Anda di halaman 1dari 36

KHITHAH PERJUANGAN

MUHAMMADIYAH

m. sukriyanto. a.r.
Pengertian Khithah
 Khittah  garis
 Khittah perjuangan = garis
perjuangan
 Khittah Perjuangan Muhammadiyah
 Garis Perjuangan Muhammadiyah.
Khithah Perjuangan
Muhammadiyah

• Langkah 12 KH Mas Mansur


• Khithah Palembang (1956 – 1959)
• Khithah Ponorogo (1969)
• Khithah Ujung Pandang (1971)
• Khithah Jakarta
• Khithah Bali / Denpasar (2002)
• Khithah Malang
12 Langkah Muhammadiyah 1940
(12 langkah KH Mas Mansur)
1. Memperdalam masuknya iman
2. Memperluas paham agama
3. Memperbuahkan budi pekerti
4. Menuntun amalan intiqad
5. Menguatkan persatuan
6. Menegakkan keadilan
7. Melakukan kebijaksanaan
8. Menguatkan tanwir
9. Mengadakan musyawarah
10. Memusyawaratkan putusan
11. Mengawasi gerakan ke dalam
12. Menghubungkan gerakan luar.
Khithah Palembang 1956 -
1959
1. Menjiwai (memperkuat) pribadi anggota terutama
pimpinan Muhammadiyah
2. Melaksanakan uswatun hasanah
3. Mengutuhkan organisasi dan merapihkan
administrasi
4. Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal
5. Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader
6. Mempererat ukhuwah
7. Menuntun penghidupan anggota
(Khittah ini dilatarbelakangi keluarnya organisasi-2
dari Masyumi dan ditiadakannya keanggotaan
istimewa partai Masyumi)
Khithah Ponorogo 1969 – (1)
 Latar belakangnya adalah (a) kuatnya
dorongan sebagian warga
Muhammadiyah untuk terjun di
bidang politik (b) kegagalan umat
Islam merehabilisasi Masyumi, (c)
Pembentukan Partai Muslimin
Indonesia tapi kemudian ‘direbut’
Naro dkk.
Khithah Ponorogo 1969 – (2)
1. Muhammadiyah berjuang utk mencapai /
mewujudkan cita-cita dan keyakinan hidup
yg bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah.
2. Dakwah Islam dan amar makruf dan nahi
munkar adalah satu-satunya metode untuk
mencapai tujuan itu.
3. Dakwah Islam dan amar makruf dan nahi
munkar dilakukan dengan dua saluran /
bidang secara simultan (1) saluran politik
kenegaraan (politik praktis – dengan
membentuk parpol) (2) Saluran
masyarakat (non partai)
Khithah Ponorogo 1969 - 3
4. Muhammadiyah memilih bidang
kemasyarakatan sedang untuk perjuangan
politik praktis Muhammadiyah membentuk
partai politik di luar Muhammadiyah.
5. Partai politik menjadi proyek
Muhammadiyah
6. Antara parpol dan Muhammadiyah tdk ada
hubungan organisatoris (struktural), yg ada
hubungan ideologis
7. Tidak dibenarkan perangkapan jabatan
antara pimpinan Muhammadiyah dengan
pimpinan partai politik.
Catatan
 Di masa awal Nabi menolak jabatan
politik (karena waktu itu kuat Islam
belum kuat)
 Di Madinah, pada saat persetujuan
Piagam Madinah, Nabi menerima
jabatan politik (sebagai kepala
negara Madinah). Karena pada waktu
itu umat Islam sudah kuat, pengikut
nya sudah banyak.
Khithah Ujung Pandang 1971
1. Mhdyh adalah gerakan Islam amar makruf nahi
munkar (AMNM) dlm kehidupan masyarakat tdk
mempunyai hubungan apapun dengan parpol
2. Anggota Mhdyh bebas tidak masuk atau masuk orpol
yg tdk betentangan dengan AD & ART
3. Utk memantabkan sbg gerakan AMNM Mhdyh
melakukan AMNM secara konstruktif thd Parmusi
seperti thd partai-2 politik dan organisasi lain.
4. Meningkatkan partisipasi dalam pembangunan
nasional mengamanatkan kepada PP Muhammadiyah
untuk menggariskan kebijaksanaan dan mengambil
langkah-langkah dalam pembangunan ekonomi,
sosial dan mental spiritual
Khithah Ujung Pandang 1971
 Merupakan Keputusan Muktamar 1971 (21
– 26 September) di Ujung Pandang :
Intinya Muhammadiyah tdk mempunyai
hub politik dengan parpol apapun
 Setiap anggota Muhammadiyah dpt tdk
memasuki parpol sepanjang tidak
bertentangan dengan AD & ART
 Mhdyh secara konstruktif melakukan
DAMNM terhadap Parmusi dan parpol-2
lain.
Khithah Surabaya 1978
 Intinya Muhammadiyah tetap
bergerak di bidang kemasyarakatan
dan tidak terlibat dalam politik praktis
(partai politik)
Khittah Surabaya 1978
 Hakekat Muhammadiyah : Gerakan
Dakawah Islam Amar makruf dan
nahi Munkar
 Dakwah Jamaah  Masy Islam Yg
Sebenar-benarnya.
 Mhmdyah dan Politik * tdk
mempunyai hb organisastoris dg
partai. * Dpt memasuki atau tidak
partai yg sepaham dg Muh
Khittah Surabaya 1978
 Muhammadiyah dan Ukhuwah
Islamiyah
 Dasar Program ; 1) Jati diri
Muhammadiyah 2). Meningkatkan
hak dan kewajiban sbg warga negara
3) Amar makruf dan nahi munkar 4)
Menjelaskan Khittah perjuangan spy
tdk ada salah tafsir.
Tilka ‘Asyaratun Kamilah (10 Garis
Kebijaksanaan Pimpinan
Muhammadiyah 1978 – 1981) - 1
1. Agama Islam selalu menjiwai gerak dan
kegiatan Persyarikatan dengan senantiasa
mengamalkan ajaran secara sungguh-
sungguh baik dari segi aqidah maupun
syariah
2. Menyelenggarakan amal usaha dg tertib
organisasi sesuai dg ketentuan
persyarikatan. Senantiasa menjaga
ketertiban administrasi keuangan dan
ketatausaaan
Tilka ‘Asyaratun Kamilah -2
(lanjutan)
3. Berusaha agar Persyarikatan bersama-sama anggota
dan keluarga besarnya mampu membiayai diri
sendiri amal usahanya.
4. Mewujudkan Muhammadiyah dengan seluruh warga
keluarga besar sebagai organisasi kesatuan
5. Anggota Pimpinan Persyarikatan supaya membina diri
untuk mewujudkan Pimpinan Kolegial selaku imamah
yang pantas ditaati kepemimpinanya
6. Peningkatan pelaksanaan organisasi bahwa setiap
anggota Pimpinan Persyarikatan tidak merangkap
jabatan dengan pimpinan organisasi politik dan atau
organisasi lain untuk menjamin efisiensi dan
efektifitas serta kemurnian kepemimpinanya
Tilka ‘Asyaratun Kamilah – 3
(lanjutan)
7. Berusaha mewujudkan kerjasama dengan organisasi-
organisasi Islam yang ada untuk keselamatan dan
kemaslahatan negara dan masyarakat, serta
berusaha mewujudkan ukhuwah Islamiyah di antara
segenap umat Islam Indonesia
8. Menjalin kerjasama dan keakraban dg pejabat
pemerintah dalam usaha membangun Negara dg
dasar amar makruf nahi munkar, dan dalam
menjalankan amal usaha Persyarikatan supaya selalu
mengindahkan memperhatikan hukum dan peraturan
Negara.
9. Membina dan mengikutsertakan tenaga-tenaga yang
lebih muda yang cakap dan memenuhi syarat dalam
pimpinan dan amal usaha Persyarikatan untuk
menjamin kesinambungan Pimpinan Persyarikatan.
Tilka ‘Asyaratun Kamilah – 4
(lanjutan)
10. Setiap anggota Pimpinan agar tetap
menjalin silaturrahmi dg anggota dan
supaya ikut serta dalam kegiatan dan
amal usaha di rantingnya.
Mengusahakan agar setiap anggota
diikut sertakan pada amal usaha
Persyarikatan
Khithah Denpasar 2002
 Diputuskan dalam Sidang Tanwir
2002 di Denpasar
 Intinya Muhammadiyah tetap di jalur
kemasyarakatan dan menggalakkan
dakwah AMNM
 Anggota bebas untuk tidak memasuki
atau memasuki partai politik
Khittah Denpasar 2002
 Politik slh satu aspek ajaran Islam
 Politik perlu utk membangun negara
 Memilih pembinaan masyarakat
 Mendorong secara kritis spy perjuang
an politik utk kepentingan bangsa
 Berusaha mempengaruhi proses
politik.
Khittah Denpasar 2002
 Tdk berafiliasi dg partai
 Memberi kebebsan pd anggota utk
memilih partai
 Spy dlm berpolitik bertanggung jawab
dg dasar akhlakul karimah
 Bekerja sama dg golongan manapun
untuk kebaikan bangsa dan negara.
Khittah Denpasar (dialog)
 Toni Hartono ; apa bentuk (implemen
tasi) kerja sama dg pihak lain ?
 Heri Haryanto ; dkwh jamaah? (GJDJ
tanwir 1967 & muktamar 1968) ?
 Sunario ; apakah yg aktif di politik,
tetap boleh aktif di Muh ?
 Habib : kerja sama Alfamart Sang
Surya, Smartphone dsb.
 A.Aziz : AMNM
Khittah Denpasar (dialog)
 Mirza : instruksi2 – misal idul fitri
serentak
 Hasyim Asy’ari : seluruh aspek
kehidupan.
Muhammadiyah dan Isu-isu Strategis
Keumatan, Kebangsaan dan
Kemanusiaan Universal
A. Keumatan
1. Kemiskinan Kepemimpinan &
Keteladanan
2. Komoditasi Agama
3. Konservatisme Agama
4. Kemajemukan Agama
5. Keadilan Gender
(Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah / Muktamar
Muhammadiyah ke 44 di Yogyakarta 20 – 25 Rajab 1431 H / 3
– 8 Juli 2010 M)
Muhammadiyah dan Isu-isu
Strategis .... 2
B. Kebangsaan
1. Revitalisasi Karakter Bangsa
2. Pemberantasan Korupsi
3. Reformasi Lembaga Penegakan Hukum
4. Perlindungan Kesejahteraan Pekerja
5. Sistem Suksesi Kepemipinan Nasional
6. Reformasi Birokrasi
7. Reformasi Agraria dan Kebijakan Pertanahan
Muhammadiyah dan Isu-isu
Strategis .... 3
C. Kemanusiaan Universal
1. Krisis Kemanusiaan Modern
2. Krisis Pangan dan Energi
3. Krisis Ekonomi Global
4. Krisis Lingkungan dan Perubahan Iklim
5. Islamophobia
6. Migrasi Global
7. Dialog Antar Agama dan Peradaban
Pernyataan Pikiran
Muhammadiyah Abad Kedua
I. Kesyukuran
II. Refleksi Satu Abad
III. Pandangan Keislaman
IV. Wawasan Kebangsaan dan Kemanusiaan
V. Agenda Abad Kedua ; 1. badlul juhdi
(mengerahkan sgl kemampuan) 2(jihad lil
mu’aradhah. Dari melawan sesuatu) 
menghadapi ssuatu (jihad li al muwajahah)
VI. Penutup
Catatan 1 : Muhammadiyah
dan Politik
 Keterlibatan Muhammadiyah di politik
sudah dimulai sejak masa KHA Dahlan.
Beliau banyak terlibat di BO dan SI
 Interaksi terjadi karena pergaulan tokoh-
tokoh Muhammadiyah dengan organisasi
politik, seperti KHA Dahlan, H. Fakhruddin,
Ki Bagus sering bertemu dengan H. Agus
Salim, Cokroadisuryo, Suryopranoto (raja
mogok), Kasman Singodimedjo, Fakih
Usman dll.
Catatan - 2
 Ajaran Islam menyangkut politik
(adanya qarinah-2 : khalifah fil ardh,
memakmurkan dunia, perintah taat
pada ulil amri yang Islamnya baik,
harapan baladan a-minan, baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafu-r)
 Realitas, kalau tidak punya
kekuasaan politik akan ‘digilas’ oleh
lawan ideologi
Catatan 3 : Muhammadaiyah dan
Politik
 Pemikiran politik pertama muncul dalam kongres ke
16 di Pekalongan ketika muncul pertanyaan dari
seorang peserta (Sumadi) yg mengajukan pertanyaan
: 1. Apakah asasnya Al Qur’an itu ? 2. Bukankah ada
asas politik ? 3. Bagaimana sikap Mhdyh thdp
sosialisme ?
 HB Muhammadiyah (H. Fakhruddin) : 1. Al Qur’an itu
asasnya tauhid. 2.Mhdyh tdk berbuat dan tdk
berhubungan dg politik atau urusan negeri. Mhdyh
memperbaiki budi pekerti dan kepercayaan segala
manusia. 3.Terhadap politik, Mhdyah tidak
menghalang-halangi. 4. Terhadap sosialisme,
Muhammadiyah sdh menjalankan tetapi menurut
ajaran Islam.
Catatan 4 : Muhammadiyah dan
Politik
 Sejarah Nabi mengajarkan, ketika di
Makkah ditawari kekuasaan, harta atau
wanita Nabi menolak. Ketika di Madinah
Nabi berdakwah – membina masyarakat
dan kemudian mendapat kekuasaan
(politik) dalam Piagam Madinah.
 Sebaiknya, sesuai dg Kepribadian
Muhammadiyah, tetap di jalur masyarakat,
tidak menjaga jarak, menggiatkan dakwah
AMNM, membangun akses (melakukan
komunikasi politik) dengan berbagai
kekuatan politik tetapi jangan sampai
terkooptasi.
E. Pedoman Hidup Islami
 PHIWM adalah seperangkat norma
dan nilai Islami yang bersumber dari
Al Qur’an dan As Sunnah untuk
dijadikan pedoman bertingkah laku
semua warga Muhammadiyah
(pimpinan, mubaligh, aktifis dan
simpatisan)
 PHIWM adalah pedoman berperilaku
dalam kehidupan pribadi, keluarga
dan masyarakat
1. Sumber PHIWM (Pedoman Hidup
Islami Warga Muhammadiyah)
 Al Qur’an dan As Sunnah Al Makbulah
 MAD, MKCH, Kepribadian dan Khithah
Perjuangan Muhammadiyah (dalam
beramar makruf dan nahi munkar)
 Keputusan Majelis Tarjih
Muhammadiyah (dalam ber’itiqad dan
bermuamalah)
2. Isi – kandungan PHIWM
 Sasaran : pribadi – keluarga –
masyarakat
 Bidang-2 : ideologi – pendidikan –
seni-budaya – kesehatan – politik –
sosial - ekonomi – lingkungan hidup –
ip-tek dll.
 Metode : dengan organisasi
 Sarana : dengan memperbanyak
amal dan amal usaha
E. Metode Revitalisasi /
Peneguhan
1. Memakmurkan masjid dan menghidupkan jamaah.
2. Pembinaan pimpinan dan anggota ( dalam bidang
ideologi, organisasi dan gerakan)
3. Penggiatan pengajian-tabligh di seluruh jajaran 
peningkatan jumlah - frekuensi (kuantitas) dan mutu
(kualitas)
4. Penggiatan silaturrahim (formal maupun informal)
antar pimpinan dan warga  memperkuat hubungan
kemanusiaan
5. Mensinergikan gerak majelis, bagian, ortom dan AUM.
6. Penggairahan kaderisasi SDM (ulama – mubaligh –
organisator – pimpinan)
Catatan Untuk Keberhasilan
Perjuangan Perlu Penguatan
 Iman dan akhlak
 Penguasaan ip-tek
 Militansi dakwah & perjuangan
 Ekonomi umat & penguasaan asset bangsa
 Di bidang politik & kebudayaan
 Sarana & prasarana termasuk multi media
 Dana dakwah
 Organisasi, manajemen & kepemimpinan

Anda mungkin juga menyukai