1. Intravenan
- dlm bentuk larutan, atau emulsi
m/a dgn syarat ukuran globul minyak
<3um
- dlm volume kecil tdk mutlak harus
isotonis dan isohidris, akan tetapi jgn
hipotonis
- dlm volume besar (infus) harus
isotonis dan isohidris
- pemberian larutan 10 ml atau lebih
sekali suntik harus bebas pirogen
2. Intramuskulur
- Sediaan dalam bentuk larutan sejati,
atau suspensi dalam air dan dalam
minyak
- Sediaan dlm bentuk larutan lebih cepat
siabsorpsi daripada suspensi atau larutan
dgn pembawa minyak
- Umumnya disuntikkan di otot paha/
lengan atas
- Volume sebanyak mungkin tidak boleh
lebih dari 4 ml, jika volume besar
disuntikkan perlahan untuk mencegah
rasa sakit
4. Intrakutan/intradermal
- Sediaan diberikan dlm bentuk
larutan atau suspensi dlm air
- Volume pemberian 0,1-0,2 ml
- Untuk tujuan diagnostik: test
Mantoux (TBC) atau profilaksis
(cacar)
5. Intraarterium
- Umumnya larutan, dpt mengandung
cairan non iritan yg dpt bercampur
dgn air
- Volume pemberian 1-10 ml
- Digunakan jika efek obat diperlukan
segera di daerah
- Tidak boleh mengandung bakterisida
6. Intratekal/intrasisternal /peridural
- Sediaan berupa larutan, umunya
tidak > 20 ml
- Tidak boleh mengandung bakterisida,
diracik dalam wadah dosis tunggal
7. Intraartikulus
- Sediaan berupa larutan atau
suspensi dalam air
- Disuntikkan ke dalma cairan sendi
dlm rongga sendi
8. Intrakardiak
-
9. Intrabusa
- Larutan atau suspensi dlm air,
disuntikkan ke dalam bursa
subacromilis atau olecranon
Keuntungan
- Bekerja cepat
- Untuk penderita yg tidak menelan obat
- Dlm keadaan sangat mendesak
dimana pengobatan secara parental
merupakan satu-satunya cara untuk
menaikkan jumlah volume darah
misalnya : pd kecelakaan dan operasi
Kerugian
- Karena pemberian secara parenteral
obat segera bekerja, mak bila ada
kekeliruan dlm pemberian tidak dpt
dilakukan segera tindakan pencegahan
untuk menghindari terjadinya hal-hal yg
tidak diinginkan
- Dlm pemakainnya diperlukan keahlian
khusus
- Pd waktu penyuntikan sering terasa
sakit dan pada bekas penyuntikan dpt
terjadi infeksi (kalau waktu penyuntikan
tsb tdk diadakan usaha pencegahan)
1. Rute pemberian
Pemberian scr iv memberikan efek
yg lebih cepat daripada im dan sc
2. Ukuran partikel zat aktif
semakin halus ukuran partikel zat
aktif, maka efek lebih cepat timbul
3. Polimorfisa
Bentuk amorf zink-insulin
memberikan efek yg lebuh cepat
daripada bentuk kristalnya
4. Bentuk sediaan
Larutan sejati memberikan efek yang
lebih cepat daripada suspensi
5. Pembawa
Pembawa air memberikan efek yang
cepat, semetara minyak sebaliknya
sehingga pembawa minyak untuk
sediaan dengan kerja depo
6. pH
- pH larutan sebaiknya sesuai dgn
pH fisiologis tubuh
1. Isotoni
Jika larutan tertentu konsentrasinya sama dg
konsentrasi dalam sel darah merah shg tidak terjadi
pertukaran cairan diantara keduanya (equivalen dg 0,9%
NaCl)
Tekanan osmose serum darah (0,9% NaC
2. Isoosmotik
Jika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama
dengan tekanan osmose serum darah (0,9% NaCl
memiliki tekanan osmose 6,86 atm). Larutan isoosmotik
identik dengan isotonis, artinya secara fisiologis
(terutama terhadap sel darah merah) memiliki kondisi
yang sama (ekuivalen dg 0,9% NaCl), kecuali pada zat
aktif tertentu dimana tekanan osmose dan tonistas tidak
lagi identik
3. Hipotonis
4. Hipertonis
W = 0,52-a
b
W= bobot zat yg ditambahkan ( dlm gr/100
ml) utk memperoleh larutan isotonis
a = perkalian penurunan titik beku
disebabkan oleh 1% zat dgn kadar zat
b = penurunan titik beku air yang
disebabkan oleh larutan 1% b/v zat utk
mencapai isotonis
2. Ekivalensi NaCl
yaitu jumlah gr NaCl yg diperlukan
yg efek osmosenya dg 1 gr zat
E=17 L iso
M
L iso nonelektrolit (misal : sakarosa
L=1,9)
L iso elektrolit lemah ( misal: asam
sitrat, basa efedrin, L=2,0
M = bobot molekul
E = ekivalensi NaCl zat
3. White-Vincent
V= W E v
V = volume larutan isotonis yg
ditentukan (ml)
W = bobot obat (g) dlm 100 ml
larutan
E = ekivalensi NaCl
v = volume suatu sediaan larutan
isotonis (ml) yg didalamnya
mengandung 1 gr NaCl
4. Metode Grafik
Untuk tiap zat mempunyai grafik
yang khas
NaCl(g/100 ml)
zat(g/100 ml)
CARA-CARA STERILISASI
1. Sterilisasi uap
otoklaf suhu 121oC selama 15 menit
menggunakan uap jenuh
2. Sterilisasi panas kering
menggunakan oven
Jika volume dlm tiap wadah tdk lebih
dari 30 ml dipanaskan pd suhu 150oC
selama 1 jam. Jika volume dlm wadah
lebih dari 30 ml, waktu 1 jam dihitung
setelah seluruh isi tiap wadah mencapai
suhu 150oC
3. Sterilisasi gas
bahan aktif etilen oksida
mudah terbakar, bersifat mutagen,
adanya residu toksik
4. Sterilisasi dengan radiasi ion
Keunggulan sterilisasi radiasi
meliputi reaktivitas kimia rendah.
Ada 2 jenis radiasi ion yg digunakan
yaitu disintegrasi radioaktif dari
radioisotop radiasi berkas elektron
PERSYARATAN SEDIAAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Keseragaman bobot
Keseragaman volume
Pirogenitas
Sterilitas
Penyimpanan
Penandaan
Pada etiket harus juga tertera
untuk :