Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt., karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tanpa adanya halangan berarti dalam proses pengerjaannya sehingga dapat diselesaikan tepat waktu. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik. Makalah ini berisi mengenai pengetahuan tentang perkembangan peserta didik yang berhubungan dengan Perkembangan Disiplin Peserta Didik. Disiplin diri sangat diperlukan bagi peserta didik terutama dalam hal belajar, karena dengan disiplin belajar dapat membantu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Oleh karena itu dalam makalah ini berisi materi-materi tentang kedisiplinan bagi calon pendidik agar dapat menigkatkan kedisiplinan para peserta didik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, secara khusus penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1) Bapak Drs. Romli Manarus, SU.Kons., selaku dosen pengasuh mata kuliah Perkembangan Peserta Didik; 2) Kedua orang tua kami yang telah memberikan bantuan serta senantiasa memberikan doa restunya, baik secara moril maupun secara materil dalam setiap langkah kedepannya; 3) Seluruh sahabat-sahabat kami, keluarga besar Bugafis 2010 yang selalu memberikan dukungan serta semangat yang tak kenal henti. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sekiranya membangun serta meningkatkan kualitas makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis, pada khususnya dan umumnya bagi semua pihak yang membaca makalah ini.

Inderalaya, April 2011 Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1 DAFTAR ISI................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 3 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4 1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 4 1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................ 4 BAB II ISI 2.1 Pengertian Disiplin ....................................................................................... 5 2.2 Unsur-Unsur Disiplin ................................................................................... 8 2.3 Fungsi Disiplin ............................................................................................. 10 2.4 Perkembangan Disiplin ................................................................................ 12 2.5 Jenis-Jenis dan Cara Pembentukan Disiplin ................................................ 15 2.6 Upaya Meningkatkan Disiplin dan Implikasinya Bagi Pendidikan ............. 21 2.7 Model Pengukuran Disiplin ......................................................................... 24 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ..................................................................................................27 3.2 Saran .............................................................................................................27 DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................28

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah modal utama bangsa untuk menyongsong masa depan generasi muda yang akan menggerakkan pembangunan bangsa di masa yang akan datang. Mengingat begitu pentingnya pendidikan, maka para calon pendidik diharapkan dapat mengetahui dan memahami proses perkembangan peserta didik yang meliputi perkembangan intelek, emosional, moral, sikap, sosial, dan disiplin yang terdapat pada peserta didik. Dalam hal ini akan membahas mengenai perkembangan disiplin peserta didik. Disiplin merupakan salah satu faktor yang sangat diperlukan oleh anak dalam perkembangannya khususnya dalam keseimbangan orang tua di dalam mengasihi anak. Dimana ada kasih, harus ada disiplin. Dalam suatu masyarakat sekolah, anak sebagai peserta didik harus mampu mengendalikan keinginan-keinginan pribadinya masingmasing, dengan kata lain mereka harus mengikuti dengan baik tata perilaku yang telah ditetapkan oleh sekolah. Keterampilan siswa dalam mendisiplikan diri dengan baik merupakan hal penting bagi mereka, namun tingkat disiplin setiap siswa dalam mengembangkan penerimaan dan kepatuhan tehadap peraturan sekolah berbeda-beda. Dewasa ini ada tiga kelompok siswa yang memprihatinkan orang tua, masyarakat, dan sekolah, mereka adalah anak putus sekolah, siswa yang kurang berprestasi dan melanggar tata tertib sekolah. Setiap siswa menimbulkan kekecewaan pada staf sekolah karena perilaku yang nampaknya tidak rasional. Ketiga masalah ini biasanya akibat dari masalahmasalah yang kompleks dari kehidupan siswa-siswa dan untuk memperbaikinya bukan pekerjaan yang mudah. Sekolah sebagai salah satu lingkungan pendidikan harus senantiasa memperhatikan kedisiplinan anak dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk itu, diperlukan kerjasama antara kepala sekolah, guru dan orang tua anak dalam rangka menumbuhkan atau membina kedisiplinan pada anak sebagi peserta didik. Mengembangkan disiplin juga merupakan salah satu upaya mencapai kesuksesan.

1.2 Rumusan Masalah 1) Apakah pengertian dan perkembangan disiplin? 2) Apa saja unsur, fungsi, dan jenis-jenis disiplin? 3

3) Bagaimana upaya meningkatkan disiplin dan implikasinya bagi penyelenggaraan pendidikan ? 4) Apa saja model pengukuran disiplin?

1.3 Tujuan Penulisan 1) Penulis dapat menjelaskan tentang pengertian perkembangan disiplin. 2) Penulis dapat menjelaskan tentang unsur, fungsi, dan jenis-jenis displin 3) Penulis dapat menjelaskan tentang upaya menigkatkan disiplin belajar peserta didik dan implikasinya bagi pendidikan. 4) Penulis dapat menjelaskan model pengukuran disiplin.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1) Manfaat untuk mahasiswa Penulis melakukan penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para mahasiswa, diantaranya dapat dijadikan sebagai salah satu solusi yang bisa menjembatani permasalahan yang dialami peserta didik mengenai proses perkembangan terutama perkembangan disiplin, sehingga kelak dapat mengurangi dampak negatif dari perkembangan peserta didik yang menyimpang tersebut ketika menjadi seorang pendidik. 2) Manfaat untuk penulis Manfaat untuk penulis yaitu memperluas wawasan dan pengetahuan tentang perkembangan peserta didik selanjutnya. 3) Manfaat untuk penulis selanjutnya Manfaat penulisan makalah ini untuk penulis selanjutnya adalah dapat digunakan sebagai contoh dalam pembuatan makalah yang akan datang. serta sebagai bahan acuan dalam pembuatan makalah

BAB II ISI
2.1. Pengertian Disiplin a). Pengertian Disiplin Secara Umum Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal asal dari bahasa latin disciplina yang menujuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa inggrisnya yaitu discipline yang berarti; 1) Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasakan diri; 2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral; 3) Hukuman yang di berikan untuk melatih atau memperbaiki; 4) Kumpulan atau sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku (Mac Milan dikutip oleh Tuu Tulus, 2004:20). Disiplin pada dasarnya kontrol diri dalam mematuhi aturan baik yang dibuat oleh diri sendiri maupun diluar diri baik keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat,bernegara maupun beragama. Disiplin juga merujuk pada kebebasan individu untuk tidak bergantung pada orang lain dalam memilih, membuat keputusan, tujuan, melakukan perubahan perilaku, pikiran maupun emosi sesuai dengan prinsip yang diyakini dari aturan moral yang anut. Pengertian disiplin terkait dengan dua karakteristik. Pertama cara berpikir tentang disiplin dan kedua disiplin terkait dengan multi dimensi yang berhubungan dengan pikiran, tindakan dan emosi. Implikasinya sering terjadi pembahasan yang tumpang tindih antara disipilin dengan fungsi kematangan individu yang lain seperti komptensi, kemandirian, dan pengendalian diri. Seseorang dengan karakteristik disiplin yang sehat adalah orang yang mampu melakukan fungsi psikososial dalam berbagai setting termasuk : (1) kompetensi dalam bidang akademik, pekerjaan dan relasi sosial; (2) pengelolaan emosi dan mengontrol perilaku-perilaku yang impulsif; (3) kepemimpinan; (4) harga diri yang yang positif dan identitas diri. Disiplin dapat diukur atau dapat diobservasi baik secara emosional maupun tampilan perilaku.

b). Pengertian Penanaman Disiplin Menurut Ahli Disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok. (Syaiful Bakri Djamarah, 2002:12). Sedangkan disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk mentaati tata tertib tersebut. Makna kata disiplin dapat

dipahami dalam kaitannya dengan latihan yang memperkuat, koreksi dan sanksi, kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan dan sistem aturan tata laku Lemhannas, (1997:11). Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilkan kendali diri, kebiasaan untuk patuh dan lain-lain. Disiplin dalam kaitannya dengan koreksi atau sanksi terutama diperlukan dalam suatu keterkaitan dan peraturan berarti orang yang disiplin adalah yang mampu mengendalikan diri untuk menciptakan ketertiban dan peraturan. Seorang peserta didik yang perlu memiliki sikap disiplin dengan melakukan latihan yang memperkuat dirinya sendiri untuk terbiasa patuh dan mempertinggi daya kendali dan tahan lama, dibandingkan dengan sikap disiplin yang timbul karena adanya pengawasan dari orang lain. Seorang peserta didik yang bertindak disiplin karena ada pengawasan ia akan bertindak semuanya dalam proses belajarnya apabila tidak ada pengawasan. Oleh karena itu perlu di tegakan di rumah atau di sekolah berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi, Apabila melanggar dapat di lakukan tiga macam tindakan yaitu koreksi, teguran dan sanksi. Suatu hal yang menjadi titik tolak dalam disiplin adalah sikap dan tindakan yang senantiasa taat dan mau melaksanakan keteraturan dalam suatu peraturan atau tata tertib yang ada. Peraturan adalah Suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok sedangkan tata tertib yaitu ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib sama dengan mentaati (mematuhi) tata tertib (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 12). Disiplin dibagi menjadi 4 (Lemhannas, 1997:11) antara lain yaitu: 1) Latihan yang memperkuat. Disiplin dikaitkan dengan latihan yang memperkuat, terutama ditekankan pada pikiran dan watak untuk menghasilan kendali diri, kebiasaan untuk patuh, dan sebagainya. 2) Latihan dalam rangka menghasilan kebiasakan patuh dapat dilihat pada penanaman disiplin di rumah atau di sekolah. 3) Koreksi dan sanksi. Arti disiplin dalam kaitannya dengan koreksi atau sanksi terutama diperlukan dalam suatu lembaga yang telah mempunyai tata tertib yang baik. Terkait dengan pelanggaran yang terjadi, bagi yang melanggar tata tertib dapat dikenakan dua macam tindakan, yaitu berupa koreksi untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi untuk memberi hukuman yang bertujuan untuk memberi efek jera yang tentunya masih berada dalam batas-batas mendidik dan tidak bermaksud untuk menyakiti. 4) Kendali atau terciptanya ketertiban dan keteraturan. Pelakunya adalah orang-orang yang mampu mengendalikan diri untuk meningkatkan ketertiban dan keteraturan. Sikap disiplin merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap peserta didik. Peserta 6

didik dapat tumbuh dan berkembang dengan melakukan latihan-latihan yang dapat memperkuat diri sendiri dengan jalan membiasakan diri untuk patuh pada peraturanperaturan yang ada. Dengan membiasakan diri untuk berdisiplin lambat laun akan tumbuh kesadaran pada segala peraturan yang ada, sikap displin yang tumbuh dari kesadaran dalam diri peserta didik akan dapat bertahan lama dan bahkan dapat melekat dalam diri peserta didik yang terwujud dalam setiap tingkah laku dan perbuatannya dalam sepanjang hidupnya. Disiplin merupakan salah satu aspek pendidikan yang sangat penting untuk diperhatikan. Tanpa adanya kesadaran akan keharusan melaksanakan aturan yang sudah ditentukan sebelumnya, pengajaran tidak mungkin menuju target yang maksimal. Maman Rachman (1999:168) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam hatinya. Dari pendapat Maman rachman dapat diambil suatu pengertian bahwa disiplin merupakan persesuaian antara sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang dengan peraturan yang sedang berlakukan. Sebab itulah guna mewujudkan disiplin dalam diri peserta didik diperlukan adanya peraturan atau tata tertib dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Soegeng Prijodarminto (1994:23) mengemukakan disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. Perilaku itu tercipta melalui proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman. Dari pengertian ini, maka dapat disimpulkan bahwa penanaman disiplin adalah penyesuaian antara sikap dan tingkah laku seseorang dengan peraturan yang sedang diberlakukan sehingga untuk mewujudkan disiplin dalam diri peserta didik diperlukan adanya tata tertib. Bohar Soeharto (dikutip oleh Tulus Tuu, 2004:32) menyebutkan tiga hal mengenai disiplin, yakni disiplin sebagai latihan, disiplin sebagai hukuman, disiplin sebagai alat Pendidikan. 1) Disiplin sebagai latihan untuk menuruti kemauan seseorang 2) Disiplin sebagai hukuman. Bila seseorang berbuat salah harus dihukum. Hukuman itu sebagai upaya mengeluarkan yang jelek dari dalam diri orang itu sehingga menjadi baik. 3) Disiplin sebagai alat untuk mendidik. Seorang peserta didik memiliki potensi untuk berkembang melalui interaksi dengan lingkungan untuk mencapai tujuan realisasi dirinya. Dalam interaksi tersebut peserta didik belajar tentang nilai-nilai sesuatu, proses belajar 7

dengan lingkungan yang didalamnya terdapat nilai-nilai tertentu telah membawa pengaruh dan perubahan perilakunya. Konseptual disiplin atau ciri utama dari disiplin ini adalah adanya keteraturan, ketertiban (Soegeng Prijodarminto, 1994:3). Yang dimaksud dengan keteraturan disini adalah suatu gambaran kehidupan keluarga yang bergairah. tertib, teratur, sehat dan kuat. Biasanya diikuti dengan kehidupan yang rukun dan bahagia pula. Didalam penelitian ini alat pendidikan yang digunakan preventif dan repretif. Disiplin sebagai hukuman bertujuan untuk memperbaiki dan mendidik para peserta didik yang melakukan pelanggaran disiplin. Hukuman disiplin harus setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik yang bersangkutan, sehingga hukuman disiplin tersebut dapat mencerminkan rasa keadilan. Untuk mewujudkan rasa keadilan tersebut setiap pelanggaran disiplin wajib di periksa oleh para pendidik atau pengurus yang berada disekolah tersebut. Setiap pelanggaran disiplin wajib diperiksa oleh pengurus yang berwenang menghukum dengan terlebih dahulu mempelajari kasusnya, dan memperhatikan dengan seksama faktor-faktor yang mendorong atau menyebabkan terjadinya pelanggaran disiplin. Sanksi itu diharapkan mempunyai nilai pendidikan artinya peserta didik menyadari bahwa perbuatan yang salah akan membawa sesuatu tidak menyenangkan dan harus ditanggung olehnya. Para peserta didik yang lainpun takut melakukan pelanggaran, karena sekolah pun akan menerapkan sanksi disiplin secara konsisten. Berkaitan dengan perkembangan disiplin peserta didik tentu erat kaitannya dengan disiplin belajar, bahwa disiplin belajar adalah sikap peserta didik yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir, sikap dan tindakan yang sesuai dengan standar sosial.

2.2. Unsur-Unsur Disiplin Hurlock(1999: 84) menyatakan bahwa disiplin terdiri dari empat unsur yaitu: peraturan, hukuman, penghargaan dan konsistensi. 1. Peraturan Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola itu dapat ditetapkan oleh orang tua, guru atau teman bermain. Tujuan peraturan adalah untuk menjadikan anak lebih bermoral dengan membekali pedoman prilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.

Setiap individu memiliki tingkat pemahaman yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh tingkat perkembangan individu yang berbeda meskipun usianya sama. Oleh karena itu dalam memberikan peraturan harus melihat usia individu dan tingkat pemahaman masing-masing individu. 2. Hukuman Hukuman berarti menjatuhkan sanksi pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran sebagai ganjaran atau pembalasan. Anonymous, (2003: 157) mengemukakan bahwa tujuan dari hukuman adalah menghentikan anak untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku agar anak jera baik secara biologis maupun psikologis. Hukuman mempunyai tiga peran penting dalam perkembangan disiplin anak. Fungsi pertama adalah menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan mendatangkan hukuman, mereka biasanya urung melakukan tindakan tersebut karena teringat akan hukuman yang dirasakannya diwaktu lampau akibat tindakan tersebut. Fungsi hukuman kedua adalah mendidik. Sebelum anak mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolekhan. Aspek edukatif lain dari hukuman yang sering kurang diperhatikan adalah mengajar anak membedakan besar kecilnya kesalahan yang diperbuat mereka. Kriteria yang diterapkan anak adalah frekuensi dan beratnya hukuman. Beratnya hukuman membuat mereka mampu membedakan kesalahan yang serius dan yang kurang serius. Fungsi hukuman yang ketiga adalah memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah diperlukan sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternatif, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan. Jika mereka memutuskan tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi untuk menghindari tindakan tersebut. 3. Penghargaan Penghargaan merupakan setiap bentuk apresiasi untuk suatu hasil yang baik. Penghargaan tidak harus berbentuk materi tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman, dan lain-lain. Banyak orang yang merasa bahwa penghargaan itu tidak 9

perlu dilakukan karena bisa melemahkan anak untuk melakukan apa yang dilakukan. Sikap pendidik yang memandang enteng terhadap hal ini menyebabkan peserta didik merasa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu pendidik harus sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan atau ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil. Bentuk penghargaan harus disesuaikan dengan perkembangan peserta didik. Bentuk penghargaan yang efektif adalah penerimaan sosial dengan diberi pujian. Namun dalam penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana dan mempunyai nilai edukatif, sedangkan hadiah dapat diberikan sebagai penghargaan untuk perilaku yang baik dan dapat menambah rasa harga diri anak. 4. Konsistensi Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas. Konsistensi tidak sama dengan ketetapan dan tiada perubahan. Dengan demikian konsistensi merupakan suatu kecenderungan menuju kesamaan. Disiplin yang konstan akan mengakibatkan tiadanya perubahan untuk menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah. Mempunyai nilai mendidik yang besar yaitu peraturan yang konsisten bisa memacu proses belajar peserta didik. Dengan adanya konsistensi anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala yang tetap sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan menghindari hal yang salah. 5. Kebiasaan-kebiasaan Kebiasaan ada yang bersifat tradisional dan ada pula yang bersifat modern. Kebiasaan tradisional dapat berupa kebiasaan menghormati dan memberi salam kepada orang tua. Sedangkan yang bersifat modern berupa kebiasaan bangun pagi, menggosok gigi, dan sebagainya.

2.3. Fungsi Disiplin Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap peserta didik . Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan mengantar seorang peserta didik sukses. Beberapa fungsi disiplin menurut Tulus Tuu (2004:38) yaitu: a. Menata Kehidupan Bersama Disiplin mempunyai fungsi untuk mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat. Dengan begitu, hubungan atara individu satu dengan yang 10

lain menjadi baik dan lancar. b. Membangun kepribadian Suatu lingkungan yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang baik, akan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kepribadian seseorang. Anak didik merupakan sosok manusia muda yang sedang tumbuh kepribadiannya, apabila dalam lingkungan sekolah terdapat suasana yang tertib, teratur, tenang, dan tentram, maka akan sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik. c. Melatih kepribadian Suatu sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat. Namun, terbentuk melalui satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui latihan. d. Pemaksakan Disiplin dapat terjadi karena adanya dorongan dan kesadaran dari dalam dirinya sendiri dan adapula yang muncul karena adanya pemaksakan dan tekanan yang berasal dari luar dirinya. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri, bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan dan pengembangan dirinya. Sebaliknya, disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksakan dan tekanan dari luar. e. Hukuman Tata tertib sekolah biasanya berisi hal-hal positif yang harus dilakukan oleh peserta didik. Sisi lainnya berisi sanksi atau hukumana sangat penting karena dapat memberikan dorongan dan kekuatan bagi peserta didik untuk mentaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman / sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah. Motivasi untuk hidup mengikuti aturan yang berlaku menjadi lemah. f. Menciptakan lingkungan yang kondusif Disiplin sekolah berfungsi sebagai mendukung terlaksananya proses dan kegiatan pendidikan agar berjalan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi pendidik di sekolah dan bagi para peserta didik, serta peraturan yang lain, yang dapat dianggap perlu dan penting. Kemudian diimplementasikan (diterapkan) secara konsisten dan konsekuen. Dengan demikian, sekolah menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, tertib dan teratur. Disiplin di sekolah apabila dikembangkan dengan baik konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku sendiri. Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret dalam praktek hidup di sekolah tentang hal-hal positif yaitu melakukan hal-hal yang lurus dan benar dan menjauhi hal-hal yang negatif. Dengan pemberlakuan 11

disiplin, peserta didik belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik itu, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan orang lain. Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam keseluruhan pendidikan. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik, baik itu proses belajar di rumah maupun di sekolah. Peserta didik yang menyadari belajar merupakan suatu kebutuhan dan kewajiban dengan sendirinya akan belajar tanpa ada yang memaksa dan peserta didik tersebut memiliki kecenderungan disiplin yang tinggi dalam belajarnya. Dengan disiplin belajar rasa malas, rasa enggan dan rasa menentang akan dapat teratasi sehingga siswa akan belajar sesuai dengan harapan harapan yang terbentuk dari masyarakat. Disiplin belajar pada siswa ikut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya. Siswa yang memiliki disiplin belajar yang tinggi akan dapat belajar dengan baik, terarah dan teratur sehingga dimungkinkan akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Sekalipun mempunyai rencana belajar yang baik, akan tetapi tinggal rencana kalau tidak adanya disiplin maka tidak akan berpengaruh terhadap prestasinya. Dengan demikian peranan disiplin belajar sangat besar bagi peserta didik karena dengan disiplin belajar peserta didik akan mampu mengkondisikan dirinya untuk belajar sesuai dengan harapan masyarakat. Dengan disiplin rasa malas, rasa enggan akan dapat teratasi sehingga hal ini memungkinkan speserta didik untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

2.4. Perkembangan Disiplin Perilaku disiplin berkembang pada individu, implikasinya dapat dilakukan intervensi sehingga terfasilitasi proses perkembangan disiplin dan dapat dicapai kematangan. Perkembangan disiplin dipengaruhi oleh : 1. pola asuh dan kontrol yang dilakukan oleh orang tua (orang dewasa) terhadap perilaku. Pola asuh orang tua mempengaruhi bagaimana anak berpikir, berperasaan dan bertindak. Orang tua yang dari awal mengajarkan dan mendidik anak untuk memahami dan mematuhi aturan akan mendorong anak untuk mematuhi aturan. Pada sisi lain anak yang tidak pernah dikenalkan pada aturan akan berperilaku tidak beraturan. 2. pemahaman tentang diri dan motivasi Pemahaman terhadap siapa diri, apa yang diinginkan diri dan apa yang dapat dilakukan oleh diri sendiri agar hidup menjadi lebih nyaman, menyenangkan, sehat

12

dan sukses membuat individu memebuat perencanaan hidup dan mematuhi perencanaan yang dibuat. 3. hubungan sosial dan pengaruhnya terhadap individu Relasi sosial dengan individu maupun lembaga sosial memaksa individu memahami aturan sosial dan melakukan penyesuaian diri agar dapat diterima secara sosial. Jika dalam suatu masyarakat berkembang budaya bersih tentu akan sangat tidak nyaman manakala kita membuat sampah sembarang dan semua orang melihat kita menyatakan keheranan dan menunjukkan bahwa perilaku yang dilakukan adalah salah.

Belajar merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan prilaku baik pengetahuan, sikap dan tingkah laku kearah keajuan. Belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak faktor. Terdapat banyak sekali faktor faktor yang mempengaruhi belajar. Suryabrata (1995: 249) mengklasifikasikan faktor faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa dan faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Disiplin turut berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat terlihat pada siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan baik dan teratur dan akan menghasilkan prsetasi yang baik pula. Demikian sebaliknya faktor faktor belajar turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu. Hal ini dapat dilihat dari penjelasan faktor faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor yang berasal dari luar diri siswa Faktor dari luar dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Faktor non sosial, seperti keadaan uadara, suhu udara, waktu, tempat dan alat alat yang dipakai untuk belajar. Siswa yang memiliki tempat belajar yang teratur dan memiliki buku penunjang pelajaran cenderung lebih disiplin dalam belajar. Tidak kalah pentingnya faktor waktu, siswa yang mampu mengatur waktu dengan baik akan belajar secara terarah dan teratur. b. Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok. Siswa yang tinggal dalam lingkungan yang tertib tentunya siswa tersebut akan menjalani tata tertib yang ada di lingkungannya. Seorang guru yang mendidik siswa dengan disiplin akan cenderung menghasilkan siswa yang disiplin pula.

2. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa dibagi menjadi dua yaitu 13

a. Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain, pendengaran, penglihatan, kesegaran jani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang di derita. Faktor fisiologis ikut berperan dalam menentukan disiplin blajar siswa. Siswa yang tidak menderita sakit cenderung lebih disiplin dibandingkan siswa yang menderita sakit dan badannya keletihan. b. Faktor Psikologis Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses belajar antara lain: (1) Minat Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prsetasi belajar. Seseorang yang tinggi minatnya dalam mempelajari sesuatu akan dapat meraih hasil yang tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran akan cenderung disiplin dalam belajar. (2) Bakat Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam proses belajar. Mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya akan memperoleh hasil yang lebih baik. (3) Motivasi Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk memberikan semangat pada seseorang daam belajar untuk mencapai tujuan. (4) Konsentrasi Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan energi psikis yang dilakukan untuk suatu kegiatan tertentu secara sadar terhadap suatu obyek (materi pelajaran). (5) Kemampuan kognitif Tujuan belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Namun kemampuan kognitif lebih diutamakan, sehingga dalam menacapai hasil belajar faktor kemampuan kognitif lebih diutamakan.

14

Faktor eksternal dan internal tersebut memiliki peranan yang sangat penting dan sangat diperlukan daklam belajar. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses belajar, maka dituntut adanya keseimbangan di antara keduanya. Jika salah satu faktor tersebut ada kekurangan akan berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai.

2.5. Jenis-Jenis dan Cara Pembentukan Disiplin Cara dan kebiasaan orang tua, guru, dan masyarakat dalam membentuk disiplin anak tergantung pada pengalaman, sikap, karakter, dan pribadinya. Secara umum ada dua jenis cara pembentukan perilaku disiplin yaitu: 1. Disiplin Negatif Setiap keluarga maupun sekolah mempunyai masalah tentang tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk mengatasi hal tersebut, mereka menggunakan disiplin yang salah. Namun, kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa mereka telah mengajarkan anak dengan cara disiplin yang negatif, berupa hukuman fisik dan kata-kata yang dapat merugikan perkembangan anak. Menggunakan hukuman pada anak sebenarnya merupakan intervensi yang sangat buruk dan tidak tepat. Dengan memberi hukuman, orang tua dan guru tidak dapat mengubah perilaku anak yang tidak baik menjadi baik. Bahkan hukuman dapat membuat perilaku anak menjadi lebih buruk. Ini merupakan realita yang ada dimasyarakat bahwa kebanyakan guru di taman kanak-kanak bukan lulusan dari pendidikan anak usia dini dan belum pernah mengenal metode dalam menangani tingkah laku yang kurang baik. Mereka melihat hukuman sebagai hal yang wajar dan merupakan satusatunya cara untuk menekan tingkah laku dan membentuk disiplin pada anak. Perlakuan-perlakuan seperti menekan anak, mengomeli, mengancam merupakan mekanisme yang muncul sebagai bentuk penegakan disiplin yang sebenarnya lebih terkait dengan ketidakpuasan orang tua ataupun guru atas perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan mereka. 2. Disiplin Positif Pembentukan disiplin dengan cara-cara yang positif tergantung pada pengalaman, pengetahuan, sikap, dan watak orang tua dan guru. Mereka yang menggunakan disiplin positif selalu memulai dengan kesabaran, cinta dan kepedulian. Apabila orang tua dan guru mengajarkan dan menanamkan disiplin melalui kemarahan maka cara demikian akan menghasilkan kebingungan dan ketakutan pada 15

anak. Mereka harus belajar mengatasi kemarahan dan mengubahnya dengan kesabaran sebagai kunci dari disiplin positif. Pemberian hukuman pada anak bukanlah cara yang tepat untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik yang ditunjukkan anak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesabaran dan pengertian adalah hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran disiplin anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu orang tua atau guru mengajarkan dan menanamkan disiplin, anak belum mengerti dan memahami tentang disiplin. Untuk itu mereka harus memperhatikan tingkat perkembangan anak. Menggunakan pendekatan disiplin positif akan menciptakan atmosfir yang positif dan akan menghasilkan disiplin diri anak yang kondusif. Memberi pujian pada anak apabila mereka telah melakukan sesuatu dan tidak menyalahkan mereka karena telah berbuat kesalahan merupaka cara untuk mendorong anak mencoba kembali melakukan sesuatu. Disiplin positif merupakan suatu pendekatan yang efektif untuk mengajarkan anak agar memiliki disiplin diri, tanggungjawab, kerjasama, dan kemampuan memecahkan masalah. Konsep positif dari disiplin adalah sama dengan pendekatan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan dari dalam, disiplin diri, dan pengendalian diri yang kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam serta dapat menumbuhkan kematangan. Dengan kata lain disiplin positif adalah cara yang dilakukan orang dewasa yang memperlakukan anak dengan respek dan harga diri. Ini merupakan tindakan yang berpusat pada anak dan tidak egois, berpusat pada apa yang dibutuhkan anak dan tidak menekan pada apa yang diinginkan atau dibutuhkan orang tua. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dapat dipahami bahwa disiplin positif adalah berpusat pada pengajaran dan bukan pada hukuman. Dengan disiplin positif anak diberikan informasi yang benar agar mereka dapat belajar dan mempraktekkan tingkah laku yang benar. Selain itu, dapat diajarkan pada anak bagaimana membina hubungan yang baik. Contohnya saling menghargai, bekerjasama dan rasa hormat pada orang yang lebih tua. Sedangkan menurut Hurlock (1999: 93) ada tiga jenis cara menanamkan disiplin pada anak yaitu: 1. Disiplin Otoriter Orang tua yang otoriter ditandai dengan selalu melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Orang tua tipe ini tidak mendorong sikap untuk memberi dan. Disiplin secara otoriter mempunyai aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak dibatasi, orang tua memaksa anak 16

berperilaku sesuai dengan keinginan mereka. Apabila aturan tersebut dilanggar, mereka biasanya akan memberi hukuman fisik kepada anak. Namun, apabila anak patuh pada aturan orang tua, mereka tidak memberikan hadiah atau ganjaran kepada anak. Mereka beranggapan bahwa sudah sewajarnya apabila anak patuh kepada orang tua. Akibatnya hubungan antara orang tua dan anak kurang harmonis dan anak kurang mendapatkan pengakuan dari orang tua. 2. Disiplin Permisif Tipe orang tua yang permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Orang tua tidak pernah memberi aturan dan arahan kepada anak. Semua keputusan diserahkan kepada anak tanpa pertimbangan dari orang tua. Anak tidak mengetahui perbuatan dan perilakunya itu benar atau salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau menyalahkannya. Orang tua yang permisif adalah orang tua yang bersifat mengalah, menuruti semua keinginan anak, dan melindungi secara berlebihan. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa orang tua yang permisif yaitu orang tua yang memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat sekehendak hatinya. Mereka selalu menerima,

membenarkan atau mungkin tidak peduli terhadap perilaku anaknya sehingga mereka tidak pernah memberikan sangsi atau ganjaran kepada anak. Mereka tidak mengontrol sikap dan kurang memberikan bimbingan dan arahan kepada anaknya. Bagi orang tua yang permisif, apa yang mereka lakukan merupakan protes terhadap orang tua yang otoriter yang menerapkan peraturan secara kaku dan keras pada anak-anak mereka sendiri. Dalam hal seperti itu, anak sering tidak diberi batas-batas yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan. Mereka mengizinkan anak untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka. 3. Disiplin Demokratis Menanamkan disiplin dengan cara demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung. Pada waktu yang sama, mereka menentukan aturan mereka sendiri, mendapatkan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, gagasan, keinginan, 17

perasaan serta kebebasan untuk menanggapi pendapat orang lain. Dalam hal ini, peran orang tua sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap aktivitas anak. Dengan demikian orang tua yang demokratis menempatkan anak pada posisi yang sama. Artinya hak dan kewajiban orang tua dan anak adalah sama. Anak selalu diikutsertakan untuk berpendapat dan berdialog membicarakan masalah-masalah dalam keluarga terutama yang menyangkut anak itu sendiri. Antara orang tua dan anak mempunyai sikap keterbukaan dan saling memberi sehingga anak merasakan adanya pengakuan terhadap dirinya. Orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak dan secara bertahap mengontrol dan memberikan bimbingan dan motivasi kepada anak agar ia dapat hidup secara mandiri. Sesuai dengan hal di atas, metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukuman. Bila anak masih kecil, mereka diberi penjelasan mengenai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dengan kata-kata yang dapat dimengerti. Misalnya bila ada peraturan bahwa anak tidak boleh menyentuh kompor di dapur, mereka harus diberitahu bahwa perbuatan itu akan menyakiti mereka atau diperlihatkan dengan mendekatkan tangan mereka pada kompor. Dengan bertambahnya usia, mereka tidak hanya diberi penjelasan tentang peraturan melainkan juga diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat mereka tentang peraturan. Contohnya bila peraturan itu berbeda dengan peraturan teman mereka, orang tua memberi kesempatan anak untuk mengemukakan mengapa mereka merasa tidak perlu mematuhi peraturan yang tidak berlaku bagi teman mereka. Bila alasan mereka masuk akal, orang tua yang demokratis biasanya mau mengubah peraturan yang ada. Disiplin yang demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan orang tua. Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan, orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian atau pernyataan persetujuan yang lain.

18

Bagan. Pengaruh dan Pembentukan Disiplin (Tulus Tuu, 2004:34)

Kesadaran Diri Mengikuti dan Menaati

DISIPLIN

Alat Pendidikan

Hukuman

Bagan tersebut menunjukan disiplin dapat terbentuk dan terwujud oleh empat kekuatan, yakni mengikuti dan mentaati aturan, adanya kesadaran diri, hasil proses pendidikan hukuman dalam rangka pendidikan. Dalam bagan di atas dapat di terangkan suatu kesadaran diri sebagai pemahan diri bahwa disipin merupakan aspek penting bagi kebaikan dan keberhasilan dirinya. Mengikuti dan mentaati aturan merupakan langkah penerapan dan praktik atas peraturan-peraturan yang megatur perilaku individu sebagai kelanjutan dari adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemampuan diri yang kuat. Alat Pendidikan dapat digunakan untuk mempengaruhi mengubah perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan atau diajarkan. Hukuman merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Hal ini selaras dengan gerakan disiplin Nasional dalam Biro Kepegawaian Satwilda (Satuan Wilayah Daerah) Tingkat I Jawa Tengah (1999:10), disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berlaku, yang dilaksanakan secara sadar dan iklas lahir batin, sehingga timbul rasa malu terkena saksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Achmad Munib (2004:46-47) disiplin sebagai pendidik artinya seorang pendidik juga harus mengenal alat pendidikan yang normative yang dibedakan menjadi dua golongan, yaitu: 1). Alat pendidikan preventif yaitu alat pendidikan yang bersifat pencegahan. Yang termasuk didalam alat pendidikan preventif ialah a) Tata tertib b) Anjuran dan perintah 19

c) Larangan dan ancaman d) Paksakan e) Disiplin

2). Alat Pendidikan repretif disebut juga alat Pendidikan kuratif / alat Pendidikan korektif (perbaikan). Bertujuan untuk menyadarkan peserta didik kembali kepada hal-hal yang benar yang baik dan yang tertib. Termasuk dalam alat-alat Pendidikan represif: a) Pemberitahuan b) Teguran c) Peringatan d) Hukuman (punishment) e) Ganjaran/ penghargakan (reward) Kemudian pendapat Soegeng Prijodarminto (1994:15-17;2324) tentang pembentukan disiplin. Disiplin terjadi karena alasan berikut ini: a. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina, melalui latihan, Pendidikan penanaman kebiasaan dan keteladanan. Pembinakan itu dimulai dari lingkungan keluarga sejak kanak-kanak. b. Disiplin dapat ditanam mulai dari tiap-tiap individu dari unit paling kecil, organisasi atau kelompok. c. Displin diproses melalui pembinakan sejak dini, sejak usia muda, dimulai dari keluarga dan sekolah atau Pendidikan disiplin lebih mudah ditegakan apabila muncul dari kesadaran diri. d. Disiplin dapat dicontohkan oleh atasan kepada bawahan. Jadi dari keterangan diatas dapat di simpulkan bahwa, pembentukan disiplin ternyata harus melalui proses panjang, dimulai sejak dini dalam keluarga dilanjutkan di sekolah. Halhal penting dalam pembentukan itu terdiri dari kesadaran diri, kepatuhan, tekanan, sanksi, teladan, lingkungan disiplin, dan latihan-latihan. Langkah untuk menegakkan disiplin yang ideal harus dimulai dari jajaran pembuat tata tertib / peraturan / pendidik kemudian harus disebar luaskan ke peserta didik. Karena harus disadari bahwa disiplin itu sesungguhnya perlu pemahaman, latihan, Pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladananketeladanan tentu, agar akhirnya dapat menjadi kebutuhan bersama bagi seluruh sekolah.

20

2.6. Upaya Meningkatkan Disiplin dan Implikasinya Bagi Pendidikan Sebelum megetahui cara meningkatkan disiplin para peserta didik, sebaiknya para pendidik mengetahui penyebab prilaku indisiplin peserta didik, yakni : 1. 2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh pendidik Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin. 3. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh peserta didik , peserta didik yang berasal dari keluarga yang broken home. 4. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya. Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang pendidik harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri peserta didik, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, pendidik harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap peserta didik berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini pendidik harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap peserta didik dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal. 2. Membantu peserta didik meningkatkan standar prilakunya karena peserta didik berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap pendidik dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. 3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan

21

sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.

Metode / Strategi untuk Mendisplinkan Seseorang Tulus Tuu (2004:56) menyatakan bahwa suatu startegi untuk mendisiplinkan seseorang adalah meliputi: a. Adanya tata tertib. Dalam mendisiplinkan peserta didik, tata tertib sangat bermanfaat untuk membiasakan dengan standar perilaku yang sama dan diterima oleh individu lain dalam ruang lingkupnya. Dengan standar yang sama ini, diharapkan tidak ada diskriminasi (pembedaan) dan rasa ketidakadilan pada individu-individu yang ada dilingkungan tersebut. Di samping itu, adanya tata tertib, para peserta didik tidak dapat lagi bertindak dan berbuat sesuka hatinya. b. Konsisten dan Konsekuen. Masalah umum yang muncul dalam disiplin adalah tidak konsistennya penerapan disiplin, ada perbedakan antara tata tertib yang tertulis dengan pelaksanakan dilapangan. Dalam sanksi atau hukuman ada perbedakan antara pelanggar dan keteguhan didalam melaksanakan peraturan. c. Hukuman. Hukuman anak bertujuan mencegah tindakan yang tidak baik atau tidak di inginkan. d. Kemitraan dengan orang tua. Pembentukan individu berdisiplin dan penanggulangan masalah-masalah disiplin tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab orang tua atau keluarga. Keluarga atau orangtua merupakan pendidik pertama dan utama yang sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan dan mengembangan perilaku peserta didik. Sementara itu, Reisman dan Payne (E. Mulyasa, 2003) mengemukakan strategi umum merancang disiplin siswa, yaitu : 1. konsep diri (Self Concept); untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat dan terbuka; 2. keterampilan berkomunikasi (Communication Skills); guru terampil

berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa; 3. konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (Natural and Local Consequences); guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah, sehingga 22

membantu siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah; 4. terapi realitas (Reality Therapy); sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab; dan 5. disiplin yang terintegrasi (Assertive Dicipline); metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan; (modifikasi perilaku; perilaku salah disebabkan oleh lingkungan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif. 6. Modifikasi perilaku (Behavior Modification); Pendidik harus menciptakan iklim pendidikan yang kondusif, yang dapat diubah perilaku peserta didik. 7. Tantangan untuk disiplin (Dare to Discipline); pendidik harus cekatan, terorganisasi dan tegas dalam mengendalikan disiplin peserta didik. Bagi anak yang berdisiplin dan sudah menyatu dalam dirinya, sikap dan perbuatan disiplin yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai suatu beban, sebaliknya akan merupakan beban bila anak tersebut tidak melakukan disiplin, karena disiplin telah menyatu menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupan sehari hari. Sukardi ( 1983: 42) berpendapat bahwa mendisiplinkan anak dalam kegiatan belajar tidak dengan secara tiba tiba atau dalam waktu satu dua hari bisa terciptakan, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama. Untuk menanamkan disiplin dalam kegiatan belajar, diperlukan cara- cara sebagai berikut : 1. Membiasakan hidup yang teratur. 2. Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan serta tempat yang telah tersedia.

Untuk mendorong anak agar disiplin dalam melaksanakan kegiatan belajar, memerlukan beberapa cara antara lain : 1. Pengawasan langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung misalnya, melalui pemantauan kegiatan belajar di dalam kelas, pemantauan yang dilakukan di rumah oleh orang tua, pemeriksaan fisik dan kesehatan, serta kegiatan organisasi di sekolah. Pengawasan tidak langsung misalnya, dengan memberikan tugas-tugas di rumah dan melalui evaluasi belajarnya atau ulangan harian.

23

2. Pembinaan dapat dilaksanakan dengan jalan memberikan bimbingan di dalam kelas, memberikan contoh teladan yang berupa sikap dan perbuatan yang baik dari pendidik, orang tau maupun lingkungan anak tersebut. 3. Pemberian pembinaan pengembangan bakat atau potensi yang ada dalam diri anak dan juga memberikan penghargaan apabila anak tersebut menunjukkan prestasinya atau memberikan hukuman apabila anak melanggar ketentuan atau tata tertib.

Tentunya ada hubungan terkait antar disiplin dengan prestasi belajar. Disiplin adalah sikap patuh terhadap peraturan yang berlaku, sikap disiplin sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sikap tersebut dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan kondusif untuk belajar, dengan bersikap disiplin siswa dapat mencapai tujuan belajar. Sikap disiplin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Apabila seorang siswa memiliki sikap disiplin dalam kegiatan belajarnya, maka kepatuhan dan ketekunan belajarnya akan terus meningkat sehingga membuat prestasi belajar meningkat juga. Jadi apabila siswa memiliki sikap disiplin yang tinggi dalam kegiatan belajar tentunya prestasi belajar yang diperoleh menjadi baik. Sebaliknya jika siswa tidak memiliki sikap disiplin dalam belajar maka kegiatan belajarnya tidak terencana dengan baik sehingga kegiatan belajarnya tidak teratur dan membuat prestasi belajar akan menurun. Hasil penelitian Untatik Setiyo (Pendidikan Matematika) tahun 2007 menyatakan bahwa Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar memberikan SR sebesar 52,33% dan SE sebesar 40,5.%. Sedangkan Nanik Murwani tahun 2007 menyatakan bahwa dari (SE) dan (SR) Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar memberikan sumbangan relatif 62,92 % dan sumbangan efektif sebesar 31,92 %.

2.7. Model Pengukuran Disiplin Salah satu aspek yang sangat penting untuk memahami sikap manusia adalah pengungkapan atau ukuran sikap maka, masalah pengukuran sikap akan mendapat perhatian khusus dalam penelitian ini. Dalam pengukuran sikap diharapkan hasilnya merupakan gambaran yang sesuai dari sikap individu atau kelompok yang akan diteliti. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayakan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu (Saifuddin Azwar, 2000:30). Metode pengukuran sikap meliputi: 24

a. Observasi langsung/ observasi perilaku Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu. b. Penanyaan langsung Bahwa sikap seseorang dapat diketahui dengan menanyakan langsung pada yang bersangkutan. Kalau ingin mengetahui apkah orang tersebut memiliki sikap yang favorabel, maka lebih jalasnya dengan menanyakan langsung pada orang tersebut. Beberapa asumsi yang mendasari metode penanyakan langsung guna pengungkapan sikap yaitu bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan manusia akan mengemukan secara terbuka apa yang dirasakan. c. Pengungkapan langsung Pengungkapan langsung secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal dan dengan menggunakan item ganda (Saifuddin Azwar, 2000:93). Pengungkapan langsung dengan item tunggal sangat sederhana. Respon diminta menjawab langsung suatu pernyatakan sikap tertulis dengan memberikan tanda setuju atau tidak setuju. Sedangkan item ganda responden diminta memilih dimensi dengan menggunkan sepasang kata sifat yang bertentangan satu sama lain. d. Skala sikap Skala sikap berupa kumpulan pernyatakan-perrnyatakan mengenai suatu objek sikap. Dari responden subjek pada setiap pernyatakan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah intensitas sikap seseorang. e. Pengukuran terselubung Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan perilakunya tetapi pengamatan ini dibalik layar dalam artian subyek yang kita amati tidak tau kalau sebenarnya kita sedang mengamati perilakunya. (Saifuddin Azwar, 2000:87), di dalam pengukuran sikap ada beberapa karakteristik sikap yang meliputi; arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan sponitasnya. Maksudnya arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak, apakah mendukung atau tidak, apakah memihak atau tidak memihak terhadap seseorang atau seseorang sebagai objek. Cara mengukur atau mengetahui tingkat kedisiplinan para peserta didik sebagai berikut: a. Sikap disiplin peserta didik akan meningkat apabila ditangani secara intensif b. Adanya pembentukan disiplin Tingkatan ruang lingkup dari budaya disiplin dapat dibedakan menurut tingkatannya yaitu sebagai berikut:

25

1. Disiplin pribadi sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan atas aturanaturan yang mengatur perilaku individu 2. Disiplin kelompok sebagai perwujudan disiplin yang lahir dari sikap taat patuh terhadap aturan-aturan (hukum) atau norma-norma yang berlaku pada kelompok tersebut. 3. Disiplin nasional yakni wujud disiplin yang lahir dari sikap yang patuh yang ditunjukkan oleh seluruh lapisan masyarakat terhadap aturan-aturan, nilai yang berlaku secara nasional.

Sedangkan, indikator disiplin belajar adalah sebagai berikut : 1. Indikator disiplin belajar di sekolah adalah sebagai berikut : a. Patuh dan taat terhadap taat tertib belajar di sekolah b. Persiapan belajar c. Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran d. Menyelesaikan tugas pada waktunya. 2. Indikator disiplin belajar di rumah adalah sebagai berikut : a. Mempunyai rencana atau jadwal belajar b. Belajar dalam tempat dan suasana yang mendukung c. Ketaatan dan keteraturan dalam belajar d. Perhatian terhadap materi pelajaran

26

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan: 1. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Dalam dunia pendidikan disiplin belajar perlu ditumbuhkan pada peserta didik, karena dengan disiplin belajar yang baik akan berpengaruh pada prestasi belajar yang baik pula. Berbagai proses disiplin diperlukan untuk mencapai perkembangan disiplin. Perkembangan disiplin dipengaruhi oleh pola asuh dan kontrol yang dilakukan oleh orang tua (orang dewasa) terhadap perilaku, pemahaman tentang diri dan motivasi dan juga hubungan sosial dan pengaruhnya terhadap individu. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin belajar peserta didik yaitu faktor dari dalam peserta didik dan faktor dari luar peserta didik. Faktor dari dalam diri peserta didik ada faktor fisiologis dan faktor psikologis, sedangkan faktor dari luar peserta didik ada faktor sosial dan non sosial. 3. Upaya meningkatkan disiplin belajar peserta didik yang dapat dilakukan oleh pendidik yaitu, konsep diri, keterampilan berkomunikasi, konsekuensi-konsekuensi logis dan alami, modifikasi prilaku, tantangan untuk disiplin, terapi realitas, dan disiplin yang terintegrasi 3.2. Saran Setelah penulis membahas dan mengkaji tentang perkembangan disiplin peserta didik. Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dari pembahasan materi ini yaitu: 1. Sebaiknya menanamkan disiplin pada anak diperlukan adanya kesabaran dan pengertian dari para orang tua. Hal ini sangat penting dalam proses perkembangan disiplin anak. Dalam mengajarkan dan menanamkan disiplin orang tua dan guru harus memperhatikan tingkat perkembangan anak. 2. Orang tua serta keluarga juga sangat berperan dalam membantu menigkatkan displin diri anak, tentunya dengan membuat peraturan-peraturan yang bijak dan menghukum secara bijaksana dan sesuai dengan kesalahan yang anak lakukan. Tujuannya agar nantinya anak dapat hidup disiplin dan mandiri.

27

DAFTAR PUSTAKA Azwar, Saifuddin.2000. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka pelajar. Bahri, Syaiful Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga Lemhannas. 1997. Disiplin Nasional. Jakarta: PT Balai Pustaka. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Munib, Achmad. 2004. Pengantar Ilmu pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES. Rochman, Maman. 1999. Manajemen Kelas. Depdiknas. Jakarta: Proyek pembelajaran Guru Slameto. 2003. Belajara dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinyai. Jakarta: Rineka Cipta. Soegeng, Prijodarminto. 1994. Disiplin menuju sukses. Jakarta: Pradaya paramita. Susila Jaka. 2009. Pembinaan Disiplin anak Tuna Grahita di Sekolah. Skripsi tidak diterbitkan (download). Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Triana, I Ktut. 2010. Laporan Hasil Penelitian Meningkatkan Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa. Denpasar. Tuu, Tulus. 2004. Peran Disipin pada perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grasindo. Ulfah, Syarifatul. 2006. Pengaruh Penanaman Disiplin Terhadap Kreativitas Anak Usia Prasekolah. Skripsi tidak diterbitkan (download). Semarang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Wantah, J. Maria. 2005. Pengembangan Disiplin Dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Wati Handayani, Lina. 2007. Penanaman Disiplin dalam Menaati Peraturan dan Tata Tertib. Kripsi tidak diterbitkan (download). Semarang : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang Wikipedia. Disiplin. (Online), (http://www.wikipedia.org/disiplin, diakses 4 April 2011)

28

Anda mungkin juga menyukai