dibagi dengan jumlah lesi tersebut.
Indeks Bakteri

Contoh :
• Telinga kanan 5 + Punggung 4+
• Telinga kiri 5 + Lengan kanan 4+
• Dada 3 + Lengan kiri 3+

• Indeks bakteri rata-rata : 5+5+4+4+3+3 = 24 = 4+


6 6
Indeks Morfologi

• Indeks Morfologi adalah persentase jumlah basil yang hidup


dibandingkan dengan seluruh basil (yang hidup maupun
yang mati) pada sediaan tersebut. Basil yang dihitung ialah
basil yang letaknya terpisah, tidak dalam bentuk globus.
Indeks Morfologi ini dapat digunakan untuk menilai
respons terhadap pengobatan yang diberikan. Dapat
disimpulkan bahwa peningkatan IM menunjukkan
perburukan dan penurunan IM menunjukkan perbaikan
pasien
III. SUBBAG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
(PMS)

I. PEMERIKSAAN VENEREOLOGI
A. Pasien wanita
1. Pemeriksaan genitalia
Cara pemeriksaan genitalia perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Pemeriksaan harus memakai sarung tangan yang bersih
• Pasien harus membuka pakaian dalam, agar dapat dilakukan pemeriksaan genital
(pada keadaan tertentu, kadang-kadang pasien harus membuka seluruh pakaiannya)
• Pada pasien wanita, pemeriksaan dilakukan di tempat tidur ginekologik dalam
posisi litotomi
• Pencahayaan yang terfokuskan pada genitalia pasien/klien harus cukup
• Dilakukan pemeriksaan fisik genital dan sekitarnya dengan cara inspeksi dan
palpasi
• Bila ada fasilitas laboratorium sekaligus dilakukan pengambilan bahan pemeriksaan
I. PEMERIKSAAN VENEREOLOGI

1.1 Pemeriksaan genitalia eksterna


Pada pemeriksaan genitalia eksterna kemungkinan adanya :
• Limfadenopati atau limfadenitis di daerah lipat paha
• Tanda kemerahan, bengkak, lecet, luka atau tumbuhan di daerah vulva, labia major atau minor
(bagi pasien wanita), dan di daerah glans penis, muara uretra, preputium, batang penis, serta
skrotum (pasien pria)
• cairan yang keluar dari vagina (pasien wanita) atau muara uretra (pasien pria)
• Ulkus atau luka : jumlahnya, ukuran, penyebaran, rasa nyeri ketika disentuh dengan lidi kapas,
batas/bentuk, dasar, indurasi, tepi.
• Vesikel
• Kutil : bentuk dan jumlah kutil, apakah bertonjolan dengan ujung runcing seperti jengger ayam
• Kelainan lainnya
I. PEMERIKSAAN VENEREOLOGI

1.2 Pemeriksaan genitalia interna


• Pada pasien wanita pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
spekulum (inspekulo). Sebelum pemeriksaan dijelaskan agar pasien
membuka lututnya lebar-lebar agar otot-otot genitalia lemas, dan
menarik napas panjang untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada
saat spekulum dimasukan. Spekulum harus sudah disterilkan dan
sebaiknya dijaga agar suhunya tidak jauh berbeda dengan suhu tubuh.
Pemasangan spekulum hendaknya dilakukan sesuai standar,
selanjutnya vagina dan serviks diperiksa terhadap kemungkinan
adanya :
I. PEMERIKSAAN VENEREOLOGI
Selanjutnya vagina dan serviks diperiksa terhadap kemungkinan adanya :
a. cairan peradangan (merah dan bengkak) pada selaput lendir vagina
atau serviks
b. cairan vagina yang abnormal (duh tubuh vagina), yang dapat berupa :
• cairan putih kental seperti susu basi (dugaan kandidiasis)
• cairan homogen putih atau keabu-abuan berbau amis, yang menutupi
dinding vagina (dugaan vaginosis bakterial)
• cairan abu-abu atau hijau berbusa dan bau busuk dengan gambaran
serviks seperti strawberry (dugaan trikomoniasis)
c. Ulkus
d. Kutil
e. serviks yang rapuh : mudah berdarah, jaringan mudah lepas. Apakah
ada cairan yang keluar dari ostium serviks uteri
f. Kelainan lainnya
2. Pengambilan spesimen
2.1 Pasien dengan gejala duh tubuh vagina
Daerah vulva dibersihkan dengan kapas basah (larutan KMn04/sublimat)
• Pada pasien “nyonya” dilakukan pemeriksaan inspekulo, spekulum
dimasukan ke dalam vagina, kemudian dilakukan pengambilan bahan
pemeriksaan dengan sengkelit untuk pembuatan sediaan apus dari :
– serviks
– forniks posterior
– dinding vagina (dapat juga dengan lidi kapas steril)
– uretra
• Pada pasien dengan status “nona” tidak dilakukan pemeriksaan
dengan spekulum, sehingga bahan diambil dengan sengkelit dari
vagina dan uretra.
Setiap pengambilan bahan untuk masing-masing pemeriksaan harus
menggunakan sengkelit/lidi kapas/swab yang telah distreril terlebih
dahulu.
2. Pengambilan spesimen
2.2 Pasien dengan gejala duh tubuh genital
– Duh tubuh diambil dari muara uretra dengan
sengkelit yang dimasukan melalui orificium
uretrae sedalam 1-2 cm, untuk keperluan :
1. Pembuatan sediaan apus
2. Pembuatan sediaan basah
3. Pemeriksaan kultur gonokokus
4. Swab khusus untuk pemeriksaan Chlamydia
2. Pengambilan spesimen
2.3 Pasien dengan gejala ulkus genital
• Untuk pemeriksaan Treponema pallidum :
– ulkus dibersihkan dengan kain kasa yang dibasahi dengan larutan salin fisiologis
– ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk, sampai keluar cairan serum
– serum diambil dengan kaca obyek/kaca tutup untuk pemeriksaan lapangan gelap,
atau pewarnaan Burry.
• Untuk pemeriksaan Hemolphylus duscreyi :
– bahan diambil dari dasar/tepi ulkus dengan sengkelit/lidi kapas steril, dioleskan
pada gelas obyek untuk pembuatan sediaan apus dengan pewarnaan Gram atau
Unna-Pappenheim. Bila hasil negatif, kedua pemeriksaan tersebut dilakukan 3
hari berturut-turut.
Pada semua pasien baru dengan PMS, dilakukan uji serologi untuk
sifilis dengan bahan yang diambil dari darah vena
II. Pemeriksaan laboratorium
Secara bertahap, pemeriksaan sederhana (mikropskopik cairan/lendir
mulut rahim) di tingkat Puskesmas perlu dilakukan. Di dalam ruang
laboratorium, dilakuakn pemrosesan bahan pemeriksaan yang dikirim
dari ruang periksa.
Pemrosesan oleh seorang analis laboratorium, kemudian hasil
dibacakan serta dicatat, untuk kemudian diserahkan ke tenaga
medis/paramedis yang memeriksa. Setelah mendapatkan hasil
laboratorium, pasien kembali ke ruang periksa untuk mendapatkan
resep pengobatan sesuai penyakitnya. Selain itu pasien diberikan pula
penjelasan (KIE : Komunikasi, Imformasi, Edukasi) mengenai
penyakit dan PMS secara keseluruhan dan pentingnya penanganan
pasangan seksual.
Pewarnaan Giemsa
Bahan :
• Larutan Giemsa 3,5% dalam larutan bufer (1 preparat memerlukan 4-
5 tetes larutan Giemsa dalam 4 ml bufer)
• Alkohol absolut
Cara :
• Fiksasi sediaan apus dengan meneteskan alkohol pada gelas obyek
selama 60 detik
• Keringkan
• Tuangkan larutan Giemsa 3,5% yang dilarutkan dalam larutan bufer.
Warnai selama 30 menit
• Bilas dengan air dan keringkan sediaan dengan posisi vertikal.
• Hasil diperiksa dengan mikroskop cahaya pembesaran 400x dan
1000x
Pewarnaan Gram
• Lihat laboratorium Mikologi
Kerangka Status

Penyakit Kulit & Kelamin


A. Identitas
Nama : ………………………
Jenis kelamin : ………………………
Umur : ………………………
Pekerjaan/profesi : ………………………
Alamat : ………………………
B. Anamnesis/Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang …………………………………….
……………………………………………………………………………………….
2. Riwayat penyakit sebelumnya (yang ada hubungannya dengan penyakit ini)………
……………………………………………………………………………………….
3. Riwayat keluarga (bila ada hubungannya dengan penyakit ini)……………………..
……………………………………………………………………………………….
4. Keadaan lingkungan (yang ada hubungannya dengan penyakit ini)…………………
……………………………………………………………………………………….
5. Kebiasaan/pekerjaan yang ada hubungannya dengan penyakit ini ………………….
………………………………………………………………………...
6. Penyakit lain yang ada hubungannya dengan penyakit ini ………………………….
………………………………………………………………………...
7. Pengobatan-pengobatan yang telah dilakukan hasilnya …………………………….
………………………………………………………………………...
C. Pemeriksaan Klinik

(diberi tanda pada gambar)


Lokalisasi bentuk dan susunan UKK
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
…………………………………………………………
D. Diferensial diagnosis/Diagnosis banding

(dengan alasan yang diambil dari Riwayat Penyakit dan


Pemeriksaan Klinik)
1. ………………… alasan : -…………………………...
- …………………………..
2. ………………… alasan : - …………………………..
- …………………………..
3. ………………….alasan : - …………………………..
- …………………………..
E. Pemeriksaan laboratorium/tes :
dikerjakan sendiri/diusulkan

(dengan alasan yang diambil dari kemungkinan Diagnosa)


1. …………………….. alasan : ………………………….
2. …………………….. alasan : ………………………….
F. Diagnosis Kerja
1. …………………………………………………….
2. …………………………………………………….
G. Terapi
(Ditujukan terhadap diagnosis dengan mengingat indikasi dan kontra indikasi)
Terapi yang dikerjakan (disesuaikan dengan fasilitas & kondisi penderita)
Sistemik topikal lain-lain lamanya
Kausatif ………. ………. ………. ……….
Simptomatik ………. ………. ……….. ……….
………. ………. ………. ……….
R/ ……………………
……………………

Nasehat : - cara penggunaan :………………………….


- hal-hal yang perlu dikerjakan :…………….
- hal-hal yang perlu dihindari : ……………..
- lain-lain : ………………………………….
Pencegahan : ………………………………………….
H. Prognosis

Hal-hal yang terjadi kemudian bila :


• penyakit ini tidak diobati : ………………………………...
• penyakit ini diobati tidak sempurna :……………………...
• penyakit ini telah sembuh secara klinik :…………………..
I. Rencana selanjutnya

………………………………………………..
………………………………………………..

Anda mungkin juga menyukai