Anda di halaman 1dari 17

TRAUMA OKULI NON PERFORANS

A. PENDAHULUAN Bola mata memiliki sistem perlindungan yang cukup baik. Bola mata terletak dalam rongga orbita yang dikelilingi oleh tulang-tulang yang kuat. Kelopak mata yang memiliki refleks memejam dan mengedip untuk mengadakan perlindungan dari benda asing. Jaringan lemak retrobulbar sebagai bantalan mata sehingga mata dapat mentoleransi tabrakan kecil tanpa kerusakan. Struktur hidung juga bertindak sebagai pelindung mata dari trauma. Walaupun demikian, trauma dapat menyebabkan kerusakan pada mata yang berakibat pada gangguan fungsi penglihatan.1,2 Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita.3 Bentuk kelainan pada mata yang terkena trauma (trauma oculi) bisa hanya berupa kelainan ringan saja sampai kebutaan. Trauma oculi dapat dibedakan atas trauma tumpul, trauma akibat benda tajam/trauma tembus, ataukah trauma fisis. Kelainan yang diakibatkan oleh trauma mata sesuai dengan berat ringannya serta jenis trauma itu sendiri yang dapat menyerang semua organ struktural mata sehingga menyebabkan gangguan fisiologis yang reversibel ataupun non-ireversibel. Trauma oculi dapat menyebabkan perdarahan, adanya laserasi, perforasi, masuknya benda asing ke dalam bola mata, kelumpuhan saraf, ataukah atrofi dari struktur jaringan bola mata.3 Anamnesis dan pemeriksaan fisis oftamologi yang dilakukan secara teliti untuk mengetahui penyebab, jenis trauma yang terjadi, serta kelainan yang disebabkan yang akan menuntun kita ke arah diagnosis dan penentuan langkah selanjutnya. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti: slit lamp, oftalmoskopi direk maun indirek, tes fluoresensi, tonometri, USG, maupun CT-scan. Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri.3 Trauma kelopak mata adalah cedera yang paling sering terjadi. Kurang lebih 75% dan rata-rata usia diantara 30 tahun hingga 60 tahun. Lebih dari setengah trauma adalah disebabkan trauma tumpul akibat jatuh, kekerasan , kecelakaan lalu lintas dan cedera sewaktu bekerja atau olahraga. Sebagai tambahan, laserasi akibat gigitan, cedera korosif dan luka bakar juga sering terjadi 4.
1 |Page

B. EPIDEMIOLOGI Trauma okular, terutama yang berat dan mengakibatkan penurunan penglihatan bahkan kehilangan penglihatan. Trauma okular adalah penyebab kebutaan yang cukup signifikan, terutama pada golongan sosioekonomi rendah dan di negara-negara berkembang. Kejadian trauma okular dialami oleh pria 3 sampai 5 kali lebih banyak daripada wanita. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun.3

C. ANATOMI Struktur aksesori dari mata termasuk alis mata, kelopak mata ( palpebra ), konjungtiva, apparatus lakrimalis dan otot mata ekstrinsik (6).

Gambar 1. Mata dan struktur aksesori dari mata (3)

Alis mata

2 |Page

Alis mata adalah rambut pendek dan kasar yang terdapat pada margin supraorbita. Alis mata membantu menghalangi mata dari sinar matahari dan mencegah keringat menetes dari dahi mencapai mata (6). Kelopak mata ( Palpebra ) Kelopak mata atau palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan kekeringan pada permukaan bola mata
(4)

. Secara anterior, mata diproteksi dengan kelopak mata atau palpebra yang mobile.

Palpebra dipisahkan oleh fissure palpebralis dan bertemu pada sudut medial dan lateral dari mata yaitu komisura lateral dan medial ( kanti ). Pada kantus medial terdapat karunkula lakrimalis yang terdiri dari kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang memproduksi sekresi berminyak keputihan yang sering terkumpul di kantus medial terutama sewaktu tidur (6). Palpebra terdiri atas tujuh struktur utama. Dari superfisial ke dalam terdapat lapisan kulit, muskulus protraksi, septum orbital, lemak orbital, muskulus retraksi, tarsus dan konjungtiva (7). a) Kulit Kulit palpebra merupakan yang paling tipis dibandingkan dengan bagian dari tubuh yang lainnya dan uniknya tidak mempunyai lapisan lemak subkutaneus
(7,8)

. Di kedua

palpebra superior dan inferior, jaringan pretarsal melekat pada jaringan disekitarnya dimana jaringan preseptal ini lebih longgar dan membentuk ruangan potensial untuk akumulasi cairan (7). b) Muskulus protraksi Muskulus orbikularis okuli adalah protractor utama pada palpebra. Kontraksi muskulus ini diinervasi oleh nervus fasialis , N VII, menyebabkan penyempitan pada fissure palpebralis sehingga menutup palpebra. Muskulus orbikularis okuli terbagi atas bagian pretarsal, preseptal dan orbital. Pretarsal dan preseptal adalah bagian integral terhadap pergerakan involuntari palpebra ( berkedip ), dimana bagian orbital terlibat pada penutupan palpebra secara kuat (7,8). c) Septum orbital Septum orbital adalah jaringan fibrous yang tipis dan keluar dari periosteum. Pada palpebra superior, septum orbital bersatu dengan aponeurosis levator 2-5mm diatas perbatasan tarsus superior. Pada palpebra inferior, septum orbital bersatu dengan fascia kapsulopalpebral atau dibawah perbatasan tarsus inferior. Akibat penuaan, kedua septum
3 |Page

orbital di palpebra superior dan palpebra inferior akan melemah. Penipisan septum dan kelemahan muskulus orbikularis okuli berkontribusi terhadap heniasi anterior lemak orbita pada palpebra diusia lanjut (7). d) Lemak orbital Lemak orbital terdapat pada daerah posterior terhadap septum orbital dan anterior terhadap aponeurosis levator ( palpebra superior ) atau fascia kapsulopalpebral ( palpebra inferior) (7). e) Muskulus retraksi Muskulus levator palpebra bersama dengan aponeurosisya serta muskulus tarsal superior ( muskulus Mullers ) merupakan retraktor untuk palpebra superior dimana fascia kapsulopalpebral dan muskulus tarsal inferior merupakan retraktor untuk palpebra inferior (7). Retraktor palpebra berfungsi membuka palpebra yang diinervasi oleh nervus okulomotorius
(7,8)

. Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapisan jaringan fibrosa padat yang

f) Tarsal bersama sedikit jaringan elastic disebut tarsus superior dan tarsus inferior. Sudut lateral dan medial dan juluran tarsus tertambat pada tepian orbita oleh ligamen palpebra lateralis dan medialis. Tarsus superior dan inferior juga tertambat oleh fascia tipis dan padat pada tepian atas dan bawah orbita. Fascia tipis ini membentuk septum orbital (8). g) Konjungtiva Konjungtiva terdiri dari epitelium tidak berkeratinisasi. Ia membentuk lapisan posterior dari palpebra dan mengandung sel goblet yang mensekresi musin dan gladula lakrimalis aksesorius yaitu Wolfring dan Krause (7). Margin palpebra adalah penyatuan antara permukaan mukosa konjungtiva, ujung dari orbikularis dan epitelium kutaneus. Batas mukokutan margin palpebra dikenal sebagai garis kelabu. Panjang margin palpebra adalah 25-30 mm dan lebar 2 mm. Di sepanjang margin ini terdapat bulu mata dan kelenjar dimana memberikan proteksi pada permukaan okular (6,7,8). Pasokan darah ke palpebra datang dari arteria lakrimalis dan oftalmika melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Anastomosis diantara arteri palpebralis lateralis dan medialis membentuk arcade tarsal yang terletak didalam jaringan areolar submuskular
(6)

. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena oftalmika dan vena-

vena yang mengangkut pergi darah dari dahi dan temporal (8).

4 |Page

Persarafan sensoris ke palpebra datang dari divisi pertama dan kedua dari nervus trigeminus ( N V ). Nervus lakrimalis, supraorbitalis, supratroklearis, infratroklearis dan nasalis eksterna kecil adalah cabang-cabang dari divisi oftalmika nervus kelima. Nervus infraorbitalis, zigomatikofasialis dan zigomatikotemporalis merupakan cabang dari divisi maksilaris nervus kelima (8).

Gambar 2. Anatomi palpebra superior dan inferior (7)

Gambar 3. Muskulus orbikularis. A-Muskulus frontalis, B-Muskulus supercilii korugator, CMuskulus procerus, D-Muskulus orbikularis okuli ( orbital ), E-Muskulur orbikularis okuli ( preseptal ), F-Muskulus orbikularis okuli ( pretarsal ), G-Tendon kantus medial, H-Tendon kantus lateral (7)

5 |Page

Gambar 4. Anatomi margin palpebra (7)

Apparatus lakrimalis Kompleks lakrimalis terdiri atas glandula lakrimalis, glandula lakrimalis aksesori, kanalikuli, sakus lakrimalis dan duktus nasolakrimalis. Air mata mengalir dari lacuna lakrimalis melalui punktum superior dan inferior dan kanlikuli ke sakus lakrimalis yang terletak di dalam fosa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut ke bawah dari sakus dan bermuara ke datam meatus inferior dan rongga nasal, lateral terhadap turbinatum inferior (8).

Gambar 5. Apparatus lakrimalis (5)

D. PATOFISIOLOGI
6 |Page

Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari cedera. Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh bubungan bertulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa mengalamikerusakan. Meskipun demikian, mata dan struktur di sekitarnya bisa mengalami kerusakan akibat cedera, kadang sangat berat sampai terjadi kebutaan atau mata harus diangkat. Cedera mata harus diperiksa untuk menentukan pengobatan dan menilai fungsi penglihatan. Trauma tumpul, meskipun dari luar tidak tampak adanya kerusakan yang berat, tetapi transfer energi yang dihasilkan dapat memberi konsekuensi cedera yang fatal. Kerusakan yang terjadi bergantung kekuatan dan arah gaya, sehingga memberikan dampak bagi setiap jaringan sesuai sumbu arah trauma.5 Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadi trauma okuli yaitu coup, countercoup, equatorial, dan global reposititioning. Cuop adalah kekuatan yang disebabkan langsung oleh trauma. Countercoup merupakan gelombang getaran yang diberikan oleh cuop, dan diteruskan hingga bola mata dan struktur dalam orbita. Akibat dari trauma ini, bagian equator dari bola mata cenderung meluas dan merubah arsitektur dari okuli normal. Pada akhirnya, bola mata akan kembali ke bentuk normalnya, akan tetapi hal ini tidak selalu seperti yang diharapkan. Perlu diingat bahwa semua hal ini, terjadi pada jaringan dan struktur mata dengan derajat yang bervariasi, tergantung elastisitas dan kekuatan tekanan.8 Laserasi atau robekan kornea merupakan suatu manifestasi jika terjadi suatu trauma langsung pada kornea, yang biasanya disebabkan oleh logam atau benda keras lainnya dengan kekuatan yang cukup. Laserasi yang di timbulkan bisa sebagian dari lapisan kornea (parsial thickness) maupun seluruh lapisan kornea (full thickness). Laserasi kornea yang mengenai seluruh lapisan kornea disebut juga sebagai trauma penetrasi. Pada laserasi ini, akan ada bagian yang datar, sehingga pada pemeriksaan seidel test didapatkan hasil positif berupa adanya gelembung pada bagian anterior. Dapat juga dilakukan tes fluoresense dengan hasil positif berupa adanya cairan humor aquous yang berwarna hijau, yang mengalir keluar.(9)

E. KLASIFIKASI Berdasarkan mekanisme traumanya, trauma okular terbagi atas:3


7 |Page

1. Trauma tumpul akibat objek yang cukup kecil dan tidak menyebabkan impaksi pada pinggir orbita. Perubahan tekanan mendadak dan distorsi bola mata dapat menyebabkan kerusakan berat. Berdasarkan letak traumanya dapat menyebabkan: - Perdarahan palpebra, - Emfisema palpebra, - Luka laserasi palpebra, - Ptosis, - Hiperemi konjungtiva dan perdarahan subkojungtiva, - Edema kornea, - Hifema( perdarahan dalam bilik mata depan), - Iridoplegia dan iridodialisa, - Kelainan lensa, berupa : subluksasi, luksasi, maupun katarak traumatik. - Perdarahan badan kaca, - Kelainan retina, berupa: edema retina, ruptur retina(dapat menyebabkan ablasio retina traumatik), maupun perdarahan retina. - Robekan/laserasi sklera. - Eksoftalmus maupun enoftalmus, - Glaukoma sekunder - Kelainan gerakan bola mata. 2. Trauma tembus(luka akibat benda tajam), dimana struktur okular mangalami kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular(trauma okular perforans) dan juga dapat tertahan atau menetap dalam mata. Luka akibat benda tajam dapat menyebabkan: - Luka pada palpebra(laserasi palpebra). - Laserasi konjungtiva, - Abrasi, perforasi, laserasi kornea, - Laserasi sklera, - Robeknya pembuluh darah, otot-otot okular, maupun serabut saraf okular. 3. Luka dengan benda asing intraokular, yang menurut sifat benda asingnya terbagi atas: a. Berdasarkan sifat fisisnya terdiri atas: - benda logam(logam magnit dan non-magnit), seperti: emas, perak, platina, timah, seng, tembaga, besi, dll.

8 |Page

- benda non-logam, seperti: batu, kaca, bahan tumbuh-tumbuhan, bahan pakaian, dll. b. Berdasarkan keaktifan(potensi menyebabkan reaksi inflamasi) terdiri atas; - Benda inert yang merupakan bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi jaringan mata, kalaupun terjadi hanya reaksi ringan saja dan tidak mengganggu fungsi mata, seperti: emas, perak, platina, batu, kaca, porselin, dll. - Benda reaktif yang merupakan bahan-bahan yang dapat menimbulkan reaksi jaringan sehingga mengganggu fungsi mata, seperti: seng, timah hitam, nikel, aluminium, besi, kuningan, tumbuh-tumbuhan, bulu ulat, dll. 4. Trauma fisis, yang dapat disebabkan oleh: a. Sinar dan tenaga listrik, yang meliputi sinar ultraviolet, sinar infra merah, sinar rontgen dan radioaktif, dan tenaga listrik. b. Luka bakar, ataukah c. Luka akibat bahan kimia. Baik yang bersifat asam maupun basah, dimana luka akibat bahan kimia asam lebih berbahaya dibanding bahan kimia basa

Berdasarkan Birminghamm Eye Terminology System (BETTS), trauma okuli dibagi atas 2 yaitu: (2,9) Trauma bola mata tertutup (closed globe injury), dimana perlukaan pada sklera dan kornea tidak mengenai seluruh lapisan.
1. Kontusio, yaitu kerusakan disebabkan oleh kontak langsung dengan

benda dari luar terhadap bola mata, tanpa menyebabkab robekan pada dinding bola mata.5
2.

Konkusio, yaitu bila kerusakan terjadi secara tidak langsung. Trauma terjadi pada jaringan di sekitar mata, kemudian getarannya sampai ke bola mata.5

Trauma bola mata terbuka (open globe injury), dimana perlukaan pada seluruh lapisan kornea atau sklera atau keduanya. Ruptur, merupakan perlukaan pada seluruh lapisan kornea dan sklera yang disebabkan oleh benda tumpul.
9 |Page

Laserasi, perlukaan pada seluruh lapisan kornea dan sklera yang disebabkan oleh benda tajam. Terdiri dari: - Penetrasi; laserasi tunggal pada dinding mata karena benda tajam. - Benda asing intraocular; trauma penetrasi yang berhubungan dengan tertinggalnya benda asing dalan intraokuler. - Perforasi; terdapat satu jalan masuk dan satu jalan keluar pada kornea atau sklera yang disebabkan oleh benda tajam atau misil. Kedua luka harus disebabkan oleh benda yang sama. -

Gambar 6. Lokasi-lokasi cedera pada mata. 3 A) Tampak dari depan. B) Tampak dari samping

Gambar 7. Perdarahan konjungtiva15

Gambar 8. Trauma okuli non perforans16

10 | P a g e

Gambar 9. trauma okuli (Hifema) 16

Gambar 10. Trauma okuli (trauma fisis) 16

Gambar Klasifikasi trauma okuli

11.

Saat melakukan pemeriksaan pada pasien dengan trauma okuli, adalah penting untuk melakukan klasifikasi dari trauma karena dengan ini penanganan yang cepat dapat dilakukan.1 F. GAMBARAN KLINIS Trauma tumpul dapat merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek pembuluh darah iris dan merusak sudut kamar okuli anterior. Tetapi dapat juga terjadi secara spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam kamera anterior, mengotori permukaan dalam kornea. Tanda dan gejalanya dapat sebagai berikut:5 - Pandangan mata kabur - Penglihatan sangat menurun - Kadang kadang terlihat iridoplegia & iridodialisis - Pasien mengeluh sakit atau nyeri - Nyeri disertai dengan efipora & blefarospasme
11 | P a g e

- Pembengkakan dan perubahan warna pada palpebra - Retina menjadi edema & terjadi perubahan pigmen - Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan - Pupil tetap dilatasi (midriasis) - Tidak bereaksi terhadap cahaya beberapa minggu setelah trauma. - Pewarnaan darah (blood staining) pada kornea - Kenaikan TIO (glukoma sekunder ) - Sukar melihat dekat - Silau akibat gangguan masuknya sinar pada pupil - Anisokor pupil - Penglihatan ganda (iridodialisis) G. DIAGNOSIS Laserasi palpebra sering terjadi pada pria dibandingkan perempuan dan lebih sering terjadi pada anak-anak. Terdapat riwayat trauma muka dan kepala yang menyebabkan laserasi. Bukan saja benda tajam yang dapat menyebabkan laserasi pada palpebra, namun trauma tumpul dan gigitan juga fapat menyebabkan laserasi palpebra. Etiologi yang paling sering adalah kecelakaan lalulintas, jatuh, kekerasan, luka tembak dan lain-lain (10). Tanda yang sering dilihat pada laserasi palpebra adalah terlihat celah yang linear di dalam dermis, hifema, laserasi konjungtiva atau kornea, ruptur bola mata, ekimosis, fraktur orbital dan uveitis (10).

I. Anamnesis Dari anamnersis perlu ditanyakan tentang bagaimana mekanisme cedera dan merupakan suatu komponen yang sangat penting karena hal ini dapat menunjukkan cedera lain yang terkait ( misalnya trauma servikal ), kedalaman cedera adnexa ocular dan kemungkinan terdapatnya benda asing. Pada pasien-pasien dengan laserasi penetrasi kelopak mata yang kecil, perlu dicurigai adanya trauma pada bola mata (3,14).
12 | P a g e

II. Pemeriksaan fisis Perlu dipastikan jalan napas, pernapasan, sirkulasi dan servikal pasien aman sebelum malakukan pemeriksaan ocular adnexa. Lakukan pemeriksaan mata menyeluruh pada kelopak mata dan bola mata dan singkirkan kemungkinan terjadi perforasi bola mata. Singkirkan kemungkinan cedera pada muskulus levator, tendon kantal medial, tendon lateral kantal, kanalikuli dan saraf supraorbital. Pergeseran sudut kantus menunjukkan cedera pada ligamentum kantus. Jika terdapat dislokasi punktu atau laserasi pada bagian medial punkta maka perlu diperiksa kanalikuli dengan baik (3,14). Pasien dan anggota keluarga perlu diberikan konseling preoperative tentang kemungkinan untuk kehilangan penglihatan, malposisi kelopak mata, parut pada kulit kelopak mata dan memerlukan operasi yang lebih lanjut (3).

Gambar 12. Laserasi kelopak mata (11)

III. Pemeriksaan penunjang i) Laboratorium Catat riwayat penggunaan obat, narkoba dan tingkat alkohol di dalam darah. Jika terdapat resiko penularan HIV atau hepatitis, perlu dilakukan pemeriksaan serologi. Pemeriksaan darah dilakukan terutama sebagai persiapan operasi (1). ii) Radiologi CT-scan bisa mengkonfirmasikan atau mengungkapkan benda asing, suatu perdarahan retrobulbar, rupture bola mata atau fraktur tulang orbita (1). H. PENATALAKSANAAN
13 | P a g e

Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular adalah : Memperbaiki penglihatan. Mencegah terjadinya infeksi. Mempertahankan arsitektur mata. Mencegah sekuele jangka panjang. Setiap pasien trauma mata seharusnya medapatkan pengobatan antitetanus toksoid untuk mencegah terjadinya infeksi tetanus dikemudian hari terutama trauma yang menyebabkan luka penetrasi. Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari sampai pasien mendapat anastesi umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat siklopegik ataupun antibiotic topical karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraocular yang terpajan. Berikan antibiotik sistemik spectrum luas dan upayakan memakai pelindung mata(bebat mata). Analgetik dan antiemetik diberikan sesuai kebutuhan, dengan retriksi makanan dan minum. Induksi anastesi umum jengan menggunakan obat-obat penghambat depolarisasi neuron muscular, karena dapat meningkatkan secara transient tekanan di dalam bola mata sehingga meningkatkan kecendrungan herniasi isi intraocular. Anak juga lebih baik diperiksa awal dengan bantuan anstetik umum yang bersifat singkat untuk memudahkan pemeriksaan. Pada trauma yang berat, seorang dokter harus selalu mengingat kemungkinan timbulnya kerusakan lebih lanjut akibat manipulasi yang tidak perlu sewaktu berusaha melakukan pemeriksaan bola mata lengkap. Yang tak kalah pentingnya yaitu kesterilan bahan atau zat seperti anastetik topical, zat warna, dan obat lain maupun alat pemeriksaan yang diberikan ke mata.3 Benda berbentuk partikel kecil harus dikeluarkan dari abrasi kelopak untuk mengurangi resiko pembentukan tato kulit
(11)

. Laserasi palpebra yang superfisial hanya

memerlukan jahitan pada kulit saja. Untuk mengelakkan terjadinya jaringan parut yang tidak diinginkan, perlu dilakukan debridement konservatif, menggunakan jahitan eversi yang berkaliber kecil dan membuka jahitan dengan cepat (12). Laserasi yang melibatkan margin palpebra perlu dilakukan jahitan yang hati-hati supaya notching pada margin palpebra dapat dikurangkan
14 | P a g e
(12)

. Penutupan margin

palpebra dapat dilakukan dengan menjahit melalui garis bulu mata, sejajar glandula meibom dan garis abu-abu (13). I. KOMPLIKASI(1,2) Ekimosis, Black eye o Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna kebirubiruan, Karena jaringan ikat halus. Perdarahan dapat menjalar kebagian yang lain dimuka juga dapat menyebrang ke mata yang lain menimbulkan hematoma kacamata (brilhematoma) atau menjalar kebelakang menyebabkan eksoftalmus. Ekimosis yang segera tampak setelah trauma, menunjukkan bahwa traumanya kuat. Endoftalmitis o Endoftalmitis merupakan komplikasi tersering pada kasus benda asing inraokular. Terdapat sekitar 7 % sampai 48 % kasus pada mata yang dilaporkan, dimana endoftalmitis terjadi setelah kasus benda asing intraokular dialami. Resiko terkena endoftalmitis berhubungan dengan bagaimana kecelakaan terjadi dan kotornya benda asing yang masuk. 3 Hifema o Perdarahan ini berasal dari iris atau badan siliar (corpus ciliaris). Adanya darah di dalam bilik mata depan, dapat menghambat aliran humor aqueus kedalam trabekula, Hifema dapat sedikit, dapat pula banyak. Perdarahan yang mengisi setengah bilik mata depan, dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraocular. Dislokasi Lensa o Dislokasi lensa biasanya disebabkan karena rupture dari zonula zinnia. Dapat sebagian (subluksasi), dapat pula total (luksasi). Lepasnya dapat kedepan, dapat pula kebelakang. Katarak traumatic o Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkabsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang, dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.
15 | P a g e

Glaukoma sekunder o Trauma dapat menyebabkan timbulnya hipotoni, yang disusul hipertoni, yang disebabkan pengaturan cairan mta yang terganggu, ada subluksasi atau luksasi lensa dan hifema.

Pupil Midriasis o Biasanya di sebabkan oleh iridoplegia. Akibat parase serabut saraf yang mengurus otot sfingter pupil. Iridoplegia dapat terjadi temporer 2-3 minggu. Dapat juga permanen, tergantung adanya parase atau paralise dari ototo tersebut. Dalam waktu ini terasa silau.

J. PROGNOSIS Prognosis trauma okuli perforans bergantung pada banyak faktor, seperti:13 - Besarnya luka tembus, makin kecil makin baik - Tempat luka pada bola mata - Bentuk trauma apakah dengan atau tanpa benda asing - Benda asing magnetik atau non magnetik - Dalamnya luka tembus, apakah tumpul atau luka ganda - Sudah terdapat penyulit akibat luka tembus

DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas, Sidarta. 2004. Trauma mata :Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FKUI; jakarta. Hal.;3-6, 259-276. 2. Khurana AK, g. 2007,2003,1996. Ocular Injuries ; Ophthalmology Fourth Edition. Rohatk;India. Page 403-415. 3. Tandiarrang A. Trauma oculi non perforans. Avilable from http://prematuredoctor.blongspot.com Accesed ; 15 maret 2010. 4. Schlote T, Rohrbach J, Grueb M, Mielke J, Pocket Atlas; ophthalmology. Georg Thieme Verlag;Stuttgart-New York. Hal.;32-33
16 | P a g e

5. Rahmawan A. Trauma tumpul bola mata (occular contussio). Available from; http://oncardio/trauma-tumpul-bola-mata.htm. Accesed; 15 maret 2010. 6. Ilyas, Sidarta. 2004. Anatomi dan Fisiologi Mata: Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FKUI; jakarta. Hal.;1-3, 7. Ilyas, Sidarta. 2004. Trauma mata : Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FKUI; Jakarta. Hal.;259-260. 8. Richard A, 2008-2009. Orbit Eyelids and Lacrimal System : American Academy of Ophthalmology. San Francisco. Chapter; 7
9. John

H. Sullivan,

MD.

Surgical

Anatomy

of The Lids. Available

From;

http://.Vaughan.and.Asbury.edu//cc/General/Ophthalmology.chm. Accesed; 15 maret 2010 10. Ilyas, Sidarta. 2004. : Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran edisi ke -2. Sagung Seto; Jakarta. Hal.;12-13. 11. Vaughan, daniel, g. 2000. Anatomi dan Embriologi Mata ; Oftalmologi Umum edisi ke14. Widya medika; Jakarta, hal;17-29. 12. James, Bruce.. 2006. Trauma : Oftalmologi edisi kesembilan. Erlangga; Jakarta, Hal.;176-83.
13. Trauma

okuli Ing.

perforans.

Available

from Eyelid.

http://www.traumaAvilable from

okuliperforans/YuyunMedicalDiary/.htm. Accesed; 15 maret 2010. 14. Edsel Laceration http://.eMedicineSpecialties/Ophthalmology/Lid.htm. Accesed ; 30 maret 2010.
15. Daniel jacome-Roca,MD. Trauma ocular prolapse del iris. Available from :

www.encolombia.com/medicina. accessed : 4 April 2010. 16. James William, Threat with the whole-hearted. Available from http://doctorcayoo.blogspot.com. Accessed : 4 April 2010.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai