Anda di halaman 1dari 32

PELAKSANAAN OPERASI KASUS

BEDAH DI ERA PANDEMI COVID-19


DAN SESUAI SNARS EDISI 1.1

Dr. dr. Adi Muradi Muhar, Sp.B-KBD


• Droplet yg disebarkan orang yg terkena, kontak dengan
sekresi pernapasan pasien, permukaan dan peralatan yg
terkontaminasi.
• Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari
MODE manusia ke manusia melalui kontak erat dan droplet,
PENULARAN tidak melalui udara.
COVID-19 :
(Pedoman PPI Covid-19 Kemenkes RI).
WHO is considering “airborne precautions” for medical staff
after a new study showed the coronavirus can survive in the air
in some settings.

The coronavirus can go airborne, staying suspended in the air


depending on factors such as heat and humidity, WHO officials
said.

PUBLISHED MON, MAR 16 202012:24 PM


EDT UPDATED TUE, MAR 17 2020 12:00 AM EDT (CNBC)
COVID-19 EARLY WARNING SCORE
PERTIMBANGAN PEMBEDAHAN
DIAGRAM ALUR PERTIMBANGAN APD DAN
KAMAR OPERASI
LEVEL APD
SASARAN KESELAMATAN PASIEN

SASARAN 4 :
Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang
benar, pembedahan pada pasien yang benar
Standar SKP.4
• Rumah sakit memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien
sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur.

Standar SKP.4.1
• Rumah sakit memastikan dilaksanakannya proses Time-out di kamar operasi atau
ruang tindakan sebelum operasi dimulai.
MAKSUD DAN TUJUAN SKP.4 DAN SKP.4.1
• Salah-Lokasi, Salah-Prosedur, dan Salah-Pasien yang menjalani tindakan serta
prosedur merupakan kejadian sangat mengkhawatirkan dan dapat terjadi.
• Kesalahan ini terjadi antara lain akibat :
1. Komunikasi yang tidak efektif dan tidak adekuat antar anggota tim
2. Tidak ada keterlibatan pasien untuk memastikan ketepatan lokasi operasi dan tidak ada
prosedur untuk verifikasi
3. Asesmen pasien tidak lengkap
4. Catatan rekam medik tidak lengkap
5. Budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antaranggota tim
6. Masalah yang terkait dengan tulisan yang tidak terbaca, tidak jelas, dan tidak lengkap
7. Penggunaan singkatan yang tidak terstandardisasi dan dilarang.
Rumah sakit harus menentukan area-area di dalam rumah
sakit yang melakukan tindakan bedah dan prosedur invasif.

Ketentuan rumah sakit tentang Tepat-Lokasi, Tepat-


Prosedur, dan Tepat-Pasien berlaku di semua area rumah
sakit di lokasi tindakan bedah dan invasif dilakukan.
• Rumah sakit diminta untuk menetapkan prosedur yang seragam sebagai berikut:
1. Beri tanda di tempat operasi;
2. Dilakukan verifikasi praoperasi;
3. Melakukan Time Out sebelum insisi kulit dimulai.
ELEMEN PENILAIAN SKP.4.1

YANG PERLU DIKETAHUI PADA STANDAR NASIONAL AKREDITASI


RUMAH SAKIT EDISI 1

Setiap elemen penilaian dilengkapi dengan :


R = Regulasi
D = Dokumen
W = Wawancara
O = Observasi
S = Simulasi
ELEMEN PENILAIAN SKP.4.1

• Ada regulasi untuk prosedur bedah aman dengan menggunakan “surgical check list ”
(Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety 2009). (R)

• Sebelum operasi atau tindakan invasif dilakukan, rumah sakit menyediakan “check list”
atau proses lain untuk mencatat, apakah informed consent sudah benar dan lengkap,
apakah Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sudah teridentifikasi, apakah
semua dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah siap tersedia dengan lengkap
dan berfungsi dengan baik. (D,O)
ELEMEN PENILAIAN SKP.4.1

• Rumah sakit menggunakan Komponen Time-Out terdiri atas identifikasi Tepat-Pasien,


Tepat-Prosedur, dan Tepat-Lokasi, persetujuan atas operasi dan konfirmasi bahwa
proses verifikasi sudah lengkap dilakukan sebelum melakukan irisan. (D,O,W,S)

• Rumah sakit menggunakan ketentuan yang sama tentang Tepat-Lokasi, TepatProsedur,


dan Tepat-Pasien jika operasi dilakukan di luar kamar operasi termasuk prosedur
tindakan medis dan gigi. (D,O,W)
ASUHAN PASIEN BEDAH
STANDAR PAB.7
ASUHAN SETIAP PASIEN BEDAH DIRENCANAKAN BERDASAR
HASIL ASESMEN DAN DICATAT DALAM REKAM MEDIS PASIEN
Asesmen PraBedah  Informasi, Analisis, Rencana
Elemen Penilaian PAB.7

1. Ada regulasi tentang asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasar informasi dari
hasil asesmen (R)

2. Diagnosis pra operasi dan rencana operasi dicatat di rekam medik pasien oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebelum operasi dimulai (D,W)

3. Hasil asesmen yg digunakan utk menentukan rencana operasi dicatat oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) di rekam medis pasien sebelum operasi dimulai
(Lihat juga, AP.1.2.1; AP 1.3.1) (D,W)
STANDAR PAB.7.1
RISIKO, MANFAAT DAN ALTERNATIF DIDISKUSIKAN DENGAN
PASIEN DAN ATAU KELUARGA ATAU PIHAK LAIN YG
BERWENANG YG MEMBERIKAN KEPUTUSAN
Informed consent tindakan op & penggunaan darah/pd
Elemen Penilaian PAB.7.1 1.

1. Pasien, keluarga dan mereka yg memutuskan diberi edukasi tentang risiko, manfaat,
komplikasi, dampak dan alternatif prosedur/teknik terkait rencana operasi (D,W)

2. Edukasi memuat kebutuhan, risiko, manfaat dan alternatif penggunaan darah dan
produk darah (D,W)

3. Edukasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) dan dicatat pada bagian
pemberian informasi dalam form persetujuan tindakan kedokteran (D,W)
STANDAR PAB.7.2
INFORMASI YG TERKAIT DGN OPERASI DICATAT DALAM LAPORAN OPERASI
DAN DIGUNAKAN UNTUK MENYUSUN RENCANA ASUHAN LANJUTAN

• Elemen Penilaian PAB.7.2


1. Ada regulasi ttg laporan operasi yg meliputi sekurang-kurangnya a) s/d h) di dalam
maksud dan tujuan (R).
2. Ada bukti laporan operasi memuat paling sedikit a) s/d h) di Maksud dan tujuan
dan dicatat pada form yg ditetapkan RS, tersedia segera setelah operasi selesai dan
sebelum pasien dipindah ke area lain untuk asuhan biasa (D,W)
3. Laporan operasi dapat dicatat di area asuhan intensif lanjutan (D,W)
STANDAR PAB.7.3
DITETAPKAN RENCANA ASUHAN PASCA OPERASI DAN
DICATAT DALAM REKAM MEDIS
Elemen Penilaian PAB.7.3 1.
1. Ada regulasi ttg rencana asuhan pasca operasi dibuat oleh dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP), perawat, dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya, utk memenuhi kebutuhan segera
pasien pasca operasi. (R)
2. Ada bukti pelaksanaan rencana asuhan pasca operasi dicatat di rekam medis pasien dalam waktu 24
jam oleh DPJP atau di verifikasi oleh DPJP bila ditulis oleh dokter bedah yg didelegasikan (D,W)
3. Ada bukti pelaksanaan rencana asuhan pasca operasi termasuk rencana asuhan medis, keperawatan,
dan PPA lainnya berdasar kebutuhan pasien (D,O,W)
4. Ada bukti pelaksanaan rencana asuhan pasca operasi diubah berdasar asesmen ulang pasien.
(D,O,W)
KRITERIA PRIORITISAS UNTUK OPERASI ELEKTIF SELAMA
PANDEMI COVID 19
Pedoman Jenis Rekomendasi Prioritas Definisi Tindakan
Pedoman Jenis Rekomendasi Prioritas Definisi Tindakan
SKALA KETAJAMAN BEDAH ELEKTIF (ESAS)
Deskripsi Definisi Lokasi Contoh Aksi
Tier 1a Ketajaman rendah Departemen Rawat Jalan RS Carpal tunnel release Tunda operasi atau lakukan
operasi / pasien sehat Pusat Bedah Ambulatori Penile prosthesis di ASC
Operasi rawat jalan Rumah sakit dengan sensus EGD
Bukan penyakit yang mengancam jiwa COVID-9 rendah Colonoscopy

Tier 1b Ketajaman rendah Departemen Rawat Jalan RS Tunda operasi atau lakukan
operasi / pasien sehat Pusat Bedah Ambulatori di ASC
Rumah sakit dengan sensus
COVID-9 rendah

Tier 2a Pembedahan ketajaman menengah / Departemen Rawat Jalan RS Kanker risiko rendah Tulang Tunda operasi jika
pasien sehat. Pusat Bedah Ambulatori belakang tidak mendesak memungkinkan atau
Tidak mengancam jiwa tetapi Rumah sakit dengan sensus Kolik ureter pertimbangkan ASC
berpotensi untuk morbiditas dan COVID-19 rendah / tidak
mortalitas di masa depan.
Membutuhkan rawat inap di RS.
Deskripsi Definisi Lokasi Contoh Aksi

Tier 2b Pembedahan ketajaman Departemen Rawat Jalan Tunda operasi jika


menengah / pasien tidak sehat RS memungkinkan atau
Pusat Bedah Ambulatori pertimbangkan ASC
Rumah sakit dengan
sensus COVID-19
rendah / tidak

Tier 3a Operasi ketajaman tinggi / Rumah sakit Sebagian besar kanker Jangan menunda
pasien sehat Pasien yang sangat
bergejala

Tier 3b Operasi ketajaman tinggi / Rumah sakit Jangan menunda


pasien tidak sehat
COVID 19: PEDOMAN TRIAGE KASUS PILIHAN
UNTUK PERAWATAN BEDAH
Operasi Kanker Payudara

Fase I. Pengaturan Semi-Urgent (Fase Persiapan)  sumber daya rumah sakit tidak habis, institusi masih memiliki
kapasitas ventilasi ICU
• Pasien Neoadjuvant menyelesaikan perawatan • Tahap klinis T2 atau N1 ERpos / PRpos / HER2 tumor negatif *
& • Tiga kali lipat pasien negatif atau HER2 positif * & • Biopsi cenderung ganas • Eksisi rekurensi ganas

Fase II. Pengaturan yang mendesak Banyak pasien COVID 19, ICU dan kapasitas ventilator terbatas
• Sayatan dan drainase abses payudara • Evakuasi hematoma • Revisi flap mastektomi iskemik • Revaskularisasi /
revisi flap jaringan autologus *

Fase III. Sumber daya rumah sakit semuanya dialihkan ke pasien COVID 19, tidak ada ventilator atau kapasitas
ICU.
Sayatan dan drainase abses payudara • Evakuasi hematoma • Revisi flap mastektomi iskemik • Revaskularisasi /
revisi flap jaringan autologus *
Bedah Umum Darurat

• Trombosis Hemoroid Akut / Nekrosis


• Perianal atau Abses Perirektal
• Infeksi Jaringan Lunak
• Pankreatitis akut dengan Nekrosis
• Pneumoperitoneum, Iskemia Usus, Obstruksi Usus
• Apendisitis, tidak komplikasi
• Apendisitis, komplikasi
• Cholelithiasis simtomatik
• Choledocholithiasis
• Cholecystitis akut
• Kolangitis
• Divertikulitis
Bedah Vaskular

Peripheral aneurysm, Symptomatic Jangan menunda

Peripheral aneurysm, Asymptomatic Pertimbangkan untuk menunda

Perbaikan Pseudoaneurysm: Tidak


kandidat untuk trombin injeksi atau Jangan menunda
Aneurysm peripheral
kompresi, berkembang cepat,
kompleks

Symptomatic non-aortic intra- Jangan menunda


abdominal aneurysm

Asymptomatic non-aortic intra-


Pertimbangkan untuk menunda
abdominal aneurysm
DVT iliofemoral akut dengan
Jangan menunda
phlegmasia

Penempatan filter IVC Tunda jika memungkinkan

Gejala besar DVT iliofemoral Tunda jika memungkinkan


berisiko rendah

Prosedur untuk Ulserasi sekunder


venous Pertimbangkan untuk menunda
akibat penyakit vena

Asimtomatik May Thurner Menunda


sindroma
Penghapusan filter IVC Menunda

Varises, ablasi GSV Menunda


Bedah Kanker Kolorektal

Fase I. Pengaturan Semi-Urgent (Fase Persiapan)  Beberapa pasien COVID-19, sumber daya rumah sakit tidak
habis, institusi masih memiliki kapasitas ventilator ICU
• Hampir menghalangi usus besar • Hampir menghalangi kanker rektum • Kanker yang sering membutuhkan transfusi
• Kanker usus besar tanpa gejala • Kanker dubur setelah kemoradiasi neoadjuvan tanpa respons terhadap terapi •
Kanker dengan keprihatinan tentang perforasi lokal dan sepsis • Kanker rektum tahap awal di mana terapi ajuvan
tidak tepat

Fase II. Pengaturan yang mendesak  Banyak pasien COVID-19, ICU dan kapasitas ventilator terbatas
• Nyaris menghalangi kanker usus besar di mana pemasangan stent bukan pilihan • Hampir menghalangi kanker
rektum (harus dialihkan) • Kanker dengan persyaratan transfusi yang tinggi (rawat inap) • Kanker dengan bukti
perforasi dan sepsis yang tertunda

Fase III  Sumber daya rumah sakit semuanya dialihkan ke COVID 19 pasien, tidak ada ventilator atau kapasitas
ICU
• Kanker berdarah, tersumbat, atau aktif (tergantung transfusi rawat inap) • Kasus dengan sepsis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai