Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan tutorial pertama kami sebagai hasil
diskusi kami yang berkaitan dengan kegiatan tutorial pada Blok XVII semester VI yang
berjudul Kepala Cekot-cekot. Di sini kami membahas masalah yang berkaitan dengan
nyeri, khusunya nyeri kepala.
Kami mohon maaf jika dalam laporan ini terdapat banyak kekurangan dalam
menggali semua aspek yang menyangkut segala hal yang berhubungan dengan skenario
pertama serta learning objective yang kami cari. Karena ini semua disebabkan oleh
keterbatasan kami sebagai manusia. Tetapi, kami berharap laporan ini dapat memberi
pengetahuan serta manfaat kapada para pembaca.
Mataram, Mei 2010
Kelompok 1
1 | Page
Daftar Isi
Kata pengantar ............................................................................................
Skenario 1 .....................................................................................................
Mekanisme nyeri.............................................................................................
17
20
Pendekatan diagnosis.....................................................................................
23
Jenis nyeri......................................................................................................
25
Tension headache...........................................................................................
28
Migren headache............................................................................................
30
Cluster headache............................................................................................
45
Neuralgia trigeminus.......................................................................................
47
Cranial artritis.................................................................................................
49
Obat-obatan...................................................................................................
51
Daftar pustaka...............................................................................................
56
2 | Page
Skenario 1
kepala cekot-cekot
Ny. Rossy, 56 tahun, dirujuk oleh dokter praktek umum ke poli ilmu penyakit saraf
RSUP NTB dengan keluhan nyeri kepala yang terasa mengganggu dalam 1 minggu
terakhir, disertai dengan keluhan rasa kaku dan nyeri daerah leher yang menjalar ke
punggung dan tangan kanan. Dari anamnesis diketahui bahwa keluhan ini
sebenarnya sudah dirasakan Ny. Rossy sejak 4 tahun yang lalu, dan reda dengan
pemberian obat dari dokter praktek. Keluhan ini sangat mengganggu, terutama
waktu malam hari yang menyebabkannya tidak bisa tidur. Dari riwayat pekerjaan,
diketahui Ny. Rossy dulunya adalah seorang wanita karier dan pensiun sejak 7
tahun yang lalu. Menurutnya, akibat keluhan ini dia menjadi sering mudah marah.
Dari riwayat trauma, 12 tahun yang lalu Ny. Rossy pernah mengalami benturan
kepala akibat kecelakaan, namun dokter yang memeriksanya saat itu menjelaskan
trauma tersebut tidak menimbulkan masalah serius. Dokter poli selanjutnya
melakukan pemeriksaan lengkap dan merencanakan penatalaksanaan lebih
lanjut.
3 | Page
Mapping Concept
Riwayat nyeri
kepala
Ny. Rossy, 56
tahun
Pensiunan
wanita karier
Tidur
terganggu
Riwayat trauma
kepala
Mudah
marah
Definisi
Nyeri
kepala
klasifikasi
Pendekatan
diagnosis
patofisiolog
i
Anamnesi
s
Px fisik
Px
penunjang
Tension headache
Migren headache
Cluster headache
Definisi
Klasifikasi
Etiologi
Faktor Resiko
Patofisiologi
Manifestasi
Klinis
Diagnosis
Terapi
Komplikasi
Prognosis
Cranial artritis
Trigeminal Neuralgia
Analgetik
4 | Page
Antidepres
an
Learning Objective
1.
2.
3.
4.
5.
5 | Page
6 | Page
Terdiri dari: nukleus, soma/badan sel, Nissl bodies, penonjolan sitoplasma (akson dan
dendrit)
Dendrit memasukkan informasi ke dalam sel; Jumlahnya bisa banyak, hanya satu,
atau tidak ada sama sekali
Akson (serabut saraf) menyalurkan informasi keluar sel; tiap neuron hanya punya
1 akson, namun akson bisa memiliki cabang2 yg disebut Akson Kolateral
7 | Page
8 | Page
4. Impuls
Membran neuron itu semi-permeabel molekul kecil seperti ion bisa masuk,
molekul besar tidak bisa
Membran neuron juga bisa terpolarisasi secara elektrik ion positif (kation) ada di
luar membran, ion negatif (anion) ada di dalam membran
Potensial aksi:
a. Depolarisasi (pertukaran ion)
b. Repolarisasi
c. Periode refrakter
5. Sinaps
Di ujung akson ada Bouton Terminal (penonjolan); ketika sinyal sampai di terminal
Bouton:
a. Vesikel sinaptik melepas Asetilkolin
b. Asetilkolin masuk ke synaptic gap meningkatkan permeabilitas membran sel
selanjutnya
c. Ada enzim Kolinesterase yg memecah asetilkolin sisa menjadi asetil dan kolin
masuk balik ke vesikel
d. Ada enzim Kolin-asetilase yg menyatukan lagi menjadi asetilkolin
9 | Page
diencephalons:
epithalamus,
thalamus,
subthalamus
hipothalamus
10 | P a g e
Mesencephalon
-
Pedunkulus serebri
Rombencephalon
-
dan
8 segmen cervical
12 segmen cervical
5 segmen lumbal
5 segmen sacral
1 segmen coxae
11 | P a g e
System saraf pusat dilindungi oleh cranium dan vertebrae serta lapisan yang disebut
meninges
12 | P a g e
Arachnoid
Pia mater
13 | P a g e
Saraf Kranial
-
5 pasang motorik
3 pasang sensorik
4 pasang campuran
Saraf campuran
Aferen (Sensorik): bawa informasi luar (nyeri, suhu, raba, indra) dari kepala, dinding
tubuh, ekstremitas
Saraf campuran
Aferen (Sensorik): informasi organ viseral (pembuluh darah, pernapasan, dsb), Stress
>> Efek:
Simpatis siapkan tubuh saat stress (fight-or-flight)
Parasimpatis membantu konservasi dan homeostasis tubuh
14 | P a g e
15 | P a g e
Vena: darah keluar dari otak lewat Sinus Dura menuju Vena jugularis interna
Dari anterior-posterior:
1. Arteri komunikans anterior
2. Arteri serebri anterior
3. Arteri serebri media
4. Arteri komunikans posterior
5. Arteri serebri posterior
6. Arteri basilaris
** Arteri komunikans menjaga suplai darah jika salah satu arteri serebri
mengalami gangguan suplai
16 | P a g e
Mekanisme nyeri
Definisi
Definisi Internasional Association for the Study of Pain:
Rasa tidak nyaman secara sensorik maupun emosional yang terkait dengan kerusakan
1.
2.
3.
4.
5.
Istilah-istilah:
a. Hiperalgesia = stimulus ringan (yg normalnya memang menimbulkan nyeri) memberikan
respon nyeri yg berlebihan
b. Alodinia = stimulus yg normalnya tidak menimbulkan nyeri, memberikan respon nyeri yg
berlebihan
c. Disestesia = seperti kesemutan, kram
d. Analgesia/Hipoalgesia = tidak bisa/ kurang merasakan nyeri
e. Hiperpalia = nyeri memanjang
17 | P a g e
rangsang nyeri)
A- delta : bermyelinnosiseptor
Tahapan Nyeri
1. Transduksi
Rangsangan mengganggu, timbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri
2. Transmisi
Penyaluran impuls, sampai di saraf perifer terminal di medulla
3. Modulasi
Di ujung saraf perifer sebelum menyilang ke anterolateral
4. Persepsi
Pengalaman nyeri
Fisiologi Nyeri
A. Pembentukan Impuls:
Ada kerusakan jaringan pelepasan neurotransmiter dan mediator inflamasi ZAT
18 | P a g e
TRAKTUS
SPINOTALAMIKUS
ANTEROLATERAL
(traktus lateral)
Talamus
Medulla spinalis
- Kornu anterior : Respon motorik
19 | P a g e
Struktur sensitive-nyeri
Nyeri Kepala disebabkan oleh traksi, pergeseran, inflamasi, spasme vaskular, atau distensi
dari struktur sensitif-nyeri di kepala dan leher.
Meliputi sinus venosus (cth. Saggital sinus); arteri meningeal anterior dan medial; dura di
dasar tengkorak; N. Trigeminal (V), N. Glossopharyngeal (IX), dan N. Vagus (X); bagian
proksimal arteri karotis interna dan berbagai cabangnya dekat dengan circle of willis;
substansia grisea periaqueductal brainstem, dan nukleus sensoris thalamus.
Meliputi periostium tengkorak; kulit; jaringan subkutan, otot dan arteri; otot leher; nervus
servikal kedua dan ketiga; mata, telinga, gigi, sinus, dan orofaring; dan membran mukosa
cavum nasalis.
Nervus trigeminal (V) membawa sensasi dari struktur intrakranial di anterior dan fossa
medialis tengkorak, diatas tentorium serebelaris. Lesi intracranial yang lain di lokasi ini dapat
memproduksi nyeri yang meradiasi ke distribusu nervus trigeminalis.
20 | P a g e
Nervus glossofaringeal (IX) dan vagus (X) menyuplai bagian fossa posterior; nyeri berasal
dari area ini dapat juga dialihkan ke telinga atau tenggorokan (cth. glossopharyngeal
neuralgia)
Nervus servical atas mentransmisi stimulus yang berasal dari struktur infratentorial dan
servikal. Meskipun demikian, nyeri dari lesi fossa posterior diproyeksiakn ke dermatomes
servikal kedua dan ketiga.
Aspek Umum
Struktur-struktur kranium yang peka-nyeri dan terlibat dalam nyeri kepala adalah semua
jaringan ekstrakranium termasuk kulit kepala, otot, arteri, dan periosteum tengkorak; sinus
kranialis; sinus vena intrakranium dan vena-vena cabangnya; bagian dari dura di dasar otak
dan arteri di dalam dura; dan nervus kranialis trigeminus, fasialis, vagus, dan glosofaringeus
serta nervus servikalis (C3 dan C3). Parenkim otak, sebagian besar jaringan meningen, dan
tengkorak (kecuali periosteum) tidak peka terhadap nyeri. Peregangan periosteum dapat
menimbulkan nyeri lokal.
Tentorium adalah suatu lembaran dura yang berfungsi sebagai garis pembatas dan titik
referensi di dalam kranium; lembaran ini memisahkan fosa anterior (batang otak dan
21 | P a g e
serebelum) dari serebrum anterior. Daerah posterior (sekitar sepertiga rongga kranium)
disebut sebagai infratentorium, dan daerah anterior (dua pertiga rongga kranium) disebut
supratentorium.
Apabila nyeri kepala melibatkan struktur-struktur di daerah infratentorium, nyeri tersebut
dirujuk ke daerah oksipitalis kepala dan leher oleh akar saraf servikal atas. Nyeri
supratentorium dirasakan di bagian anterior kepala (daerah frontalis, temporalis, dan
parietalis) dan terutama diperantarai oleh nervus trigeminus.
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggungjawab memicu terjadinya nyeri
kepala adalah sebagai berikut:
-
degenerasi spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis
(misalnya, artritis vertebra servikalis)
PENDEKATAN DIAGNOSIS
Pasien, Ny.Rossi datang dengan keluhan nyeri kepala. Hal pertama yang kita pikirkan adalah
apakah nyeri kepala ini termasuk dalam nyeri kepala primer atau nyeri kepala sekunder.
Dikarenakan data pada skenario dapat dikatakan masih minim. Namun dari studi
observasional berikut ini dikatakan terdapat beberapa pertimbangan agar kita mengarahkan
22 | P a g e
pemikiran kita pada nyeri kepala sekunder atau yang di sebut dengan warning sign atau red
flag features dari nyeri kepala sekunder.
Berpedoman pada tabel di atas, jika di bandingkan dengan data pada scenario, tidak
menunjukkan tanda-tanda yang mengarahkan kecurigaan kita pada nyeri kepala sekunder
seperti di atas, maka secara tersirat dapat kita simpulkan bahwa Ny.Rossi menderita nyeri
kepala primer. Walaupun untuk memastikannya harus dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti CT Scan, foto polos cervical, MRI dan sebagainya.
Setelah kita menyimpulkan pasien mengalami nyeri kepala primer, maka tentunya kita harus
menggali informasi lebih lanjut untuk menentukan diagnosis banding ataupun diagnosis kerja
dari kasus ini. Dari data yang tersedia pada scenario, berikut beberapa hal yang dapat di
jadikan parameter untuk mengarahkan kita pada sebuah diagnosis:
Karakteristik dari nyeri kepala pasien
Berpedoman pada data dari scenario, disebutkan bahwa pasien mengalami nyeri kepala
yang terasa mengganggu dalam 1 minggu terakhir. Dan dari data anamnesis dikatakan
bahwa keluhan ini sebenarnya sudah di rasakan sejak 4 tahun yang lalu.
Dari data di atas dapat kita simpulkan bahwa pasien pada scenario mengalami nyeri
kepala kronis, dilihat dari durasi nyeri kepala yang telah berlangsung selama 4 tahun.
23 | P a g e
Berikut adalah beberapa kemungkinan diagnosis untuk gejala nyeri kepala yang bersifat
kronis :
Keluhan penyerta
Nyeri kepala pasien disertai keluhan rasa kaku dan nyeri daerah leher yang menjalar ke
punggung dan tangan kanan.
Hal ini jika lebih dispesifikkan mungkin mengacu pada otot-otot pada pasien yang
mengalami kontraksi sehingga kemudian merangsang reseptor sensitive nyeri pada
cranium.
Otot-otot yang berkontraksi tersebut kemungkinan adalah m.sternocleidomastoideus dan
m.trapezius sehingga pasien merasakan kaku pada leher, punggung, serta tangan
kanannya.
Salah satu tipe nyeri kepala yang berkaitan dengan ketegangan otot adalah nyeri kepala
tipe tegang atau tension headache.
Riwayat pekerjaan
Pada skenario disebutkan bahwa Ny.Rossy dulunya adalah seorang wanita karier dan
pensiun sejak 4 tahun yang lalu.
Kemungkinan di akibatkan karena berkurang aktivitas, pasien mengalami kondisi stress.
Sedangkan pada kenyataannya kondisi stress dan depresi biasanya selalu dikaitkan dengan
nyeri kepala tipe tegang atau tension headache.
Hal ini berkaitan dengan disekresikannya neurotransmitter yang dapat mencetuskan nyeri
pada kondisi stress atau depresi.
Riwayat trauma
Dikatakan pada scenario bahwa pasien pernah mengalami benturan kepala akibat
kecelakaan, namun dari hasil pemeriksaan dokter dijelaskan bahwa trauma tersebut tidak
menimbulkan masalah serius.
Dari keterangan ini kita memiliki modal untuk mengekslusi kemungkinan-kemungkinan
nyeri kepala yang diakibatkan oleh trauma atau cedera kepala.
Jadi, berpeoman dari data dan keterangan yang tersedia pada scenario dengan segala
kekurangan dan ketidaksempurnaannya, kelompok kami menyimpulkan bahwa nyeri kepala
tipe tegang (tension headache) sebagai diagnosis kerja.
Jenis nyeri
24 | P a g e
Somatik dalam
Viseral dalam
25 | P a g e
Sifat :
Reffered pain
Nyeri Neuropatik (Neuropathic Pain)
Ada dua:
a. Kerusakan pada PNS
b. Lesi dari CNS
Biasanya ada instabilitas saraf autonom pasien menderita, krn ada peningkatan
sensitifitas nyeri
Ada yg khas: ALODINIA nyeri yg dipicu stimulus yg pada kondisi normal tdk
timbulkan nyeri, misal >> disentuh ringan, hembusan angin
Penyebab
Waktu
Rasa
NOSISEPTIF
Masih ada
Akut
Sesuai keberadaan stimulus
Lokasi
Sesuai jaringan yg rusak
Defisit Sensoris (-)
NEUROPATIK
Tidak ada
Kronik (bisa juga akut)
Tak ada hubungan dengan keberadaan
stimulus (ALODINIA)
Lokal, Difus, Menjalar
(+)
Nyeri kepala rasa nyeri/tidak enak di kepala, lokal atau menyeluruh, dapat menjalar ke
wajah, mata, gigi, rahang bawah, leher.
Nyeri/rasa tidak enak di bagian atas kepala, dari bagian oksiput ke orbita.
Nyeri lokasinya di bawah garis orbitomeata + di atas leher + di depan telinga bagian
wajah yg tidak ditutupi rambat
Klasifikasi:
1. Primer (idiopatik) bukan merupakan suatu gejala, tanpa disertai penyakit yang
mendasari
2. Sekunder merupakan suatu gejala dari suatu penyakit yang mendasari
26 | P a g e
Nyeri kepala baru, tiba-tiba sangat nyeri dan berbeda dari nyeri kepala yg pernah
dialami
2. Sub-akut
3. Kronis
Etiologi
Kenaikan TIK
Trauma kapitis
I.
Epidemiologi
Nyeri kepala ini biasanya dimulai pada usia 20-40 tahun
Kejadiannya dominan pada wanita dan dapat pula terjadi pada segala usia.
Etiologi Patofisiologi
Dari beberapa sumber, dikatakan bahwa salah satu respon tubuh terhadap keadaan stress
dan kecemasan yang menyebabkan nyeri kepala tipe tegang adalah adanya reflex pelebaran
pembuluh darah ekstrakranial serta kontraksi otot-otot rangka, kepala, leher, dan wajah.
Namun, mekanisme ini juga belum begitu jelas. Sedangkan pada sumber lain dikatakan
bahwa kebanyakan pasien dengan nyeri kepala tipe-tegang saat ini ditemukan bahwa otototot craniocervicalnya cukup relaks dan tidak menunjukkan adanya kontraksi persisten saat
diukur dengan elektromiografi. Namun, Sakai et al melaporkan bahwa pada pasien nyeri
kepala tipe tegang ditemukan kontraksi pada otot pericranial dan otot trapezius.
Akhir-akhir ini, nitrit oksida dimasukkan dalam kejadian nyeri kepala tipe tegang, secara
spesifik membuat sentrilisasi sentral pada stimulasi sensoris dari struktur cranial. Hipotesis
lain yang baru juga mengatakan bahwa adanya keabnormalan sensitivitas terhadap nyeri pada
trigeminal nuclear complex. Kompleks ini, berperan dalam menerima input dari struktur lain
dalam otak, termasuk system limbik.
Manifestasi Klinis
Rasa kencang di daerah bitemporal, bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling
28 | P a g e
Anamnesis dengan riwayat penyakit sangat penting karena tidak ditemukan adanya
abnormalitas pada pemeriksaan neurologis dan ancillary test.
Terapi
Terapi lini pertama adalah pengaturan ulang gaya hidup penghilangan substansi
yang menyebabkan nyeri kepala seperti alcohol dan nikotin, melakukan latihan fisik
yang rutin, tidur cukup, mengurangi stress, dan jika diperlukan, perubahan lain pada
Patofisiologi
29 | P a g e
Teori vascular
Serangan disebabkan oleh vasokonstriksi pembuluh darah intrakranial sehingga lairan
darah otak menurun yang dimulai pada bagian oksipital dan meluas ke anterior
perlahan-lahan ibarat gelombang oligemia yang sedang menyebar, yang melintasi
kortex srebri dengan kecepatan 2-3 mm/menit, berlangsung beberapa jam (fase aura)
dan diikuti vasodilatasi pembuluh darah ekstrakranial yang menimbulkan nyeri
kepala.
Teori cortical spreed depression
Terjadi depresi gelombang listrik yang menyebar lambat ke anterior setelah
peningkatan mendadak aktivitas listrik padabagian posterior otak.
Teori neurotransmiter
Terjadi pelepasan berbagai neurotransmiter antara lain serotonin dari trombosit yang
memiliki efek vasokonstriksi. Dua reseptor serotonin yang penting adalah 5-HT1 dan
5-HT2. 5-HT1 bila terangsang akan menghentikan serangan migren, sedang 5-HT2
bila disekat maka akan mencegah serangan serotonin. Oleh karena itu, baik agonis
maupun antagonis serotonin bermanfaat dalam penatalaksanaan migren.
30 | P a g e
31 | P a g e
Teori ini meliputi sistem sarf pusat dan pembuluh darah perifer. Beberapa proses pada
kortex orbitofrontal dan limbik memicu reaksi sistem noradrenergik batang otak
melalui lokus seruleus dan sistem serotonergik melalui inti rafe dorsal serta sistem
trigeminovaskular yang akan merubah lumen pembuluh darah, yang juga akan
memicu impuls saraf trigeminus, terjadi lingkaran setan rasa nyeri. Nausea dan
vomitus mungkin disebabkan oleh dopamin atau serotonin pada area postrema dasar
ventrikel IV dalam medula oblongata. Proyeksi dari lokus sruleus ke kortex serebri
dapat menimbulkan oligemia kortikal dan depresi kortx menyebar, meinmbulkan aura.
Pencetus
Mudah tidaknya seseorang terkena migren ditentukan oleh adanya defek biologis
herediter pada sistem saraf pusat. Berbagai faktor yang dapat memicu serangan
migren pada orang yang berbakat tersebut antara lain :
1. Hormonal
Fluktuasi hormon merupakan faktor pemicu pada 60 % wanita, 14 % wanita hanya
mendapat serangan selama haid. Nyeri kepala migren dipicu oleh turunnya kadar 17-
estradiol plasma saat akan haid. Serangan migren berkurang selama kehamilan karena
kadar estrogen yang relatif tinggi dan konstan, sebaliknya pada minggu pertama
postpartum, 40% pasien alami serangan yang hebat karena turunnya estradiol.
Pemakaian pil kontrasepsi juga meningkatkan frekuensi serangan migren.
2. Menopause
Umumnya nyeri kepala migren akan meningkat frekuensi dan berat-ringannya saat
menjelang menopause. Terapi hormonal dengan estrogen dosis rendah dapat diberikan
untuk mencegah serangan.
3. Makanan
Berbagai makanan/zat dapat memicu timbulnya serangan migren. Makanan yang
mengandung tiramin, yang berasal dari asam amino tirosin, seperti keju, makanan
yang diawetkan atau di ragi, hati, anggur merah, yogurt, dll. Pemicu tersering migren
adalah alkohol berdasarkan efek vasodilatasinya. Makanan lain yang pernah
dilaporkan dapat memicu migren antara lain coklat karena mengandung feniletilamin,
telur, kacang, bawang, pizza, alpokat, pemanis buatan seperti aspartam, jeruk, pisang,
daging babi, teh, kopi, dan coca cola yang berlebihan.
4. Monosodium glutamat
32 | P a g e
5. Obat-obatan
Seperti nitrogliserin, nifedipin sublingual, isosorbid-dinitrat, tetrasiklin, vitamin A
dosis tinggi, fluoksetin, dll.
6. Cafein
Yang berlebihan (>350 mg/hari) atau penghentian mendadak minum kafein.
7. Lingkungan
Perubahan lingkungan dalam tubuh yang meliputi fluktuasi hormon saat haid dan
perubahan irama bangun-tidur dapat memicu serangan akut migren. Perubahan
lingkungan eksternal seperti cuaca, musim, tekanan udara, ketinggian dari permukaan
laut, dan terlambat makan.
8. Rangsang sensorik
Cahaya yang berkedap-kedip, cahaya silau, cahaya matahari yang terang, atau parfum,
zat kimia pembersih, rokok, suara bising, dan suhu ekstrim.
9. Stres fisik dan mental dapat memperberat serangan migren.
Manifestasi klinis
Hampir 70% memiliki riwayat migren dalam keluarga. Sebagian besar wanita. Serangan
pertama migren biasanya dimulai saat remaja dan dewasa muda, kemudian cenderung
berkurang pada usia dekade ke-5 dan 6. Umumnya terdapat faktor pemicu/trigger.
Gambaran klinisnya biasanya berupa nyeri kepala berdenyut yang bersifatunilateral
tetapi dapat bilateral/ganti sisi. Serangan migren umumnya 2-8 kali/bulan, lamanya sekali
serangan antara 4-24 jam atau bisa lebih lama, intensitas nyeri sedang-berat, gejala penyerta
antara lain mual, muntah, fotofobia dan/atau fonofobia, pucat, vertigo, tinitus, iritabel. Pada
migren denan aura, gejala prodromalnya adalah skotomata, teikopsia (spektra fortifikasi),
fotopsia (kilatan cahaya), parestesia serta halusinasi visual dan auditorik. Sedang migren
tanpa aura, gejala prodromalnya adalah rasa kehabisan tenaga, lelah, sangat lapar dan
gugup/gelisah.
Fase I : Prodromal
Sebanyak 50% pasien mengalami fase prodromal ini yang berkembang pelan-pelan selama
24 jam sebelum serangan. Gejala: kepala terasa ringan , tidak enak, iritabel, memburuk bila
makan makanan tertentuseperti makanan manis, mengunyah terlalu kuat, sulit/malas
berbicara.
Fase II : Aura
33 | P a g e
mata dan hilangnya sebagian penglihatan pada satu atau kedua mata (scintillating
scotoma).
Gejala sensoris yang timbul berupa rasa kesemutan atau tusukan jarum pada lengan,
dysphasia.
Fase ini berlangsung antara 5 20 menit.
34 | P a g e
35 | P a g e
DIAGNOSIS
Kriteria IHS Migren tanpa aura
Setidaknya 5 serangan memenuhi kriteria di bawah ini:
- Durasi 4-72 jam (atau pada anak <15 tahun 2-48 jam, baik dengan tidak diobati
-
TATALAKSANA
Terapi simtomatik
1. Banyak yang membaik dengan aspirin atau parasetamol. Beberapa mendapat hasil
yang baik bila ditambah fenobarbital dosis kecil.
2. Nyeri kepala hebat dapat diatasi dengan kodein 30-60 mg.
3. Nausea dan vomitus dengan prometazin 25-50 mg atau proklorperazin 5-10 mg.
36 | P a g e
aman
dan
efektif
untuk
menghilangkan
serangan
37 | P a g e
Hanya diberikan pada pasien dengan serangan yang sering berulang atau parah dan tidak
berhasil dengan terapi abortif. Terapi preventif ini tidak boleh diberi pada wanita hamil
atau yang mau hamil.
1. Penyekat beta
- Propranolol dengan dosis 80-160 mg/hari dibagi dalakm 2-3 kali pemberian,
-
jangan diberi pada pasien asma bronkial atau gagal jantung kongestif.
Alternatif lain adalah nadolol (Corgard : 40-240 mg/hari) atau atenolol
Drug
A. Acute Treatment
Simple analgesics
38 | P a g e
Rout Strength
Recommen Comments
e1
ded Dose
Drug
Aspirin
Naproxen sodium
Rout Strength
Recommen Comments
e1
ded Dose
PO
PO
325 mg
250,
6501300
May
mg
gastric pain or
500 mg
Ibuprofen
PO
300,
600,
cause
and
rebound
mg
Acetaminophen
PO
325 mg
6501300
mg
Ergot preparations
Ergotamine/caffeine (Cafergot)
PO
1/100 mg
26 tablets; May
cause
2/100 mg
and
week
vomiting;
contraindicated
/42
suppositorie by
pregnancy
peripheral
vascular
disease
Dihydroergotamine
IM,
1 mg/mL
12 mg IM Use
SC,
IV
1.25 mg IV mine
NS
mg/treatme repeated
nt)
in
15 minutes
Narcotic analgesics
Codeine/aspirin
PO
15,
30, 30120 mg
60/325 mg codeine
Codeine/acetaminophen
PO
Meperidine
39 | P a g e
PO,
with
Drug
Rout Strength
Recommen Comments
e1
ded Dose
IM
Butorphanol
NS
10 mg/mL 1
(1
spray
every
34
mg/spray) hours
as
needed
5-HT agonists
Sumatriptan (Imitrex)
NS
5,
20 40
mg/spray
PO
Rizatriptan (Maxalt)
hours
hours
SC
6 mg
12 mg
PO
5, 10 mg
30
nausea,
mg/24 vomiting;
contraindicated
by
mg/24
hours
Zolmitriptan (Zomig)
PO
2.5, 5 mg
10
mg/24
hours
Naratriptan (Amerge)
PO
1, 2.5 mg
mg/24
hours
Almotriptan (Axert)
Frovatriptan (Frova)
PO
PO
6.25, 12.5 25
mg
hours
2.5 mg
7.5
mg/24
pregnancy
or coronary or
peripheral
vascular
disease,
and
with
monoamine
oxidase
mg/24 inhibitors
hours
Eletriptan (Relpax)
PO
20, 40 mg 80
mg/24
hours
Other agents
Isometheptene/dichloralphenazone/aceta PO
minophen (Midrin)
Caffeine/butalbital/aspirin (Fiorinal)
Prochlorperazine
65/100/325 25 capsules
mg
PO
40/50/325 12
tablets
mg
or capsules
PR,
2.5/10/10
2.510 mg
IM,
mg
IV
Can
hypotension
and
induced
40 | P a g e
cause
drug-
Drug
Rout Strength
Recommen Comments
e1
ded Dose
dystonia
B. Prophylactic Treatment
Antiinflammatory agents
Aspirin
PO
325 mg
650 mg bid
May
cause
gastric pain or
bleeding
Naproxen sodium
PO
275,
550 500825 mg
mg
bid
Tricyclic antidepressants
Amitriptyline2
PO
100, hs
150 mg
Nortriptyline
PO
retention,
PO
Doxepin
PO
and
Protriptyline
mouth, urinary
hs
contraindicated
5, 10 mg
-Receptor antagonists
Propranolol
PO
PO
descending
mg
order
60,
(long 120,
Nadolol
symptomatic
bradycardia
g)
may occur at
PO
40,
mg
PO
in asthma and
41 | P a g e
of
actin mg
120,
Atenolol
in
congestive
Drug
Timolol
Rout Strength
Recommen Comments
e1
ded Dose
PO
10, 20 mg 1030
mg
bid
Metoprolol
PO
Ergot alkaloids
Methergine
PO
0.2 mg
failure;
not to be used
with calcium
0.20.4 mg Occurrence of
tid
retroperitoneal
fibrosis
with
urethral
obstruction and
mediastinal
fibrosis,
although
uncommon,
should
be
monitored with
creatinine,
ultrasonograph
y,
or
intravenous
urograms, and
chest
x-rays
every
months; a drug
holiday every 6
months
is
prudent
Cyproheptadine
PO
4 mg
48 mg tid
Drowsiness
common early
in treatment
Anticonvulsants
42 | P a g e
Drug
Phenytoin
Rout Strength
Recommen Comments
e1
ded Dose
PO
100 mg
200400 mg
qd
Valproic acid
PO
250,
500 2501000
mg
Topiramate
PO
mg bid
15,
25, 50100 mg
100,
200 qd
mg
Gabapentin
PO
100,
300, 9002400
400,
600, mg qd
800 mg
Calcium channel antagonists
Verapamil
PO
PO
tid
240 mg
(long
Nicardipine
d by severe left
bid
dysfunction,
actin
hypotension,
g)
sick
PO
20 mg
2040
mg syndrome
tid
Flunarizine
PO
5, 10 mg
PO,
2.510 mg
C. Other Agents
Prochlorperazine
sinus
515 mg/d
without
artificial
IM,
IV
Hydroxyzine
IM
25100 mg
Metoclopramide
PO,
10 mg
Adjunct
IV,
treatment;
SC
improves
enteric
to
drug
absorption and
reduces
nausea;
43 | P a g e
Drug
Rout Strength
Recommen Comments
e1
ded Dose
dystonia
and
akathisia may
occur
and
respond to IV
benadryl
terlokalisir di orbita, berlangsung singkat (15 menit-2 jam) tanpa gejala prodromal.
Epidemiologi
Pasien biasanya lebih banyak laki-laki dengan perbandingan 5:1 dan onset usia sekitar
20-60 tahun.
Etiologi
- Penekanan pada nervus V akibat dilatasi pembuluh darah sekitar
- Pembengkakan dinding arteri carotis interna
- Pelepasan histamine
- Letupan paroxysmal parasimpatis
- Abnormalitas hipotalamus
- Penurunan kadar oksigen
- Terdapat pengaruh genetic
Pencetus
- Glyceryl trinitrate
- Alcohol
- Terpapar hydrocarbons
- Panas
- Terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur
- Stress
Manifestasi klinis
44 | P a g e
-Pasien biasanya merasakan nyeri hebat di sekitar satu mata selama 20-120 menit, dapat
berulang beberapa kali sehari dan sering membangunkan pasien dari tidurnya.
- Pola ini berlangsung selama hari, minggu, bahkan sampai bulan, kemudian terdapat periode
bebas serangan selama minggu, bulan sampai tahun.
- Sifat nyeri : tajam, menjemukan, dan menusuk serta diikuti mual dan muntah.
- Gejala otonom yaitu wajah merah, hidung tersumbat, atau mata berair ipsilateral dari nyeri
kepala. Saat serangan pasien sering terlihat gelisah.
Kriteria Diagnosis IHS untuk nyeri kepala klaster.
1. Lebih dari 5 serangan nyeri hebat orbita, supraorbita, dan/atau temporal bersifat
unilateral, berlangsung selama 15-180 menit dan disertai dengan lebih dari 1 gejala
berikut:
Konjungtiva merah
Keluar air mata
Hidung tersumbat
Keluar ingus dari hidung
Berkeringat di dahi dan muka
Miosis
Ptosis
Kelopak mata sembab
2. Serangan terjadi mulai dari 2 kali sampai 8 kali sehari.
Terapi
Terapi awal:
Pengobatan preventif:
Metisergid
Verapamil
Pizotifen
Indometasin
45 | P a g e
MIGRAIN
II.
TENSION
HEADACHE
Non-pulsating
Bilateral, Reffered
pain
CLUSTER HEADACHE
Sifat
Lokasi
Pulsating
Unilateral (Bilateral)
Durasi
4-72 jam
Terus menerus
Onset
Sepanjang hari
Saat tidur
Khas &
Penyerta
Syarat Klasik:
a) Durasi 4-72 jam
b) Unilateral, pulsating
c) Lainnya: mual, muntah,
fotofobia, fonofobia,
Aura
Psikis
Jenis :
sensorik
cabang
maksilaris/mandibularis
Timbul secara serangan. Serangan 1 :
30 menit, disusul serangan ke 2 antara
46 | P a g e
Nyeri
terus-menerus,
hilang timbul
puncak
nyeri
beberapa detik-menit
Nyeri merupakan gejala tunggal dan
Nyeri
utama
anastesia/hipestesia,kelumpuhan
wanita
saraf
oftalmik
Stadium akut : gelembung di dahi, neuralgia (-)
Setelah gelembung hilang bercak bekas herpes manjadi anestetik/hipestetik
47 | P a g e
Manifestasi Klinis
Neuralgia N.V idiopatik :
Unilateral
Hanya beberapa detik + wajah tertarik/asimetris
Serangan bisa spontan / dengan provokasi : makan,
nyeri
Diikuti oleh pain-free interval
Manifestasi Klinis :
- Memburuk dalam beberapa hari-minggu, lalu konstan
- Nyeri di region temporalis
- Arteri yang terkena akan nyeri, keras, bengkak iskemia jaringan
- Bisa diikuti oleh nyeri di bahu & pelvic girdle muscle, fatigue,
Komplikasi :
Terapi
kortikosteroid 40-69 mg/hari
48 | P a g e
Obat-obatan
NSAID
49 | P a g e
Fosfolipid
Enzim Fosfolipase
Dihambat Kortikosteroid
Asam arakidonat
Enzim Siklooksigenase
Enzim Lipooksigenase
Hidroperoksid
Endoperoksid
Biosintesis prostaglandin dan tempat kerja OAINS
PGG2 / PGH
50 | P a g e
Leukotrien
Tromboksan A2
Prostasiklin
Dihambat
OAINS sangat efektif untuk mengatasi nyeri akut derajat ringan sampai sedang,
penyakit radang kronis seperti atritis, dan nyeri akibat kanker yang ringan.
OAINS menghasilkan analgesic dengan bekerja ditempat cedera melalui inhibisi
B. Asetaminofen
Asetaminofen hampir sama efektifnya dengan aspirin dalam sifat analgetikantipiretik. Akan tetapi, obat ini kurang memiliki efek sebagai antiinflamasi. Hal ini
disebabkan karena asetaminofen merupakan inhibitor COX yang lemah apabila
51 | P a g e
terdapat peroksidase dalam konsentrasi tinggi seperti pada jaringan perifer yang
meradang.
Sebaliknya Asetaminofen memiliki kemampuan menghambat COX di otak, dimana di
kodein dan ini terbukti memiliki efektifitas yang lebih baik dalam meredakan nyeri.
Efek samping asetaminofen yaitu dapat menyebabkan kerusakan hati fatal jika
diberikan dengan dosis berlebihan.
C. ANTI DEPRESSAN
Mechanisme Pharmacologi Antinociceptik
Descending Inhibitor
norepineprin
dan
serotonin.
Hasil
akhir
dari
peningkatan
level
meningkat).
Antidepressan, bagaimanapun, bisa menghasilkan efek nosiseptic melalui variasi
mekanisme pharmacologic, termasuk tpe lain dari monoamine modulasi; interaksi
dengan reseptor opioid; dan penghambat aktivitas ion chanel dan dari N-Methyl-DAspartate ( NMDA), histamine, reseptor cholinergic.
MONOAMINE MODULATION
Penelitian telah memperlihatkan efek yang berbeda dari subtype reseptor monoamine
sebagai antidepressant induksi
52 | P a g e
berintraksi dengan reseptor opioid atau stimulate endogenous opioid peptide release.
Hasil penelitian analgesic pada tikus ditemukan adanya efek antinosiseptik dari
trazodone mu-1 dan mu-2 subtype reseptor opioid dikombinasikan dengan reseptor
serotonergik.
Penelitian yang sama dengan menggunakan venlafakine memperlihatkan efek
antinosiseptik sebagian dimediasi oleh mu, kappa-1, kappa-3. Dan subtype reseptor
APPLIKASI KLINIK
SEROTONIN DAN NOREPINEPHRINE
Antidepressan memiliki karakteristik kerja yang khas sesuai dengan spesipisitas dari
reuptake neurotransmiternya.
Kehadiran aktivitas noradrenergic sering berhubungan dengan efek analgesic yang
nefazodone,
trazodone,
53 | P a g e
clomipramine,
fluoxetine,
fluvoxamine,
Daftar pustaka
Aminoff MJ, et al. 2005. Clinical Neurology sixth edition. Mc-Graw-Hill: New York.
Chapter 2.
Mansjoer A. dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta. P: 3446
Mumenthaler M, Mattle H. 2006. Fundamental of neurology. Thieme : New York. Chapter
13. P: 244-55
Rohkamm R. 2004. Color Atlas of Neurology. 2nd ed. Part 2. Georg Thieme Verlag : New
York. p: 182-191
54 | P a g e
Price, anderson, Wilson lorraine. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Vol.2. EGC : Jakarta
Ropper AH, Brown RH. 2005. Adams and Victor s Principle of neurology eighth
edition. Mc-Graw-Hill: New York. Section 2. P: 144-67
Saladin, Kenneth S. 2003. Anatomy dan Phisiology. The Unity of Form and Function. 3rd
edition . The MccGraw- Hill Company
Siegfried, Donna Rae. 2007. Anatomy and Physiology for Dummies. Wiley Publishing : USA
Wallace MS, Staats PS. 2005. Pain medicine and management. Mc-Graw-Hill: New
York. Section IV. P: 46-55
55 | P a g e